Share

BAB 3. MAHAR LIMA PULUH RIBU

Author: Ririn Astriyani
last update Last Updated: 2024-11-22 17:55:59

Perut Shena terasa tergelitik, mendengar perkataan suaminya yang terkesan tak tahu malu. Malah meminta uang mahar untuk menikahi madunya. Wanita itu menggelengkan kepala, tidak habis pikir dengan suami dan madunya, mereka sama-sama tidak tahu malu di matanya.

"Cih, yang benar saja? Gaya selangit, pakai selingkuh segala, giliran mahar pinjam ke istri, memalukan sekali," timpal Shena, geli dengan tingkah suaminya itu.

Arya meringis, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Mau bagaimana lagi, saat ini di dompetnya kosong dan tidak ada uang cash sama sekali. Uangnya sudah habis, membayar belanjaan Vidya yang banyak maunya.

"Ayolah, Sayang. Pinjam dulu untuk mahar. Aku bakal ganti dengan jumlah yang lebih besar. Bantu aku, ya?" pinta Arya. Ia memohon pada istrinya dengan wajah tanpa dosa.

Jangan tanyakan, bagaimana perasaan Shena saat ini. Sedih, kesal, sekaligus jijik secara bersamaan. 

"Nggak usah diganti. Anggap saja sumbanganku untuk wanita sundal itu!" kesal Shena, mengambil dompet dan mengeluarkan uang berwarna biru selembar.

Melihat ada banyak uang di dompet istrinya, Arya ingin bilang agar uang maharnya ditambahkan, supaya dia tidak malu. Masa iya seorang pria kaya memberi mahar sangat kecil, apa kata orang nanti?

"Sayang, bisa ditambahkan, nggak? Aku malu kalau maharnya segini," Arya kembali meminta.

Shena mendengkus kesal, melayangkan tatapan nyalang pada pria yang bernotabene sebagai suaminya. "Jangan ngelunjak kamu, Mas! Kenapa harus malu? Kalau selingkuh nggak malu, tuh? Udahlah, jangan kebanyakan nawar!"

Mendesah pelan, Arya tak ayal langsung terdiam. Dia hanya bisa pasrah mendengar nada bicara Shena yang tak santai.

Semua penghulu dan saksi sudah hadir, Arya dan Vidya duduk bersebelahan, berhadapan dengan penghulu untuk melangsungkan ijab kabul. Di tempat duduknya, Vidya begitu senang, wanita itu bersorak dalam hati karena ia akan menikah dengan Arya.

Menyaksikan suaminya menikah dengan wanita lain, Shena merasa sangat terluka dan kecewa. Sebisa mungkin ia tahan, air matanya terlalu berharga, Shena tidak mau terlihat lemah, ia akan membalas si pelakor itu dengan elegan.

Irma --- sang kakak, sungguh murka melihat adik perempuan satu-satunya yang tak tahu malu, duduk di balai desa dengan penampilan yang nampak berantakan akibat hukuman yang diberikannya saat di rumah Shena tadi.

'Akhirnya, sebentar lagi aku akan menjadi istri Mas Arya. Kasihan sekali nasib Mbak Shena,' batin Vidya.

Wanita itu tersenyum puas, melihat wajah muram Shena yang menyaksikan keduanya duduk bahagia di depan penghulu.

"Dengan saudara Arya Sadewa, apakah Anda sudah siap?" tanya penghulu. 

Arya berdehem, guna menghalau rasa gugup, pria itu mengangguk, "Siap, Pak."

Di atas meja, tangan keduanya saling menjabat. Arya dengan seksama mendengar intruksi sang penghulu. Meski sudah merasakan sebelumnya, tetap saja Arya merasa gugup.

"Saya terima nikah dan kawinnya Vidya Arini binti Tono Baskoro dengan mas kawin sebesar lima puluh ribu rupiah dibayar tunai!" ucap Arya, nada bicaranya begitu lugas hanya dengan satu tarikan napas.

Hening, semua orang saling tatap tatkala mendengar mahar dengan nominal lima puluh ribu rupiah yang disebutkan mempelai pria.

Sementara Vidya, senyumnya perlahan memudar, kaget dan malu saat mahar yang diberikan Arya sangat kecil. Benar-benar di luar ekspektasinya. Ijab kabul yang harusnya bahagia, Vidya mati-matian menahan malu, diberikan mahar segitu.

"Bagaimana, para saksi?"

"Sah!" Ijab kabul sudah terlaksana. Dilanjutkan membaca doa dan lainnya.

Semua saksi bubar, kala Arya dan Vidya sudah sah menjadi suami istri. Shena menahan sesak menghimpit dadanya, bagaikan dihantam tombak jika Arya melakukan ijab kabul untuk kedua kalinya.

"Emang pantes sih buat pelakor dapat mahar semurah itu," bisik para saksi yang bisa terdengar oleh kedua mempelai.

"Lima puluh ribu dapat apa di zaman sekarang? Biarkan saja, ini nominal yang setimpal dengan harga dirinya yang murahan itu." Masih banyak lagi bisikan-bisikan lainnya yang masih bisa didengar.

Vidya mengepalkan tangan, air matanya menggenang, hancur sudah harga dirinya karena pernikahan ini. Dia pikir, Arya akan memberikan mahar dalam jumlah besar, sesuai harta yang dimilikinya.

"Kamu bikin aku malu tahu nggak, Mas! Kenapa mahar yang kamu beri hanya berjumlah lima puluh ribu saja?" Vidya meluapkan amarah yang tertahan di hadapan suami dan keluarga barunya.

Kedua bola mata mereka membelalak sempurna, kaget dengan kemarahan Vidya.

Arya mendesis, dia tidak menyangka jika Vidya akan marah, "Mas nggak ada uang, Vid. Itu juga pinjam ke Shena."

Vidya tersentak, semakin bertambah malu. "Apa-apaan sih, Mas? Kenapa kamu malah membuatku malu dipernikahan kita, hah?"

"Tenang, Vid, tenang. Malu dilihat orang," Arya mencoba menenangkan Vidya yang bersungut-sungut lantaran kesal.

"Gimana aku bisa tenang, Mas? Kamu mikir aja dong. Uang lima puluh ribu cukup beli apa?"

"Heh, Vidya! untung kamu dinikahkan dengan putraku. Sudah jadi pelakr, malah nggak tahu diri seperti itu!" sentak Bu Surti, gedeg dengan istri kedua anaknya.

Demi Tuhan, Bu Surti tidak ingin mengakui wanita itu sebagai menantunya. Bagi beliau, hanya Shena menantu satu-satunya.

"Aku sedang bicara dengan Mas Arya, Bu! Bukan kepada Ibu! Bukannya ditegur ngasih mahar segitu, Ibu malah menyalahkanku!" pungkas Vidya.

Sontak Arya dan Shena membelalakkan mata saat Vidya membentak Bu Surti. Selaku anak, tentu Arya tidak terima.

"Diam, Vidya. Jangan membentak Ibuku!" sela Arya, terbawa kesal.

Namun, Vidya tidak peduli. Dia membuang pandangan dengan wajah yang merah padam.

"Kamu nggak diajarkan sopan santun, ya? Berani sekali kamu membentak Ibuku. Benar-benar nggak punya adab!" ketus Shena, ikut nimbrung dan membela Ibu mertuanya.

"Begini saja. Karena Mas Arya hanya memberiku mahar lima puluh ribu, aku ingin tinggal bersama di rumah kalian!" pinta Vidya menegaskan.

Tentu saja permintaannya menuai penolakan, mereka tidak setuju dengan keinginan Vidya yang ingin tinggal satu atap dengan Shena. Tidak terbayang, bagaimana jadinya nanti. Shena juga membantah, tidak setuju.

Bu Surti naik pitam, ia melotot tajam pada Vidya. "Ibu nggak akan sudi menerima jalang itu di rumah! Ibu nggak akan mengizinkan dia tinggal bersama kita!"

"Mas, jawab dong! Jangan diam saja!" kata Vidya, mengguncang lengan kokoh Arya yang sedari tadi diam.

Arya sendiri pun bingung, Shena dan Ibunya sudah pasti tidak setuju.

Tetapi, di tengah-tengah kebingungan itu. Shena menyunggingkan senyum, sebuah ide balas dendam terlintas di pikirannya. Cukup sudah dia dikhianati seperti ini, Shena akan membalas orang yang sudah merenggut kebahagiaannya dan masuk ke dalam rumah tangganya.

"Kamu itu seperti pengecut saja, Mas. Berani berbuat harus berani menerima konsekuensinya. Baiklah ... aku setuju jika Vidya tinggal serumah denganku," tegas Shena, nada bicaranya tenang. Namun dibalik sikap tenangnya, tersembunyi niat terselubung.

Bukankah ia lebih berhak atas Arya? Siapa yang rela, berbagi suami dengan wanita lain. Mustahil sekali Shena diam saja ditindas seperti ini, sepertinya membalas mereka hal yang menyenangkan, bukan?

'Jangan senang dulu, Vidya. Ini adalah awal kehancuranmu. Aku nggak akan membiarkan kamu bahagia. Aku akan membuatmu menderita dan tersiksa di rumahku. Tunggulah, Vidya. Akan kubalas dengan cara elegan.' Batin Shena, bibirnya menyeringai.

Keputusan Shena, membuat Arga dan Bu Surti menganga tidak percaya. Jika Shena akan setuju begitu saja.

"Sayang, kamu bilang apa barusan, Nak? Jangan bercanda! Kenapa kamu mengizinkan wanita perusak kebahagiaanmu tinggal satu atap denganmu? Kenapa?" 

***

Related chapters

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 4. MINTA MAAF

    "Sayang, kamu bilang apa barusan, Nak? Jangan bercanda! Kenapa kamu mengizinkan wanita perusak kebahagiaanmu tinggal satu atap denganmu? Kenapa?" Bu Surti mencecar Shena dengan banyak pertanyaan, tidak percaya dengan menantunya."Karena aku ingin memberikan dia pelajaran, Bu." Bisik Shena, saat Bu Surti memeluk tubuhnya erat."Aku nggak akan diam, saat ditindas seperti ini," lanjutnya.Bu Surti mengurai pelukannya secara perlahan, menatap nanar sang menantu dengan mata berkaca-kaca."Baiklah, Shena. Apapun rencanamu, ingatlah bahwa Ibu akan selalu mendukungmu sepenuh hati." Kedua telapak tangan Bu Surti membelai wajah Shena dengan penuh kasih sayang."Sabarlah, Sayang. Jangan khawatir, Ibu tidak akan tinggal diam melihat wanita tidak tahu malu itu berani menyakiti menantu kesayangan Ibu." Genangan air mata menyeruak di sudut mata Bu Surti, tapi wanita paruh baya itu mencoba untuk menahan sekuat tenaga agar tak meluncur jatuh."Vidya!" teriak Irma, wajahnya memerah karena amarah terhad

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 5. POV SHENA

    "Mbak Shena, Bu Surti, aku minta maaf atas kesalahan yang telah Vidya lakukan, a--""Sudahlah, Ir, kamu nggak salah. Jangan pernah meminta maaf atas kesalahan yang nggak pernah kamu lakukan," ujarku memotong ucapan Irma, dengan nada yang tegas dan penuh empati, sebelum asistenku itu selesai berbicara.Irma tampak semakin menunduk, tatapannya getir, terlihat air mata mulai menggenang di kelopak matanya yang menyiratkan kepedihan yang mendalam. Dia terus berjuang menahan tangis."Ir, aku tahu, sebelum aku merasakan kejadian seperti ini, kamu sudah mengalaminya lebih dulu. Jangan khawatir, aku nggak akan berbuat jahat terhadap adikmu." Ucapku sambil menatap Irma dalam-dalam, berusaha merasakan apa yang dirasakannya."Aku hanya ingin memberikan dia pelajaran saja, supaya dia sadar jika mengambil milik orang lain itu tidak akan selamanya bahagia," sambungku, dengan harapan ucapanku bisa menenangkan hati dan pikiran Irma yang bergolak."Nanti kunci mobilku ini kamu titipkan saja pada Bi Ira

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 6. TEGA

    "Kamu bisa istirahat di kamar yang itu!" Jari telunjuk Shena mengarah pada satu kamar yang membuat adik madunya itu nampak terkejut.Vidya membelalak, ia terperangah tatkala Shena menunjuk sebuah kamar yang terletak di area belakang rumah.Sebuah kamar kecil yang Vidya tahu itu adalah kamar Bi Sumi --- asisten rumah tangga di kediaman ini. Ruangan itu selalu dipakai Bi Sumi, jika dia menginap.Shena tersenyum melihat Vidya yang tercengang, netranya menatap nanar pada adik madu yang selalu kurang ajar. "Maksud Mbak Shena apa menunjuk-nujuk kamar Bi Sumi?" tanya Vidya. Nada bicaranya sedikit naik, seperti tidak terima.Tertawa samar, Shena bersedekap dada. "Nggak usah pura-pura bodoh, Vidya. Aku tahu kamu paham maksduku.""Jadi Mbak Shena nyuruh aku tidur di kamar pembantu? Ck, apa-apaan, aku nggak mau!" Vidya menyentak kesal.Arya pun jadi ikut tidak terima. Dari sekian banyaknya ruangan, kenapa Shena memilih kamar pem

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 1. AMPUN, MBAK!

    Hati Shena terasa bergemuruh ketika telinganya mendengar suara derit ranjang di dalam kamar tidurnya.Wanita itu baru saja kembali dari luar kota setelah melakukan pertemuan dengan beberapa desainer ternama, untuk mengikuti pameran dan peragaan busana tradisional di kota tersebut dalam rangka memeriahkan acara kemerdekaan.Shena berjalan secepat mungkin, memastikan bunyi suara itu. Kedua bola mata Shena membelalak dengan sempurna, ketika melihat sang suami dengan lancangnya berani menggunakan ranjang miliknya untuk berbagi keringat dan melakukan penyatuan bersama wanita lain."Menjijikan! Teganya kamu ngelakuin ini sama aku, Mas!" batin Shena bergemuruh menahan amarah. Kedua pelupuk matanya mulai berembun.Arya memang teledor. Pria tinggi berkulit sawo matang tersebut selalu lupa untuk menutup pintu jika nafsunya ingin segera disalurkan.Dengan sekuat tenaga wanita cantik berambut panjang itu meredam emosinya sendiri. Dengan tangan yang gemetar, wanita berusia tiga puluh lima tahun it

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 2. ANAK DURHAKA

    "Shena, tolong maafkan kami. Hentikan hukuman ini, dan izinkanlah aku menikahi Vidya," pinta Arya yang menangkupkan kedua telapak tangannya, dengan wajah penuh penyesalan.Shena tersenyum sinis, sambil menatap tajam ke netra sang suami."Mas Arya, apa kamu pikir sejak tadi aku sedang menghukum kekasih gelapmu?" tanya Shena dengan nada penuh cemoohan.Arya menoleh, menatap Irma yang masih terengah-engah karena emosi yang terus bergelora di dalam hatinya.Sejatinya, Irma ingin memberikan hukuman yang lebih pedih lagi pada Vidya. Namun, ingatan akan pesan almarhum kedua orang tua mereka muncul kembali, untuk melindungi adik satu-satunya itu. Dilanda rasa penyesalan, kekecewaan, dan kemarahan, Irma merasa seolah telah gagal menjalankan amanat yang diberikan kedua orang tua mereka.Ia menatap Vidya dan Arya dengan penuh kebencian, menahan tangis yang hendak pecah melampaui embun yang menggelayuti wajahnya."Mas Arya, aku memang menghormatimu karena kau adalah suami dari bosku --- Mbak Sena

Latest chapter

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 6. TEGA

    "Kamu bisa istirahat di kamar yang itu!" Jari telunjuk Shena mengarah pada satu kamar yang membuat adik madunya itu nampak terkejut.Vidya membelalak, ia terperangah tatkala Shena menunjuk sebuah kamar yang terletak di area belakang rumah.Sebuah kamar kecil yang Vidya tahu itu adalah kamar Bi Sumi --- asisten rumah tangga di kediaman ini. Ruangan itu selalu dipakai Bi Sumi, jika dia menginap.Shena tersenyum melihat Vidya yang tercengang, netranya menatap nanar pada adik madu yang selalu kurang ajar. "Maksud Mbak Shena apa menunjuk-nujuk kamar Bi Sumi?" tanya Vidya. Nada bicaranya sedikit naik, seperti tidak terima.Tertawa samar, Shena bersedekap dada. "Nggak usah pura-pura bodoh, Vidya. Aku tahu kamu paham maksduku.""Jadi Mbak Shena nyuruh aku tidur di kamar pembantu? Ck, apa-apaan, aku nggak mau!" Vidya menyentak kesal.Arya pun jadi ikut tidak terima. Dari sekian banyaknya ruangan, kenapa Shena memilih kamar pem

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 5. POV SHENA

    "Mbak Shena, Bu Surti, aku minta maaf atas kesalahan yang telah Vidya lakukan, a--""Sudahlah, Ir, kamu nggak salah. Jangan pernah meminta maaf atas kesalahan yang nggak pernah kamu lakukan," ujarku memotong ucapan Irma, dengan nada yang tegas dan penuh empati, sebelum asistenku itu selesai berbicara.Irma tampak semakin menunduk, tatapannya getir, terlihat air mata mulai menggenang di kelopak matanya yang menyiratkan kepedihan yang mendalam. Dia terus berjuang menahan tangis."Ir, aku tahu, sebelum aku merasakan kejadian seperti ini, kamu sudah mengalaminya lebih dulu. Jangan khawatir, aku nggak akan berbuat jahat terhadap adikmu." Ucapku sambil menatap Irma dalam-dalam, berusaha merasakan apa yang dirasakannya."Aku hanya ingin memberikan dia pelajaran saja, supaya dia sadar jika mengambil milik orang lain itu tidak akan selamanya bahagia," sambungku, dengan harapan ucapanku bisa menenangkan hati dan pikiran Irma yang bergolak."Nanti kunci mobilku ini kamu titipkan saja pada Bi Ira

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 4. MINTA MAAF

    "Sayang, kamu bilang apa barusan, Nak? Jangan bercanda! Kenapa kamu mengizinkan wanita perusak kebahagiaanmu tinggal satu atap denganmu? Kenapa?" Bu Surti mencecar Shena dengan banyak pertanyaan, tidak percaya dengan menantunya."Karena aku ingin memberikan dia pelajaran, Bu." Bisik Shena, saat Bu Surti memeluk tubuhnya erat."Aku nggak akan diam, saat ditindas seperti ini," lanjutnya.Bu Surti mengurai pelukannya secara perlahan, menatap nanar sang menantu dengan mata berkaca-kaca."Baiklah, Shena. Apapun rencanamu, ingatlah bahwa Ibu akan selalu mendukungmu sepenuh hati." Kedua telapak tangan Bu Surti membelai wajah Shena dengan penuh kasih sayang."Sabarlah, Sayang. Jangan khawatir, Ibu tidak akan tinggal diam melihat wanita tidak tahu malu itu berani menyakiti menantu kesayangan Ibu." Genangan air mata menyeruak di sudut mata Bu Surti, tapi wanita paruh baya itu mencoba untuk menahan sekuat tenaga agar tak meluncur jatuh."Vidya!" teriak Irma, wajahnya memerah karena amarah terhad

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 3. MAHAR LIMA PULUH RIBU

    Perut Shena terasa tergelitik, mendengar perkataan suaminya yang terkesan tak tahu malu. Malah meminta uang mahar untuk menikahi madunya. Wanita itu menggelengkan kepala, tidak habis pikir dengan suami dan madunya, mereka sama-sama tidak tahu malu di matanya."Cih, yang benar saja? Gaya selangit, pakai selingkuh segala, giliran mahar pinjam ke istri, memalukan sekali," timpal Shena, geli dengan tingkah suaminya itu.Arya meringis, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Mau bagaimana lagi, saat ini di dompetnya kosong dan tidak ada uang cash sama sekali. Uangnya sudah habis, membayar belanjaan Vidya yang banyak maunya."Ayolah, Sayang. Pinjam dulu untuk mahar. Aku bakal ganti dengan jumlah yang lebih besar. Bantu aku, ya?" pinta Arya. Ia memohon pada istrinya dengan wajah tanpa dosa.Jangan tanyakan, bagaimana perasaan Shena saat ini. Sedih, kesal, sekaligus jijik secara bersamaan. "Nggak usah diganti. Anggap saja sumbanganku untuk wanita sundal itu!" kesal Shena, mengambil dompet da

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 2. ANAK DURHAKA

    "Shena, tolong maafkan kami. Hentikan hukuman ini, dan izinkanlah aku menikahi Vidya," pinta Arya yang menangkupkan kedua telapak tangannya, dengan wajah penuh penyesalan.Shena tersenyum sinis, sambil menatap tajam ke netra sang suami."Mas Arya, apa kamu pikir sejak tadi aku sedang menghukum kekasih gelapmu?" tanya Shena dengan nada penuh cemoohan.Arya menoleh, menatap Irma yang masih terengah-engah karena emosi yang terus bergelora di dalam hatinya.Sejatinya, Irma ingin memberikan hukuman yang lebih pedih lagi pada Vidya. Namun, ingatan akan pesan almarhum kedua orang tua mereka muncul kembali, untuk melindungi adik satu-satunya itu. Dilanda rasa penyesalan, kekecewaan, dan kemarahan, Irma merasa seolah telah gagal menjalankan amanat yang diberikan kedua orang tua mereka.Ia menatap Vidya dan Arya dengan penuh kebencian, menahan tangis yang hendak pecah melampaui embun yang menggelayuti wajahnya."Mas Arya, aku memang menghormatimu karena kau adalah suami dari bosku --- Mbak Sena

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 1. AMPUN, MBAK!

    Hati Shena terasa bergemuruh ketika telinganya mendengar suara derit ranjang di dalam kamar tidurnya.Wanita itu baru saja kembali dari luar kota setelah melakukan pertemuan dengan beberapa desainer ternama, untuk mengikuti pameran dan peragaan busana tradisional di kota tersebut dalam rangka memeriahkan acara kemerdekaan.Shena berjalan secepat mungkin, memastikan bunyi suara itu. Kedua bola mata Shena membelalak dengan sempurna, ketika melihat sang suami dengan lancangnya berani menggunakan ranjang miliknya untuk berbagi keringat dan melakukan penyatuan bersama wanita lain."Menjijikan! Teganya kamu ngelakuin ini sama aku, Mas!" batin Shena bergemuruh menahan amarah. Kedua pelupuk matanya mulai berembun.Arya memang teledor. Pria tinggi berkulit sawo matang tersebut selalu lupa untuk menutup pintu jika nafsunya ingin segera disalurkan.Dengan sekuat tenaga wanita cantik berambut panjang itu meredam emosinya sendiri. Dengan tangan yang gemetar, wanita berusia tiga puluh lima tahun it

DMCA.com Protection Status