"Gara-gara kamu nih! Hampir saja, aku dipukuli warga dan babak belur. Ibu benar-benar kacau deh. Apa ibu tiriku tidak bisa mencari pembantu yang lebih pintar sedikit? Bukan seperti kamu yang bisanya hanya chat dengan cowok yang tidak jelas asal-usulnya pula. "maki cowok itu kesal.
Desi berusaha tidak memedulikan ocehan cowok itu. Karena Desi sudah menyumpal telinganya dengan headset dan memutar musik dengan volume yang cukup keras. Kepala Desi bergoyang ke kanan dan ke kiri mengikuti irama musik.
"Hei, kamu dengar aku apa tidak sih?" tegur cowok itu kesal. Kesabarannya sudah habis. Dihampirinya, Desi dan dicabutnya headset itu dari telinga Desi.
"Ih, apaan sih kamu? Main cabut saja! Nggak boleh melihat orang senang ya?" sungut Desi kesal.
"Makanya, kalo orang lagi bicara itu di dengarkan dulu. Emangnya, enak dicuekin."ujar cowok itu jengkel.
"Hei, kamu itu siapa? Berani memerintahku. Lagi pula, kita sudah tidak ada urusan. Tidak ada lagi yang harus kita bicarakan! Lebih baik kamu keluar dari sini. Sebelum aku teriak memanggil warga di luar sana itu kembali ke sini dan menghajarmu habis-habisan."hardik Desi kesal.
"Kau? Dasar kau cewek menyebalkan! Awas saja kau tunggu pembalasanku!" ucap cowok itu geram.
*****
[Halo]
[Halo, Michael]
[Iya, kenapa Michael?]
[Aku sedang kesal hari ini]
[Kesal banget]
[Oh ya, kamu kesal sama siapa?"]
[Kesal sama pembantu di rumah ibu tiriku]
[Oh, memangnya kenapa pembantu di rumah ibu tirimu itu?]
[Yah, pokoknya dia itu cewek yang ngeselin banget deh. Sampai rasanya aku ingin menendangnya keluar dari rumah ini]
[Tapi, tunggu dulu. Memangnya ibu dan ayahmu kemana?]
[Ayah dan ibuku sedang pergi. Aku pikir mereka sudah pulang makanya aku datang lagi ke rumah ayahku. Tapi, ternyata mereka belum kembali juga.]
[Lalu, apa yang akan kau lakukan pada pembantu di rumah ayahmu itu?]
[Tidak ada. Aku akan menunggu sampai ayah dan ibu tiriku pulang. Setelah itu, aku baru akan mengatakan yang sebenarnya pada mereka agar gadis itu diusir dari rumah ini]
[Oh, baiklah. Aku harap kau tetap sabar ya]
"Hei, kamu tolong buatkan aku segelas teh hangat manis dong!"perintah cowok itu seenaknya.
"Tidak mau! Kamu kan, punya tangan jadi buat saja sendiri sana!" tolak Desi kesal.
"Hei, jadi untuk apa ibu tiriku membayar gajimu mahal-mahal? Kalau bukan untuk melayaniku."ujar cowok itu jengkel.
"Hei, kamu juga sudah berapa kali kubilang kalo aku ini bukan pembantu di rumah ini! Jadi, jangan seenaknya kau memerintahku untuk mengambil ini itu. Dan membuat ini itu. Kau ini benar-benar tuan muda pemalas. Apa ayah dan ibumu tidak mengajarimu untuk mengerjakan semuanya sendiri! Lebih baik, kau pergi sana dan jangan ganggu aku lagi!" sembur Desi jengkel.
"Hei, kau ini cuma pembantu! Kenapa jadi kau yang memarahiku? Dan aku ini majikanmu. Lebih baik kau turut saja perintahku sebelum kutendang kau keluar dari rumah ini.
Lagi pula, apa susahnya sih cuma membuat teh saja?"hardik cowok itu lagi.
Desi membuang napas kasar. Desi pun terpaksa menuruti permintaan cowok menyebalkan itu.
"Huh! Dasar cowok aneh! Memangnya dia siapa berani memerintahku seenaknya? Lihat saja nanti, rasakan nih teh buatan pembantumu yang malas." ujar Desi sambil menyeringai licik. Ditambahkannya satu sendok garam dan dimasukkan ke dalam cangkir teh itu. Setelah itu diaduknya rata.
"Ini, tuan secangkir teh yang tuan minta. Silahkan diminum. Dan, tolong jangan ganggu saya lagi!" desis Desi kesal.
"Nah, begitu lebih baik. Kenapa tidak dari tadi kau buatkan aku teh ini. Jadi kita tidak perlu berdebat panjang lebar dan tiada habisnya. Sangat melelahkan. Ya, sudah. Kau sekarang boleh pergi sana dan lanjutkan chat mu itu. Nanti, kalo aku butuh bantuanmu lagi aku akan panggil kamu kembali. "usir cowok itu seenaknya.
"Tidak! Jangan panggil aku lagi! Aku ngantuk mau tidur." sahut Desi bohong.
"Ya sudah, sana pergi! Aku tidak akan memanggil kau lagi." usir cowok itu lelah. Di hadapannya kini ada setumpuk lembar kerja yang harus diperiksanya.
Diseruputnya secangkir teh buatan Desi itu.
Hueggh!
"Dasar cewek tidak waras! Apa yang dia masukkan ke dalam cangkir teh ini? Apa dia ingin membunuh?" maki cowok itu kesal.
Cowok itu pun segera melangkah keluar menuju kamar Desi.
Tok! Tok!
Di ketuknya pintu kamar Desi keras-keras.
"Hei, buka pintunya! Cepat buka!" teriak cowok itu kesal.
"Aduh ada apa lagi sih makhluk satu ini? Hidupku jadi tidak bisa tenang seharipun sejak kedatangannya." rutuk Desi kesal.
Klik!
Di bukanya pintu kamarnya itu dengan jengkel.
"Ada apa lagi sih kamu mengangguku? Apa tadi belum cukup tuan muda? Sekarang kamu ingin minta dibuatkan apa lagi?" tanya Desi dengan nada sinis.
"Minta divuatkan apa lagi? Buatkan aku sevmcangkir teh lagi. Tapi, ingat jangan kau taruh garam di dalamnya seperti tadi. Apa kau berniat membunuhku?" sembur cowok itu geram.
"Garam? Hahaha... rasain kau! Makanya buat sendiri sana! Lagi pula, aku kan sudah pesan tadi kalo aku mau tidur jadi jangan kau ganggu aku lagi!" desis Desi kesal. Tangannya terkepal erat. Desi rasanya ingin melayangkan tinjunya pada wajah cowok itu. Agar wajah tampan cowok itu berubah babak belur.
****
"Tolonggg ! Tolongg ! Ada pencuri masuk ke dalam rumah saya." teriak Desi sekeras mungkin. Di lihatnya ada beberapa bapak-bapak berbadan tegap datang dengan setengah berlari mendekati sekering listrik.
"Ada apa , non Desi ?"tanya seorang bapak penasaran.
"Iya, ada apa non ?"tanya bapak yang satunya lagi.
Di tengah banyaknya pertanyaan dari para bapak-bapak itu, tiba-tiba, tamu cowok di rumah Desi itu keluar dengan wajah masih mengantuk.
"Ada apa ? Kok, ramai sih ?" tanya cowok itu heran. Kedua tangannya tengah sibuk mengucek-ngucek kedua matanya.
"Ada pencuri." sahut Desi jengkel.
"Hah ? Pencuri ? Di mana ? Mana pencurinya ?" tanya cowok bingung. Matanya sibuk larak-lirik mencari sosok mencurigakan yang di maksud oleh Desi.
"Ini dia pak, orangnya. Orang ini mengaku-ngaku sebagai anak dari keluarga Hermawan ini."kata Desi dengan nada penuh kemenangan.
"Ayo, kita tangkap ! Kita bawa ke kantor polisi !"seru bapak yang berbadan kurus itu sembari memprovokasi kawan-kawannya.
"Ayo,"kata bapak yang satu lagi dengan penuh semangat.
"Eh, eh, tunggu bapak-bapak saya tidak bersalah. Lepaskan saya ! Tolong, dengarkan dulu penjelasan saya !"jerit putus asa keluar dari mulut cowok itu.
Desi hanya memandang cuek pada cowok itu.
"Akhirnya, misi komplit. Ternyata, pintar juga akting gue, ya ?"kata Desi dengan angkuhnya. Ia menghembuskan nafas lega karena telah berhasil mengusir cowok itu dari rumah mereka.
Desi, hanya menatap cowok itu dengan tatapan penuh kemenangan hingga cowok itu menghilang dari balik mobil salah satu warga.
Kaca mobil yang hitam membuat cowok itu luput dari penglihatan Desi. Sorot mata tajam milik cowok itu tampak sedang menatap Desi dengan penuh kebencian."Lihat saja kau, gadis jahat. Tunggu pembalasanku !"desis cowok itu geram dengan ulah Desi yang telah mengusirnya secara paksa."Dasar cewek keras kepala !"kata cowok itu lagi sembari menyeringai licik.
Setelah kepergian cowok itu, rumah Desi menjadi lebih tenang. Tidak ada teriakan dan keributan lagi. Dan, tanpa sadar Desi pun tertidur lelap. Karena rasa lelah yang teramat sangat. Bahkan, Desi pun mengganti dering ponselnya menjadi sunyi. Kring! Kring! "Tidak diangkat pak? Kemana anak itu ya? Masa sih, baru jam 8 malam Desi sudah tidur?" ujar ibu heran. "Bisa juga, bu. Mungkin Desi lelah karena harus membereskan rumah karena tidak ada kita. Sudah, biarkan saja dulu, bu. Besok baru kita coba telpon lagi." saran bapak bijak. "Baiklah, pak. Ayo, kita masuk ke dalam. Ibu mau istirahat dulu. Ibu sudah mengantuk." ajak ibu pelan. **** "Aduh, ayah juga kemana sih? Kok ponselnya gak diangkat sih
[Hi, Desi. Senang berkenalan denganmu] [Hi Michael, aku juga senang] [Desi, apa kau mau jadi p...] Ting Tong Suara bel rumah berbunyi berulang kali, di rumah sedang tidak ada orang. Hanya Desi, satu-satunya orang yang tersisa. Ayah dan ibunya sedang pergi ke rumah tante Nia, adik ibunya itu sedang mengadakan pesta lamaran di kota sebelah. Mau tak mau, ia berjalan menuju pintu dengan bersusah payah. Ting Tong... "Iya, iya, sabar sedikit kenapa sih ? Udah tau gak ada orang. Lagipula, siapa sih tamu tak tahu diri itu? Sudah malam masih bertamu ke rumah orang?"gerutu Desi kesal karena tamu itu sudah mengganggu keasyikannya chat dengan Michael. Ia pun segera membukakan pintu
"Desi, bapak sama ibu akan pergi lagi besok pagi. Kamu baik-baik dirumah ya. Tutup pintu rapat-rapat kalo ada orang tidak di kenal datang seperti kemarin. Lebih baik, jangan kau bukakan pintu. Ibu takut nanti orang itu bermaksud jahat padamu." pesan ibu pada Desi. "Iya, bu. Akan Desi ingat pesan ibu. Desi akan hati-hati. Ibu dan bapak bisa pergi saja dengan tenang. Nggak usah mikirin Desi. Desi kan, bukan anak kecil lagi. Desi sudah dewasa." ucap Desi pelan sambil berusaha menenangkan ayah dan ibunya. **** Tok! Tok! "Desi, bangun nak! Ini sudah siang. Ibu dan ayah mau pergi dulu ya." Seru ibu dari dalam ruangan.. "Iya, sebentar bu." sahut Desi dengan mata yang masih berat. Desi pun terpaksa turun dari tempat tidurnya. Dan membukakan pintu kamarnya.&nbs
"Atau jangan-jangan kamu itu beneran orang jahat ya? Kamu sengaja menyamar jadi cowok baik-baik lalu nanti kalo si cewek lengah kamu akan menculiknya atau mungkin membunuhnya." tuduh Desi asal. "Heh! Enak saja kau ini menuduh orang sembarangan. Aku ini cowok baik-baik. Aku bukan orang yang seperti itu. Dasar kamu ini! Kamu sepertinya kebanyakan mengkhayal atau kebanyakan baca dongeng." sembur cowok itu kesal. "Sebaiknya, kau pergi sana! Sebelum aku lapor polisi. Atau aku teriak biar tetanggaku datang berdamai-ramai ke rumah ini. Dan memukuli wajahmu yang tampan itu sampai babak belur dan tak berbentuk lagi." ancam Desi kesal. "Lapor saja sana! Aku tidak takut. Kau mau teriak juga tidak apa-apa. Mana ada yang percaya sama gadis seperti kamu. Kamu pasti cuma seorang pendusta kan? Aku akan tunggu ibu tiriku pulang lalu aku akan minta i
Setelah kepergian cowok itu, rumah Desi menjadi lebih tenang. Tidak ada teriakan dan keributan lagi. Dan, tanpa sadar Desi pun tertidur lelap. Karena rasa lelah yang teramat sangat. Bahkan, Desi pun mengganti dering ponselnya menjadi sunyi. Kring! Kring! "Tidak diangkat pak? Kemana anak itu ya? Masa sih, baru jam 8 malam Desi sudah tidur?" ujar ibu heran. "Bisa juga, bu. Mungkin Desi lelah karena harus membereskan rumah karena tidak ada kita. Sudah, biarkan saja dulu, bu. Besok baru kita coba telpon lagi." saran bapak bijak. "Baiklah, pak. Ayo, kita masuk ke dalam. Ibu mau istirahat dulu. Ibu sudah mengantuk." ajak ibu pelan. **** "Aduh, ayah juga kemana sih? Kok ponselnya gak diangkat sih
"Gara-gara kamu nih! Hampir saja, aku dipukuli warga dan babak belur. Ibu benar-benar kacau deh. Apa ibu tiriku tidak bisa mencari pembantu yang lebih pintar sedikit? Bukan seperti kamu yang bisanya hanya chat dengan cowok yang tidak jelas asal-usulnya pula. "maki cowok itu kesal. Desi berusaha tidak memedulikan ocehan cowok itu. Karena Desi sudah menyumpal telinganya dengan headset dan memutar musik dengan volume yang cukup keras. Kepala Desi bergoyang ke kanan dan ke kiri mengikuti irama musik. "Hei, kamu dengar aku apa tidak sih?" tegur cowok itu kesal. Kesabarannya sudah habis. Dihampirinya, Desi dan dicabutnya headset itu dari telinga Desi. "Ih, apaan sih kamu? Main cabut saja! Nggak boleh melihat orang senang ya?" sungut Desi kesal.
"Atau jangan-jangan kamu itu beneran orang jahat ya? Kamu sengaja menyamar jadi cowok baik-baik lalu nanti kalo si cewek lengah kamu akan menculiknya atau mungkin membunuhnya." tuduh Desi asal. "Heh! Enak saja kau ini menuduh orang sembarangan. Aku ini cowok baik-baik. Aku bukan orang yang seperti itu. Dasar kamu ini! Kamu sepertinya kebanyakan mengkhayal atau kebanyakan baca dongeng." sembur cowok itu kesal. "Sebaiknya, kau pergi sana! Sebelum aku lapor polisi. Atau aku teriak biar tetanggaku datang berdamai-ramai ke rumah ini. Dan memukuli wajahmu yang tampan itu sampai babak belur dan tak berbentuk lagi." ancam Desi kesal. "Lapor saja sana! Aku tidak takut. Kau mau teriak juga tidak apa-apa. Mana ada yang percaya sama gadis seperti kamu. Kamu pasti cuma seorang pendusta kan? Aku akan tunggu ibu tiriku pulang lalu aku akan minta i
"Desi, bapak sama ibu akan pergi lagi besok pagi. Kamu baik-baik dirumah ya. Tutup pintu rapat-rapat kalo ada orang tidak di kenal datang seperti kemarin. Lebih baik, jangan kau bukakan pintu. Ibu takut nanti orang itu bermaksud jahat padamu." pesan ibu pada Desi. "Iya, bu. Akan Desi ingat pesan ibu. Desi akan hati-hati. Ibu dan bapak bisa pergi saja dengan tenang. Nggak usah mikirin Desi. Desi kan, bukan anak kecil lagi. Desi sudah dewasa." ucap Desi pelan sambil berusaha menenangkan ayah dan ibunya. **** Tok! Tok! "Desi, bangun nak! Ini sudah siang. Ibu dan ayah mau pergi dulu ya." Seru ibu dari dalam ruangan.. "Iya, sebentar bu." sahut Desi dengan mata yang masih berat. Desi pun terpaksa turun dari tempat tidurnya. Dan membukakan pintu kamarnya.&nbs
[Hi, Desi. Senang berkenalan denganmu] [Hi Michael, aku juga senang] [Desi, apa kau mau jadi p...] Ting Tong Suara bel rumah berbunyi berulang kali, di rumah sedang tidak ada orang. Hanya Desi, satu-satunya orang yang tersisa. Ayah dan ibunya sedang pergi ke rumah tante Nia, adik ibunya itu sedang mengadakan pesta lamaran di kota sebelah. Mau tak mau, ia berjalan menuju pintu dengan bersusah payah. Ting Tong... "Iya, iya, sabar sedikit kenapa sih ? Udah tau gak ada orang. Lagipula, siapa sih tamu tak tahu diri itu? Sudah malam masih bertamu ke rumah orang?"gerutu Desi kesal karena tamu itu sudah mengganggu keasyikannya chat dengan Michael. Ia pun segera membukakan pintu