"Desi, bapak sama ibu akan pergi lagi besok pagi. Kamu baik-baik dirumah ya. Tutup pintu rapat-rapat kalo ada orang tidak di kenal datang seperti kemarin. Lebih baik, jangan kau bukakan pintu. Ibu takut nanti orang itu bermaksud jahat padamu." pesan ibu pada Desi.
"Iya, bu. Akan Desi ingat pesan ibu. Desi akan hati-hati. Ibu dan bapak bisa pergi saja dengan tenang. Nggak usah mikirin Desi. Desi kan, bukan anak kecil lagi. Desi sudah dewasa." ucap Desi pelan sambil berusaha menenangkan ayah dan ibunya.
****
Tok! Tok!
"Desi, bangun nak! Ini sudah siang. Ibu dan ayah mau pergi dulu ya." Seru ibu dari dalam ruangan.
. "Iya, sebentar bu." sahut Desi dengan mata yang masih berat. Desi pun terpaksa turun dari tempat tidurnya. Dan membukakan pintu kamarnya.
"Loh, ibu pagi-pagi sudah rapih saja? Ibu mau kemana lagi?" tanya Desi bingung.
"Astaga, Desi! Kamu sudah lupa ya? Padahal baru kemarin ibu bilang kalau hari ini ibu dan ayahmu akan pergi ke rumah tantemu lagi." ucap ibu pelan.
"Ah, iya. Maaf, Desi lupa bu. Ya, sudah. Ibu, ayah hati-hati ya." ucap Desi sambil melambaikan tangan pada ibu dan ayahnya.
"Iya, kamu juga hati-hati ya Desi. Kunci pintu rumah dan ingat kalo ada orang tidak di kenal datang bertamu sebaiknya jangan kau bukakan. Ibu takut dia orang jahat."pesan ibu sekali lagi. Desi hanya mengangguk pelan.
"Iya, bu. Desi mengerti." sahut Desi sambil berusaha meyakinkan ibu dan ayahnya.
Setelah mereka menghilang dari ujung jalan Desi pun masuk kembali ke dalam rumah. Dan tak lupa mengunci pintu rumahnya.
Desi membuka layar handphonenya. Terdapat ratusan chat dari Michael kemarin malam yang belum sempat Desi baca kemarin malam akibat kedatangan tamu tak diundang itu.
[Hallo]
[Halo, Desi]
[Apa kamu sudah tidur?]
[Desi, aku mau cerita sesuatu padamu]
[Aku tadi datang ke rumah ibu tiriku. Tapi, ibu tiriku sedang tidak ada di rumah. Yang ada hanya adik tiriku yang sangat menyebalkan]
[Adik tiriku itu mengira aku seorang tamu dan mengusir ku]
[Hiks... sedih ya, tidak diakui keluarga sendiri]
[Tapi, nanti aku akan datang lagi ke rumah ibu tiriku. Doakan aku ya, semoga hari ini aku bisa bertemu dengan ibu tiriku dan tidak diusir lagi]
Desi bingung. Desi hanya menatap layar ponselnya dengan tatapan kosong. Desi tidak tahu mana chat yang harus dibalas lebih dahulu. Desi hanya memijat pelipisnya dengan kedua jarinya.
"Aduh, maaf Michael. Kemarin malam karena kedatangan tamu tidak tahu diri itu aku jadi tidak sempat lagi melihat chat darimu. Lalu, aku ketiduran karena sangat lelah." batin Desi dalam hati.
*****
Tok! Tok!
"Iya, tunggu sebentar!" sahut Desi dari dalam ruangan.
"Aduh, siapa lagi sih? Apa ibu dan ayah pulang lagi? Tapi, tadi kan, mereka baru pergi? Apa acaranya batal lagi?" batin Desi dalam hati.
"Heh, kebiasaan deh kamu! Buka pintu lama banget sih! Baru bangun ya, kamu? Itu baru mandi juga lagi? Astaga, Ibu tiriku memang sudah salah milih pembantu." sindir tamu itu lagi. Desi hanya mengepalkan tangannya kesal. Rasanya kesabarannya sudah habis hanya untuk menghadapi cowok satu ini.
"Kamu lagi? Mau apa sih kamu datang lagi ke rumahku? Dan satu lagi, ingat sudah kubilang berulang kali kalo aku ini bukan pembantu ibu tirimu. Aku ini anak di rumah ini. Lebih baik pergi sana dari rumahku!" usir Desi kesal.
"Ada hak apa kamu pakai mengusirku segala? Aku ini anak yang punya rumah ini. Dan kamu siapa? Kenapa kamu ada di rumah ini? Kalo aku tidak mau pergi kamu mau apa? Mau melaporkanku ke polisi?" sembur cowok itu kesal.
"Terserah kau saja!" sahut Desi menyerah.
"Nah, begitu lebih baik. Awas minggir sana! Aku mau masuk." ujar cowok itu sambil mendorong tubuh Desi ke pinggir. Tubuh Desi pun tak ayal lagi terjatuh ke lantai.
Akhirnya dengan susah payah, Desi berhasil bangkit dari posisinya semula. Ia terus berjalan menuju kamarnya. Kembali tenggelam dalam keasyikan chat dengan Michael cowok yang baru di kenal nya di dunia maya. Desi, tak mempedulikan cowok itu ia menganggap tamu tak tahu diri itu tidak ada. Sesaat ia sudah sibuk di depan laptopnya hingga tak menyadari kalau ada orang lain di dalam kamarnya.
"Ih, kemana sih Michael nya ? Kok, nggak balas-balas sih ? Nyebelin ih, pasti dia lagi asyik chat dengan cewek lain deh !"gerutu Desi sembari memajukan bibirnya. Kesal.
"Oh, jadi kerjaan kamu chat sama cowok pantesan tadi bukain pintunya lama banget. Hati-hati, kamu jangan chat sama cowok sembarangan, apa lagi sampai ketemuan, banyak kasus pemerkosaan di TV hanya gara-gara si gadis kegenitan dan terlalu percaya sama makhluk yang namanya cowok. Lantas, mau aja diajak cowok ketemuan."ceramah tamu itu panjang lebar.
Desi melotot kesal,"Kamu ? Ngapain dikamar aku ? Sana keluar ! Kamu itu tamu, main masuk aja ke kamarku nggak ketuk pintu dulu lagi."maki Desi kesal.
Desi juga tak terima begitu saja kaumnya di bilang bodoh."Eh, enak aja kamu bilang kalo cewek itu bodoh. Cowoknya aja, yang mesum pikirannya nggak boleh lihat cewek seksi sedikit langsung deh, matanya larak-lirik lupa sama gandengannya !"protes Desi tak terima.
"Sudah, sudah, kenapa kita harus ribut karena masalah itu sih ? Itu kan, bukan urusan kita . Kamu boleh chat sama siapapun, asal kamu sebaiknya hati-hati nggak semua cowok baik, seperti aku."kata cowok itu sembari menyudahi pertengkaran dengan gadis itu.
"Huh, dasar kegeeran ! Udah keluar sana, Aku mau tidur ngantuk." usir Desi seperti mengusir anak ayam. "Hush ! Hush !"katanya lagi.
"Biasa aja kali ngusirnya, nggak perlu pake hush, hush segala ! Aku orang bukan ayam."jawab tamu itu jengkel.
"Dasar cowok aneh ! Ikut campur urusan orang aja, udah masuk nggak pake ketuk pintu pula."gerutu Desi kesal lalu ia mengunci pintu kamarnya sebelum makhluk tak tahu diri itu menerobos masuk kembali ke dalam kamarnya.
Bukan tidak mungkin, cowok itu seorang pemerkosa atau bahkan pencuri yang pura-pura mengaku sebagai anak dari ayah tirinya. Hiu ! Tanpa sadar Desi bergidik ngeri membayangkan cowok itu seorang pemerkosa. Tunggu ! Tadi apa aku bilang mengatakan kalo dia itu pencuri ? Iya, pencuri.
Brakk!
"Hei, apa-apaan sih kamu? Main masuk aja ke kamar orang! Apa kamu tidak pernah diajari sopan santun sama ibu tiriku?" maki cowok itu
"Heh, bukannya kamu yang tidak tahu diri! Kamu itu siapa? Mengaku-ngaku sebagai anak tuan rumah ini. Atau jangan-jangan kamu itu pencuri yang menyamar yah?" tuduh Desi kesal.
"Atau jangan-jangan kamu itu beneran orang jahat ya? Kamu sengaja menyamar jadi cowok baik-baik lalu nanti kalo si cewek lengah kamu akan menculiknya atau mungkin membunuhnya." tuduh Desi asal. "Heh! Enak saja kau ini menuduh orang sembarangan. Aku ini cowok baik-baik. Aku bukan orang yang seperti itu. Dasar kamu ini! Kamu sepertinya kebanyakan mengkhayal atau kebanyakan baca dongeng." sembur cowok itu kesal. "Sebaiknya, kau pergi sana! Sebelum aku lapor polisi. Atau aku teriak biar tetanggaku datang berdamai-ramai ke rumah ini. Dan memukuli wajahmu yang tampan itu sampai babak belur dan tak berbentuk lagi." ancam Desi kesal. "Lapor saja sana! Aku tidak takut. Kau mau teriak juga tidak apa-apa. Mana ada yang percaya sama gadis seperti kamu. Kamu pasti cuma seorang pendusta kan? Aku akan tunggu ibu tiriku pulang lalu aku akan minta i
"Gara-gara kamu nih! Hampir saja, aku dipukuli warga dan babak belur. Ibu benar-benar kacau deh. Apa ibu tiriku tidak bisa mencari pembantu yang lebih pintar sedikit? Bukan seperti kamu yang bisanya hanya chat dengan cowok yang tidak jelas asal-usulnya pula. "maki cowok itu kesal. Desi berusaha tidak memedulikan ocehan cowok itu. Karena Desi sudah menyumpal telinganya dengan headset dan memutar musik dengan volume yang cukup keras. Kepala Desi bergoyang ke kanan dan ke kiri mengikuti irama musik. "Hei, kamu dengar aku apa tidak sih?" tegur cowok itu kesal. Kesabarannya sudah habis. Dihampirinya, Desi dan dicabutnya headset itu dari telinga Desi. "Ih, apaan sih kamu? Main cabut saja! Nggak boleh melihat orang senang ya?" sungut Desi kesal.
Setelah kepergian cowok itu, rumah Desi menjadi lebih tenang. Tidak ada teriakan dan keributan lagi. Dan, tanpa sadar Desi pun tertidur lelap. Karena rasa lelah yang teramat sangat. Bahkan, Desi pun mengganti dering ponselnya menjadi sunyi. Kring! Kring! "Tidak diangkat pak? Kemana anak itu ya? Masa sih, baru jam 8 malam Desi sudah tidur?" ujar ibu heran. "Bisa juga, bu. Mungkin Desi lelah karena harus membereskan rumah karena tidak ada kita. Sudah, biarkan saja dulu, bu. Besok baru kita coba telpon lagi." saran bapak bijak. "Baiklah, pak. Ayo, kita masuk ke dalam. Ibu mau istirahat dulu. Ibu sudah mengantuk." ajak ibu pelan. **** "Aduh, ayah juga kemana sih? Kok ponselnya gak diangkat sih
[Hi, Desi. Senang berkenalan denganmu] [Hi Michael, aku juga senang] [Desi, apa kau mau jadi p...] Ting Tong Suara bel rumah berbunyi berulang kali, di rumah sedang tidak ada orang. Hanya Desi, satu-satunya orang yang tersisa. Ayah dan ibunya sedang pergi ke rumah tante Nia, adik ibunya itu sedang mengadakan pesta lamaran di kota sebelah. Mau tak mau, ia berjalan menuju pintu dengan bersusah payah. Ting Tong... "Iya, iya, sabar sedikit kenapa sih ? Udah tau gak ada orang. Lagipula, siapa sih tamu tak tahu diri itu? Sudah malam masih bertamu ke rumah orang?"gerutu Desi kesal karena tamu itu sudah mengganggu keasyikannya chat dengan Michael. Ia pun segera membukakan pintu
Setelah kepergian cowok itu, rumah Desi menjadi lebih tenang. Tidak ada teriakan dan keributan lagi. Dan, tanpa sadar Desi pun tertidur lelap. Karena rasa lelah yang teramat sangat. Bahkan, Desi pun mengganti dering ponselnya menjadi sunyi. Kring! Kring! "Tidak diangkat pak? Kemana anak itu ya? Masa sih, baru jam 8 malam Desi sudah tidur?" ujar ibu heran. "Bisa juga, bu. Mungkin Desi lelah karena harus membereskan rumah karena tidak ada kita. Sudah, biarkan saja dulu, bu. Besok baru kita coba telpon lagi." saran bapak bijak. "Baiklah, pak. Ayo, kita masuk ke dalam. Ibu mau istirahat dulu. Ibu sudah mengantuk." ajak ibu pelan. **** "Aduh, ayah juga kemana sih? Kok ponselnya gak diangkat sih
"Gara-gara kamu nih! Hampir saja, aku dipukuli warga dan babak belur. Ibu benar-benar kacau deh. Apa ibu tiriku tidak bisa mencari pembantu yang lebih pintar sedikit? Bukan seperti kamu yang bisanya hanya chat dengan cowok yang tidak jelas asal-usulnya pula. "maki cowok itu kesal. Desi berusaha tidak memedulikan ocehan cowok itu. Karena Desi sudah menyumpal telinganya dengan headset dan memutar musik dengan volume yang cukup keras. Kepala Desi bergoyang ke kanan dan ke kiri mengikuti irama musik. "Hei, kamu dengar aku apa tidak sih?" tegur cowok itu kesal. Kesabarannya sudah habis. Dihampirinya, Desi dan dicabutnya headset itu dari telinga Desi. "Ih, apaan sih kamu? Main cabut saja! Nggak boleh melihat orang senang ya?" sungut Desi kesal.
"Atau jangan-jangan kamu itu beneran orang jahat ya? Kamu sengaja menyamar jadi cowok baik-baik lalu nanti kalo si cewek lengah kamu akan menculiknya atau mungkin membunuhnya." tuduh Desi asal. "Heh! Enak saja kau ini menuduh orang sembarangan. Aku ini cowok baik-baik. Aku bukan orang yang seperti itu. Dasar kamu ini! Kamu sepertinya kebanyakan mengkhayal atau kebanyakan baca dongeng." sembur cowok itu kesal. "Sebaiknya, kau pergi sana! Sebelum aku lapor polisi. Atau aku teriak biar tetanggaku datang berdamai-ramai ke rumah ini. Dan memukuli wajahmu yang tampan itu sampai babak belur dan tak berbentuk lagi." ancam Desi kesal. "Lapor saja sana! Aku tidak takut. Kau mau teriak juga tidak apa-apa. Mana ada yang percaya sama gadis seperti kamu. Kamu pasti cuma seorang pendusta kan? Aku akan tunggu ibu tiriku pulang lalu aku akan minta i
"Desi, bapak sama ibu akan pergi lagi besok pagi. Kamu baik-baik dirumah ya. Tutup pintu rapat-rapat kalo ada orang tidak di kenal datang seperti kemarin. Lebih baik, jangan kau bukakan pintu. Ibu takut nanti orang itu bermaksud jahat padamu." pesan ibu pada Desi. "Iya, bu. Akan Desi ingat pesan ibu. Desi akan hati-hati. Ibu dan bapak bisa pergi saja dengan tenang. Nggak usah mikirin Desi. Desi kan, bukan anak kecil lagi. Desi sudah dewasa." ucap Desi pelan sambil berusaha menenangkan ayah dan ibunya. **** Tok! Tok! "Desi, bangun nak! Ini sudah siang. Ibu dan ayah mau pergi dulu ya." Seru ibu dari dalam ruangan.. "Iya, sebentar bu." sahut Desi dengan mata yang masih berat. Desi pun terpaksa turun dari tempat tidurnya. Dan membukakan pintu kamarnya.&nbs
[Hi, Desi. Senang berkenalan denganmu] [Hi Michael, aku juga senang] [Desi, apa kau mau jadi p...] Ting Tong Suara bel rumah berbunyi berulang kali, di rumah sedang tidak ada orang. Hanya Desi, satu-satunya orang yang tersisa. Ayah dan ibunya sedang pergi ke rumah tante Nia, adik ibunya itu sedang mengadakan pesta lamaran di kota sebelah. Mau tak mau, ia berjalan menuju pintu dengan bersusah payah. Ting Tong... "Iya, iya, sabar sedikit kenapa sih ? Udah tau gak ada orang. Lagipula, siapa sih tamu tak tahu diri itu? Sudah malam masih bertamu ke rumah orang?"gerutu Desi kesal karena tamu itu sudah mengganggu keasyikannya chat dengan Michael. Ia pun segera membukakan pintu