Beranda / Romansa / Kamar Dingin CEO / Chapter 5 -prasangka suka

Share

Chapter 5 -prasangka suka

Penulis: Aliannaxsya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-17 09:56:03

Aiden menarik tengkuk Savana pelan. Bibir mereka bertemu. Tanpa memperdulikan pekikan sekitar Savana sibuk menetralisir degup jantungnya. Ini terlalu tiba-tiba, dan sedikit mengagetkan. Dan ingat, selama berpacaran dengan siapapun ia tak pernah berciuman. 

Paling jauh ya hanya pegangan tangan. Bukan masalah pemikiran kolot, hanya tak ingin saja. Buktinya ia tak menolak saat Aiden menciumnnya.

Benar, Aiden mengambil first kiss-nya. Tapi di dalam dirinya sama sekali tidak ada rasa marah. 

Aneh.

"Umhh... begitu ya? Ternyata hanya aku yang terus berharap. Maaf dan terimakasih sudah melupakan ku." Suara Arka menyadarkannya, bahkan ia sempat ingin menoleh. Tapi Aiden menahannya.

"Kau ingin melupakannya bukan?" Bisik Aiden. Savana hanya mengangguk ragu. Benar, ia ingin melupakan pria itu, tapi kenapa saat Arka mengatakan itu, rasanya berat sekali. Rasanya ia ingin berbalik dan mengatakan hal sebaliknya.

Setelah kepergian Arka, Aiden melepaskan pangutannya. Ia memberi jarak dianataranya. Dan itu yang membuat Savana sedikit linglung. Dengan sigap Aiden menahan tubuh Savana.

"Are you okay?" Tanya Aiden dengan raut khawatir. Orang-orang yang berlalu lalang menganga tak percaya, dengan apa yang mereka lihat. Aiden Faeyza sangat act of service terhadap wanita. Dan itu bukan dia sekali.

Mata mereka kembali bertubrukan. Lagi, jantung Savana kembali berdegup kencang. Kenapa ini? Kenapa dia bereaksi berlebihan. Atau hanya sebagai respect alami saja. Entahlah, Savana tak ingin memikirkannya.

Setelah sadar Savana memutuskan kontak mata mereka. "Emh... aku tak apa dan terimakasih. Ah ya... sepertinya kau bekerja disini, kau pasti tau ruangan CEO Faeyza Corp kan?" Tak bisa bertanya ke resepsionist, langsung ke pekerjanya jug tak apa bukan? 

Bodoh. Satu kata itu yang ada di dalam benaknya Aiden. Ia sungguh tak percaya bahwa gadis di depannya ini bertanya seperti itu. Bukankah artinya dia tidak mengetahui tentangnya? Eh tapi, mereka kan tidak ada hubungan apa-apa. Aiden menggeleng pelan untuk menyadarkan.

"Aku tau. Mau ku antarkan." Savana mengangguk antusias. Tak sia-sia ia datang kemari. Begitu fikirnya.

*****

Savana mengernyit bingung saat Aiden dengan lancangnga memasuki ruangan CEO, bahkan tidak mengetuk dulu. Tapi ia tak banyak protes, intinya dia harus bertemu dengan CEO Faeyza Corp ini.

Ia semakin di buat bingung saat Aiden duduk di kursi CEO itu. Matanya beralih ke arah papan nama disaan. 

'Aiden Faeyza'. 

Savana menoleh terkejut bahkan tanpa sadar kakinya mundur sedikit. 

Aiden tersenyum kecil melihat reaksi Savana. "Ekhem! Ada apa nona Valerie mencari saya?" Ujarnya dengan sangat formal.

Savana menggeleng pelan ia harus menunjukan sikap prefisionalnya. "Sebelumnnya saya minta maaf karena lancang langsung masuk ke ruangan anda begitu saja tuan Faeyza. Kedatangan saya hari ini, saya ingin mengajukan kerja sama dengan perusahaan anda yang pasti akan menguntungkan perusahaan anda juga." Dengan lugas Savana menjelaskannya.

Lalu dengan cekatan ia mengambil proposal yang di buat Ben, tapi ia juga sudah memeriksanya. 

Aiden akui cara Savana menjelaskan sangat simple dan jelas. Tapi bagi Aiden, ia sedikit tak fokus menatap wajah cantik Savana yang sedang serius. Cantiknya tuh bertambah berkali-kali lipat. Sepertinya ia tak rela jika orang lain melihat wajah serius Savana.

"... Val's Corp itu nama perusahaan kami. Seperti namanya terdengar girly sekali. Perusahaan kami bekerja dalam bidang kosmetik dan properti. Dan untuk sekarang kita sedang fokus terhadap Kosmetik, yang dimana produk-produknya berkuslitas dan di terima baik oleh public mau itu di luar dan di dalam negri." Jelas Savana ia sedikit menghirup udara untuk mengembalikan nafasnya.

"Keuntungannya untuk perusahaan saya apa? Dan kenapa memilih perusahaan saya?" Tanya Aiden dengan alis menaik satu dan tatapan tajam yang menghunus ke dalam mata lawan bicarannya.

"Keuntungannya jelas sudah terlihat dari segi manapun. Perusahaan ekspor-impor yang sudah besar begini akan terus mengaliri pemasukan dari keuntungan perusahaan saya. Pertama, semua produk Val's Corp sudah di terima baik oleh masyarakat, dan penjualan kita terus meningkat di setiap tahunnya. Dan keuntungannya dari perusahaan saya jelas keuntungan besar juga bagi perusahaan anda." Savana sedikit deg-degan karena takut salah kata dan tidak cukup menarik.

"Pasti terjadi sesuatu di perusahaan mu ya?" Tebak Aiden dengan senyum kecil yang tampak mengejek.

Savana memutar bola matanya malas, "itu tidak ada urusannya dengan kesepakatan ini Tuan Faeyza." Sengaja Savana menekan nama belakang pria itu.

"Baiklah... saya tak akan membahasnya. Saya hanya punya satu syarat untuk menandatangi kontrak itu Valerie." Kali ini Aiden dalam mode serius, ia kembali memilah-milah Syarat & ketentuan kontrak.

"Kau bisa menambahkannya Aiden." Pergerakan pria itu berhenti saat Savana berbicara santai terhadapnya. Ia tersenyum kecil, entahlah saat gadis itu menyebut namanya ada rasa bahagia di dalam dirinya.

"Boleh ku panggil Valerie? Savana terlalu panjang menurut ku." Seru Aiden. 

"Boleh saja. What the-- jangan bilang itu syaratnya?!" Hampir saja Savana berkata kasar, masalahnya ia sudah serius-serius tapi malah itu permintaannya.

"Bukan." Jawab Aiden santai. Ia kembali menatap Savana. "Sepertinya aku panggil Savana saja." Ujar Aiden lagi, Savana menatap Aiden tak percaya.

"Jadi... syarat mu itu apa? Aku bukan orang yang sabar Aiden! Terserah kau mau panggil apa?! Tolong cepat!" Kesal Savana, peduli setan mengingat bahwa Aiden itu kliennya.

Ingin sekali rasanya Aiden tertawa lebar karena melihat wajah Savana memerah menahan amarahnya. "Aku hanya ingin semua tentang kerja sama ini, kau yang mengurusnya. Mau itu hal besar atau pun kecil. Itu saja." Savana terdiam sebentar.

"Emhh... akan ku usahakan." Bukan permintaan yang sulit. Tapi satu yang menjadi pertanyaan di kepalanya. Apa pria ini menyukainya? Dari gerak-geriknya, bahkan setiap tatapannya seperti tidak biasa. Terserah mau di kata terlalu percaya diri atau gimana. Contohnya, seperti syaratnya barusan itu.

Bukankah itu mencurigakan?

Saat akan bangkit dari kursi di depan Aiden, Savana mengingat sesuatu. "Ah ya... untuk yang tadi, maaf dan terimakasih sekali lagi." Savana menatap ke arah lain karena tiba-tiba saja kejadian tadi terputar di kepalanya. Jelas itu membuatnya malu.

"Santai saja. Lagian... aku menikmatinya." 

Blush...

Wajah Savana di pastikan memerah seperti tomat. Santai sekali pria itu membicarkan hal yang jelas tidak perlu di bahas secara gamblang.

".... umh... saya permisi." 

****

"Dasar pria gila!? Mengambil kesempatan dalam kesempitan huh! Untung saja tampan!" Dumel Savana sembari melambai untuk menghentikan taxi.

Untung saja ia langsung mendapatkan taxi. Jika tidak mood-nya akan semakin hancur.

Brak.

Sopir taxi itu sedikit kaget saat Savana menutup pintunya secara kasar. Masa bodo, toh tak mungkin sampai ruksak juga.

"Sturbuck depan ya." Sopir taxi itu mengangguk lewat spion, sepertinya sopir taxinya mengerti suasana hatinya. Ia diam dan tidak banyak bertanya.

Drrrtt...

-Megan-

Melihat namanya saja membuat Savana malas menjawab panggilan tersebut. Tapi sepertinya ia juga membutuhkan orang itu. Setelah icon hijau itu tergeser terdengar suara di sebrang sana.

"Apa?" Tanya Savana malas.

'Kau dimana?' 

"Di jalan menuju Sturbuck." 

'Kirimkan alamatnya!' Pekik Megan di sebrang sana.

*****

Bab terkait

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 6 -tamu di malam hari

    "Bagaimana rasanya bibir milik seorang Aiden Faeyza huh? Kau tau, kau adalah satu-satunya wanita yang di perlakukan oleh Aiden istimewa." Savana yang tadinya menghiraukan ucapan Megan- sepupunya, memfokuskan sebentar saat mendengar kata istimewa.Benarkah?Isi kepalanya semakin penuh dengan dukungan bahwa pria itu menyukainya. "Aku tak peduli." Bohong, jelas Savana berbohong.Mega berdecak kesal, "kau ingin melupakan Arka bukan?" Savana mengangguk kecil. "Mulai dari Aiden, lihat pria itu. Buat dia sejatuh mungkin ke dalam pesonama mu." Megan sangat mengebu menghasut Savana."Tidak, aku tak ingin memanfaatkan orang lain demi kepuasan ku." Benar ia tak akan melakukan itu, tapi ia ingin mencobanya. Tapi bukan memanfaatkannya. Melainkan mencoba untuk menerimannya.Mungkin ia akan melupakan Arka, si mantan yang berhasil mengobrak-abrik hidupnya... juga hatinya."Dasar wanita bodoh! Pantas saja sahabat mu dengan mudah menikung tunangan mu!" Megan kesal karena Savana mengabaikan sarannya."B

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-03
  • Kamar Dingin CEO   Chapter 7 -susah untuk di terima

    "Kau tak mau menurutinya huh? Ini permintaan anak mu kalo kau lupa!" Sentak Jenni, merenggut kesal ke arah Arka.Pria yang berstatus suaminya itu menghela nafas kasar, kepalanya rasanya ingin pecah seharian di rumah meladeni wanita hamil ini. Niat ingin menghindari wartawan, eh... ternyata di rumah lebih membuatnya pusing."Mau apa?" Tanya Arka pada akhirnya ia akan menuruti wanita hamil ini agar diam.Jenni mendengus kecil, pria di depannya ini tetap tidak bisa bersikap sewajarnya. Irit bicara dan bermuka datar. "Ck! Aku tadi melihat di televisi anak kecil tengah memakan ice cream." Meskipun masih kesal tapi Jenni tetap mengutarakan keinginannya."Lalu?" Ucapan Jenni terlalu berbelit Arka kurang menangkap maksudnya."Aku ingin menyentuh pipi gembul anak itu!!" Pekik Jenni dengan rengekan. Arka melongo di tempat."K-kau tak ingin ice creamnya saja?" Tawar Arka. Ayolah... anak kecil yang Jenni maksud itu seorang artis cilik yang sekarang tengah berlibur di Jepang. Kenapa ia tau? Jela

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-05
  • Kamar Dingin CEO   Chapter 8 -Dokumen biru

    Setelah menerima telfon dari Aiden yang bertanya tentang ia bekerja, lalu setelah Savana menjawab 'iya' pria itu langsung mematikkan sambungannya. Awalnya Savana menggerutu kesal karena Aiden hanya berbasa-basi dan tak bertanya banyak hal seperti biasa.Tepat setelah Savana selesai mengatai Aiden Ben masuk dengan senyum menggodanya."Ekhem! Perjanjian dengan klien kali ini termasuk strategi si pria untuk bisa terus dekat dengan si wanita ya." Ucap Ben seolah dia tengah bercerita.Savana mengernyit mendengar itu. "Maksud mu apa? Jika tidak penting kau tau pintu keluar dimana kan?" Sungguh mood Savana sedang kesal gara-gara telfon sialan dari Aiden.Pria itu telah membawanya terbang dengan harapan tinggi, dan menjatuhkannya dengan harapan palsu.Menyebalkan.Bukannya takut mendengar usiran penuh penekanan dari Savana, Ben malah terus berjalan mendekat dengan senyum mengejek. Setelah itu ia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan ponselnya tepat di wajah Savana.Di ponsel Ben Savana melih

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-05
  • Kamar Dingin CEO   Chapter 9 -katanya cemburu?

    Savana duduk di sofa yang ada di ruangan Aiden. Badannya bersandar di sandaran sofa. Emosinya masih belum stabil, nafas Savana masih memburu. Ia kesal, ia ingin marah. "Maafkan Diana, dia memang aku suruh untuk tidak membiarkan orang sembarangan masuk ke ruangan ku." Ujar Aiden. Ia tau wanita di depannya ini tengah kesal. Emosi Savana perlahan luruh. Kenapa barusan ia marah seperti layaknya seorang kekasih yang ingin di bujuk. Apa yang dia lakukan barusan! Savana menegakkan badannya. Dan duduk dengan benar, "Tidak. Itu salah ku. Ah ya, aku kesini membawa ini." Savana menyodorkan dokumen biru yang memerlukan tanda tangan pria itu. "Sebentar," sebelum mengambil dokumen yang Savana sodorkan, Aiden beranjak ke arah mejanya. Mungkin saja membawa pulpen. Ternyata bukan. Aiden kembali dengan Jas pria itu. "Pakai ini untuk menutupi paha mu nona." Savana menerima Jas milik Aiden. Ia sedikit salah tingkah dengan perhatian kecil Aiden. Ia kira pria itu akan mengatakan yang tidak-tidak men

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-06
  • Kamar Dingin CEO   Chapter 10 -menjauhinya

    Sejak dimana Savana mengantarkan dokumen biru, dan berakhir dengan mood buruk. Savana menjauhi Aiden sejak hari itu, ia harus mengantisipasi perasaannya yang berbahaya. Beruntung tidak ada yang perlu di bahas dengan pria itu. Jadi Savana menjalani hari-harinya dengan tenang. Dan sejak itu juga Aiden tak menemuinya, padahal mereka tidak janjian untuk saling jauh-jauhan. Tapi tak apa, menurut Savana itu semua adalah keberuntungan baginya. "Ben, apakah aku harus datang nanti malam?" Tanya Savana di tengah lamunannya. Ben yang tengah fokus menge- cek dokumen menoleh sekilas ke arah Savana, "ini jam kerja kalo anda lupa." Seru Ben kembali fokus dengan pekerjaannya. "Ck! Apa susahnya tinggal jawab, toh aku sendiri yang memulai!" Begini nih yang Savana kesal mengenai kesepakatan tentang teman dan kerja. Ia tak bisa leluasa berbicara santai dengan Ben. "Saya banyak pekerjaan nona, dan saya tak ada waktu untuk menemani galau- mu." Seru Ben, setelah itu ia keluar meninggalkan Savana yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-07
  • Kamar Dingin CEO   Cparer 11 -The party

    "Ambil saja nona." Savana menyerahkan dress yang Jenni inginkan dengan sedikit kasar. "And... saya bukan sahabat mu, atau teman mu atau apapun itu. So? Jangan sok dekat ya." Ucap Savana tenang, tangannya merapikan dress wanita itu yang sedikit kusut. Bahkan Ben yang notabenenya seorang pria beringsut takut melihat sikap tenang Savana, yang berkali-kali lipat lebih menakutkan daripada wanita itu meneriakinya dengn raut wajah marah. Jenni tersenyum kecil, "uhh... aku menyukai Savana yang sekarang." Setelah mengatakan itu ia beranjak pergi dengan dress pilihan Savana. "Saya memilih yang ini! Bungkuskan cepat!" Ujar Savana dingin, wajahnya datar tanpa exspresi, ia memilih dress yang pertama di rekomendasikan oleh karyawati. Ekor mata Savana tak lepas dari pergerakan Jenni yang tengah membayar hingga keluar dari butik tantenya. "Ahrggghhhhh... WANITA ITU!! Kenapa harus bertemu disini." Pekik Savana kesal yang di akhiri lirihan frustasi. Kalo sudah begini Ben tidak takut lagi, ia mende

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-09
  • Kamar Dingin CEO   Chapter 12 -bertemu Rival

    Dengan anggun Savana berjalan melewati tangga menuju pintu utama. Tangannya di apit Ben sejak di parkiran tadi. Suara flash kamera dan juga lampu lighting berhasil ia lewati dengan dagu terangkat dan kepercayaan dirinya. "Aku tidak menyesal menjadi teman gandeng mu." Bisik Ben di sela-sela derap langkah mereka. Savana hanya memutar bola matanya malas, pasalnya Ben lah yang membuatnya malu selama berjalan di area media. Pria itu terus tebar pesona dengan gaya yang berlebihan. Sungguh Savana ingin mendorong pria itu agar menjauh tadi, tapi ia urungkan demi image ia sendiri. Publik sudah tau Ben itu teman dekat Savana jadi mereka tidak kaget lagi. Ckrek! Ckrek! Ckrek! Suara flash di belakangnya lebib heboh di banding saat ia lewat tadi. Sontak Ben dan Savana menoleh kebelakang. "Timing yang pas sekali bukan?" Kekeh Savana, sedangkan Ben yang di sebelahnya sudah bermuka masam. "Ck! Ayolah perut ku sudah meronta berteriak meminta asupan!" Seru Ben sedikit merengek. Karena ia tahu

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-11
  • Kamar Dingin CEO   Chapter 13 -pak penolong lagi

    Savana menerima uluran itu, "Savana Valerie. Salam kenal." Menampilkan senyum simpul ke arah pria yang bernama Rayn itu. "Ah ya, hampir lupa!" Savana menepuk kepalanya pelan, lalu melirik meja yang tadi ia incar, "karena semua meja hampir penuh, saya dan teman saya ingin bergabung dengan kalian apa boleh?" Tanya Savana dengan nada baik-baik. Karena ia tak ber- exspetasi juga akan bertemu dengan orang-orang di masalalunya. Mata Savana melirik satu-satu mereka berempat, terakhir Savana sedikit mengunci tatapan Arka yang sulit di artikan. Begitu pun Arka, dia juga sudah menjadi masalalu Savana. Savana memutuskan kontak matanya dengan pria itu lalu tersenyum lebar ke mereka semua, "boleh kan?" Serunya sekali lagi. "Boleh saja nona Valerie." Hanya Rayn yang menjawab dengan raut wajah cerah. Irene sedikit menyikut perut suaminya, "mm... apa ya? Seperti ada yang kurang." Irene sedikit mengangkat genggaman suaminya, lalu matanya menatap lengan Savana yang memang kosong. Semua itu tak lu

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-12

Bab terbaru

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 60 -Rencana Prita

    Prita menatap layar monitor yang menampilkan seluruh ruangan pesta yang di datangi oleh Aiden. Matanya menajam- berkilat marah saat Aiden dengan mesra mengajak Savana berdansa.Tangannya mengepal. Puk!Dengan kasar Prita menutup laptopnya. Ini tak bisa di biarkan. Ia harus bergerak cepat. Sebelum benar-benar pergi dari kamar hotelnya. Prita membawa buku catatannya.Sembari berjalan, Prita membuka bukunya. Membaca deretan nama dan juga profile yang di sertakan.Telunjuknya mengarah ke salah satu foto, sekertaris ya?? Menarik. Prita menutup bukunya dengan seringaian di wajahnya. Tangan yang satunya merogoh ponselnya dan mendial nomor seseorang."Diego Dwinarta. Cari apapun yang berkaitan dengannya. Secepatnya!"'Laksanakan!' Balas seseorang di sebrang sana.Setelah masuk lift, Prita menatap pantulannya di cermin yang menjadi salah satu tembok lift. Penampilannya agak berantakan. Untuk kali ini-- ia akan menjadi seorang pelayan cantik, sexy dan mempesona. Jelas itu untuk menarik perhat

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 59 -party

    Pesta mewah di gelar untuk merayakan ulang tahun Tuan Willson-- salah satu rekan kerja Aiden. Ia di undang langsung oleh Tuan Willson. Jelas ia harus datang.Tapi--Harus bersama Savana. Jika tidak Aiden tak mau datang. Terserah orang lain mengatakannya kekanakan dan semcamnya. Aiden tak peduli. Yang ia pedulikan hanya Savana seorang."Sudah ku bilang! Kau ini sudah dalam kategori pembodohan yang kau namakan CINTA itu!" Digo terus mengomeli teman satu-satunya ini. "Ayolah.... Tuan Willson itu penting dalam perusahaan mu Aiden!!" Digo nyaris memohon agar Aiden menghadiri pesta itu.Sang pelaku tak bergeming. Tetap santai dengan wajah datarnya. Jangan lupakan piyama tidur dan sebuah buku melekat di tangannya. Ingin rasanya Digo melempar temannya ini ke bulan, tapi ia urungkan karena masih membutuhkannya. Otaknya tak sepintar milik Aiden.Jelas alasannya sang pujaan hati yang tengah merajuk dan tak ingin ikut kepada pesta malam ini. Bagi yang tahu-tahu saja, Savana merajuk karena kejadi

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 58- Di ruang gantu

    Savana menatap pantulan dirinya di cermin, dress yang ia kenakan saat ini bergaya sabrina. Memamerkan pundak mulusnya dan leher jenjangnya. Savana menyatukan seluruh rambutnya yang menjuntai dan menggelungnya ke atas."Perfact." Savana tersenyum puas saat melihat hasil pilihannya.Dress bergaya sabrina berwarna biru dongker yang panjangnya di atas lutut. Savana memilih ini.Dari lima dress pilihannya yang ini paling memikat dan cocok dengan seleranya.Persetan Aiden menunggunya lama. Sengaja Savana ingin membuat pria itu kesal. "Apa kau tertidur An?" Savana berdecak kesal, pasalnya Aiden menggunakan nama panggilan orang-orang terdekatnya."IYA!" Kesalnya.Sebenarnya hal yang membuat Savana malas jika membeli baju itu adalah berganti baju. Baiklah... karena malas Savana memilih memakai dress yang ia kenakan.Sret!Savana menarik tirai itu. Ia mendapati Aiden yang tengah bersandar di samping pintu masuk menuju ruang ganti."Bayar yang ini." Seru Savana membuat badan Aiden menegak.Ia t

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 57- Stalker

    Di balik pintu keluar itu, seorang wanita dengan tubuh tinggi dan badan ramping bak seorang model, menggeram kesal dengan kedua tangan mengepal."Kali ini tidak berhasil... tapi tidak untuk lain kali." Desis wanita itu. Memilih pergi dari pemandangan yang menyesakan itu.Kesialan begitu setia kepadanya hari ini. Rencana dari jauh-jauh hari harus gagal seketika. Harusnnya-- ia tetap menjadi bagian penting disini, lalu menjebak Savana dan mendapatkan Aiden!Itu tujuannya!Dan malah sebaliknya. Itu semua bertolak belakang dengan kenyataannya.Wanita tadi-- Prita Adisson sudah sampai di apartemennya beberapa menit yang lalau. Ia melempar semua barang bawaannya asal, dengan segera ia melangkah menuju kamarnya."Aku pulang sayang!" Pekiknya seolah ada orang lain di apartemennya selain dirinya. Aslinya ia tinggal sendiri.Prita menatap kagum semua foto-- bahkan poster besar di setiap inci ding-ding kamarnya. Dari Aiden di nobatkan menjadi CEO Faeyza hingga Aiden yang baru keluar dari bandar

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 56 -strunggle

    Sejak pagi tadi Savana sudah di sibukan dengan berbagai macam rangkaian shooting sebuah iklan. Usai dengan berbagai macam foto beberapa BA- nya, di karenakan sukses besar... kali ini ia mengambil project besar yang di tuangkan di sebuah iklan.Tentu main utamanya tak lain Kalea Faeyza, awalnya hanya dia seorang yang mengiklankan dengan sebuah foto dan di pajang di berbgai macam bentuk. Majalah, papan reklame, poster dan lain sebagainya. Setelah Kalea, tim pemasaran membuka luas Talent untuk di jadikan BA. Dari artis yang sedang naik daun hingga selebgram.Dan sekarang... ia akan mengambil project iklan yang resmi. Iklan ini di kontrak sekitar 3 tahun di berbagai macam stasiun televisi.Hari ini, kami semua sudah berjalan setengah jalan. Dan sekarang, semua orang sedang istirahat. Tapi tidak bagi Savana.Ia sibuk memeriksa semua vidio yang baru di ambil beberapa saat yang lalu."Talent C ini menurut ku kurang bersemangat, tak sesuai dengan skrip yang kita buat." Savana menunjuk salah s

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 55 -Megan's

    Semua orang itu hidup dengan rencananya masing-masing, dengan kesulitan dan kebahagiaan yang sudah di atur oleh tuhan. Entah itu turunan atau sebagainya, ibunya Megan menikahi ayahnya karena di jodohkan-- lalu datanglah ia ke dunia yang rumit ini. Setelah itu tepat saat dirinya lahir, ayahnya juga datang dengan seorang wanita yang membawa seorang bayi. Benar sekali, ayahnya main belakang dari ibunya. Bahkan ayahnya jarang sekali pulang ke rumah dan lebih sering pulang kepada selingkuhannya. Alasannya-- karena tidak mencintai ibunya.Brengsek! Bajingan! Segala umpatan Megan arahkan hanya untuk pria yang katanya menyandang status sebagai ayah itu. Ia mengetahui kenyataan itu saat dia memasuki Sekolah Menengah Pertama.Dan saat ia mendengar Ben-- pria yang berhasil meluluhkan hatinya, ada wanita dan seorang bayi yang mencari pria itu, jelas Megan langsung marah. Ia tak menerima apapun alasan untuk kata Perselingkuhan!"Maafkan aku... ku mohon jangan menangis seperti ini lagi... aku tak

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 54- rumor Ben

    Seluruh karyawan Val's Corp tengah ramai membicarakan Ben yang sudah memiliki seorang anak. Mereka semua merasa kasihan terhadap Megan yang telah di khianati."Waktu itu Nona Savana, sekarang sepupunya! Apakah semua keluarga Valerie akan di khianati!! Oh tuhan!! Takdir mcam apa ini." Mita sang promotor yang paling heboh membicarakan tentang rumor Ben itu."Kasihan sekali!""Ku kira menjadi keluarga Valerie mimpi indah... ternyata... semengerikan itu ya!" "Benar. Aku selalu iri terhadap Nona Savana, tapi setelah tau takdirnya.... ternyata lebih baik hidup hidup kita di banding mereka.""EKHEM!!"Semua karyawan wanita yang tengah bergosip bubar seketika. Mereka tak ingin terkena amuk Nona Megan yang siap melahap siapa saja. Merea tau tabiat Nona Megan jika sedang marah. Melebihi bos mereka Nona Valerie.Wajah Megan mengetat marah, ia tengah merancang sebuah baju, tiba-tiba saja seseorang mengirim pesan kepadanya dan mengatakan bahwa ada wanita dan juga seorang bayi yang mengaku sebagai

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 53 -Pulang

    Negri yang sering di sebut Negri sakura ini tengah berganti musim menjadi musim gugur. Sayangnya Jenni harus melewatkan pergantian musim kali ini, ia mendorong strolernya."Neyy siap ketemu Aunty Vana??" Seru sang ibu menatap hangat kepada putrinya yang tengah tersenyum lebar."Nanana... nanan blweeee." Balas Zuney dengan bahasanya. Memang di usianya sekarang 6 bulan ini, sedang senang-senangnya mengoceh. Dan itu sudah seperti hiburan gratis bagi Jenni setelah kehadirannya. Ia jadi tak kesepian dengan ocehan sang putri.Jenni tertawa gemas mendengarnya, "baiklah... mari kita temui Aunty sombong itu!!" Jenni sedikit kesal karena Savana sudah sangat jarang menghubunginya. Padahalkan menelfonnya tak akan membutuhkan waktu yang lama. Bahkan mengerimi pesan pun tidak!Awas saja! Nanti Jenni eksekusi saat sudah sampai Indonesia."Berjanjilah... Neya tak boleh rewel selama di peswat... okey!" Zunay mengerjap bingung mengenai perkataan sang ibu.Karena kasihan melihat sang putri kebingungan,

  • Kamar Dingin CEO   Chapter 52 -Pemilik K' Entertaiment

    "Maaf kami datang terlambat..." semua atensi di ruang VVIP itu menoleh ke sumber suara."Senang menunggu mu Tuan Melvino. Silahkan duduk." Dengan sopan Savana mempersilahkahkan Kei duduk.Savana melihat ada bayangan lain di belakang Kei. Seakan mengerti ia menarik wanita di belakangnya agar terlihat jelas. "Perkenalkan diri mu." Bisik Kei sembari sedikit mendorong punggung Clarissa."Saya Clarissa, sekertaris Keeno." Dengan wajah seramah mungkin Clarissa memperkenalkan dirinya.Savana menatap Clarissa sedikit terkejut, ia jadi teringat saat kematian ayahnya dan juga saat Clarissa yang mencium Aiden... Savana ingin melupakan itu. Sekarang... kenapa dia menjadi sekertaris Tuan Melvino. Seingatnya Clarissa juga mempunyai perusahaan."Baiklah... karena semua sudah berkumpul, mari kita mulai rapatnya." Savana yang memulai rapatnya.Ia mengambil beberapa dokumen dari tasnya, Ben membantunya untuk membagikan dokumen itu. Mereka semua menerimanya dengan baik, "silahkan baca baik-baik." Sava

DMCA.com Protection Status