Linda mengambil kunci serep ruang kerja suaminya itu dan di berikan pada Rizal. "Bukalah sendiri, aku mau menemani Brave adikmu di kamar, dia tadi sangat ketakutan saat Papinya mengamuk.
Rizal tertegun mendengar apa yang di katakan Linda, mematung tanpa menerima kunci yang di sodorkan Linda."Zal, Kau dengan Ibu, 'kan," ucapnya sambil menguatkan diri untuk tidak menangis"Jadi aku sudah punya adik? Ia bernama Brave? Kenapa diberi nama Brave?" tanya Rizal dengan pelan, ia tidak tahu kenapa bertanya demikian pada mantan kekasihnya itu."Karena saat itu aku ketakutan dan hanya dialah yang membuatku berani," jawabnya sambil pergi berlalu meninggalkan Rizal yang masih belum bergeming di depan ruangan kerja sang Daddy.Ia menghembuskan napas, menghilangkan sesak di dadanya melihat mantan kekasih terlihat kuyuh dengan tubuh kurus dan tatapan hampa. Bukan karena masih cinta. Tidak, tetapi rasa kasihan melihatnya begitu memprihatinkan.'mobil Rizal pun berhenti basement gedung apartemennya lalu ia keluar dari mobilnya dan berjalan cepat masuk ke dalam lift. Ia menekan tombol angka menuju ke apartemennya.Pintu terbuka Rizal keluar dan berjalan dengan tergesa-gesa. Iya ini seberapa ketemu dengan Firda dan menatap wajah sejuknya itu.Ia buka pintu dengan key cardnya lalu masuk ke dalam dan berjalan menuju kamar Nara dibukanya pintu perlahan. dua orang wanita yang berbeda umur tidur dengan pulasnya.Ia menatap Firda yang tertidur lelap, wajah polos tanpa make up itu membuat daya tarik sendiri baginya. 'Tuhan tolong hadirkan cinta di hati gadis ini untuk saya dan putrinya,' bisiknya dalam hati.Dia itu menutup pintu dengan perlahan lalu berjalan menuju kamarnya, membuka kemejanya dan menggantinya dengan baju tidur kemudian ia merebahkan tubuhnya di ranjang dan mulai terlelap meluapakan apa yang telah dilaluinya hari ini.Di rumah besar dan di sebuah kamar nampak wanita
Pagi menjelang, tercium bau basah sebab semalam di guyur hujan, tetes embun masih terlihat atas bunga. Naila membantu menyiapkan sarapan pagi untuk hari ini.Bayu menuruninya tangga menuju meja makan. "Ini kamu yang masak, Mam?" tanya Bayu.Naila terkekeh. "Bukan, ini Bik Surti yang masak aku hanya bantu mencicipi saja.""Bukan saya, Tuan, saya justru hanya membantu saja," jawab bik Surti.Baru saja tiga suap masuk ke dalam mulutnya. tiba-tiba saja terdengar suara dering telepon dari saku celana Bayu."Mas, makan dulu!" perintah Naila."Ma, itu handphone berbunyi terus biar ku angkat dulu," jawab Bayu."Terserah Papa sajalah! Toh yang punya perut papa," ucap Naila kesalBayu tertawa sambil mencolek dagu sang istri lalu menerima panggilan yang dari tadi."Maaf Pak menganggu, perusahaan Minco Crop mengajukan komplain, mereka ingin bertemu dengan Bapak Pagi ini juga dan mereka dalam perjalanan kemari," jelas Firda yang juga sedang dalam perjalanan menuju tempat kerjanya."Baik, saya akan
Mereka berjalan bersama masuk kedalam lift kemudian keluar lagi dan menuju ruang rapat di sana ia bertemu Anton selaku pimpinan Minco Crop.Rizal dengan percaya dirinya menghampiri pria itu. "Pak Anton, selamat pagi, Anda masih mengenal saya?" tanya Rizal.Pria itu mengerutkan keningnya mencoba mengingat sesuatu. "Apa Anda Tuan Rizal?" tanyanya setelah mengingat sesuatu."Betul, apa saya bisa bicara dengan Anda secara pribadi dengan Anda di sana?" tanya Rizal."Baik," jawab pria itu sambil tersenyum.Bayu dan Firda saling berpandangan, ia begitu heran kenapa Rizal yang berprofesi sebagai dokter bisa mengenal Tuan Anton yang notabene sebagai seorang pengusaha. Rizal dan Anton berjalan menjauh dari mereka lalu berbicara dengan sangat serius, tak lama kemudian mereka kembali menghampiri Bayu dan Firda."Mohon maaf, Pak Bayu, saya hanya mendengar selentingan kabar bahwa perusahaan Anda dalam masalah, jelas saya pun harus mempertimbangkan mengenai ini karena sebagai pengusaha saya juga ti
"Baik Mas, nanti akan saya beri kabar jika Bapak sudah datang," jawab Dron menunduk hormat.Rizal mengangguk lalu berjalan masuk ke dalam lift kemudian keluar saat sudah di lantai dasar. Ia berjalan menuju mobilnya dan masuk ke dalam serta segera meluncur meninggalkan tempat itu menuju rumah sakit tempatnya bekerja.Setelah sampai, Rizal masuk ke dalam rumah sakit dan langsung ke ruang pemeriksaan, Ibu-ibu hamil sudah menunggunya, begitu Dokter Rizal datang pemeriksaan di mulai hingga jam dua belas siang lalu Istirahat sebentar.Pada waktu istirahat itulah, Rizal memacu mobilnya menuju perusahaan ayahnya dengan kecepatan kencang ia sudah mendapat info kalau ayahnya sudah berada di sana.Setengah jam kemudian ia sampai dan segera masuk kedalam lift khusus dan keluar berjalan ke ruang ayahnya dengan hati gusar.Tanpa mengetuk terlebih dulu Rizal pun masuk ke ruangan sang ayah. "Apa kau tidak punya sopan-satun masuk begitu saja?" hardik Rega
Hari berganti hari satu Minggu sudah telah berlalu, perusahaan berjalan dengan baik, Beberapa kali Satria merengek minta sekolah umum dan tidak mau home schooling, akhirnya ia minta bantuan Hatan, untuk mau mengawal sang anak ke sekolah yang sama dengan Clarissa.Saat makan malam Satria, duduk dengan muka murung karena dari kemarin ia belum mendapatkan persetujuan dari sang Papa.Bayu duduk di kursi sebelah sang putra, ia melirik Satria yang tidak mau melihatnya sama sekali."Kamu marah sama papa?" tanyanya sambil menatap bocah itu. Satria tidak menjawab hanya mengangguk."Ngak mau ngomong sama Papa?" tanya Bayu lagi dan Satria pun kembali mengangguk."Ok! berarti Papa batalkannya sekolah di tempat yang sama dengan Clarissa," ucap Bayu sambil melipat tangannya di dadanya dan pura-pura merajuk.Satria menoleh pada ayahnya dan matanya melebar sempurna dengan binar kebahagian tiada terkira. "Benarkah aku boleh sekolah dengan Clarissa?" tanyanya seolah tak percayaBayu mengangguk, saat sa
Kaki kecil berlari keluar rumah dengan seragam sekolah dan tas di punggungnya, setelah berpamitan kepada Bayu dan Naila dengan mencium kedua punggung tangan mereka.Tangan gadis kecil melambai di kaca jendela mobil yang terbuka, Lia keluar menyambut Satria yang berlari Kecil menghampiri mobilnya. Wanita itu langsung menggendong dan mendudukkan bocah lelaki kecil itu di bangku tengah bersama Clarissa putrinya, lalu ia pun duduk di depan bersama Hatan suaminya itu lalu mobil berjalan dengan kecepatan sedang keluar dari rumah itu.Sementara itu Bayu hendak berangkat merasa heran dengan istrinya itu yang terlihat lesu. "Ada apa Ma?" tanya Bayu."Apa aku harus di rumah terus?" tanyanya pada suaminya."Apa kau ingin ikut ke kantor? Nanti jam makan siang kita makan di luar, sekalian ngedate bareng pasangan baru," jawab Bayu."Siapa?" tanya Naila"Rizal dan Firda," jawabnya lagi"Dokter Rizal dan Firda? Baiklah aku iku
Seorang Pria paru baya mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja, ia sedang menunggu seseorang, karena beberapa hari Dron tidak bisa dihubungi sama sekali sehingga ia harus mengutus seorang untuk mengintai rumah Bayu.Tak lama kemudian ketukan pintu terdengar dari luar. "Masuk!" perintah Regan.Seorang pemuda masuk ke dalam dan duduk di sofa, ia hanya diam saja menunggu sang majikan bertanya.Regan menatap pria itu. "Apa yang kau dapat?" "Benar Nona Naila ada di jakarta, Tuan," jawabnya."Kau sudah selidiki apa yang bisa untuk memancing wanita itu agar datang padaku?"Nona Naila mempunyai seorang putra, tetapi anak ini dalam keadaan sakit-sakitan jika menggunakan anak ini, maka Anda akan dibenci seumur hidup."Aku tidak peduli yang ku inginkan hanya tubuhnya, aku ingin menikmatinya beberapa kali, setelah itu biarkan dia pergi. Aku tidak peduli ia membenciku dari awal pun dia membeciku dan menolakku, siapa pun yang menolakku
Sudah tiga jam semenjak Naila dan Bayu meninggalkan Restoran Satria terlihat sudah bosan. "Paman, Om, kenapa kita tidak pulang? Kata Papa tidak boleh capek, tetapi kenapa kita main terus?" tanya Satria pada Hatan kata menoleh kepada dokter Rizal untuk meminta bantuan menjawabnya namun dokter Rizal pura-pura tidak tahu atas isyarat dari Hatan.akhirnya mau tidak mau Aten pun harus menjawab pertanyaan Satria yang sebenarnya sulit untuk dijawab."Begini, mama dan papa sedang rapat, kalau mau pulang di rumah paman dulu menunggu Bapak dan mamamu pulang karena pasti di rumahmu hanya hadapi Surti,"Tidak apa-apa Paman nanti aku langsung pulang aja dan langsung ke kamarku lalu tidur nanti kalau Papa dan Mama sudah pulang aku meminta bik Surti membangunkan," ku awab sambil tertawa."Baiklah kita akan pulang dan kalau kamu lelah tidur saja di mobil nanti Paman pindahkan ke kamar kamu," jelas Hatan, "Ok anak-anak sekarang kita pulang sudah cukup mainnya karena ini sudah sore,"jelas Hatan.Mere
Setelah beberapa saat pemakaman sudah sepi, tinggal Yuda dan Dara berdiri di pusara itu, Dara, menghampiri Yuda. "Daddy memberikanmu Amplop besar dan surat ini padamu. Aku hanya boleh memberikan saat dia sudah tiada," ucap Dara dan Yuda mengangguk."Maafkan Dia adikku," ucap Dara lalu pergi meninggalkan pria itu. Setelah Kepergian Dara, Yuda membuka Surat hanya dua baris kalimat kalimat yang terdapat didalamnya [Ibumu adalah wanita yang ada di hatiku tetapi aku tidak pernah ada di hatinya. Maaf telah membuatmu ada Dunia, your Dadd]Yuda menghembuskan napasnya. Ia membuka amplop besar ternyata berisi sebuah sertifikat atas nama dirinya sebuah rumah sakit besar yang di bangun di sebuah desa di mana Naila tinggal dalam persembunyiannya duluh.Dia menatap pusara itu. "Aku tak menginginkan semua ini, Dadd. Aku hanya mendambakan hidup dengan keluarga utuh yang diawali dengan benar.Seseorang menepuk punggungnya dari belakang, ia menoleh. "Mas Hugo, Bu!"Pria yang memeluk wanita paruh baya
Satu minggu kemudian Satria sudah diijinkan pulang tetapi masih harus bed rest selama satu bulan.Regan semakin hari kesehatan semakin menurun, sebelum menyadari itu ia meminta Dara, untuk mengantarkan pada wanita-wanita yang disakitinya pertama ia mendatangi ibunya Hugo seorang wanita yang ia kagumi. Namun justru menikah dengan sahabatnya. Lalu ia pergi ke rumah penampungan wanita korban pelecehan dirinya. Matanya sembab, inikah jejak kenakalan, ia benar-benar merasa menyesal, bahkan andai mereka tidak memaafkannya dia akan ikhlas.Setelah meminta maaf kepada keempat wanita yang ada di sana ia pun pulang ke rumah di antar oleh Dara."Dara, Daddy, mau menitipkan sesuatu padamu dan tolong berikan pada Yuda setelah Daddy tidak ada," ucap Regan sambil meminta Dara mendorong kursi rodanya ke ruangan kerjanya.Ia membuka laci lalu mengambil surat dan diberikan pada Dara, "Berikan itu pada Yuda saat aku sudah tidak ada lagi dan sampaikan maafku padanya," pintanya sambil tersenyum."Dad,
Hugo meringis saat Rizal menatap horor padanya. "Kali ini aku serius, enggak main-main," ucapnya"Apa dulu kita tertukar ya, harusnya kamu anak Daddy," ucap Rizal seenaknya."Enggaklah bedah, aku gak pernah menghamili anak orang, aku cuma cium-cium doang kalau dia mau, kalau gak mau, ya engak," ucapnya cuek."Hogu, aku tanya siapa?" teriak Rizal"Aduh, jangan teriak-teriak telinga aku sakit lagian ini di rumah sakit Dokter Rizal," ucap Hugo sambil menutup telinganya lalu ia berjalan menghampiri Rizal."Ayo, ike kasih tahu siapa yang ike suka dari adik-adik elo," ucap sambil menggamit lengan Rizal sambil berjalan berlenggang-lenggok."Ogah, najis tahu, Aduh ... Gusti adikku yang mana suka sama kamu, Go," ucap Rizal mengusap wajahnyq dengan kasar.Semua yang ada di ruangan itu tertawa. "Memang kenapa aku, 'kan tampan," ucapnya sambil berdiri tegak dan berwibawa.Mereka kembali tertawa yang paling keras sendiri adalah Satria. "Waduh, sudah sembuh nih, karena om Hugo ke sini," timpal Hugo
Beberapa hari dipenuhi suka cita akan kehadiran anggota baru yaitu bayi perempuan bernama Ayana itu.Seminggu kemudian operasi transplantasi punca dilaksanakan. Bocah berusia lima tahun itu berbaring diruang operasi.Lima jam menunggu akhirnya pintu kamar operasi terbuka dan Dokter mengatakan bahwa operasi transplantasi punca telah berhasil dan pasien akan di pindahkan di ruang ICU setelah pemeriksaan lebih lanjut.Naila dan Bayu masih belum bisa lega ia harus menunggu kondisi Satria benar-benar stabil."Sayang, jangan terlalu dipikirkan, kamu sedang menyusui, biar soal Satria aku dan Daddy yang urus. Ayo aku antar pulang sama Mama ya?" tanyanya sambil menoleh ke Melati."Mama di sini saja, Bay sama Daddymu. Kamu antar saja istrimu kasihan Ayana nanti," ucap Melati pada putranya itu."Ayo kasian Ayana loh, kalau di tinggal lama-lama, yang," ucap Bayu sambil beranjak dari duduknya."Iya," jawab Naila yang dengan engan berdiri, ia begitu dilema bayinya ada di rumah sedang anak pertamany
Saat mendengar sang cucu kedua sudah lahir, Melati membujuk Herlan untuk segera terbang ke Indonesia. Herlan tak mampu menolak keinginan sang istri detik itu juga yang memesan tiket pesawat ke Indonesia.Tak banyak yang dibawa tetapi hadiah untuk menantunya tidak boleh ketinggalan. hari itu juga mereka berangkat tanpa memberi tahu anak dan menantunya ia ingin membuat kejutan. Apalagi ia juga sangat merindukan cucu lelakinya itu yang hanya bisa ditemui lewat video call.Saat cucunya jatuh sakit lagi ia ingin langsung terbang ke Indonesia untuk melihat pria kecilnya itu tetapi suami masih harus menangani masalah perusahaannya di Jepang.Sebenarnya Mereka ingin Frans yang mengurus perusahaan di Jepang tetapi untuk saat ini Frans dan Jelita belum bisa terbang ke Jepang karena kondisi Jelita sedang hamil, Jika sudah melahirkan Herlan ingin mereka segera terbang ke Jepang lalu dia dan istrinya ingin menikmati hari tua dengan hanya berkumpul dengan anak dan cucunya.Ia ingin satu bulan ke In
Setengah jam kemudian Dokter Dara kembali masuk ke ruangan bersama dokter Raka dan seorang perawat lalu Dokter Raka berdiskusi sebentar dengan Dokter Dara kemudian pria itu pun keluar.Detik berikutnya Naila merasakan sakit kembali, sang suster kembali memeriksa jalan lahir, dan sudah pembukaan lengkap.Dua jam berjuang akhirnya lahir bayi cantik yang sehat lalu bayi melakukan IMD. Naila merasa sangat legah, terlihat dari wajahnya.Bayu memeluk istrinya baru kali ini dia menemani sang istri melahirkan, rasanya tidak melihat perjuangan istri dalam melahirkan. "Trimakasih, sayang," ucapnya pada sang istri."Sama-sama, Mas, aku sangat bahagia kau ada di sampingku, dulu waktu melahirkan Satria gak sesakit ini," ucap Naila Bayu terkekeh karena teringat peristiwa saat dia mengalami sakit perut yang luar biasa hingga dia pingsan dan dilarikan ke rumah sakit."Kenapa tertawa?" tanya Naila menatap Bayu penuh dengan pertany
Beberapa hari kemudian semua aset sudah dikembalikan pada Naila, sekarang perusahaan itu dikelola oleh Bayu.Sementara itu Mawar yang sudah sehat setelah menggugurkan kandungannya itu kembali ke Korea dan Regan semakin hari semakin parah. Lelaki itu tidak mau di temani siapa-siapa selain perawat pria.hari berganti hari perusahaan Bayu semakin besar mempunyai banyak cabang dari dalam maupun luar negeri. Namun tidak membuatnya kehilangan waktu untuk keluarganya Usia Kandungan Naila sudah sembilan lebih, ia mulai merasakan ketidak nyamanan pada tabuhnya. Hingga siang hari ini Naila mulai mengalami kontraksi palsu Semakin lama kontraksi semakin sering, Satria yang baru saja sembuh karena kecapekan karena terlalu banyak beraktivitas melihat sang Mama meringis kesakitan pun menghampiri Mamanya."Ma, Mama kenapa? Tria panggilin Tante ya sepertinya tante sudah pulang. Apa telpon apa, Ma?" tanya Tria pada Mamanya."Panggilin Tante saja, Nak, bilang kalau Mama mau melahirkan. Biar Bik Narti
Rizal tertawa mendengar umpatan Bayu. "Sebenarnya aku kemari mencari Naila, bukan kamu.""Jangan bilang kau berubah kepribadian, gue getok kepala lo," ucap Bayu."Sebenarnya kalau ada dia lebih enak karena bisa ketemu dia langsung, kalau cuma Bapak-bapak rasanya mata kurang segar," ucap Rizal yang sedang menggoda bayu."Kamu mau Gelut ya sama aku?" tanyanya sambil tangannya mulai meraih kepala Rizal "Stop-stop aku tidak suka istrimu aku lebih suka Firda dari pada aku babak belur," ucapnya tertawa."Ya, sudah sekali lagi ku tanya kau mau apa?" tanya Bayu."Aku tadi kan sudah telpon dan bertanya kapan Naila siap dikukuhkan sebagai Presdir," protes Rizal."Presdir perusahaan mana? Kau benar-benar tidak jelas, telpon pun terburu-buru aku mau tanya sudah kau tutup," protesnya."Baiklah akan kuperjelas. Dulu Perusahaan Keluarga Naila dipegang Daddy dengan cara curang, dan sekarang dia ingin mengembalikan kepada pemil
Rizal sudah diberitahu oleh Dron, tentang keinginan Regan untuk mengembalikan aset milik orang tua Naila, dan meminta untuk diuruskan perceraiannya dengan Linda, Regan ingin Linda menikah kembali karena dia masih sangat muda.Rizal mengendarai mobilnya menuju perusahaan Naila yang selama ini dijalankan ayahnya.setengah jam kemudian dia sampai. Ia segera turun dari mobilnya dan berjalan melewati lobby dan masuk dalam lift. Pintu terbuka dan ia keluar lalu berjalan serta masuk keruangan Presdir.Ia mulai mempersiapkan surat-surat pengalihan kuasa dari Regan ke Naila, ia meminta sekertaris ayahnya segera memprosesnya. Setelah itu menelpon Bayu ia menanyakan kapan Naila siap untuk dikukuhkan sebagai Presdir. Setelah itu, ia keluar dari ruangan itu untuk kembali ke rumah sakit tempatnyabekerja.Beberapa hari ia sibuk dengan urusan ayahnya membuat ia belum bertemu dengan Firda. Dia ingin menjalin keseriusan dengan gadis itu.Mobil berjalan dengan sangat cepatnya menuju tempat berkerja.