Seperti rencananya sejak awal, siang ini setelah dia menjemput Althair ke sekolah lalu menitipkan sang anak pada ibunya, Lyra. Atama langsung meluncur ke area hotel Gading yang semalam dia datangi bersama Aljabar.Atama harus bertemu dengan si cleaning service yang tadi malam berjaga di toilet umum wanita yang terletak di lobi hotel.Setibanya di Lobi, Atama langsung bergegas menuju toilet umum namun dia hanya menemukan cleaning service lain."Mba, kenal Cleaning service yang tadi malam berjaga di sini?" Tanya Atama pada cleaning service yang sedang bekerja itu."Duh, nggak tau ya Mba, saya orang baru soalnya. Belum terlalu kenal sama orang-orang yang bekerja di sini," jawab si Cleaning service bernama Dian itu. Dibanding dengan cleaning service yang Atama lihat tadi malam, sepertinya usia Dian jauh lebih muda."Bisa antar saya ke Office CS di sini? Saya ingin menemui atasan Mba," ucap Atama lagi."Oh bisa. Mari ikut saya, Mba."Saat itu, Atama berjalan mengekor langkah Dian menuju ba
"Telepon, Abraham sekarang, bilang, aku mau bicara sama dia!" Perintah Aljabar detik itu juga.Atama terlihat gelagapan.Dia tidak mau Aljabar dan Abraham bertengkar.Tapi, dia juga penasaran dengan apa yang sebenarnya disembunyikan Abraham darinya selama ini.Tak ingin Aljabar bertambah marah, akhirnya Atama menuruti perintah sang suami.Dia menghubungi Abraham melalui ponselnya saat itu, tapi sayang, panggilannya tak kunjung dijawab oleh Abraham."Nggak diangkat, Al," beritahu Atama, merasa sedikit lega.Aljabar merampas ponsel Atama dan memindahkan nomor Abraham ke ponselnya, lalu menghubungi nomor tersebut menggunakan ponsel pribadinya.Setelah beberapa kali mencoba, hasilnya tetap sama.Abraham tak juga mengangkat telepon dari Aljabar."Mungkin dia masih kerja," ucap Atama membela. "Nanti malam aku coba telepon lagi deh. Sekarang, kita pulang aja yuk? Aku mau jemput Althair ke rumah Mama,""Yaudah, kamu pulang. Biar aku yang lanjut cari alamat Asti.""Al," Atama langsung menahan
"Ata, maaf kalau gue harus terpaksa mengganggu kehidupan lo lagi.Tapi, gue bener-bener buntu harus minta tolong sama siapa karena gue tau cuma lo satu-satunya orang yang bisa bantu gue.Ini tentang Chelsea.Sewaktu gue mau berangkat bawa Chelsea ke Amsterdam, Chelsea hilang di Bandara. Dia terus nangis tanya soal Kinan. Gue udah cari dia kemana pun tapi nggak ketemu.Sampai kemarin, gue terima telepon dari Abraham kalau sekarang, Chelsea ada sama Abraham.Dia minta gue dateng untuk ambil Chelsea dan dia ancam gue. Abraham ada di Jakarta sekarang, Ta. Dia nggak pergi ke Solo. Dia udah bohongin gue, bohongin lo, bohongin semua orang.Gue yakin, ada sesuatu yang sedang Abraham coba sembunyikan dari kita semua.Kita harus ketemu, Ta.Jangan bawa Ponsel lo karena Abraham udah menyadapnya.Abraham menuduh gue udah membunuh Kinan. Padahal bukan gue pelakunya Ta! Polisi lagi ngejar-ngejar gue sekarang!Hubungi gue di nomor yang tertera di bungkus amplop ini. Tapi jangan pakai nomor yang biasa
"Kamu mau kemana lagi sih Ta? Sibuk banget kayaknya dari kemarin sampe Althair dititip ke Mama terus?" Tanya Lyra ketika lagi dan lagi, Atama datang ke rumah kedua orang tuanya hanya untuk menitipkan Althair."Ata ada urusan penting Ma sama Al. Nggak lama kok, nanti sore Ata balik ke sini ambil Althair, oke?" Tanpa perlu menunggu jawaban Lyra, Atama langsung kabur sebelum sang Mama mengoceh panjang lebar menceramahinya ini dan itu.Lyra hanya bisa mengesah sambil geleng-geleng kepala melihat kelakuan Atama yang akhir-akhir ini agak aneh.Lyra hendak mengajak Althair untuk berganti pakaian ketika ponselnya tiba-tiba berdering.Ternyata, itu panggilan dari Aljabar, sang menantu.Kening keriput Lyra seketika menyatu, heran kenapa Aljabar malah meneleponnya, padahal tadi Atama bilang, sekarang Atama dan Aljabar pergi bersama."Halo, Al? Ada apa?" Tanya Lyra menjawab panggilan tersebut."Atama di situ Ma?" Tanya Aljabar di seberang."Iya, tapi barusan udah pergi lagi. Katanya mau pergi sam
Suasana malam di kota Jakarta sejauh ini tak pernah lengang.Terlebih ini adalah malam minggu.Jalanan terlihat sesak oleh para muda-mudi yang sedang dimabuk asmara.Duduk di jok depan sambil memangku Althair, Atama dan sang anak terus saja bercengkrama sejak tadi. Saat ini, mereka sedang dalam perjalanan menuju kediaman orang tua Aljabar untuk menemui tamu penting yang diberitahu Aljabar tadi.Atama tidak mengingat siapa nama tamu penting itu karena tidak penting juga baginya."Kirain Papa tadi siang Al ikut Mama pergi," ucap Aljabar, hendak memulai aksinya menyinggung tentang kebohongan yang telah dilakukan Atama siang ini."Al mau ikut Mama, tapi Mama bilang nggak boleh, Pa. Makanya, Al diajak ke rumah nenek lagi." Jawab Althair dengan polosnya."Mama kan tadi cuma pergi sebentar doang ke rumah sakitnya. Lagian, anak kecil itu nggak boleh ikut ke rumah sakit, nanti banyak virus." balas Atama menjelaskan alasannya, mencari pembenaran."Terus tadi kenapa telepon aku nggak diangkat-an
"Mungkin, saya memang salah orang. Lagipula, mana mungkin wanita terhormat seperti anda, menjual diri? Benarkan?"Dan ucapan Jendra kali ini, sukses membuat semua orang di ruangan itu terkejut, tak terkecuali Atama sendiri."Maksud, Om apa ya? Menjual diri?" Sambung Aljabar cepat. Dari nada bicaranya, terdengar jelas, lelaki itu tidak menyukai ucapan Jendra tadi."Maaf-maaf. Saya hanya ingin memberi tahu kalau wanita yang wajahnya mirip dengan Atama, yang pernah saya temui di Bali itu berprofesi sebagai pelacur. Dia dibooking rekan bisnis kami di sana selama tiga hari. Cuma, saya sama sekali tertarik." aku Jendra sok suci."Wah, kalau ketahuan istrinya bisa berabe tuh Om?" sahut Nando kemudian.Jendra tertawa renyah. "Kejadian itu sudah sangat lama, sekitar tujuh tahun yang lalu. Tujuan utama saya ke sana hanya untuk urusan bisnis, itulah sebabnya, saya memutuskan untuk mencari lokasi penginapan terpisah dari mereka. Tapi karena wanita itu terus ada di sekitar saya, maka saya bisa den
"Tenang Mami Keke, tenang! Saya belum melakukan apa-apa pada Atama. Kenapa anda tiba-tiba berubah pikiran? Ada apa? Apa... Anda sudah salah menduga bahwa wanita bernama Atama itu bukan Rassi?" ucap Jendra saat siang ini tiba-tiba Mami Keke mendatanginya di proyek.Mami Keke terdiam.Sekadar mengingat kembali kalimat yang diucapkan Abraham padanya kemarin malam.*"Tidak. Rassi tidak membuat ulah. Dia baik-baik saja. Dan hidupnya sudah bahagia sekarang. Itulah sebabnya, saya datang ke sini untuk meminta anda berhenti mengganggunya! Rassi sudah saya beli dan sudah sepenuhnya bebas dari anda, jadi anda tidak berhak lagi mengusik kehidupannya! Jika sampai terjadi sesuatu dengan Rassi, saya pastikan, bisnis prostitusi anda akan hancur dan lenyap untuk selama-lamanya Mami Keke!" Ancam Abraham tidak main-main.*Dari ucapan Abraham tersebut, sudah jelas bahwa wanita bernama Atama yang kini menjadi istri dari salah satu anak pengusaha besar Wira Makmur Grup, memang benar Rassi.Lantas, apa y
Merasa putus asa, tanpa berpikir panjang, Arlan percaya-percaya saja pada pesan yang diterimanya malam ini.Cinta yang Arlan miliki untuk Ratu bukan sekadar perasaan sesaat yang mudah hilang begitu saja terlebih setelah apa yang sudah Ratu berikan padanya sejauh mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.Arlan bahkan sudah berniat melamar Ratu dalam waktu dekat. Itulah sebabnya, kehilangan Ratu menjadi hal terburuk dalam hidup Arlan saat ini.Arlan tiba di lokasi yang telah diberikan oleh si pemilik nomor tak dikenal itu.Sebuah rumah mewah yang terletak jauh dari pemukiman penduduk dengan pekarangan yang memang sangat luas dan dikelilingi gerbang tinggi.Rumah ini jelas bukan milik orang sembarangan.Pasti pemiliknya adalah orang yang memang sangat kaya raya."Dengan Pak Arlan?" Tanya seorang security yang berjaga di pos satpam saat mobil Arlan hendak memasuki rumah tersebut.Arlan mengangguk, lalu si satpam meminta Arlan memperlihatkan isi pesan yang tadi di kirim si pemilik