"ATAMA!" Sentak Aljabar saat kini jaraknya dengan sang istri sudah cukup dekat.Teriakan itu reflek merenggangkan pelukan Abraham di tubuh istrinya hingga Atama pun langsung melepaskan diri dan menjauhi Abraham.Dengan cepat Aljabar menarik tubuh Atama ke sisinya."Saya pikir, semua ada batasannya Pak Abraham. Atama sekarang sudah menjadi istri saya, tolong jaga sikap anda!" ucap Aljabar memperingati. Jika saja mereka tidak ada di tempat umum, rasanya tangan Aljabar sudah gatal ingin memberi Abraham pelajaran.Masih dengan wajah sendunya, Abraham hanya tersenyum tipis. Menatap Atama dengan tatapan yang sulit diartikan, kedua bola mata lelaki itu masih berkaca-kaca."Al, udah ya, jangan ribut di sini. Ayo kita berangkat. Ab, aku pergi dulu," kata Atama menengahi.Atama sendiri bingung kenapa sikap Abraham tiba-tiba seperti ini.Bukankah sebelumnya, Abraham yang mendukung Atama untuk kembali pada Aljabar?Lelaki itu selalu bilang, bahwa dia akan bahagia bila melihat Atama bahagia bersam
Sesampainya di Hong Kong, Aljabar dan Atama tidak perlu lagi mencari tempat untuk menginap karena semua sudah disiapkan oleh pihak travel yang mereka percayai.Setelah melakukan check in di hotel, lalu membenahi barang-barang sebentar, Aljabar bergegas untuk mandi, ketika Atama pun hendak melakukan hal yang sama."Mau mandi bareng?" Goda Aljabar dengan senyuman mesumnya.Atama yang saat itu masih ngambek hanya melengos dan malah berbalik badan, sama sekali tidak mengacuhkan ajakan sang suami. Dia lebih memilih untuk menunggu.Aljabar yang tau bahwa Atama masih ngambek hanya mengedikkan bahu sambil mesam-mesem dan beranjak ke dalam kamar mandi.Siulan Aljabar terdengar dari dalam sana, lelaki itu bernyanyi keras dengan suaranya yang sedikit fals."Setiap ada kamu mengapa jantungku berdetak. Berdetaknya lebih kencang. Seperti genderang mau perang.""Di setiap ada kamu mengapa darahku mengalir. Mengalir lebih cepat dari ujung kaki ke ujung kepala.""Aku sedang ingin bercinta karena. Mung
Mentari pagi kian merangkak naik dan sinarnya menyerbu masuk menerobos dinding berlapis kaca dari arah balkon sebuah hotel berbintang lima.Seorang wanita dengan tubuh polos berbalut selimut putih terbangun dari tidurnya. Dia menoleh ke sisi kiri tempat tidur, di mana seorang pria masih terbuai dalam mimpi indahnya.Wanita itu tersenyum tipis. Dia memangku kepalanya dengan sebelah tangan. Matanya sibuk menelaah wajah tampan pria itu, yang kini tidur dalam posisi setengah miring menghadap ke arah si wanita. Bahkan sebelah tangan pria itu terlihat masih bertengger manis di atas perut wanitanya. Posisinya belum berubah.Sepanjang malam ini, Aljabar tertidur sambil terus memeluk Atama. Setelah mereka asik bergumul dalam permainan panas nan menggairahkan tadi malam."Good Morning Sweetheart?" bisik Atama di telinga sang suami. Dia mengecup satu kali pipi Aljabar lalu beralih pada bibir suaminya. "Now, I think I am gonna love you for a long time." Bisik Atama lagi dengan tatapannya yang le
Seorang wanita dengan usianya yang sudah cukup matang terlihat berjalan menuju sebuah ruangan besar di tengan mansion megahnya.Dandannya yang menor tak membuat wajahnya yang berumur terlihat lebih tua, justru dari hari ke hari, aura kecantikan sang wanita tampak terpancar dari wajahnya yang mulus dan halus."Hay, Girls. Mami kumpulin kalian pagi ini hanya untuk memberi tahu bahwa malam ini, kita akan berpesta di penthousenya Tuan Jendra Farid Firmansyah, kalian kenal dong pastinya beliau itu siapa? Beliau sudah booking kalian semua untuk menemani rekan-rekan bisnisnya dari berbagai negara besar. Jadi, kalian harus cancel semua kegiatan hari ini, dan pergi ke salon untuk perawatan. Mami nggak mau kalau sampai ada komplainan dari Tuan Jendra nanti? Oke?""Oke Mami Keke," sahut sepuluh orang wanita cantik dengan tubuh aduhai nan seksinya. Mereka adalah anak buah Mami Keke.Mami Keke, begitulah dia disebut.Dia adalah seorang gremo yang cukup terkenal di Jakarta.Lelaki hidung belang yang
Meski tahu bahwa semasa hidupnya Kinan sudah melakukan hal buruk pada Atama dan juga Aljabar, namun, saat Kinan meninggal, seluruh keluarga Aljabar termasuk Atama turut menghantarkan jenazah Kinan ke tempat peristirahatan terakhirnya.Keluarga besar Kinan pun sudah mengetahui apa yang terjadi dengan hubungan rumah tangga anak mereka dan merasa sangat bersalah atas itu.Atas nama Kinan, mereka sudah meminta maaf secara resmi kepada Aljabar juga Atama.Sementara itu, pencarian atas diri Chelsea masih terus berlanjut hingga sekarang."Al, apa mungkin, Chelsea sekarang ada sama Lexi? Aku nggak liat Lexi datang ke pemakaman Kinan tadi? Gimana kalau kita datengin rumah Lexi sekarang?" Terka Atama menyampaikan kecurigaannya saat dia dan Aljabar kini sedang dalam perjalanan pulang menuju Jakarta, karena pemakaman Kinan dilangsungkan di daerah asal Kinan, yaitu Bandung.Aljabar seketika berdecak. Dia memang khawatir dengan keadaan Chelsea, hanya saja untuk kembali bertatap muka dengan Lexi, se
"Permisi, Ibu Marfuah ya? Lagi sibuk Bu?" Sapa Atama dari arah belakang.Wanita paruh baya bernama Marfuah yang saat itu sedang menyapu halaman resto pun langsung berbalik menoleh ke arah suara sapaan itu berasal.Melihat Atama berdiri sambil tersenyum di belakangnya, kerutan di kening Ibu Marfuah yang keriput tampak berlipat ganda."Ibu masih ingat saya? Kita pernah ketemukan sebelumnya di sini?" ucap Atama lagi masih dengan logat sopan dan ramahnya.Di luar dugaan, jika dulu pertama kalinya mereka bertemu, Ibu Marfuah tampak sok akrab dengan Atama yang dia pikir adalah Rassi, tapi reaksi Ibu renta itu kini terlihat berbeda.Wanita itu seperti orang ketakutan hingga dia langsung berlari menuju area halaman belakang Resto, meninggalkan Atama yang jadi terbengong-bengong sendirian.Untungnya Atama bergerak cepat dan langsung mengejar Ibu Marfuah ke halaman belakang resto, tapi sialnya, wanita itu sudah tidak terlihat di sana."Kemana dia?" tanya Atama bergumam sendiri.Atama hendak ber
Aljabar baru saja selesai menghadiri pertemuan penting mengenai proyek kerjasama baru dengan beberapa perusahaan tetangga.Sebuah proyek besar yang akan menjadi alat picu perusahaannya untuk terus meroket.Sayangnya, hasil dari rapat ini ditutup dengan berita duka cita atas kematian salah satu rekan bisnis Aljabar yang sejak awal juga ikut berkontribusi dalam proyek ini.Dia, Gavindra.Lelaki matang berusia 36 Tahun yang menjabat sebagai CEO Andalas Grup.Kematian Gavindra diduga karena overdosis, itulah hasil dari penyelidikan pihak kepolisian sejauh ini.Itulah sebabnya, posisi Gavindra kosong dan terpaksa proyek akan ditunda sampai posisi itu tergantikan oleh investor lain.Dengan wajah lelah, Aljabar pulang ke rumah seperti biasa setelah semua pekerjaannya selesai di kantor.Merenggangkan ikatan dasinya yang terasa mencekik, Aljabar melangkah masuk ke kediamannya.Jika biasanya, Atama akan menyambut kepulangannya di teras atau di ruang keluarga, namun sampai Aljabar memasuki kamar
"Dari hasil penyelidikan saya, dari beberapa kesaksian tetangga di sekitar kediaman Abraham di Solo, banyak dari mereka yang tidak mengenal sosok Rassi maupun Abraham sendiri. Mereka lama tinggal di Solo tapi sangat menutup diri dari tetangga sekitar dan dunia luar. Jarang sekali Rassi terlihat keluar dari rumah kecuali jika di dampingi oleh Abraham. Dan terakhir, di tanggal 6 November ini, ada seorang tetangga yang melihat Rassi keluar terburu-buru lalu mengemudi mobil sendiri, tak lama terlihat Abraham menyusul, dan sejak itu, Rassi tak pernah lagi terlihat batang hidungnya di kediaman Abraham, sama halnya dengan Abraham sendiri. Mereka berdua menghilang dan tak ada satu pun tetangga yang mengetahui kemana mereka pergi. Sampai detik ini, kediaman Abraham di Solo kosong, Mam." Beritahu Bara, salah satu anak buah kepercayaan Mami Keke."Setelah saya selidiki lebih jauh, saya kemudian mengetahui bahwa di tanggal yang sama dengan kepergian Rassi dari kediaman Abraham itu, telah terjadi
TIGA TAHUN KEMUDIAN...Abraham POV*****"Kamu... bukan Rassi...” kataku lirih, melemah, terduduk lunglai di lantai. Bersandar pada dinding ruangan gelap itu.Kedua rahangku kembali mengeras. Menahan sesak yang kian menjadi-jadi.Aku menggigit bibir bagian bawah, sekadar berusaha menahan genangan air di kelopak mataku supaya tidak jatuh membanjiri pipi.Jelas, aku tak ingin terlihat cengeng dihadapan wanita ini. Meski aku harus mengakui kekeliruanku selama ini, kalau wanita yang kini berdiri di hadapanku ini, bukan, dia bukan Rassiku.Wanita ini bukan istriku...*****Jakarta, Sepuluh Tahun SilamAku terdiam saat berbicara. Aku terhenti saat berjalan. Seperti ketika aku melewati taman-taman surga. Walau mata ini tertutup, tapi dia tetap terlihat. Bahkan ketika mata ini terbuka, seketika senyumnya menyambut tanpa jeda, membuatku lupa bagaimana cara untuk berkedip. Tingkah manjanya membuatku merasa menjadi satu-satunya pria paling perkasa, karena aku satu-satunya pria yang bisa melindun
Tak ada yang pernah menyangka jika Rassi Pramudita adalah anak dari salah satu pengusaha ternama di New York.Ayahanda Rassi adalah orang Indonesia yang sudah lama menetap di New York dan menjadi warga negara Amerika Serikat, sementara Ibunda Rassi sendiri merupakan wanita keturunan Korea Selatan.Paras cantik Rassi diturunkan dari sang Ibu yang awalnya berprofesi sebagai aktris ternama di Korea, namun dia pensiun sejak memutuskan untuk menikah dengan Ayah Rassi.Tidak mendapat persetujuan keluarga, itulah yang menjadi penyebab Ayah Rassi pergi ke luar negeri dan memulai karirnya sebagai pebisnis dari titik nol di New York.Siapa sangka, keuletan dan ketekunannya membuahkan hasil yang sangat memuaskan.Sementara alasan mengapa Rassi dan Rissa bisa terpisah, itu semua karena ulah seorang lelaki bernama Mo Seo Jin yang merupakan fans garis keras Ibunda Rassi.Mo Seo Jin kecewa karena idolanya pensiun dari dunia perfilman dan memilih untuk menjadi Ibu Rumah tangga biasa sehingga lelaki i
Sesampainya Atama dan Aljabar di kediaman mereka, hal tak terduga mengejutkan keduanya saat sosok Chelsea yang tiba-tiba berlari ke arah Aljabar di pintu masuk dengan senyuman yang merekah di wajah imutnya."Papa... Elsi kangen Papa..." ucap Chelsea yang langsung berhambur memeluk Aljabar."Chelsea? Kamu..." ucap Atama bingung saat tiba-tiba Arlan dan Althair diikuti Lyra dan Rama ikutan menghampiri mereka di ambang pintu utama."Chelsea baik-baik aja, Ata! Lagian sih, lo nggak angkat telepon gue!" ucap Arlan saat itu setengah berteriak."Ini, gimana bisa?" Tanya Atama yang masih saja bingung, meski dalam hati dia sangat senang."Chelsea itu udah lama kabur dari Abraham. Dan selama itu juga dia hidup terlunta-lunta sendirian di luar sana. Untungnya ada temen gue yang nemuin Chelsea." ucap Arlan setelahnya."Alhamdulillah, syukur kalau begitu? Aku harus cepet telepon Lexi, dia pasti senang mendengar kabar ini," balas Atama yang lekas mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya."Elsi nggak m
Setelah Atama memberitahu Lexi bahwa dia sendiri pun tidak mengetahui di mana kini Abraham menyekap Chelsea, lalu tak lama, wanita itu mendapati pesan masuk yang dikirim dari nomor tak dikenal, di mana nomor tersebut mengaku bahwa dia adalah Abraham.Lelaki itu mengancam Atama juga Aljabar akan membunuh Chelsea jika mereka tak datang ke lokasi di mana Abraham berada.Tak mau membuang waktu, Atama dan Aljabar pun melaporkan ancaman itu pada pihak kepolisian, selain itu, mereka juga melibatkan Lexi dalam pemecahan masalah kali ini.Hingga akhirnya, setelah mereka semua berembuk, Atama dan Aljabar pun menyanggupi permintaan Abraham.Keesokan malamnya, mereka benar-benar mendatangi lokasi yang alamatnya diberikan Abraham pada mereka.Arlan yang awalnya ingin ikut tak diizinkan oleh Nando karena kondisi kesehatan Arlan yang memang belum sepenuhnya membaik.Menahan kesal, Arlan hanya bisa menatap kepergian iring-iringan kendaraan Aljabar, Lexi dan pihak kepolisian yang meninggalkan pelatara
Mungkin, semua manusia di dunia ini pernah mengalami sebuah kejadian yang dinamakan kebetulan.Ya, kebetulan.Kebetulan yang pada akhirnya kembali mempertemukan sepasang insan manusia yang saling jatuh cinta.Semua yang terjadi seperti mimpi bagi Aljabar saat tatapannya yang tanpa sengaja tertuju ke arah sebuah motor yang melaju perlahan di sisi kendaraannya.Saat itu, Aljabar sedang berada dalam perjalanan menuju Bandung untuk menemui Ibu Marfuah. Kepergiannya ditemani Nando dan pihak kepolisian.Sesosok wanita bergaun hijau yang duduk diboncengan motor terlihat tidak asing, sehingga Aljabar pun menajamkan penglihatannya.Dan saat itulah, dia pun tersadar bahwa wanita itu adalah Atama, istrinya yang hilang satu minggu ini.Menepuk cepat bahu Nando yang mengendarai mobil, Aljabar berteriak panik."Nan, berhenti Nan! Berhenti! Hadang motor itu, Nan! Itu Atama, Nando! Itu Atama," ucapnya dengan telunjuk yang mengarah ke motor di sisi kendaraannya.Nando pun bergerak cepat mengikuti inst
Hari ini, Mami Keke dikejutkan dengan kabar hilangnya Ratu dari rumah sakit.Salah satu anak buahnya tersebut melarikan diri saat pengawasan rumah sakit sedang berkurang, terlebih saat Andra, yang merupakan salah satu bodyguard Mami Keke yang ditugaskan sang gremo menjaga Ratu sedang lengah.Masih dengan seragam rumah sakit yang dia kenakan, Ratu berjalan tertatih saat luka tembak di perutnya belum sepenuhnya pulih.Ratu harus lekas pulang ke kostannya untuk mengambil barang pribadinya sebelum dia pergi jauh dari kota ini.Setelah menjalani perawatan intensif pasca kejadian penembakan itu, Ratu terus berpikir bahwa dia tak ingin lagi kembali pada profesinya sebagai pelacur.Ratu ingin berhenti dari pekerjaan kotor itu dan mulai menata kehidupannya yang baru.Meski sampai detik ini, dia belum tahu kemana dia harus pergi.Dan mengenai alasan mengapa Ratu tiba-tiba berpikir seperti ini, itu semua tak lepas dari perasaan yang dia miliki terhadap Arlan sejauh ini.Ratu sadar sampai kapan p
Sudah satu minggu berlalu Atama disekap Abraham di Villa pribadinya.Sikap Atama yang tetap menunjukkan kepatuhan, perlahan meruntuhkan kecurigaan dalam benak Abraham yang awalnya berpikir Atama hanya berpura-pura baik padanya.Dan kejadian tadi malam, saat Atama tak menolak diajak berciuman oleh Abraham sukses membuat lelaki itu terkecoh dan mulai percaya bahwa Atama tidak sedang bersandiwara.Hingga akhirnya, Abraham pun mencoba untuk mengetes Atama, apakah wanita itu benar-benar serius dengan kata-katanya tempo hari, atau memang hanya sekadar ingin mengelabui dirinya.Hari ini, Abraham yang awalnya menyekap Atama di lantai teratas Villa pribadinya, sengaja mengajak wanita itu keluar dari persembunyian untuk menikmati indahnya hari.Abraham membiarkan Atama berkeliaran bebas di Villa itu hanya dengan penjagaan seadanya."Ini Bu Marfuah. Dia asisten rumah tangga di sini yang akan membantumu menyiapkan kebutuhanmu, sayang," ucap Abraham memperkenalkan seorang wanita paruh baya bernama
"Sudah cukup aku bersabar menunggumu kembali padaku, sayang... Dan sekarang, aku tak sudi menunggu lagi!" ucap Abraham yang dengan cepat merobek pakaian yang dikenakan Atama saat itu.Atama menjerit saat Abraham hendak memperkosanya.Namun, semua usaha pemberontakannya tak kuasa menahan keganasan Abraham. Lelaki itu sudah seperti monster yang siap menerkam Atama.Masih berusaha mempertahankan diri, Atama tiba-tiba berteriak, "Baik, baiklah, aku akan menuruti semua perintahmu, Ab. Tapi aku mohon, jangan sakiti aku untuk saat ini. Beri aku waktu sampai aku benar-benar siap. Aku berjanji, setelah ini, aku akan selalu mendampingimu..." Atama bicara sambil menangis. Menutupi kedua bukit kembarnya yang masih tertutup pakaian dalam dengan kedua tangannya yang dia silangkan.Mendengar ucapan Atama, nafsu Abraham yang tadinya sudah menggebu perlahan surut. Lelaki itu tak menyangka jika Atama akan berbicara seperti itu."Apa, kamu tidak berbohong, Ata?" ucapnya serak.Atama mengangguk. "Ya, aku
Hari sudah beranjak sore, Atama masih terkurung di sana.Di dalam kamar itu.Dia kelaparan dan kehausan.Sudah berbagai cara dia coba untuk melarikan diri, namun tak ada satu pun usahanya yang berhasil.Bahkan jendela kamarnya saja dilapisi dengan teralis besi. Atama tak menemukan celah sedikit pun untuknya bisa keluar dari kamar ini.Satu hal yang hanya bisa dia lakukan adalah menutup tubuhnya yang terbuka dengan pakaian wanita yang dia temukan di dalam lemari kamar.Entah itu pakaian siapa, Atama tak memperdulikannya. AC di kamar itu begitu dingin, dan dia butuh pakaian yang lebih tertutup.Setelah lelah menangis bahkan suaranya nyaris hilang karena terus menerus berteriak seperti orang gila sejak tadi pagi, Atama kini hanya bisa tergolek lemah di sudut lantai kamar.Duduk memeluk lutut dan berurai air mata.Pikirannya tak lepas dari Aljabar dan Althair.Atama benar-benar menyesal karena tidak mempercayai ucapan suaminya.Hingga malam pun akhirnya tiba.Atama yang sudah lemas hampir