"Ata, maaf kalau gue harus terpaksa mengganggu kehidupan lo lagi.Tapi, gue bener-bener buntu harus minta tolong sama siapa karena gue tau cuma lo satu-satunya orang yang bisa bantu gue.Ini tentang Chelsea.Sewaktu gue mau berangkat bawa Chelsea ke Amsterdam, Chelsea hilang di Bandara. Dia terus nangis tanya soal Kinan. Gue udah cari dia kemana pun tapi nggak ketemu.Sampai kemarin, gue terima telepon dari Abraham kalau sekarang, Chelsea ada sama Abraham.Dia minta gue dateng untuk ambil Chelsea dan dia ancam gue. Abraham ada di Jakarta sekarang, Ta. Dia nggak pergi ke Solo. Dia udah bohongin gue, bohongin lo, bohongin semua orang.Gue yakin, ada sesuatu yang sedang Abraham coba sembunyikan dari kita semua.Kita harus ketemu, Ta.Jangan bawa Ponsel lo karena Abraham udah menyadapnya.Abraham menuduh gue udah membunuh Kinan. Padahal bukan gue pelakunya Ta! Polisi lagi ngejar-ngejar gue sekarang!Hubungi gue di nomor yang tertera di bungkus amplop ini. Tapi jangan pakai nomor yang biasa
"Kamu mau kemana lagi sih Ta? Sibuk banget kayaknya dari kemarin sampe Althair dititip ke Mama terus?" Tanya Lyra ketika lagi dan lagi, Atama datang ke rumah kedua orang tuanya hanya untuk menitipkan Althair."Ata ada urusan penting Ma sama Al. Nggak lama kok, nanti sore Ata balik ke sini ambil Althair, oke?" Tanpa perlu menunggu jawaban Lyra, Atama langsung kabur sebelum sang Mama mengoceh panjang lebar menceramahinya ini dan itu.Lyra hanya bisa mengesah sambil geleng-geleng kepala melihat kelakuan Atama yang akhir-akhir ini agak aneh.Lyra hendak mengajak Althair untuk berganti pakaian ketika ponselnya tiba-tiba berdering.Ternyata, itu panggilan dari Aljabar, sang menantu.Kening keriput Lyra seketika menyatu, heran kenapa Aljabar malah meneleponnya, padahal tadi Atama bilang, sekarang Atama dan Aljabar pergi bersama."Halo, Al? Ada apa?" Tanya Lyra menjawab panggilan tersebut."Atama di situ Ma?" Tanya Aljabar di seberang."Iya, tapi barusan udah pergi lagi. Katanya mau pergi sam
Suasana malam di kota Jakarta sejauh ini tak pernah lengang.Terlebih ini adalah malam minggu.Jalanan terlihat sesak oleh para muda-mudi yang sedang dimabuk asmara.Duduk di jok depan sambil memangku Althair, Atama dan sang anak terus saja bercengkrama sejak tadi. Saat ini, mereka sedang dalam perjalanan menuju kediaman orang tua Aljabar untuk menemui tamu penting yang diberitahu Aljabar tadi.Atama tidak mengingat siapa nama tamu penting itu karena tidak penting juga baginya."Kirain Papa tadi siang Al ikut Mama pergi," ucap Aljabar, hendak memulai aksinya menyinggung tentang kebohongan yang telah dilakukan Atama siang ini."Al mau ikut Mama, tapi Mama bilang nggak boleh, Pa. Makanya, Al diajak ke rumah nenek lagi." Jawab Althair dengan polosnya."Mama kan tadi cuma pergi sebentar doang ke rumah sakitnya. Lagian, anak kecil itu nggak boleh ikut ke rumah sakit, nanti banyak virus." balas Atama menjelaskan alasannya, mencari pembenaran."Terus tadi kenapa telepon aku nggak diangkat-an
"Mungkin, saya memang salah orang. Lagipula, mana mungkin wanita terhormat seperti anda, menjual diri? Benarkan?"Dan ucapan Jendra kali ini, sukses membuat semua orang di ruangan itu terkejut, tak terkecuali Atama sendiri."Maksud, Om apa ya? Menjual diri?" Sambung Aljabar cepat. Dari nada bicaranya, terdengar jelas, lelaki itu tidak menyukai ucapan Jendra tadi."Maaf-maaf. Saya hanya ingin memberi tahu kalau wanita yang wajahnya mirip dengan Atama, yang pernah saya temui di Bali itu berprofesi sebagai pelacur. Dia dibooking rekan bisnis kami di sana selama tiga hari. Cuma, saya sama sekali tertarik." aku Jendra sok suci."Wah, kalau ketahuan istrinya bisa berabe tuh Om?" sahut Nando kemudian.Jendra tertawa renyah. "Kejadian itu sudah sangat lama, sekitar tujuh tahun yang lalu. Tujuan utama saya ke sana hanya untuk urusan bisnis, itulah sebabnya, saya memutuskan untuk mencari lokasi penginapan terpisah dari mereka. Tapi karena wanita itu terus ada di sekitar saya, maka saya bisa den
"Tenang Mami Keke, tenang! Saya belum melakukan apa-apa pada Atama. Kenapa anda tiba-tiba berubah pikiran? Ada apa? Apa... Anda sudah salah menduga bahwa wanita bernama Atama itu bukan Rassi?" ucap Jendra saat siang ini tiba-tiba Mami Keke mendatanginya di proyek.Mami Keke terdiam.Sekadar mengingat kembali kalimat yang diucapkan Abraham padanya kemarin malam.*"Tidak. Rassi tidak membuat ulah. Dia baik-baik saja. Dan hidupnya sudah bahagia sekarang. Itulah sebabnya, saya datang ke sini untuk meminta anda berhenti mengganggunya! Rassi sudah saya beli dan sudah sepenuhnya bebas dari anda, jadi anda tidak berhak lagi mengusik kehidupannya! Jika sampai terjadi sesuatu dengan Rassi, saya pastikan, bisnis prostitusi anda akan hancur dan lenyap untuk selama-lamanya Mami Keke!" Ancam Abraham tidak main-main.*Dari ucapan Abraham tersebut, sudah jelas bahwa wanita bernama Atama yang kini menjadi istri dari salah satu anak pengusaha besar Wira Makmur Grup, memang benar Rassi.Lantas, apa y
Merasa putus asa, tanpa berpikir panjang, Arlan percaya-percaya saja pada pesan yang diterimanya malam ini.Cinta yang Arlan miliki untuk Ratu bukan sekadar perasaan sesaat yang mudah hilang begitu saja terlebih setelah apa yang sudah Ratu berikan padanya sejauh mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.Arlan bahkan sudah berniat melamar Ratu dalam waktu dekat. Itulah sebabnya, kehilangan Ratu menjadi hal terburuk dalam hidup Arlan saat ini.Arlan tiba di lokasi yang telah diberikan oleh si pemilik nomor tak dikenal itu.Sebuah rumah mewah yang terletak jauh dari pemukiman penduduk dengan pekarangan yang memang sangat luas dan dikelilingi gerbang tinggi.Rumah ini jelas bukan milik orang sembarangan.Pasti pemiliknya adalah orang yang memang sangat kaya raya."Dengan Pak Arlan?" Tanya seorang security yang berjaga di pos satpam saat mobil Arlan hendak memasuki rumah tersebut.Arlan mengangguk, lalu si satpam meminta Arlan memperlihatkan isi pesan yang tadi di kirim si pemilik
"Tu, Ratu, tunggu!" Tahan Arlan saat Ratu kini sudah berjalan keluar dari kediaman Abraham.Wanita berpakaian seksi itu pun menghentikan langkahnya saat lengan kanannya berhasil diraih Arlan."Apa lagi, Lan?" Tanya Ratu berusaha tegar."Apalagi?" Arlan terhenyak. "Apalagi kata kamu?"Ratu berdecak. Berpura-pura terlihat cuek, dia melipat kedua tangan di depan dada seraya memutar kedua bola matanya ke atas, tapi pandangannya yang terus berpaling dari Arlan tak cukup mampu menyembunyikan rasa bersalah dan kesedihannya."Kenapa kamu bohongin aku? KENAPA?" Deru napas Arlan terlihat naik turun saking tak kuasa menahan amarah bercampur rasa kecewa yang teramat sangat.Arlan benar-benar merasa seperti seekor kerbau dungu yang sudah berhasil diperbudak oleh cinta Ratu meski hubungan mereka masih terhitung hari, namun bagi Arlan, waktu yang telah dia lalui bersama Ratu sejauh ini sangatlah berharga.Seolah penantian panjangnya akan jodoh yang tak kunjung hadir dalam hidupnya telah berakhir.Na
Malam itu, Aljabar memberi tahu Atama bahwa mereka di undang Jendra untuk datang ke penthouse milik Jendra.Jendra mengajak mereka makan malam bersama.Tak hanya Atama dan Aljabar, namun Jendra pun turut mengundang Aryan juga Widya, kedua orang tua Aljabar untuk makan malam bersama mereka.Karena malam itu, Jendra berniat untuk membongkar kedok Atama a.k.a Rassi di hadapan semua orang.Tentunya, dengan kehadiran Mami Keke di tengah-tengah mereka.*****Flash Back On..."Atama sekarang lagi diperjalanan untuk bertemu dengan Jendra, Bos," lapor seseorang pada Abraham saat Abraham baru saja mengusir Arlan dan Ratu dari kamarnya.Sejauh ini, Abraham tau bahwa Atama sudah mengetahui bahwa ponsel miliknya disadap, itulah sebabnya, Atama tak pernah lagi memakai ponsel tersebut, bahkan dia juga turut mengganti nomor ponselnya.Sayangnya, Atama tak cukup pintar untuk menyembunyikan nomor ponsel baru miliknya.Dengan uang, informasi apapun bisa Abraham dapatkan dengan mudah.Itulah alasan menga