"Atau jangan-jangan kamu itu beneran orang jahat ya? Kamu sengaja menyamar jadi cowok baik-baik lalu nanti kalo si cewek lengah kamu akan menculiknya atau mungkin membunuhnya." tuduh Desi asal.
"Heh! Enak saja kau ini menuduh orang sembarangan. Aku ini cowok baik-baik. Aku bukan orang yang seperti itu. Dasar kamu ini! Kamu sepertinya kebanyakan mengkhayal atau kebanyakan baca dongeng." sembur cowok itu kesal.
"Sebaiknya, kau pergi sana! Sebelum aku lapor polisi. Atau aku teriak biar tetanggaku datang berdamai-ramai ke rumah ini. Dan memukuli wajahmu yang tampan itu sampai babak belur dan tak berbentuk lagi." ancam Desi kesal.
"Lapor saja sana! Aku tidak takut. Kau mau teriak juga tidak apa-apa. Mana ada yang percaya sama gadis seperti kamu. Kamu pasti cuma seorang pendusta kan? Aku akan tunggu ibu tiriku pulang lalu aku akan minta ibu untuk mengusir kamu dari rumah ini." sahut cowok itu jengkel.
"Hei, sudah kubilang aku bukan pembantu! Aku ini anak dari empunya rumah ini. Mengerti? Sepertinya, kamu yang diragukan statusnya. Kamu siapa? Dari kemarin datang ke rumah ini terus. Lebih baik kau pergi sana! Aku tidak mengenalmu." sembur Desi sangat kesal.
Cowok itu seolah tak peduli dengan makian yang di lontarkan oleh Desi. Ia tetap asik mengutak-atik ponselnya.
"Huh! Sebal! Dasar cowok menyebalkan! Siapa sih orang itu? Tidak mungkin kan, kalo hanya orang nyasar ke rumah ini? Tapi, kenapa nyasar bisa sampai dua kali? Punya maksud apa sebenarnya cowok itu?" batin Desi dalam hati.
Desi hanya menghentak-hentakkan kakinya kesal ke lantai.
"Huh! Aku kesal! Benar-benar kesal sama cowok aneh itu! Aku harap ibu cepat pulang supaya cowok aneh itu bisa segera diusir dan pergi dari sini. Hidupku jadi tidak tenang kalo begini. Aku tidak bisa tinggal dengan cowok asing yang nggak jelas asal-usulnya itu. "keluh Desi jengkel.
Tok! Tok!
" Hei, daritadi kamu marah-marah sendirian saja! Sampai ada orang ketuk pintu kamarmu juga nggak dengar. Kamu itu tuli ya?"sindir cowok itu tajam.
"Heh, dengar ya! Mau aku marah-marah atau ketawa suka-suka aku dong! Kenapa kamu yang repot? Ikut campur saja kamu. Keluar sana dari kamar aku!" usir Desi jengkel. Dan mendorong cowok itu keluar dari kamarnya.
Klik!
Kunci Desi kesal. Dan menarik napas lega setelah cowok itu berhasil diusir dari dalam kamarnya.
Desi pun mendaratkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya. Desi menutup telinganya dengan memakai headset agar tak mendengar teriakan dari cowok aneh itu. Yang masih terus memakinya dari luar kamarnya.
Dan tak lama Desi pun tertidur lelap. Dan Desi baru terjaga saat Desi mendengar suara ramai dari luar rumahnya.
***'*
"Hei, kamu ini siapa? Bukannya hanya ada Desi anak ibu Sukmawati. Tapi, kamu cowok. Kamu jangan-jangan orang jahat yah? Kamu mau merampok rumah ini. Betul begitu? Ayo, jawab kami?" seru seorang bapak kesal karena cowok itu tetap diam membisu.
"Iya jawab! Jangan diam saja!" seru seorang ibu tak mau kalah.
"Desi! Desi! Apa kamu ada dirumah?" teriak seorang wanita muda dengan suara yang keras.
"Astaga! Bapak, ibu, mbak, ada apa ini? Kenapa siang-siang begini pada ribut saja sih? Ada masalah apa ya pak, bu kalo saya boleh tau?" tanya Desi bingung.
"Ini loh, Desi. Kami mendapati cowok ini keluar dari rumahmu. Padahal, setau kami bu Sukmawati hanya punya anak kamu seorang. Tapi, ini cowok. Siapa sebenarnya dia? Kami jadi curiga dengannya. Maka dari itu kami sengaja menginterogasinya. Tetapi, cowok ini tidak mau menjawab satupun pertanyaan kami. Daritadi, dia hanya diam membisu. "sembur seorang bapak jengkel.
"Oh, betul itu. Bapak, ibu,cowok ini sudah dua kali datang ke rumah saya. Saya nggak tahu dia siapa. Tapi, yang pasti dia mengaku sebagai anak dari pemilik rumah ini. Dan seenaknya saja menganggap saya sebagai pembantu di rumah ini. Dia pasti orang jahat ya, bapak, ibu. Saya sudah berusaha mengusirnya. Tapi, cowok ini tidak mau pergi juga dari rumah saya. Jadi, saya tidak bisa apa-apa selain mengunci kamar saya agar cowok ini tidak bisa masuk dan menyakiti saya. Apa bapak atau ibu setuju kalau saya usir saja cowok ini agar tidak datang lagi ke rumah saya?
Saya takut karena sendirian di rumah bapak, ibu. Tapi, terima kasih sebelumnya karena sudah membantu saya mengusir cowok ini dari dalam rumah saya.
Kalau tidak ada bapak atau ibu saya tidak tahu akan bagaimana nasib saya tinggal bersama cowok ini. Mungkin saya bisa dibunuh. Terima kasih bapak, ibu. "tutur Desi senang.
"Kamu?" bisik cowok itu pelan.
****
Cowok itu tetap berada dirumah Desi. Setelah kesalahpahaman dengan para tetangga Desi berakhir dengan damai. Cowok itu sangat lega sekaligus senang karena bisa kembali ke dalam rumah itu.
Desi segera bangkit dari tempat tidurnya, menuju meja rias di kamarnya. Ia meraih ponselnya dan mencari nomor ponsel mamanya.
"Ma, angkat dong teleponnya please ! Gawat nih, kalo mama gak angkat bisa-bisa aku tinggal mayat nanti saat mama sama papa pulang."kata Desi sembari mengucapkan sebaris doa yang mungkin agak berlebihan itu.
Setelah beberapa menit meredial nomor panggilan sang mama berkali-kali. Akhirnya, Desi bisa bernafas lega juga karena sang mama mengangkat teleponnya juga.
"Desi, ada apa kamu telpon ibu malam-malam ? Apa kamu tidak tau kalo ibu sama ayah itu sedang di rumah tantemu ? Sekarang katakan pada ibu ada apa ? Apa ada hal yang penting ?"sembur ibu dengan kesal karena merasa terganggu.
"E..eng..anu bu ....i...itu ada anak laki-laki yang mengaku anak ayah."jawab Desi dengan gugup.
"Apa ? Masa hal kecil aja kamu nggak bisa atasin sendiri ? Kalo kamu tidak kenal orangnya tidak usah dikasih masuk. Apa ada lagi yang ingin kau sampaikan ?"tanya sang ibu tak percaya pada Desi. Ia hanya menggelengkan kepalanya tak percaya.
"Tapi ma, udah aku kasih masuk tadi dia memaksa masuk dengan mendorong aku."jawab Desi pelan. Ia takut sang ibu akan marah besar . Bisa-bisa, telinganya tuli mendengar suara cempreng ibu teriak di speaker ponsel.
"Apa ? Sekarang juga, kamu minta tolong tetangga untuk mengusir anak laki-laki itu keluar dari rumah. Terserah, kamu mau pakai cara apa yang penting anak laki-laki itu keluar dari rumah."perintah sang ibu dengan suara keras.
" Uh ! Lagi-lagi kata itu ? Dan teriakan sang ibu. Bisa nggak sih kalo nggak usah teriak segala, bikin tuli telinga aja." batin Desi dalam hati.
Desi tidak berlama-lama menggerutu tapi, Desi memutar otak untuk mencari cara bagaimana ia dapat mengusir anak laki-laki itu keluar dari rumah ini.
Setelah 10 menit berpikir, tak satupun ide terlintas dalam benaknya. Akhirnya, Desi memilih keluar rumah dan menuju depan rumahnya. Ia menyerahkan bakat terpendamnya selama ini, suara kerasnya.
"Gara-gara kamu nih! Hampir saja, aku dipukuli warga dan babak belur. Ibu benar-benar kacau deh. Apa ibu tiriku tidak bisa mencari pembantu yang lebih pintar sedikit? Bukan seperti kamu yang bisanya hanya chat dengan cowok yang tidak jelas asal-usulnya pula. "maki cowok itu kesal. Desi berusaha tidak memedulikan ocehan cowok itu. Karena Desi sudah menyumpal telinganya dengan headset dan memutar musik dengan volume yang cukup keras. Kepala Desi bergoyang ke kanan dan ke kiri mengikuti irama musik. "Hei, kamu dengar aku apa tidak sih?" tegur cowok itu kesal. Kesabarannya sudah habis. Dihampirinya, Desi dan dicabutnya headset itu dari telinga Desi. "Ih, apaan sih kamu? Main cabut saja! Nggak boleh melihat orang senang ya?" sungut Desi kesal.
Setelah kepergian cowok itu, rumah Desi menjadi lebih tenang. Tidak ada teriakan dan keributan lagi. Dan, tanpa sadar Desi pun tertidur lelap. Karena rasa lelah yang teramat sangat. Bahkan, Desi pun mengganti dering ponselnya menjadi sunyi. Kring! Kring! "Tidak diangkat pak? Kemana anak itu ya? Masa sih, baru jam 8 malam Desi sudah tidur?" ujar ibu heran. "Bisa juga, bu. Mungkin Desi lelah karena harus membereskan rumah karena tidak ada kita. Sudah, biarkan saja dulu, bu. Besok baru kita coba telpon lagi." saran bapak bijak. "Baiklah, pak. Ayo, kita masuk ke dalam. Ibu mau istirahat dulu. Ibu sudah mengantuk." ajak ibu pelan. **** "Aduh, ayah juga kemana sih? Kok ponselnya gak diangkat sih
[Hi, Desi. Senang berkenalan denganmu] [Hi Michael, aku juga senang] [Desi, apa kau mau jadi p...] Ting Tong Suara bel rumah berbunyi berulang kali, di rumah sedang tidak ada orang. Hanya Desi, satu-satunya orang yang tersisa. Ayah dan ibunya sedang pergi ke rumah tante Nia, adik ibunya itu sedang mengadakan pesta lamaran di kota sebelah. Mau tak mau, ia berjalan menuju pintu dengan bersusah payah. Ting Tong... "Iya, iya, sabar sedikit kenapa sih ? Udah tau gak ada orang. Lagipula, siapa sih tamu tak tahu diri itu? Sudah malam masih bertamu ke rumah orang?"gerutu Desi kesal karena tamu itu sudah mengganggu keasyikannya chat dengan Michael. Ia pun segera membukakan pintu
"Desi, bapak sama ibu akan pergi lagi besok pagi. Kamu baik-baik dirumah ya. Tutup pintu rapat-rapat kalo ada orang tidak di kenal datang seperti kemarin. Lebih baik, jangan kau bukakan pintu. Ibu takut nanti orang itu bermaksud jahat padamu." pesan ibu pada Desi. "Iya, bu. Akan Desi ingat pesan ibu. Desi akan hati-hati. Ibu dan bapak bisa pergi saja dengan tenang. Nggak usah mikirin Desi. Desi kan, bukan anak kecil lagi. Desi sudah dewasa." ucap Desi pelan sambil berusaha menenangkan ayah dan ibunya. **** Tok! Tok! "Desi, bangun nak! Ini sudah siang. Ibu dan ayah mau pergi dulu ya." Seru ibu dari dalam ruangan.. "Iya, sebentar bu." sahut Desi dengan mata yang masih berat. Desi pun terpaksa turun dari tempat tidurnya. Dan membukakan pintu kamarnya.&nbs
Setelah kepergian cowok itu, rumah Desi menjadi lebih tenang. Tidak ada teriakan dan keributan lagi. Dan, tanpa sadar Desi pun tertidur lelap. Karena rasa lelah yang teramat sangat. Bahkan, Desi pun mengganti dering ponselnya menjadi sunyi. Kring! Kring! "Tidak diangkat pak? Kemana anak itu ya? Masa sih, baru jam 8 malam Desi sudah tidur?" ujar ibu heran. "Bisa juga, bu. Mungkin Desi lelah karena harus membereskan rumah karena tidak ada kita. Sudah, biarkan saja dulu, bu. Besok baru kita coba telpon lagi." saran bapak bijak. "Baiklah, pak. Ayo, kita masuk ke dalam. Ibu mau istirahat dulu. Ibu sudah mengantuk." ajak ibu pelan. **** "Aduh, ayah juga kemana sih? Kok ponselnya gak diangkat sih
"Gara-gara kamu nih! Hampir saja, aku dipukuli warga dan babak belur. Ibu benar-benar kacau deh. Apa ibu tiriku tidak bisa mencari pembantu yang lebih pintar sedikit? Bukan seperti kamu yang bisanya hanya chat dengan cowok yang tidak jelas asal-usulnya pula. "maki cowok itu kesal. Desi berusaha tidak memedulikan ocehan cowok itu. Karena Desi sudah menyumpal telinganya dengan headset dan memutar musik dengan volume yang cukup keras. Kepala Desi bergoyang ke kanan dan ke kiri mengikuti irama musik. "Hei, kamu dengar aku apa tidak sih?" tegur cowok itu kesal. Kesabarannya sudah habis. Dihampirinya, Desi dan dicabutnya headset itu dari telinga Desi. "Ih, apaan sih kamu? Main cabut saja! Nggak boleh melihat orang senang ya?" sungut Desi kesal.
"Atau jangan-jangan kamu itu beneran orang jahat ya? Kamu sengaja menyamar jadi cowok baik-baik lalu nanti kalo si cewek lengah kamu akan menculiknya atau mungkin membunuhnya." tuduh Desi asal. "Heh! Enak saja kau ini menuduh orang sembarangan. Aku ini cowok baik-baik. Aku bukan orang yang seperti itu. Dasar kamu ini! Kamu sepertinya kebanyakan mengkhayal atau kebanyakan baca dongeng." sembur cowok itu kesal. "Sebaiknya, kau pergi sana! Sebelum aku lapor polisi. Atau aku teriak biar tetanggaku datang berdamai-ramai ke rumah ini. Dan memukuli wajahmu yang tampan itu sampai babak belur dan tak berbentuk lagi." ancam Desi kesal. "Lapor saja sana! Aku tidak takut. Kau mau teriak juga tidak apa-apa. Mana ada yang percaya sama gadis seperti kamu. Kamu pasti cuma seorang pendusta kan? Aku akan tunggu ibu tiriku pulang lalu aku akan minta i
"Desi, bapak sama ibu akan pergi lagi besok pagi. Kamu baik-baik dirumah ya. Tutup pintu rapat-rapat kalo ada orang tidak di kenal datang seperti kemarin. Lebih baik, jangan kau bukakan pintu. Ibu takut nanti orang itu bermaksud jahat padamu." pesan ibu pada Desi. "Iya, bu. Akan Desi ingat pesan ibu. Desi akan hati-hati. Ibu dan bapak bisa pergi saja dengan tenang. Nggak usah mikirin Desi. Desi kan, bukan anak kecil lagi. Desi sudah dewasa." ucap Desi pelan sambil berusaha menenangkan ayah dan ibunya. **** Tok! Tok! "Desi, bangun nak! Ini sudah siang. Ibu dan ayah mau pergi dulu ya." Seru ibu dari dalam ruangan.. "Iya, sebentar bu." sahut Desi dengan mata yang masih berat. Desi pun terpaksa turun dari tempat tidurnya. Dan membukakan pintu kamarnya.&nbs
[Hi, Desi. Senang berkenalan denganmu] [Hi Michael, aku juga senang] [Desi, apa kau mau jadi p...] Ting Tong Suara bel rumah berbunyi berulang kali, di rumah sedang tidak ada orang. Hanya Desi, satu-satunya orang yang tersisa. Ayah dan ibunya sedang pergi ke rumah tante Nia, adik ibunya itu sedang mengadakan pesta lamaran di kota sebelah. Mau tak mau, ia berjalan menuju pintu dengan bersusah payah. Ting Tong... "Iya, iya, sabar sedikit kenapa sih ? Udah tau gak ada orang. Lagipula, siapa sih tamu tak tahu diri itu? Sudah malam masih bertamu ke rumah orang?"gerutu Desi kesal karena tamu itu sudah mengganggu keasyikannya chat dengan Michael. Ia pun segera membukakan pintu