Malam itu, Aljabar sama sekali tidak kembali ke acara pesta karena usai dari toilet dia langsung sibuk mencari keberadaan Atama.Seorang diri dia mengitari area gedung hotel berbintang lima tersebut tapi hasilnya nihil setelah sebelumnya, petugas toilet di dekat lobi mengatakan bahwa dia tidak melihat keberadaan Atama di dalam toilet sejak tadi.Bahkan sampai Aljabar memperlihatkan foto Atama pada beberapa orang yang dia temui di lobi hotel, namun tak ada seorang pun yang melihat Atama di hotel itu.Dan sialnya lagi, ponsel Atama juga tak bisa dihubungi.Merasa lelah mencari dan setengah putus asa, Aljabar memutuskan untuk kembali naik ke rooftop. Saat itu, acara pesta sudah usai dan Aljabar melihat para tamu undangan satu persatu pulang meninggalkan rooftop.Berjalan gontai, Aljabar menghampiri kedua orang tuanya yang masih asik mengobrol dengan keluarga Jendra.Lelaki itu membisikkan sesuatu pada Aryan dan Widya bergantian, hingga setelahnya, kedua orang tua itu pun pamit undur diri
"Jadi, cewek yang namanya Rassi itu betulan ada?" tanya Arlan yang saat itu langsung menepikan mobilnya.Kedua alis panjang Ratu bertaut, heran."Ya, ada. Atama itu Rassi. Tapi Rassi, bukan Atama. Bisa jadi, kamu itu udah ditipu sama dia, Lan." tambah Ratu mengompori."Wait-wait! Aku perlu berpikir sebentar." ucap Arlan seraya memegangi kepalanya dengan kedua tangan. Lelaki itu mencoba mengingat tentang apa yang pernah dijelaskan oleh Abraham padanya mengenai kebenaran bahwa wanita yang selama ini dia kenal bernama Rassi itu sebenarnya adalah Atama.Bukan hanya menjelaskan dengan lisan, tapi Abraham juga memberikan bukti kuat berupa beberapa foto saat wajah Atama masih rusak hingga sang adik selesai dioperasi.Mana mungkin Abraham membohonginya?"Kayaknya, dugaan kamu deh yang salah, Yank. Atama itu memang betulan adikku. Dia bukan Rassi, aku yakin itu," ucap Arlan setelah cukup lama dia berpikir. "Tapi, kalau memang perempuan bernama Rassi itu betulan ada, nggak menutup kemungkinan s
Seperti rencananya sejak awal, siang ini setelah dia menjemput Althair ke sekolah lalu menitipkan sang anak pada ibunya, Lyra. Atama langsung meluncur ke area hotel Gading yang semalam dia datangi bersama Aljabar.Atama harus bertemu dengan si cleaning service yang tadi malam berjaga di toilet umum wanita yang terletak di lobi hotel.Setibanya di Lobi, Atama langsung bergegas menuju toilet umum namun dia hanya menemukan cleaning service lain."Mba, kenal Cleaning service yang tadi malam berjaga di sini?" Tanya Atama pada cleaning service yang sedang bekerja itu."Duh, nggak tau ya Mba, saya orang baru soalnya. Belum terlalu kenal sama orang-orang yang bekerja di sini," jawab si Cleaning service bernama Dian itu. Dibanding dengan cleaning service yang Atama lihat tadi malam, sepertinya usia Dian jauh lebih muda."Bisa antar saya ke Office CS di sini? Saya ingin menemui atasan Mba," ucap Atama lagi."Oh bisa. Mari ikut saya, Mba."Saat itu, Atama berjalan mengekor langkah Dian menuju ba
"Telepon, Abraham sekarang, bilang, aku mau bicara sama dia!" Perintah Aljabar detik itu juga.Atama terlihat gelagapan.Dia tidak mau Aljabar dan Abraham bertengkar.Tapi, dia juga penasaran dengan apa yang sebenarnya disembunyikan Abraham darinya selama ini.Tak ingin Aljabar bertambah marah, akhirnya Atama menuruti perintah sang suami.Dia menghubungi Abraham melalui ponselnya saat itu, tapi sayang, panggilannya tak kunjung dijawab oleh Abraham."Nggak diangkat, Al," beritahu Atama, merasa sedikit lega.Aljabar merampas ponsel Atama dan memindahkan nomor Abraham ke ponselnya, lalu menghubungi nomor tersebut menggunakan ponsel pribadinya.Setelah beberapa kali mencoba, hasilnya tetap sama.Abraham tak juga mengangkat telepon dari Aljabar."Mungkin dia masih kerja," ucap Atama membela. "Nanti malam aku coba telepon lagi deh. Sekarang, kita pulang aja yuk? Aku mau jemput Althair ke rumah Mama,""Yaudah, kamu pulang. Biar aku yang lanjut cari alamat Asti.""Al," Atama langsung menahan
"Ata, maaf kalau gue harus terpaksa mengganggu kehidupan lo lagi.Tapi, gue bener-bener buntu harus minta tolong sama siapa karena gue tau cuma lo satu-satunya orang yang bisa bantu gue.Ini tentang Chelsea.Sewaktu gue mau berangkat bawa Chelsea ke Amsterdam, Chelsea hilang di Bandara. Dia terus nangis tanya soal Kinan. Gue udah cari dia kemana pun tapi nggak ketemu.Sampai kemarin, gue terima telepon dari Abraham kalau sekarang, Chelsea ada sama Abraham.Dia minta gue dateng untuk ambil Chelsea dan dia ancam gue. Abraham ada di Jakarta sekarang, Ta. Dia nggak pergi ke Solo. Dia udah bohongin gue, bohongin lo, bohongin semua orang.Gue yakin, ada sesuatu yang sedang Abraham coba sembunyikan dari kita semua.Kita harus ketemu, Ta.Jangan bawa Ponsel lo karena Abraham udah menyadapnya.Abraham menuduh gue udah membunuh Kinan. Padahal bukan gue pelakunya Ta! Polisi lagi ngejar-ngejar gue sekarang!Hubungi gue di nomor yang tertera di bungkus amplop ini. Tapi jangan pakai nomor yang biasa
"Kamu mau kemana lagi sih Ta? Sibuk banget kayaknya dari kemarin sampe Althair dititip ke Mama terus?" Tanya Lyra ketika lagi dan lagi, Atama datang ke rumah kedua orang tuanya hanya untuk menitipkan Althair."Ata ada urusan penting Ma sama Al. Nggak lama kok, nanti sore Ata balik ke sini ambil Althair, oke?" Tanpa perlu menunggu jawaban Lyra, Atama langsung kabur sebelum sang Mama mengoceh panjang lebar menceramahinya ini dan itu.Lyra hanya bisa mengesah sambil geleng-geleng kepala melihat kelakuan Atama yang akhir-akhir ini agak aneh.Lyra hendak mengajak Althair untuk berganti pakaian ketika ponselnya tiba-tiba berdering.Ternyata, itu panggilan dari Aljabar, sang menantu.Kening keriput Lyra seketika menyatu, heran kenapa Aljabar malah meneleponnya, padahal tadi Atama bilang, sekarang Atama dan Aljabar pergi bersama."Halo, Al? Ada apa?" Tanya Lyra menjawab panggilan tersebut."Atama di situ Ma?" Tanya Aljabar di seberang."Iya, tapi barusan udah pergi lagi. Katanya mau pergi sam
Suasana malam di kota Jakarta sejauh ini tak pernah lengang.Terlebih ini adalah malam minggu.Jalanan terlihat sesak oleh para muda-mudi yang sedang dimabuk asmara.Duduk di jok depan sambil memangku Althair, Atama dan sang anak terus saja bercengkrama sejak tadi. Saat ini, mereka sedang dalam perjalanan menuju kediaman orang tua Aljabar untuk menemui tamu penting yang diberitahu Aljabar tadi.Atama tidak mengingat siapa nama tamu penting itu karena tidak penting juga baginya."Kirain Papa tadi siang Al ikut Mama pergi," ucap Aljabar, hendak memulai aksinya menyinggung tentang kebohongan yang telah dilakukan Atama siang ini."Al mau ikut Mama, tapi Mama bilang nggak boleh, Pa. Makanya, Al diajak ke rumah nenek lagi." Jawab Althair dengan polosnya."Mama kan tadi cuma pergi sebentar doang ke rumah sakitnya. Lagian, anak kecil itu nggak boleh ikut ke rumah sakit, nanti banyak virus." balas Atama menjelaskan alasannya, mencari pembenaran."Terus tadi kenapa telepon aku nggak diangkat-an
"Mungkin, saya memang salah orang. Lagipula, mana mungkin wanita terhormat seperti anda, menjual diri? Benarkan?"Dan ucapan Jendra kali ini, sukses membuat semua orang di ruangan itu terkejut, tak terkecuali Atama sendiri."Maksud, Om apa ya? Menjual diri?" Sambung Aljabar cepat. Dari nada bicaranya, terdengar jelas, lelaki itu tidak menyukai ucapan Jendra tadi."Maaf-maaf. Saya hanya ingin memberi tahu kalau wanita yang wajahnya mirip dengan Atama, yang pernah saya temui di Bali itu berprofesi sebagai pelacur. Dia dibooking rekan bisnis kami di sana selama tiga hari. Cuma, saya sama sekali tertarik." aku Jendra sok suci."Wah, kalau ketahuan istrinya bisa berabe tuh Om?" sahut Nando kemudian.Jendra tertawa renyah. "Kejadian itu sudah sangat lama, sekitar tujuh tahun yang lalu. Tujuan utama saya ke sana hanya untuk urusan bisnis, itulah sebabnya, saya memutuskan untuk mencari lokasi penginapan terpisah dari mereka. Tapi karena wanita itu terus ada di sekitar saya, maka saya bisa den