Share

Bab 74 - Dukungan Keluarga

Penulis: Rahmani Rima
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-04 08:51:19

Rania sudah dipindahkan ke ruang perawatan biasa. Ia sudah melakukan kuretase dan serangkaian pengecekan lain. Ia juga sudah melakukan visum yang dikawal kepolisian yang datang ke rumah karena laporan dugaan KDRT.

Mama terus memegangi tangan Rania, “Maafin mama ya, sayang. Mama harusnya masukkin gugatan diam-diam ke pengadilan.”

“Ma, aku gak papa.”

“Jawaban kamu selalu begitu. Mama yang kenapa-napa. Coba kalo keadaannya dibalik, Satria yang di hajar orang, kamu terima?”

Rania diam.

“Kamu harusnya bilang kalo ternyata lagi hamil.”

“Hamil dari hubungan haram, ma.”

“Arbi pasti tanggung jawab.”

Rania membuang muka. Bukan itu yang ia mau. Ia hanya butuh janin itu untuk menggugat cerai suaminya.

“Mama keluar dulu, Fira katanya pingin masuk juga.”

Fira dan mama bergantian masuk. Fira yang Rania kenal kuat beberapa kali menyeka air matanya. Ia melihat sekujur tubuh sahabatnya penuh sekali dengan lebam, lebih parah dari penyiksaan pertama.

“Fir, akhirnya aku punya laporan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 75 - Ucapan Semangat dari Buah Hati

    Rania tengah membaca buku yang dipinjamkan Psikiater. Ia menunggu reaksi obat untuk membuatnya istirahat tenang. Kala itu tidak ada yang menunggunya di dalam. Rania yang minta. Ia hanya ingin memiliki waktu dengan dirinya sendiri. Pintu terbuka lebar. Rania yang menoleh tersenyum sumringah melihat siapa yang berdiri disana. “Satria?” “Ma-ma!” Satria berlari mendekati ranjang. Ia buru-buru naik dan memeluk mamanya, “Aku kangen sama mama.” “Mama juga, sayang.” Arbi yang membawa Satria kesini menutup pintu dari luar. Ia berniat memberikan waktu berduaan ibu dan anak yang terpisah satu malam ini. “Om Arbi!” pekik Satria. “Iya, sayang?” “Sini masuk.” Arbi ragu-ragu untuk masuk. Rania mengangguk mengizinkan masuk. Kini Rania dan Satria berpelukkan erat diranjang. Satria tidak bergerak sedikitpun seperti orang tidur. Padahal matanya terbuka lebar. Ia hanya tenang mendengar detak jantung mamanya dekat dengan telinganya. “Satria?” “Iya, ma?” “Mama pikir kamu tidur.” “Satria ga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 76 - Satria Diculik

    Arbi membelikan ponsel baru untuk Rania. Kini ponsel itu berdering panjang di nakas. Rania yang sedang tidur karena efek obat, terbangun sekaligus. “Mama telpon? Ada apa ya?” Rania menaruh ponsel ditelinga kanannya, “Halo, ma?” “Ran, Satria, Ran.” suara mama sangat panik disebrang sana. “Satria kenapa, ma? Mama dimana sekarang? Mama di sekolahnya ‘kan?” “Iya, ini mama di sekolah. Tapi missnya bilang Satria udah pulang dari tadi.” Rania diam sejenak, “Ma, coba telpon Fira. Mungkin Fira yang jemput.” “Fira justru juga lagi disini, katanya takut mama repot di rumah sakit jadi dia yang mau jemput. Ran, ini gimana dong?” “Ma, tenang dulu ya. Aku tanya dulu ke kak Arbi.” “Iya.” Rania mengatur nafasnya sebelum menelpon Arbi. Ia berusaha berpikir jernih kemana kah perginya Satria. “Tenang, Ran, tenang. Satria pasti baik-baik aja.” Dengan tangan bergetar, Rania menelpon Arbi. Ia harap kakak iparnya itu sedang tidak rapat di kantornya. Setelah menunggu beberapa saat, “A

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 77 - Satria Bertemu Papa

    Satria menatap pasta Bolognes buatan Roland di meja makan. “Makan dong, sayang. Om udah susah loh buatnya.” “Om Roland janji ‘kan bawa aku ketemu papa?” “Iya, om janji. Tapi Satria harus makan dulu.” “Emangnya papa ada di mana?” “Papa—ada di rumah om.” “Oh. Papa sembunyi ya karena tahu om Roland pasti bantu papa dari polisi?” Roland tersenyum. “Om, papa itu salah, gak perlu di belain. Papa harus dihukum karena udah pukul mama.” “Iya. Nanti om bicara sama papa biar papa mau ketemu om polisi ya biar dihukum.” Satria mengangguk. “Ya udah, dimakan dulu dong. Semakin cepet pastanya abis, semakin cepet kita ketemu papa.” Satria menarik piring itu dan mulai makan. “Enak gak?” “Enakan buatan mama, tapi mama bilang aku harus tetep makan untuk menghargai yang masak.” Roland tertawa, “Ya udah abisin ya pastanya.” “Iya, om.” Roland sibuk menyusun kalimat untuk dihapalkan Satria agar nanti ketika bertemu Alfi ditempat persembunyiannya, Satria bisa lancar bicara.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 78 - Satria Ditahan Alfi

    Rania berjalan mundar-mandir di ruangannya karena menunggu kabar dari Rian atau siapapun yang bisa memberikan kabar terbaru mengenai keberadaan Satria. Fira mengerahkan polisi karena mengira ada indikasi Satria diculik papanya yang buron. Ceklek. “Kak?” “Rian, gimana? Ada kabar terbaru apa soal Satria?” “Aku sama polisi udah ke rumah, kak. Mbak Anis bilang Satria tadi ada, sama kak Roland.” Rania menutup mulutnya, “Rian, gimana dong ini?’ “Mbak Anis bilang, dia gak tahu kalau Roland satu kubu sama kak Alfi, jadi dia biarin aja dan gak menaruh curiga sama sekali. Apalagi Satria juga gak menolak setiap kali Roland tuntun dia.” Rania menangis sambil berjongkok, “Kakak takut Satria—” “Kak, kita berdoa aja ya semoga Satria baik-baik aja.” Rania bangkit, “Gimana kalo Roland buang Satria?” “Kak, gak mungkin lah.” “Ian, Roland bisa aja kesel sama Satria yang sering curi waktu mas Alfi saat berduaan sama dia. Semua bisa terjadi. Rian gimana dong ini?” Pintu yang terbuka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 79 - Depresi

    Sudah dua hari ini Rania menolak bertemu siapapun. Ia tidak bicara, tidak mau makan dan melakukan aktivitas yang biasa ia lakukan untuk menghilangkan bosan. Mama sudah melakukan banyak hal, tapi tak berhasil. Psikiater utamanya bilang Rania mengalami depressi dan PTSD atau Post Traumatic Stress Disorder akibat masalah yang sedang dihadapinya. Rania yang seharusnya tidak stress dan tertekan, malah menghadapi drama penculikkan Satria oleh suaminya yang melakukan KDRT padanya. “Ma, aku akan coba bicara sama Rania.” Arbi berusaha menenangkan mama. “Iya. Kamu masuk aja.” Arbi harus melalui perizinan ketat dari perawat jaga karena dari semalam, Rania dirawat di bangsal psikiatri karena terus mengamuk. Dokter mengatakan mereka tidak bisa terus memberikan obat penenang. Dosis yang diberikan pun harus terus naik, sehingga dikhawatirkan akan membahayakan tubuh Rania sendiri. Mereka hanya akan memberikan di waktu-waktu tertentu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 80 - Menjebak Alfi

    Satria memeluk Arbi ketika turun dari mobil Roland, “Om Arbi.” Alfi keluar dari mobil memakai masker dan topi, “Kak, jangan pernah ganggu Rania lagi. Kita gak jadi cerai.” “Kamu tenang aja. Kita baru putus. Rania bilang dia gak bisa membenci kamu gitu aja. Aku heran, kenapa dia selalu bisa maafin kamu.” “Karena dia cinta sama aku. Dulu atau sekarang, aku tetep jadi pemenangnya.” “Kamu gak mau jengukin Rania sebentar?” Alfi menggeleng, “Aku pulang. Tolong jaga Satria selama Rania belum pulang dari rumah sakit.” Alfi langsung masuk ke dalam mobil. Arbi sempat melirik wajah Roland yang cemberut. Ia pasti tidak suka kekasihnya tidak jadi cerai dari Rania. Seperginya mobil, Arbi berjongkok, “Satria baik-baik aja?” Satria mengangguk, “Aku cuma takut sama papa karena terus berantem sama om Roland.” “Ya udah kita ketemu mama sebentar terus pulang ya ke rumah tante Fira?” “Iya, om.”

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 81 - Kabur dari Roland

    Alfi tertawa, “Bertahan sama kamu?” “Aku akan kasih semuaaa yang kamu mau. Setelah kalian bercerai, rumah itu biar aja jadi milik Rania. Aku akan ganti dengan rumah yang lebih besar. Kamu setuju?” Alfi tertawa miring, “Rumah yang lebih besar?” “Iya. Kita juga bisa pergi ke luar negeri buat rayain semuanya.” “Jangan harap itu akan terjadi.” Alfi mencekik Roland sekencangnya berharap ia mati seketika. “Uhuk, Alfi!” “Mati lo bajingan!” Roland berusaha melepaskan lengan Alfi dilehernya. “Gue terpaksa melayani lo karena uang. Gue hanya mencintai Rania. Gue hanya memanfaatkan lo selama ini.” Tubuh tinggi Roland yang melebihi Alfi akhirnya menjadi penolongnya dari cekikkan Alfi. Roland balas mencekik Alfi. “Aku gak akan sampe bunuh kamu. Aku seneng kejar Tikus kehausan kayak kamu.” “Lepas!” “Mau lepas?” Roland melepaskan kedua tangannya, tapi satu layangan tinju diberikan di sisi wajah Alfi, “Mampus lo! Lo pikir gampang kabur dari gue atau bunuh gue?!” Alfi memegang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 82 - Sidang Pertama

    Alfi berhasil kabur dari apartemen. Ia pulang ke rumah berharap Rania dan Satria ada disana. Ternyata rumahnya kosong. Bahkan semua barang pribadi mereka sudah tidak ada. Yang ada hanya tetangganya meliriknya sinis. Mereke berbisik-bisik tak menyangka, orang sebaik Alfi bisa menjadi pelaku KDRT. Padahal ia dikenal sebagai suami yang baik dan lemah lembut. “Apa aku harus ke rumah mama? Mungkin Rania sama Satria pindah ke sana.” Alfi langsung tancap gas ke Tangerang. Begitu sampai pagar, ia melihat asisten rumah tangga paruh waktu yang bekerja di rumah mertuanya kaget melihat dirinya. “Mas Alfi ada barang yang ketinggalan?” “Mbok, mama ada di dalem ‘kan?” “Loh. Ibu ‘kan sudah berapa hari ini nginep di Jakarta. Katanya ada urusan. Mbok pikir ibu nginep di rumah mas.” “Mama gak pulang-pulang?” “Cuma bapak yang pulang bawa baju kemarin. Ibu tuh sebenernya ada urusan apa, mas? Ada acara keluarga ya di Jakarta?” “Eum—” “Tumben ibu gak kasih tahu saya.” “Ya udah mbok ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08

Bab terbaru

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 89 - Kehidupan Impian

    “Kamu kuat gak jalannya? Mau aku pinjemin kursi roda aja?” Rania menggeleng, “Aku kuat ko, mas. Aku ‘kan kuat kayak Satria.” Arbi tertawa, “Satria paling kuat sedunia, disusul kamu, disusul sama calon adik Satria.” Ia mengelus perut yang sudah mulai membesar itu. Rania tersenyum, “Satria mana ya, mas? Kok lama banget.” “Aku susul deh, kamu duduk dulu.” “Ya udah, aku tunggu disini.” Sesaat sebelum Arbi membantu Rania duduk dikursi tunggu lobi rumah sakit, sepasang kaki yang berhenti didepan mereka. Rania dan Arbi sontak mendongak menatap siapa pemilik sepatu yang mereka kenal baik. Senyuman itu tidak berubah. Rania melihatnya senang. Kedua matanya mendadak panas, “Mas Alfi?” “Rania, apa kabar?” Bukan jawaban yang Rania berikan, tapi sebuah tangisan yang sudah lama ia pendam. Seluruh hatinya dipenuhi rindu untuk kekasih lamanya yang baru terlihat lagi. Arbi menelisik wajah istrinya. Ia takut sekali hatinya kembali memihak Alfi seperti dulu. “Mama, papa, maaf ya ak

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 88 - Kembali Kehilangan

    Enam bulan kemudian... PRANG! “Rania?” Fira yang baru sampai dan berniat akan mengantarkan Rania ke kampus karena ia juga ada urusan disana, menutup pintu mobil dengan kencang dan berlari menerobos rumah yang pintunya tertutup rapat. Ia berlari mencari sumber suara dimana mungkin Rania sedang membutuhkan bantuannya, “Ran? Ran, lo dimana?” “Fir, tolong.” Fira mendengar suara itu dibelakang rumah. Ia menemukan setumpuk piring pecah dan aliran darah dari bagian bawah sahabatnya, “Ran?” “Fir, aku—aku gak kuat. Ini sakit banget.” “Ya ampun, Ran, sini kita ke mobil pelan-pelan ya.” Di depan ruang Ponek, nafas Fira naik turun menunggu hasil pemeriksaan dokter. Wajahnya pucat, tubuhnya bergetar. Ia mengingat dengan jelas rumah sangat berantakkan tadi. Barang berterbangan, dan ada noda merah dibeberapa bagian sofa. Rania juga hanya sendiri di rumah. Seharusnya ada Arbi disana. Kemana ya dia? Satria jelas sedang sekolah. Tunggu, apakah Satria baik-baik saja? “Dengan wa

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 87 - Menikah

    Rania dan Arbi berkeliling mendatangi tamu. Acara akad dan resepsi berjalan lancar tanpa kendala. Acara yang disiapkan Fira begitu sempurna. Ia berharap sahabatnya itu akan segera menyusul menikah. Rania tak menemukan orang yang sedari tadi dicarinya. Dari pihak keluarga suaminya, ia tidak melihat Alfi. “Sayang, kamu capek ya?” “Hm?” “Kamu agak pucet. Kamu gak enak badan ya?” “Enggak kok, mas.” “Kamu duduk aja, nanti aku nyusul.” “Gak papa, mas.” Arbi mencolek hidung Rania, “Nanti malem kamu harus bugar loh. Jadi sekarang jangan terlalu capek. Gih, duduk dulu. Aku keliling sebentar. Ada beberapa temen yang baru dateng.” Rania mengangguk, “Aku duduk ya, mas.” Rania berjalan dengan langkah pelan menuju pelaminan. Ia berharap Alfi datang agar bisa melihat kondisi terbarunya. Ia ingin tahu apakah mantan suaminya itu sehat. Fira yang sedang berbincang dengan teman-teman kuliah melihat Rania duduk lemas. Ia menghampirinya, “Ran, lo haus? Gue ambilin minum ya?” Ra

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 86 - Menerima Cinta Arbi

    Papa dan mama sedang bicara santai di ayunan belakang rumah. Rania yang haus tengah malam, tidak sengaja diam lebih lama mendengar obrolan mereka di dapur. “Tabungan papa semakin tipis, ma. Kita harus bayar kuliah profesi Rian. Kita juga harus bayar uang pangkal SD nya Satria.” “Mama bisa kok jual semua perhiasan mama, pa.” “Jangan, ma. Kehidupan kita masih panjang.” “Ya terus papa mau apa? Papa gak mungkin kerja lagi.” “Kita jual aja mobil pertama kita.” “Papa yakin? Papa sayang banget loh sama mobil itu.” “Demi Satria. Mana Rania juga mau kuliah profesi. Kemarin biayanya lumayan ‘kan pas disebutin? Kasian kalau dia harus mengubur mimpinya lagi.” Mama membuang nafas pelan, “Andai aja Rania mau terima Arbi langsung, dia pasti bahagia. Arbi bilang dia bersedia menanggung semua biaya kuliah Rania, bayar uang pangkal SD Satria juga. Sayang, Rania masih mikirin si Alfi.” “Ma, kasih aja Rania waktu.” “Mama cuma takut dia gak mau nikah lagi, pa. Apalagi dia gak mencintai

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 85 - Kehidupan Setelah Bercerai

    Empat bulan kemudian... Rania menyirami bunga di halaman rumah mama. Ia tertawa melihat Satria bermain lempar bola dengan Agil. Sudah empat bulan ia dan Satria tinggal disini. Kehidupannya setelah bercerai terjadi baik dan lancar. Mama memintanya bergabung mengikuti organisasi pemberdayaan perempuan yang baru bercerai. Disana terdapat banyak kegiatan sehingga hal tersebut cocok sekali untuknya. “Mama, aku capek.” “Aku juga capek, tante.” “Ya udah kita istirahat dulu ya. Kalian tunggu aja di teras, mama bawain dulu minuman seger buat kalian.” “Yeee!” Satria dan Agil berteriak kegirangan. Rania menaruh poci siram dipinggir dan berjalan menaiki tangga. “Mau kemana? Minumannya udah mbak bikinin.” “Makasih ya, mbak.” “Iya. Minuman dataaaang.” Satria dan Agil berlari untuk mengambil jus tomat itu. “Abisin jusnya, biar mainnya makin semangat.” “Makasih ya, tante.” “Sama-sama, Satria.” Mereka duduk bersama di teras rumah mama yang asri. Mama dan papa ikut keluar

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 84 - Kehadiran Roland di Persidangan

    Rania melirik ke belakang untuk melihat ekspresi semua keluarganya. Mama dan Fira mengangguk untuk ia mengatakan ada alasan selain KDRT itu sehingga ia menggugat cerai suaminya. “Saya ulangi, di berkas perkara gugatan saudari pada suami adalah karena adanya hal lain. Kami ingin mendengar langsung apa yang terjadi selain KDRT itu? Silakan.” Rania menutup matanya. Ia memegangi mikrofon dengan tangan bergetar. Di belakang, mama dan Fira saling berpegangan tangan, berharap Rania tak bodoh seperti biasanya demi menjaga harkat dan martabat calon mantan suaminya. “Alasan saya meminta cerai dari suami saya selain KDRT itu, karena rahasia suami saya yang terbongkar, yang mulia.” “Rahasia apa itu?” “Suami saya—” Roland yang sedari pagi sibuk mengelilingi semua tempat untuk menemukan Alfi, akhirnya menemukan tempat ini setelah berpikir keras buah dari informasi singkat dari petugas resepsionis rumah sakit. Kini ia berdiri sejajar dengan tempat duduk mama dan yang lain, “Mohon izin

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 83 - Pembelaan Rania dan Alfi

    Jam sepuluh pagi sidang digelar. Rania dan Alfi duduk di kursi depan yang menghadap langsung dengan ketiga hakim yang akan memutuskan, apakah gugatan akan dikabulkan atau tidak. Sejauh ini semua berjalan lancar. Mereka bisa kooperatif menyampaikan apa yang terjadi sesuai perkataan saksi. “Untuk saudari Rania, apakah anda memberikan kesempatan untuk suami anda, saudara Alfi agar kalian bisa rujuk?” “Tidak, yang mulia.” “Kenapa anda memasukkan gugatan ini?” “Seperti yang sudah dikatakan oleh para saksi, para ahli forensik, dokter jiwa dan kandungan, saya mendapatkan penyiksaan verbal dan non verbal selama beberapa bulan terakhir ini.” “Apa saja yang saudari dapatkan dalam penyiksaan tersebut?” “Untuk verbal ada cacian, untuk non verbal, pelaku menampar, memukul, menjambak rambut saya, hingga menendang perut saya sampai bayi saya meninggal dalam kandungan, yang mulia.” Mama dan Fira menangis mendengar semua perkataan Rania di depan. Mereka sangat dekat dengan Rania tapi t

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 82 - Sidang Pertama

    Alfi berhasil kabur dari apartemen. Ia pulang ke rumah berharap Rania dan Satria ada disana. Ternyata rumahnya kosong. Bahkan semua barang pribadi mereka sudah tidak ada. Yang ada hanya tetangganya meliriknya sinis. Mereke berbisik-bisik tak menyangka, orang sebaik Alfi bisa menjadi pelaku KDRT. Padahal ia dikenal sebagai suami yang baik dan lemah lembut. “Apa aku harus ke rumah mama? Mungkin Rania sama Satria pindah ke sana.” Alfi langsung tancap gas ke Tangerang. Begitu sampai pagar, ia melihat asisten rumah tangga paruh waktu yang bekerja di rumah mertuanya kaget melihat dirinya. “Mas Alfi ada barang yang ketinggalan?” “Mbok, mama ada di dalem ‘kan?” “Loh. Ibu ‘kan sudah berapa hari ini nginep di Jakarta. Katanya ada urusan. Mbok pikir ibu nginep di rumah mas.” “Mama gak pulang-pulang?” “Cuma bapak yang pulang bawa baju kemarin. Ibu tuh sebenernya ada urusan apa, mas? Ada acara keluarga ya di Jakarta?” “Eum—” “Tumben ibu gak kasih tahu saya.” “Ya udah mbok ka

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 81 - Kabur dari Roland

    Alfi tertawa, “Bertahan sama kamu?” “Aku akan kasih semuaaa yang kamu mau. Setelah kalian bercerai, rumah itu biar aja jadi milik Rania. Aku akan ganti dengan rumah yang lebih besar. Kamu setuju?” Alfi tertawa miring, “Rumah yang lebih besar?” “Iya. Kita juga bisa pergi ke luar negeri buat rayain semuanya.” “Jangan harap itu akan terjadi.” Alfi mencekik Roland sekencangnya berharap ia mati seketika. “Uhuk, Alfi!” “Mati lo bajingan!” Roland berusaha melepaskan lengan Alfi dilehernya. “Gue terpaksa melayani lo karena uang. Gue hanya mencintai Rania. Gue hanya memanfaatkan lo selama ini.” Tubuh tinggi Roland yang melebihi Alfi akhirnya menjadi penolongnya dari cekikkan Alfi. Roland balas mencekik Alfi. “Aku gak akan sampe bunuh kamu. Aku seneng kejar Tikus kehausan kayak kamu.” “Lepas!” “Mau lepas?” Roland melepaskan kedua tangannya, tapi satu layangan tinju diberikan di sisi wajah Alfi, “Mampus lo! Lo pikir gampang kabur dari gue atau bunuh gue?!” Alfi memegang

DMCA.com Protection Status