Share

BAB 5. POV SHENA

last update Last Updated: 2024-11-19 14:09:41

"Mbak Shena, Bu Surti, aku minta maaf atas kesalahan yang telah Vidya lakukan, a--"

"Sudahlah, Ir, kamu nggak salah. Jangan pernah meminta maaf atas kesalahan yang nggak pernah kamu lakukan," ujarku memotong ucapan Irma, dengan nada yang tegas dan penuh empati, sebelum asistenku itu selesai berbicara.

Irma tampak semakin menunduk, tatapannya getir, terlihat air mata mulai menggenang di kelopak matanya yang menyiratkan kepedihan yang mendalam. Dia terus berjuang menahan tangis.

"Ir, aku tahu, sebelum aku merasakan kejadian seperti ini, kamu sudah mengalaminya lebih dulu. Jangan khawatir, aku nggak akan berbuat jahat terhadap adikmu." Ucapku sambil menatap Irma dalam-dalam, berusaha merasakan apa yang dirasakannya.

"Aku hanya ingin memberikan dia pelajaran saja, supaya dia sadar jika mengambil milik orang lain itu tidak akan selamanya bahagia," sambungku, dengan harapan ucapanku bisa menenangkan hati dan pikiran Irma yang bergolak.

"Nanti kunci mobilku ini kamu titipkan saja pada Bi Irah. Karena pengasuhnya Vika itu kan selalu pulang bersama Bi Sumi," lanjutku, berusaha mengalihkan pembicaraan agar Irma tidak terlalu larut dalam kesedihan di hatinya.

Bi Sumi merupakan seorang wanita paruh baya yang mengabdikan hidupnya di rumahku sebagai asisten rumah tangga. Setiap harinya, Bi Sumi bekerja mulai pukul enam pagi hingga pukul enam sore. Saat waktu bekerja telah selesai, Bi Irah selalu mampir ke rumah ini agar bisa pulang bersama dengan Bi Sumi.

Akhirnya Irma pamit, untuk kembali ke rumahnya. Aku menggandeng lengan Ibu mertua untuk segera masuk ke dalam rumah.

"Neng Shena, Bibi siapkan air panas untuk mandi, ya?" ujar Bi Sumi ketika aku sudah berada di dalam rumah. 

Ibu mertuaku telah lebih dulu masuk ke kamar tamu untuk beristirahat sejenak dan membersihkan dirinya.

"Terima kasih, Bi, nanti biar Shena yang siapkan sendiri," jawabku dengan singkat. Rasanya tubuh dan pikiranku terlalu lelah untuk berkomunikasi dengan siapa pun. Sepertinya aku memang harus istirahat.

"Ya sudah, kalau begitu Bibi siapkan untuk makan malam dulu, ya, Neng," pamit Bi Sumi yang kemudian berlalu menuju ruang makan.

Aku yang masih duduk di ruang tamu masih berpikir, rencana apa yang harus kulakukan untuk memberi pelajaran pada Vidya, si Kasir tak tahu diri yang telah berani merebut Mas Arya dariku.

Gegas aku berdiri, kemudian berjalan menuju ruang makan.

"Bi Sumi, apa Bibi hari ini masak banyak?" tanyaku pada wanita paruh baya yang sudah kuanggap seperti keluarga sendiri.

"Nggak terlalu banyak juga, Neng. Seperti biasa, hanya cukup untuk Neng Shena, Bu Surti, Den Arya, sama Non Sheira." Jawab Bi Sumi yang tangannya masih sibuk menata menu di meja makan.

"Gini, Bi, karena Sheira malam ini masih menginap di rumah Mbak Ana, jadi sebagian masakan ini Bibi bungkus aja, bawa pulang, ya?" titahku pada asisten rumah tangga itu.

Bi Sumi mengerutkan alisnya.

"Terima kasih, Neng, tidak usah. Bibi kan sudah makan," tolak Bi Sumi secara baik-baik.

Ah, Bi Sumi memang selalu begitu. Menolak jika aku perintahkan untuk membawa makanan dari sini.

Akhirnya, aku yang membungkus makanan tersebut. Kemudian memberikannya pada beliau.

"Bi, pokoknya Bibi bawa makanan ini, ya? Ehm ... mulai besok, Bi Sumi nggak usah kerja di sini lagi," ucapku dengan hati-hati.

Seketika, wajah Bi Sumi nampak terkejut. Kemudian kedua netra wanita paruh baya itu berembun.

"Neng Shena pecat Bibi, ya? Apa Bibi sudah terlalu tua, sehingga Neng Shena sudah tidak membutuhkan tenaga Bibi lagi?" tanya Bi Sumi dengan nada suara yang bergetar.

Ah, aku tidak tega melihatnya. Seharusnya aku jelaskan lebih awal, kalau aku bukan memecatnya.

"Bi, tolong Bi Sumi jangan salah paham. Shena nggak pecat Bi Sumi, kok. Mana bisa Shena pecat Bibi. Almarhum Mama dan Papa saja menitipkan Shena pada Bibi," ucapku dengan nada suara yang ikut bergetar. Aku jadi ikut sedih jika melihat Bi Sumi sedih begitu.

"Begini, Bi, untuk sementara Shena mau agar Bibi bekerja di rumah Shena yang satu lagi, karena ...," aku membisikkan sesuatu di telinga Bi Sumi, karena khawatir jika Mas Arya dan Vidya telah kembali.

"Oh, begitu? Kalau itu sih Bibi setuju banget, Neng. Jujur aja, pas tadi siang melihat kejadian itu, Bibi kaget. Maaf ya, Neng, Bibi nggak tahu kalau Den Arya datang sama si perempuan sundal itu, karena Bibi ke pasarnya kesiangan." Bi Sumi menunduk dengan raut wajah yang nampak merasa bersalah padaku.

Bi Sumi termasuk wanita yang sangat membenci perselingkuhan. Karena beliau sama sepertiku, dikhianati oleh suami yang sangat kucintai. 

Saat semua makanan yang ada di atas meja makan sudah ku bungkus untuk Bi Sumi, dan satu porsi untuk ibu mertua sudah ku simpan di kamar beliau, tiba-tiba terdengar sayup-sayup suara dua orang yang sedang berdebat memasuki ruang tamu.

Aku memberikan kode pada Bi Sumi untuk segera pulang, karena Bi Irah sudah duduk di teras menunggu beliau.

Wanita paruh baya itu pamit, tak lama kemudian muncul sepasang pengantin baru yang penampilannya sungguh berantakan karena butiran keringat terlihat jelas di kening mereka berdua.

"Sayang, tolong siapkan pakaian, aku mau mandi, gerah banget." Perintah Mas Arya yang langsung berlalu menuju kamar kami.

"Mas, aku ikut," pinta Vidya dengan nada suara yang terdengar manja. Kedua tangannya bergelayut di lengan suamiku yang kekar.

Aku yang melihat pemandangan tersebut merasa jengkel. Lihat saja, tak akan kubiarkan kalian bermesraan lagi di rumah ini.

"Vidya, Mas Arya itu mau masuk ke kamarku," ucapku dengan lembut, "aku sudah memberikan suamiku padamu, bukan berarti aku mengizinkanmu untuk menggunakan kamarku lagi."

"Mbak Shena, kami kan pengantin baru. Masa Mbak tega banget, sih, mau pisahin kami berdua. Aku cuma mau pinjam kamarnya sebentar aja, lho!" Ucap Vidya dengan tidak tahu diri.

"Kalau Mbak Shena merasa terganggu saat aku dan Mas Arya menggunakan kamar itu, sebaiknya Mbak pindah kamar aja!" lanjut si pelakor itu dengan entengnya. Sepertinya urat malu dalam dirinya benar-benar sudah tak berfungsi. Atau mungkin memang sudah putus?

Jujur saja, aku sangat geram mendengarnya. Tapi, aku coba menata hati, agar bisa berbicara dengan tenang pada wanita ular itu.

"Kamu mau menggunakan kamarku untuk bermesraan dengan suami kita?" tanyaku pada Vidya. Kemudian, kedua netraku menatap Mas Arya yang nampak salah tingkah.

Vidya menganggukkan kepalanya, mungkin dia merasa jika aku telah memberikan lampu hijau padanya. Enak saja!

"Kamu boleh tinggal di rumah ini, tapi bukan berarti kamu bisa menggunakan kamarku juga, Vidya Sayang!" Tuturku dengan manis, kemudian menghampirinya.

"Dengar, kamu itu hanya menikmati pria bekasku. Jadi, untuk kamar pun aku akan memberikan tempat yang sangat tepat buat kamu." Bisikku ditelinga Vidya.

"Kamu bisa istirahat di kamar yang itu!" 

***

Related chapters

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 6. TEGA

    "Kamu bisa istirahat di kamar yang itu!" Jari telunjuk Shena mengarah pada satu kamar yang membuat adik madunya itu nampak terkejut.Vidya membelalak, ia terperangah tatkala Shena menunjuk sebuah kamar yang terletak di area belakang rumah.Sebuah kamar kecil yang Vidya tahu itu adalah kamar Bi Sumi --- asisten rumah tangga di kediaman ini. Ruangan itu selalu dipakai Bi Sumi, jika dia menginap.Shena tersenyum melihat Vidya yang tercengang, netranya menatap nanar pada adik madu yang selalu kurang ajar. "Maksud Mbak Shena apa menunjuk-nujuk kamar Bi Sumi?" tanya Vidya. Nada bicaranya sedikit naik, seperti tidak terima.Tertawa samar, Shena bersedekap dada. "Nggak usah pura-pura bodoh, Vidya. Aku tahu kamu paham maksduku.""Jadi Mbak Shena nyuruh aku tidur di kamar pembantu? Ck, apa-apaan, aku nggak mau!" Vidya menyentak kesal.Arya pun jadi ikut tidak terima. Dari sekian banyaknya ruangan, kenapa Shena memilih kamar pem

    Last Updated : 2024-11-23
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 7. POV ARYA

    "Rambut Vidya yang dulu sangat indah, sekarang malah berantakan tak beraturan, membuatku tak lagi memiliki hasrat padanya.""Aargh!" Aku mengacak rambutku dengan kasar, ketika melihat Vidya yang sudah terlelap dalam tidurnya di kamar Bi Sumi yang sesak ini.Kenapa perasaanku jadi terganggu saat melihat rambut pendek Vidya yang terpotong sembarangan?Ah, ini semua adalah kesalahanku yang terburu-buru mengajak Vidya bercinta di rumah ini. Siapa sangka, Shena pulang dari luar kota lebih awal dan malah memergoki kami berdua."Vid, geser, Mas juga ngantuk, mau tidur!" Aku menggoyangkan tubuh Vidya yang matanya sudah terpejam."Ck! Mas Arya ganggu aja, sih. Aku ngantuk banget, Mas ...." Vidya meracau dengan mata yang masih tertutup rapat.Dulu, saat Vidya masih menjadi selingkuhanku, aku begitu menikmati ketika melihat wajahnya tertidur dengan lelap. Tapi sekarang, kecantikannya sudah luntur.Kalau saja dia tidak mengandung anakku, sudah pasti aku tak ingin menikahinya. Begitu dalam penyesa

    Last Updated : 2024-11-24
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 8. PERMAINAN KECIL

    "Mbak Shena, aku lapar! Mana makanan untukku dan Mas Arya?" Vidya melirik kakak madunya yang hendak berdiri menyimpan piring ke dapur."Masak sendiri, dong. Aku ini bukan babu kamu!" jawab Shena dengan senyum sinis yang terukir di bibirnya, mengejek Vidya yang raut wajahnya nampak masam.Wanita cantik berusia tiga puluh lima tahun tersebut segera ke dapur, dan meletakkan piring kotor itu di wastafel.Hatinya sedikit bergetar karena emosi, tapi dia menepis perasaan itu."Mas, jangan lupa pagi ini kita harus bertemu dengan klien. Cepat bersiap, atau mereka akan membatalkan kerjasama dengan kita!" Shena mengingatkan suaminya dengan nada tegas. Dia seolah ingin menyindir sang madu yang hanya seorang karyawan biasa, di butik cabang miliknya.Arya mengekor di belakang istri pertamanya dengan patuh, mengabaikan istri kedua yang masih mematung di ruang makan."Mas Arya, kamu mau ke mana? Aku ikut ...," rengek Vidya pada sang suami. Kemudian, wanita itu malah bergelayut manja di lengan Arya, b

    Last Updated : 2024-11-26
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 9. POV VIDYA

    Betapa sialnya nasibku di tahun ini. Ramalan si kakek tua itu rupanya meleset. Dia bilang tahun ini aku akan menjadi istri dari pria kaya raya. Faktanya? Ternyata semua butik itu adalah milik si Shena –-- wanita seumuran kakakku yang masih rela menjadi istri tua untuk dipoligami.Sungguh aneh, kenapa takdirku bisa begini? Sejak Mas Arya dan Mbak Shena pergi mengurus butik, aku merasa bingung bagaimana mengisi waktuku.Dengan langkah gontai, aku memutuskan untuk menyalakan televisi dan menonton siaran favorit di ruang keluarga. Toh, hidup sebagai nyonya di rumah ini lumayan menyenangkan. Tidak perlu bekerja, cukup minta uang pada suami jika ingin berbelanja. Namun, sebelum aku sempat terlarut dalam acara gosip kesukaanku, tiba-tiba kudengar teriakan melengking dari luar. Sungguh mengganggu ketenangan!"Vidyaaaa!" seru wanita tua itu dari ruang tamu. Ah, betapa menyesakkannya suara teriakan si nenek itu menyeruak, menghantam telingaku."Heh, wanita

    Last Updated : 2024-11-26
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 10. JANGAN HINA VIDYA

    "Nenek ...! Sheira kangen banget sama Nenek," seru gadis kecil berusia lima tahun itu, bersemangat melompat ke arah Bu Surti yang baru saja membuka pintu ruang tamu.Matanya yang bening bersinar penuh dengan keceriaan khas anak-anak, seolah menemukan harta karun yang selama ini hilang."Aduh, cucu kesayangan Nenek ini tinggal di rumah Budhe kayanya tambah gemuk, ya? Sampai gembil, nih pipinya," goda Bu Surti. Wanita paruh baya itu menjawil pipi Sheira dengan gemas dan penuh kasih sayang."Tenang aja, kalau Sheira di rumah Budhe, pasti Budhe bikinin kamu kue terus setiap hari, ya, Sayang?" ujar Ana --- kakak kandung Arya. Wanita itu mengusap lembut pucuk rambut keponakannya dengan penuh kehangatan.Gadis cilik itu tersenyum bahagia dan mengangguk, lalu melangkah masuk ke rumah yang sudah dua minggu ditinggalnya untuk liburan ke rumah sang Budhe.Langkahnya makin ringan, seolah menemukan kembali kebahagiaan."Ana, mana adikmu?" Tanya Bu Surti dengan pandangan tajam, menyapu sekeliling h

    Last Updated : 2024-11-27
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 11. MAKAN DI LUAR

    "Mas, mereka benar-benar tega banget sama aku. Padahal kan aku udah capek-capek masak untuk mereka, tapi keluarga kamu seolah belum bisa menerima aku sepenuhnya ...," rengek Vidya dengan mata berkaca-kaca, memeluk lengan kekar Arya dengan erat.'Lihat saja, dramaku pasti berhasil membuat Mas Arya membelaku di hadapan kalian semua!' Vidya bermonolog dalam hatinya.Shena yang menyaksikan adegan menjijikan itu, tak bisa menahan rasa jengkel.Ia menghela napas kesal, memutar bola matanya dengan malas, dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.Meskipun merasa ilfeel dengan penampilan Vidya yang berantakan, Arya merasa kasihan pada istri mudanya yang terus-menerus diperlakukan rendah oleh kakak dan adik perempuannya sendiri."Vid, sebelum kita makan siang, coba kamu mandi dulu biar segar. Setelah itu, ikut bergabung bersama kami, ya?" Ucap Arya dengan lembut.Vidya masih tetap bergelayut manja, ingin terlihat mesra di hadapan kel

    Last Updated : 2024-11-27
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 12. PINJAM BAJU

    Arya masih duduk mematung, pandangan kosongnya menyapu meja makan yang telah tersaji menu masakan istri mudanya."Sayang, aku udah selesai mandi, tap--" ucapan Vidya terhenti ketika matanya menyadari bahwa hanya suaminya yang ada di ruang makan itu."Mas, mana mereka? Keluarga kamu nggak jadi makan siang?" Tanya Vidya dengan lirih, seraya menatap hidangan yang tersentuh sebatas mencicip dan dibiarkan begitu saja.Rasa kesal dan penuh kecewa terpancar dari wajahnya."Makanan aku nggak enak, ya?" Vidya meneguk ludah dengan susah payah, menahan tangis yang menguras tenaga. Punggung tangannya menyeka sudut mata yang basah.'Sialan! Udah dipaksa buat masak banyak, ternyata cuma buat dicicipin doang!' Vidya mengumpat dalam hatinya.Arya tersenyum tipis dan menggenggam erat telapak tangan istri mudanya itu."Enak, Sayang, jangan berpikir seperti itu. Buktinya, mereka mau makan masakanmu. Cuma, mereka nggak habiskan karena ingin

    Last Updated : 2024-11-28
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 13. SINDIRAN KARYAWAN BUTIK

    "Mas, kenapa kita harus pakai taksi online, sih?" Vidya bertanya dengan wajah cemberut, menatap mobil pribadi yang biasa dikemudikan oleh suaminya, terparkir di garasi.Taksi online yang mereka tumpangi tengah melaju dengan kecepatan sedang."Apa kamu nggak mau menggunakan mobil itu untuk membawaku, Mas?""Mobil itu milik Shena. Sudahlah, jangan protes, atau kamu turun sekarang dan aku nggak akan pernah antar kamu ke salon!" Arya menjawab dengan tegas, sekaligus memberikan ancaman pada istri mudanya itu.Vidya hanya bisa mengerucutkan bibirnya, berharap Arya akan merayu saat ia sedang merajuk seperti sekarang. Namun, pria itu tak menggubris rajukan Vidya.Tatapan mata Arya hanya tertuju pada jalanan yang akan menuju salon.Sesampai di tempat tujuan, Vidya merasa kecewa karena sang suami membawanya ke sebuah salon sederhana."Mas, kamu serius, ngajak aku ke tempat ini?" Vidya mendengus kesal, dengan perasaan kecewa yang b

    Last Updated : 2024-11-28

Latest chapter

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 59. MENUNTUT PENJELASAN

    Setelah berputar-putar tanpa tujuan menggunakan taksi online, Aulia akhirnya merasa lelah. Pandangannya menerawang ke luar jendela, memperhatikan gemerlap lampu-lampu kota Jakarta yang terasa begitu kontras dengan hatinya yang gelap gulita. Ia menghela napas panjang, mencoba meredakan sesak yang masih bersarang di dadanya."Aku nggak bisa terus begini," gumamnya pelan, seolah menegur dirinya sendiri.Sopir taksi melirik lewat kaca spion. Melihat raut wajah penumpangnya yang lelah dan muram, ia memutuskan untuk tetap fokus pada jalanan yang mulai lengang.Sesampainya di depan rumah, Aulia turun dari taksi dan berjalan dengan langkah gontai menuju teras rumah. Ia membuka pintu perlahan, berharap tidak membangunkan ibunya yang biasanya sudah tertidur di jam segini. Namun, betapa terkejutnya ia saat melihat Bu Surti duduk di ruang tamu, menatapnya dengan tatapan penuh tanya."Kok baru pulang, Nak?" tanya Bu Surti sambil melipat tangannya di depan dada. "Tadi Ibu pikir kamu bakal pulang sa

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 58. CALON MENANTU

    Aulia masih berdiri di tempat dengan pikiran yang berkecamuk. Dadanya terasa sesak mendengar kata-kata yang meluncur dari mulut Sheira dan Ergan tadi. Pertanyaan demi pertanyaan terus bergulir di benaknya, mencari jawaban yang tak kunjung ia temukan.Kini, Kevin menghampiri mereka berdua dan memanggil Wina untuk ikut berfoto bersama keluarga besarnya."Li, ikut ke sana, yuk?" bisik Wina sebelum beranjak menuju keluarga besar Kevin."Aku di sini aja, Win. Aku nggak enak kalau harus ikut. Itu momen keluarga kalian," jawab Aulia dengan senyum tipis.Wina menatapnya sejenak, merasa ragu untuk meninggalkan sahabatnya sendirian. Tapi akhirnya ia mengangguk. "Oke, tapi kalau kamu butuh apa-apa, panggil aku, ya."Aulia hanya menjawab dengan anggukkan dan sedikit senyuman.Kevin menggandeng tangan Wina dan membawanya ke tengah kerumunan yang dipenuhi oleh keluarga besar Pak Bondan. Shena dan Ervan, yang berada di dekat Sheira dan Ergan, juga bersiap untuk berfoto. Kedua anak kecil itu tampak c

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 57. MENGHADIRI UNDANGAN

    Setelah pulang kerja, Shena duduk di sofa, ditemani secangkir teh hangat. Ia masih mengenakan blouse putih yang sedikit kusut, tanda kelelahan setelah seharian bekerja.Sheira sedang duduk di karpet, asyik menggambar dengan krayon warna-warni. Sesekali, ia memanggil sang ibu untuk menunjukkan hasil gambarnya."Mama, lihat! Ini gambar aku sama Mama," ujar Sheira sambil tersenyum lebar, menunjuk gambarnya yang sederhana dan penuh warna.Shena tersenyum lembut, kemudian mengangguk. "Bagus sekali, Sayang. Kamu makin pintar menggambar."Tapi, pikiran Shena tetap melayang pada tawaran Ervan tadi siang."Aku ingin memperkenalkanmu, bukan hanya sebagai desainer yang membuat baju itu—tapi sebagai seseorang yang berarti bagiku."Kata-kata itu terngiang terus, membuat hatinya merasa campur aduk. Shena menghela napas panjang, mencoba membuang rasa ragu yang terus menghantuinya.Lamunannya terhenti saat ponselnya bergetar di meja. Nama Bu Rahayu muncul di layar, membuat Shena terkejut. Ia mengerut

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 56. MAKAN SIANG

    "Bahagia?" suara Bu Surti meninggi, kini tak mampu lagi menahan amarah. "Vidya, bahagia tidak bisa kau dapatkan dengan cara seperti ini. Bahagia itu butuh usaha, bukan dengan mengorbankan orang lain. Kau tahu berapa banyak luka yang sudah kau buat? Shena itu sudah terlalu baik padamu. Tapi apa balasanmu? Kau sudah merebut suaminya, dan sekarang kau mencuri dari butiknya. Apa kau tidak malu?"Vidya terdiam, tapi wajahnya menunjukkan bahwa ia enggan menerima nasihat itu. Ia memalingkan wajah, menatap Arya dengan tajam."Mas Arya," lanjut Vidya, kali ini dengan nada penuh kekecewaan. "Kenapa kamu tidak pernah bisa memberikan kehidupan yang aku mau? Kalau saja kamu kaya raya, aku tidak perlu melakukan ini semua."Arya menghela napas panjang, menahan emosi yang mulai membakar dadanya. "Vidya, aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi kebutuhan kita. Aku bekerja siang malam demi kamu dan bayi ini. Tapi kalau kamu tidak pernah puas, sebaiknya kita bercerai saja. Aku sudah dipecat dari

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 55. VIDYA BEBAS

    Bu Surti masih termenung, duduk di sofa butik dengan wajah penuh kebingungan. Ia tak menyangka mantan menantunya yang dulu dikenal begitu baik hati, kini berubah menjadi seorang wanita yang dingin dan tegas. Shena yang dulu selalu memaafkan kesalahan apa pun, kini terlihat seperti orang yang menyimpan dendam pada Arya dan juga Vidya."Bu, kita pulang saja," Arya berkata, suaranya terdengar serak. Matanya menatap lantai butik, seolah enggan menatap siapa pun. "Shena tidak akan mengubah keputusannya."Bu Surti menggeleng perlahan, tangannya menggenggam erat tas kecil di pangkuannya. "Tidak, Arya. Ibu yakin Shena itu bukan orang yang kejam. Dia hanya keras di luar, tapi hatinya pasti masih sama. Kita tunggu sebentar lagi."Arya mendesah berat. Ia tahu ibunya masih berharap. Namun di dalam hatinya, ia merasa harapan itu sia-sia, karena Shena yang sekarang bukan lagi Shena yang dulu.Sementara itu di ruang kerja, Shena duduk di kursinya dengan raut wajah yang sulit diartikan. Irma yang mer

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 54. PERMOHONAN ARYA

    Budhe Retno tampak terdiam sejenak, seolah berpikir sebelum menjawab. "Oh, Shena? Dia sedang sibuk di luar. Kalau kalian ingin bertemu, lebih baik datang ke butik pusat saja. Biasanya dia ada di sana pagi-pagi seperti ini."Arya yang sedari tadi diam mulai merasa ada yang aneh. "Budhe, Shena benar-benar tidak ada di rumah? Kami hanya ingin bicara sebentar."Budhe Retno pun tersenyum tipis. "Saya memang diminta menjaga rumah ini, Arya. Tapi Shena jarang ada di sini sekarang. Dia lebih sering menghabiskan waktunya di butik. Seharusnya kamu hafal, Arya, sekarang kan pesanan di butik sedang ramai. Shena sibuk mendesain pesanan dari beberapa pelanggan. Kalau kalian ingin bicara, temui saja dia di sana."Bu Surti tampak sedikit kecewa, tetapi ia tahu tidak ada gunanya memaksa. "Baiklah, Mbak. Terima kasih atas informasinya."Budhe Retno mengangguk kecil. “Sama-sama. Semoga urusan kalian dengan Shena bisa selesai dengan baik." Setelah itu, wanita paruh baya tersebut menutup pintu, meninggalk

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 53. MINTA TOLONG

    "Jangan beralasan!" potong Shena dengan tajam. "Aku punya semua buktinya. Rekaman CCTV, laporan karyawan, semuanya. Kamu sudah mencuri dari butikku tiga kali berturut-turut!"Vidya mencoba membela diri. "Aku nggak mencuri, Mbak! Aku cuma—""Pak Polisi, tangkap dia," perintah Shena tanpa memberi kesempatan lebih lanjut.Dua orang pria yang sebelumnya tampak seperti pelanggan mendekati Vidya. Salah satu dari mereka menunjukkan lencana polisi. "Ibu Vidya, kami sudah menerima laporan pencurian ini. Silakan ikut kami ke kantor polisi untuk pemeriksaan lebih lanjut."Arya yang menyaksikan semuanya dari jarak jauh, merasa tubuhnya seolah kehilangan tenaga. Ia ingin membela Vidya, tapi ia tahu perbuatannya tidak bisa dimaafkan.Vidya memberontak, berusaha melawan. "Mas Arya! Tolong aku! Aku nggak bersalah!" teriaknya dengan air mata yang mengalir deras.Arya hanya bisa menundukkan kepala, tidak mampu berkata apa-apa. Ia tahu segala penjelasan tidak akan mengubah apa pun. Sementara itu, Shena

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 52. MENCURI

    Vidya mencoba menjaga nada suaranya tetap tenang. "Mas, kamu kan masih kerja di butik Mbak Shena. Jabatan kamu di sana juga kan bukan orang sembarangan. Nah, aku yakin di sana banyak barang yang nggak terlalu diperhatikan sama Mbak Shena dan karyawan yang lain. Kalau Mas ambil sedikit saja, kita bisa jual dan uangnya bisa kita pakai untuk kebutuhan sehari-hari. Aku yakin, mereka juga nggak akan curiga."Arya langsung melepaskan genggamannya. Matanya membulat, menatap Vidya dengan ekspresi kaget sekaligus marah. "Kamu ngomong apa, Vidya? Nyuruh aku mencuri?""Bukan mencuri, Mas. Anggap aja pinjam sementara. Lagian, koleksi baju di sana banyak banget, lho. Nanti kalau ada uang lebih, kita bisa ganti. Ya anggap aja kita bayar bajunya belakangan." Vidya berusaha meyakinkan Arya."Tidak, Vidya!" Arya berdiri, suaranya naik satu oktaf. "Aku tidak akan melakukan hal kotor seperti itu. Aku kerja di sana untuk cari uang halal, bukan buat bikin masalah!"Vidya ikut berdiri, wajahnya berubah kes

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 51. RENCANA VIDYA

    Vidya terdiam, wajahnya memerah menahan malu dan amarah. Ia melirik Arya yang hanya berdiri diam di sudut ruangan. "Mas Arya, kamu diam aja? Nggak dengar Mbak Anna ngomong apa ke aku?"Arya menghela napas panjang, menatap Vidya dengan tatapan letih. "Vidya, kamu juga salah. Kenapa kamu nggak mau bantu Ibu? Kalau kamu nggak mau berubah, bagaimana kita bisa hidup tenang di sini?"Mendengar Arya seperti menyalahkannya, Vidya semakin tersudut. Namun, sebelum ia sempat menjawab, Anna kembali menyambar."Tenang? Hidup sama Vidya mau tenang gimana, Arya? Kamu itu bodoh, tahu nggak? Ninggalin Shena yang sabar dan mandiri demi perempuan kayak gini? Apa yang kamu lihat dari pelakor ini, hah? Cuma karena dia lebih muda? Sekarang rasakan akibatnya! Kamu kehilangan istri yang bisa ngangkat derajat kamu, dan malah dapat perempuan yang bikin hidupmu makin susah.""Mbak Anna, jangan bawa-bawa Shena lagi!" Arya akhirnya membalas, meski suaranya tidak sekuat Anna."Kenapa? Nggak suka dengar nama Shena

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status