"Permisi, Ibu Marfuah ya? Lagi sibuk Bu?" Sapa Atama dari arah belakang.Wanita paruh baya bernama Marfuah yang saat itu sedang menyapu halaman resto pun langsung berbalik menoleh ke arah suara sapaan itu berasal.Melihat Atama berdiri sambil tersenyum di belakangnya, kerutan di kening Ibu Marfuah yang keriput tampak berlipat ganda."Ibu masih ingat saya? Kita pernah ketemukan sebelumnya di sini?" ucap Atama lagi masih dengan logat sopan dan ramahnya.Di luar dugaan, jika dulu pertama kalinya mereka bertemu, Ibu Marfuah tampak sok akrab dengan Atama yang dia pikir adalah Rassi, tapi reaksi Ibu renta itu kini terlihat berbeda.Wanita itu seperti orang ketakutan hingga dia langsung berlari menuju area halaman belakang Resto, meninggalkan Atama yang jadi terbengong-bengong sendirian.Untungnya Atama bergerak cepat dan langsung mengejar Ibu Marfuah ke halaman belakang resto, tapi sialnya, wanita itu sudah tidak terlihat di sana."Kemana dia?" tanya Atama bergumam sendiri.Atama hendak ber
Aljabar baru saja selesai menghadiri pertemuan penting mengenai proyek kerjasama baru dengan beberapa perusahaan tetangga.Sebuah proyek besar yang akan menjadi alat picu perusahaannya untuk terus meroket.Sayangnya, hasil dari rapat ini ditutup dengan berita duka cita atas kematian salah satu rekan bisnis Aljabar yang sejak awal juga ikut berkontribusi dalam proyek ini.Dia, Gavindra.Lelaki matang berusia 36 Tahun yang menjabat sebagai CEO Andalas Grup.Kematian Gavindra diduga karena overdosis, itulah hasil dari penyelidikan pihak kepolisian sejauh ini.Itulah sebabnya, posisi Gavindra kosong dan terpaksa proyek akan ditunda sampai posisi itu tergantikan oleh investor lain.Dengan wajah lelah, Aljabar pulang ke rumah seperti biasa setelah semua pekerjaannya selesai di kantor.Merenggangkan ikatan dasinya yang terasa mencekik, Aljabar melangkah masuk ke kediamannya.Jika biasanya, Atama akan menyambut kepulangannya di teras atau di ruang keluarga, namun sampai Aljabar memasuki kamar
"Dari hasil penyelidikan saya, dari beberapa kesaksian tetangga di sekitar kediaman Abraham di Solo, banyak dari mereka yang tidak mengenal sosok Rassi maupun Abraham sendiri. Mereka lama tinggal di Solo tapi sangat menutup diri dari tetangga sekitar dan dunia luar. Jarang sekali Rassi terlihat keluar dari rumah kecuali jika di dampingi oleh Abraham. Dan terakhir, di tanggal 6 November ini, ada seorang tetangga yang melihat Rassi keluar terburu-buru lalu mengemudi mobil sendiri, tak lama terlihat Abraham menyusul, dan sejak itu, Rassi tak pernah lagi terlihat batang hidungnya di kediaman Abraham, sama halnya dengan Abraham sendiri. Mereka berdua menghilang dan tak ada satu pun tetangga yang mengetahui kemana mereka pergi. Sampai detik ini, kediaman Abraham di Solo kosong, Mam." Beritahu Bara, salah satu anak buah kepercayaan Mami Keke."Setelah saya selidiki lebih jauh, saya kemudian mengetahui bahwa di tanggal yang sama dengan kepergian Rassi dari kediaman Abraham itu, telah terjadi
Masih dalam pikirannya yang terpecah belah, Aljabar pun tak tinggal diam untuk mengetahui lebih lanjut mengenai siapa sebenarnya identitas wanita buta yang wajahnya sangat mirip dengan Kinan itu.Lelaki itu tidak jadi pulang melainkan membuntuti kemana arah tujuan si wanita buta itu selepas dia mampir di toko bunga untuk membeli sekuntum mawar putih.Saat itu, Aljabar melihat seorang anak kecil perempuan yang menghampiri si wanita buta di lampu merah. Anak kecil itu sepertinya adalah pedagang asongan yang biasa menjajakan barang dagangannya di lampu merah.Aljabar lekas menepikan kendaraannya saat melihat si wanita buta dan anak kecil itu pergi menuju sebuah makam.Lalu, wanita itu berjongkok bersama anak kecil perempuan itu di sisi makam setelah dia menaruh sekuntum mawar putih tadi.Tak ada yang aneh dari aktifitas yang mereka lakukan saat ini, hanya saja, Aljabar masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.Ada hubungan apa sebenarnya antara wanita itu dengan Kinan? Ken
Sebuah gedung pencakar langit berdiri kokoh di tengah-tengah kota Jakarta. Rooftop gedung yang tadinya terlihat biasa saja kini tampak ramai dan meriah.Siapa lagi jika bukan Jendra yang menyulapnya menjadi demikian?Dengan uang, semua bisa dia lakukan.Hari ini, tamu-tamu penting Jendra yang seluruhnya berasal dari kalangan atas tampak menikmati suasana pesta meriah itu.Ada yang asik berdansa, sekadar minum atau mengobrol dengan rekan bisnis sambil sesekali mencuri pandang ke arah gadis-gadis nan cantik jelita yang menjadi waitress di sana.Bukan hanya cantik, tapi pakaian mereka yang kelewat seksi jelas saja menggoda hasrat dan iman para pebisnis yang rata-rata memiliki usia di atas empat puluh tahun itu. Usia yang memang sudah tidak muda, tapi tentunya sangat berpengalaman dalam banyak hal, terutama soal wanita."Waitress-waitress di sini bukan sembarang waitress Pak Gatot, tapi mereka wanita yang juga bisa dibooking. Saya sudah membayar kontan mereka untuk melayani tamu-tamu unda
Malam itu, Aljabar sama sekali tidak kembali ke acara pesta karena usai dari toilet dia langsung sibuk mencari keberadaan Atama.Seorang diri dia mengitari area gedung hotel berbintang lima tersebut tapi hasilnya nihil setelah sebelumnya, petugas toilet di dekat lobi mengatakan bahwa dia tidak melihat keberadaan Atama di dalam toilet sejak tadi.Bahkan sampai Aljabar memperlihatkan foto Atama pada beberapa orang yang dia temui di lobi hotel, namun tak ada seorang pun yang melihat Atama di hotel itu.Dan sialnya lagi, ponsel Atama juga tak bisa dihubungi.Merasa lelah mencari dan setengah putus asa, Aljabar memutuskan untuk kembali naik ke rooftop. Saat itu, acara pesta sudah usai dan Aljabar melihat para tamu undangan satu persatu pulang meninggalkan rooftop.Berjalan gontai, Aljabar menghampiri kedua orang tuanya yang masih asik mengobrol dengan keluarga Jendra.Lelaki itu membisikkan sesuatu pada Aryan dan Widya bergantian, hingga setelahnya, kedua orang tua itu pun pamit undur diri
"Jadi, cewek yang namanya Rassi itu betulan ada?" tanya Arlan yang saat itu langsung menepikan mobilnya.Kedua alis panjang Ratu bertaut, heran."Ya, ada. Atama itu Rassi. Tapi Rassi, bukan Atama. Bisa jadi, kamu itu udah ditipu sama dia, Lan." tambah Ratu mengompori."Wait-wait! Aku perlu berpikir sebentar." ucap Arlan seraya memegangi kepalanya dengan kedua tangan. Lelaki itu mencoba mengingat tentang apa yang pernah dijelaskan oleh Abraham padanya mengenai kebenaran bahwa wanita yang selama ini dia kenal bernama Rassi itu sebenarnya adalah Atama.Bukan hanya menjelaskan dengan lisan, tapi Abraham juga memberikan bukti kuat berupa beberapa foto saat wajah Atama masih rusak hingga sang adik selesai dioperasi.Mana mungkin Abraham membohonginya?"Kayaknya, dugaan kamu deh yang salah, Yank. Atama itu memang betulan adikku. Dia bukan Rassi, aku yakin itu," ucap Arlan setelah cukup lama dia berpikir. "Tapi, kalau memang perempuan bernama Rassi itu betulan ada, nggak menutup kemungkinan s
Seperti rencananya sejak awal, siang ini setelah dia menjemput Althair ke sekolah lalu menitipkan sang anak pada ibunya, Lyra. Atama langsung meluncur ke area hotel Gading yang semalam dia datangi bersama Aljabar.Atama harus bertemu dengan si cleaning service yang tadi malam berjaga di toilet umum wanita yang terletak di lobi hotel.Setibanya di Lobi, Atama langsung bergegas menuju toilet umum namun dia hanya menemukan cleaning service lain."Mba, kenal Cleaning service yang tadi malam berjaga di sini?" Tanya Atama pada cleaning service yang sedang bekerja itu."Duh, nggak tau ya Mba, saya orang baru soalnya. Belum terlalu kenal sama orang-orang yang bekerja di sini," jawab si Cleaning service bernama Dian itu. Dibanding dengan cleaning service yang Atama lihat tadi malam, sepertinya usia Dian jauh lebih muda."Bisa antar saya ke Office CS di sini? Saya ingin menemui atasan Mba," ucap Atama lagi."Oh bisa. Mari ikut saya, Mba."Saat itu, Atama berjalan mengekor langkah Dian menuju ba
TIGA TAHUN KEMUDIAN...Abraham POV*****"Kamu... bukan Rassi...” kataku lirih, melemah, terduduk lunglai di lantai. Bersandar pada dinding ruangan gelap itu.Kedua rahangku kembali mengeras. Menahan sesak yang kian menjadi-jadi.Aku menggigit bibir bagian bawah, sekadar berusaha menahan genangan air di kelopak mataku supaya tidak jatuh membanjiri pipi.Jelas, aku tak ingin terlihat cengeng dihadapan wanita ini. Meski aku harus mengakui kekeliruanku selama ini, kalau wanita yang kini berdiri di hadapanku ini, bukan, dia bukan Rassiku.Wanita ini bukan istriku...*****Jakarta, Sepuluh Tahun SilamAku terdiam saat berbicara. Aku terhenti saat berjalan. Seperti ketika aku melewati taman-taman surga. Walau mata ini tertutup, tapi dia tetap terlihat. Bahkan ketika mata ini terbuka, seketika senyumnya menyambut tanpa jeda, membuatku lupa bagaimana cara untuk berkedip. Tingkah manjanya membuatku merasa menjadi satu-satunya pria paling perkasa, karena aku satu-satunya pria yang bisa melindun
Tak ada yang pernah menyangka jika Rassi Pramudita adalah anak dari salah satu pengusaha ternama di New York.Ayahanda Rassi adalah orang Indonesia yang sudah lama menetap di New York dan menjadi warga negara Amerika Serikat, sementara Ibunda Rassi sendiri merupakan wanita keturunan Korea Selatan.Paras cantik Rassi diturunkan dari sang Ibu yang awalnya berprofesi sebagai aktris ternama di Korea, namun dia pensiun sejak memutuskan untuk menikah dengan Ayah Rassi.Tidak mendapat persetujuan keluarga, itulah yang menjadi penyebab Ayah Rassi pergi ke luar negeri dan memulai karirnya sebagai pebisnis dari titik nol di New York.Siapa sangka, keuletan dan ketekunannya membuahkan hasil yang sangat memuaskan.Sementara alasan mengapa Rassi dan Rissa bisa terpisah, itu semua karena ulah seorang lelaki bernama Mo Seo Jin yang merupakan fans garis keras Ibunda Rassi.Mo Seo Jin kecewa karena idolanya pensiun dari dunia perfilman dan memilih untuk menjadi Ibu Rumah tangga biasa sehingga lelaki i
Sesampainya Atama dan Aljabar di kediaman mereka, hal tak terduga mengejutkan keduanya saat sosok Chelsea yang tiba-tiba berlari ke arah Aljabar di pintu masuk dengan senyuman yang merekah di wajah imutnya."Papa... Elsi kangen Papa..." ucap Chelsea yang langsung berhambur memeluk Aljabar."Chelsea? Kamu..." ucap Atama bingung saat tiba-tiba Arlan dan Althair diikuti Lyra dan Rama ikutan menghampiri mereka di ambang pintu utama."Chelsea baik-baik aja, Ata! Lagian sih, lo nggak angkat telepon gue!" ucap Arlan saat itu setengah berteriak."Ini, gimana bisa?" Tanya Atama yang masih saja bingung, meski dalam hati dia sangat senang."Chelsea itu udah lama kabur dari Abraham. Dan selama itu juga dia hidup terlunta-lunta sendirian di luar sana. Untungnya ada temen gue yang nemuin Chelsea." ucap Arlan setelahnya."Alhamdulillah, syukur kalau begitu? Aku harus cepet telepon Lexi, dia pasti senang mendengar kabar ini," balas Atama yang lekas mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya."Elsi nggak m
Setelah Atama memberitahu Lexi bahwa dia sendiri pun tidak mengetahui di mana kini Abraham menyekap Chelsea, lalu tak lama, wanita itu mendapati pesan masuk yang dikirim dari nomor tak dikenal, di mana nomor tersebut mengaku bahwa dia adalah Abraham.Lelaki itu mengancam Atama juga Aljabar akan membunuh Chelsea jika mereka tak datang ke lokasi di mana Abraham berada.Tak mau membuang waktu, Atama dan Aljabar pun melaporkan ancaman itu pada pihak kepolisian, selain itu, mereka juga melibatkan Lexi dalam pemecahan masalah kali ini.Hingga akhirnya, setelah mereka semua berembuk, Atama dan Aljabar pun menyanggupi permintaan Abraham.Keesokan malamnya, mereka benar-benar mendatangi lokasi yang alamatnya diberikan Abraham pada mereka.Arlan yang awalnya ingin ikut tak diizinkan oleh Nando karena kondisi kesehatan Arlan yang memang belum sepenuhnya membaik.Menahan kesal, Arlan hanya bisa menatap kepergian iring-iringan kendaraan Aljabar, Lexi dan pihak kepolisian yang meninggalkan pelatara
Mungkin, semua manusia di dunia ini pernah mengalami sebuah kejadian yang dinamakan kebetulan.Ya, kebetulan.Kebetulan yang pada akhirnya kembali mempertemukan sepasang insan manusia yang saling jatuh cinta.Semua yang terjadi seperti mimpi bagi Aljabar saat tatapannya yang tanpa sengaja tertuju ke arah sebuah motor yang melaju perlahan di sisi kendaraannya.Saat itu, Aljabar sedang berada dalam perjalanan menuju Bandung untuk menemui Ibu Marfuah. Kepergiannya ditemani Nando dan pihak kepolisian.Sesosok wanita bergaun hijau yang duduk diboncengan motor terlihat tidak asing, sehingga Aljabar pun menajamkan penglihatannya.Dan saat itulah, dia pun tersadar bahwa wanita itu adalah Atama, istrinya yang hilang satu minggu ini.Menepuk cepat bahu Nando yang mengendarai mobil, Aljabar berteriak panik."Nan, berhenti Nan! Berhenti! Hadang motor itu, Nan! Itu Atama, Nando! Itu Atama," ucapnya dengan telunjuk yang mengarah ke motor di sisi kendaraannya.Nando pun bergerak cepat mengikuti inst
Hari ini, Mami Keke dikejutkan dengan kabar hilangnya Ratu dari rumah sakit.Salah satu anak buahnya tersebut melarikan diri saat pengawasan rumah sakit sedang berkurang, terlebih saat Andra, yang merupakan salah satu bodyguard Mami Keke yang ditugaskan sang gremo menjaga Ratu sedang lengah.Masih dengan seragam rumah sakit yang dia kenakan, Ratu berjalan tertatih saat luka tembak di perutnya belum sepenuhnya pulih.Ratu harus lekas pulang ke kostannya untuk mengambil barang pribadinya sebelum dia pergi jauh dari kota ini.Setelah menjalani perawatan intensif pasca kejadian penembakan itu, Ratu terus berpikir bahwa dia tak ingin lagi kembali pada profesinya sebagai pelacur.Ratu ingin berhenti dari pekerjaan kotor itu dan mulai menata kehidupannya yang baru.Meski sampai detik ini, dia belum tahu kemana dia harus pergi.Dan mengenai alasan mengapa Ratu tiba-tiba berpikir seperti ini, itu semua tak lepas dari perasaan yang dia miliki terhadap Arlan sejauh ini.Ratu sadar sampai kapan p
Sudah satu minggu berlalu Atama disekap Abraham di Villa pribadinya.Sikap Atama yang tetap menunjukkan kepatuhan, perlahan meruntuhkan kecurigaan dalam benak Abraham yang awalnya berpikir Atama hanya berpura-pura baik padanya.Dan kejadian tadi malam, saat Atama tak menolak diajak berciuman oleh Abraham sukses membuat lelaki itu terkecoh dan mulai percaya bahwa Atama tidak sedang bersandiwara.Hingga akhirnya, Abraham pun mencoba untuk mengetes Atama, apakah wanita itu benar-benar serius dengan kata-katanya tempo hari, atau memang hanya sekadar ingin mengelabui dirinya.Hari ini, Abraham yang awalnya menyekap Atama di lantai teratas Villa pribadinya, sengaja mengajak wanita itu keluar dari persembunyian untuk menikmati indahnya hari.Abraham membiarkan Atama berkeliaran bebas di Villa itu hanya dengan penjagaan seadanya."Ini Bu Marfuah. Dia asisten rumah tangga di sini yang akan membantumu menyiapkan kebutuhanmu, sayang," ucap Abraham memperkenalkan seorang wanita paruh baya bernama
"Sudah cukup aku bersabar menunggumu kembali padaku, sayang... Dan sekarang, aku tak sudi menunggu lagi!" ucap Abraham yang dengan cepat merobek pakaian yang dikenakan Atama saat itu.Atama menjerit saat Abraham hendak memperkosanya.Namun, semua usaha pemberontakannya tak kuasa menahan keganasan Abraham. Lelaki itu sudah seperti monster yang siap menerkam Atama.Masih berusaha mempertahankan diri, Atama tiba-tiba berteriak, "Baik, baiklah, aku akan menuruti semua perintahmu, Ab. Tapi aku mohon, jangan sakiti aku untuk saat ini. Beri aku waktu sampai aku benar-benar siap. Aku berjanji, setelah ini, aku akan selalu mendampingimu..." Atama bicara sambil menangis. Menutupi kedua bukit kembarnya yang masih tertutup pakaian dalam dengan kedua tangannya yang dia silangkan.Mendengar ucapan Atama, nafsu Abraham yang tadinya sudah menggebu perlahan surut. Lelaki itu tak menyangka jika Atama akan berbicara seperti itu."Apa, kamu tidak berbohong, Ata?" ucapnya serak.Atama mengangguk. "Ya, aku
Hari sudah beranjak sore, Atama masih terkurung di sana.Di dalam kamar itu.Dia kelaparan dan kehausan.Sudah berbagai cara dia coba untuk melarikan diri, namun tak ada satu pun usahanya yang berhasil.Bahkan jendela kamarnya saja dilapisi dengan teralis besi. Atama tak menemukan celah sedikit pun untuknya bisa keluar dari kamar ini.Satu hal yang hanya bisa dia lakukan adalah menutup tubuhnya yang terbuka dengan pakaian wanita yang dia temukan di dalam lemari kamar.Entah itu pakaian siapa, Atama tak memperdulikannya. AC di kamar itu begitu dingin, dan dia butuh pakaian yang lebih tertutup.Setelah lelah menangis bahkan suaranya nyaris hilang karena terus menerus berteriak seperti orang gila sejak tadi pagi, Atama kini hanya bisa tergolek lemah di sudut lantai kamar.Duduk memeluk lutut dan berurai air mata.Pikirannya tak lepas dari Aljabar dan Althair.Atama benar-benar menyesal karena tidak mempercayai ucapan suaminya.Hingga malam pun akhirnya tiba.Atama yang sudah lemas hampir