Share

87

Kiai mengembus napas panjang begitu selesai membaca kalimat yang tertulis di kertas. Pandangannya lurus ke depan di mana jemarinya berhenti menggulir biji tasbih. Untuk sesaat, hanya keheningan yang meruang di tempat empat orang itu berada. Lukman, Deni maupun Ustaz Ahmad tak berani buka suara.

“Benar apa yang kamu katakan, Lukman,” ujar Kiai setelah beberapa detik keheningan menyapa, “menurut tulisan di kertas ini, warga Ciboeh bahkan sudah membakar rumah Rojali hingga rata dengan tanah.”

Mendengar penuturan Kiai, Lukman kian menundukkan wajah. Kepalan tangannya semakin mengeras seiring dengan rasa bersalah dan penyesalannya yang kian membesar seiring waktu. Andai saja ia bisa mencegah Rojali untuk pergi ke Lnacah Darah, andai saja dirinya bisa jujur lebih awal pada Kiai dan Ustaz Ahmad, mungkin kejadiannya tidak akan sampai separah ini.

“Ini semua salah saya, Kiai. Sa-saya yang sudah berani kurang ajar pada Kiai.” Lukman tib

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status