Share

BAB 5. POV SHENA

Penulis: Ririn Astriyani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-19 14:09:41

"Mbak Shena, Bu Surti, aku minta maaf atas kesalahan yang telah Vidya lakukan, a--"

"Sudahlah, Ir, kamu nggak salah. Jangan pernah meminta maaf atas kesalahan yang nggak pernah kamu lakukan," ujarku memotong ucapan Irma, dengan nada yang tegas dan penuh empati, sebelum asistenku itu selesai berbicara.

Irma tampak semakin menunduk, tatapannya getir, terlihat air mata mulai menggenang di kelopak matanya yang menyiratkan kepedihan yang mendalam. Dia terus berjuang menahan tangis.

"Ir, aku tahu, sebelum aku merasakan kejadian seperti ini, kamu sudah mengalaminya lebih dulu. Jangan khawatir, aku nggak akan berbuat jahat terhadap adikmu." Ucapku sambil menatap Irma dalam-dalam, berusaha merasakan apa yang dirasakannya.

"Aku hanya ingin memberikan dia pelajaran saja, supaya dia sadar jika mengambil milik orang lain itu tidak akan selamanya bahagia," sambungku, dengan harapan ucapanku bisa menenangkan hati dan pikiran Irma yang bergolak.

"Nanti kunci mobilku ini kamu titipkan saja pada Bi Irah. Karena pengasuhnya Vika itu kan selalu pulang bersama Bi Sumi," lanjutku, berusaha mengalihkan pembicaraan agar Irma tidak terlalu larut dalam kesedihan di hatinya.

Bi Sumi merupakan seorang wanita paruh baya yang mengabdikan hidupnya di rumahku sebagai asisten rumah tangga. Setiap harinya, Bi Sumi bekerja mulai pukul enam pagi hingga pukul enam sore. Saat waktu bekerja telah selesai, Bi Irah selalu mampir ke rumah ini agar bisa pulang bersama dengan Bi Sumi.

Akhirnya Irma pamit, untuk kembali ke rumahnya. Aku menggandeng lengan Ibu mertua untuk segera masuk ke dalam rumah.

"Neng Shena, Bibi siapkan air panas untuk mandi, ya?" ujar Bi Sumi ketika aku sudah berada di dalam rumah. 

Ibu mertuaku telah lebih dulu masuk ke kamar tamu untuk beristirahat sejenak dan membersihkan dirinya.

"Terima kasih, Bi, nanti biar Shena yang siapkan sendiri," jawabku dengan singkat. Rasanya tubuh dan pikiranku terlalu lelah untuk berkomunikasi dengan siapa pun. Sepertinya aku memang harus istirahat.

"Ya sudah, kalau begitu Bibi siapkan untuk makan malam dulu, ya, Neng," pamit Bi Sumi yang kemudian berlalu menuju ruang makan.

Aku yang masih duduk di ruang tamu masih berpikir, rencana apa yang harus kulakukan untuk memberi pelajaran pada Vidya, si Kasir tak tahu diri yang telah berani merebut Mas Arya dariku.

Gegas aku berdiri, kemudian berjalan menuju ruang makan.

"Bi Sumi, apa Bibi hari ini masak banyak?" tanyaku pada wanita paruh baya yang sudah kuanggap seperti keluarga sendiri.

"Nggak terlalu banyak juga, Neng. Seperti biasa, hanya cukup untuk Neng Shena, Bu Surti, Den Arya, sama Non Sheira." Jawab Bi Sumi yang tangannya masih sibuk menata menu di meja makan.

"Gini, Bi, karena Sheira malam ini masih menginap di rumah Mbak Ana, jadi sebagian masakan ini Bibi bungkus aja, bawa pulang, ya?" titahku pada asisten rumah tangga itu.

Bi Sumi mengerutkan alisnya.

"Terima kasih, Neng, tidak usah. Bibi kan sudah makan," tolak Bi Sumi secara baik-baik.

Ah, Bi Sumi memang selalu begitu. Menolak jika aku perintahkan untuk membawa makanan dari sini.

Akhirnya, aku yang membungkus makanan tersebut. Kemudian memberikannya pada beliau.

"Bi, pokoknya Bibi bawa makanan ini, ya? Ehm ... mulai besok, Bi Sumi nggak usah kerja di sini lagi," ucapku dengan hati-hati.

Seketika, wajah Bi Sumi nampak terkejut. Kemudian kedua netra wanita paruh baya itu berembun.

"Neng Shena pecat Bibi, ya? Apa Bibi sudah terlalu tua, sehingga Neng Shena sudah tidak membutuhkan tenaga Bibi lagi?" tanya Bi Sumi dengan nada suara yang bergetar.

Ah, aku tidak tega melihatnya. Seharusnya aku jelaskan lebih awal, kalau aku bukan memecatnya.

"Bi, tolong Bi Sumi jangan salah paham. Shena nggak pecat Bi Sumi, kok. Mana bisa Shena pecat Bibi. Almarhum Mama dan Papa saja menitipkan Shena pada Bibi," ucapku dengan nada suara yang ikut bergetar. Aku jadi ikut sedih jika melihat Bi Sumi sedih begitu.

"Begini, Bi, untuk sementara Shena mau agar Bibi bekerja di rumah Shena yang satu lagi, karena ...," aku membisikkan sesuatu di telinga Bi Sumi, karena khawatir jika Mas Arya dan Vidya telah kembali.

"Oh, begitu? Kalau itu sih Bibi setuju banget, Neng. Jujur aja, pas tadi siang melihat kejadian itu, Bibi kaget. Maaf ya, Neng, Bibi nggak tahu kalau Den Arya datang sama si perempuan sundal itu, karena Bibi ke pasarnya kesiangan." Bi Sumi menunduk dengan raut wajah yang nampak merasa bersalah padaku.

Bi Sumi termasuk wanita yang sangat membenci perselingkuhan. Karena beliau sama sepertiku, dikhianati oleh suami yang sangat kucintai. 

Saat semua makanan yang ada di atas meja makan sudah ku bungkus untuk Bi Sumi, dan satu porsi untuk ibu mertua sudah ku simpan di kamar beliau, tiba-tiba terdengar sayup-sayup suara dua orang yang sedang berdebat memasuki ruang tamu.

Aku memberikan kode pada Bi Sumi untuk segera pulang, karena Bi Irah sudah duduk di teras menunggu beliau.

Wanita paruh baya itu pamit, tak lama kemudian muncul sepasang pengantin baru yang penampilannya sungguh berantakan karena butiran keringat terlihat jelas di kening mereka berdua.

"Sayang, tolong siapkan pakaian, aku mau mandi, gerah banget." Perintah Mas Arya yang langsung berlalu menuju kamar kami.

"Mas, aku ikut," pinta Vidya dengan nada suara yang terdengar manja. Kedua tangannya bergelayut di lengan suamiku yang kekar.

Aku yang melihat pemandangan tersebut merasa jengkel. Lihat saja, tak akan kubiarkan kalian bermesraan lagi di rumah ini.

"Vidya, Mas Arya itu mau masuk ke kamarku," ucapku dengan lembut, "aku sudah memberikan suamiku padamu, bukan berarti aku mengizinkanmu untuk menggunakan kamarku lagi."

"Mbak Shena, kami kan pengantin baru. Masa Mbak tega banget, sih, mau pisahin kami berdua. Aku cuma mau pinjam kamarnya sebentar aja, lho!" Ucap Vidya dengan tidak tahu diri.

"Kalau Mbak Shena merasa terganggu saat aku dan Mas Arya menggunakan kamar itu, sebaiknya Mbak pindah kamar aja!" lanjut si pelakor itu dengan entengnya. Sepertinya urat malu dalam dirinya benar-benar sudah tak berfungsi. Atau mungkin memang sudah putus?

Jujur saja, aku sangat geram mendengarnya. Tapi, aku coba menata hati, agar bisa berbicara dengan tenang pada wanita ular itu.

"Kamu mau menggunakan kamarku untuk bermesraan dengan suami kita?" tanyaku pada Vidya. Kemudian, kedua netraku menatap Mas Arya yang nampak salah tingkah.

Vidya menganggukkan kepalanya, mungkin dia merasa jika aku telah memberikan lampu hijau padanya. Enak saja!

"Kamu boleh tinggal di rumah ini, tapi bukan berarti kamu bisa menggunakan kamarku juga, Vidya Sayang!" Tuturku dengan manis, kemudian menghampirinya.

"Dengar, kamu itu hanya menikmati pria bekasku. Jadi, untuk kamar pun aku akan memberikan tempat yang sangat tepat buat kamu." Bisikku ditelinga Vidya.

"Kamu bisa istirahat di kamar yang itu!" 

***

Bab terkait

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 6. TEGA

    "Kamu bisa istirahat di kamar yang itu!" Jari telunjuk Shena mengarah pada satu kamar yang membuat adik madunya itu nampak terkejut.Vidya membelalak, ia terperangah tatkala Shena menunjuk sebuah kamar yang terletak di area belakang rumah.Sebuah kamar kecil yang Vidya tahu itu adalah kamar Bi Sumi --- asisten rumah tangga di kediaman ini. Ruangan itu selalu dipakai Bi Sumi, jika dia menginap.Shena tersenyum melihat Vidya yang tercengang, netranya menatap nanar pada adik madu yang selalu kurang ajar. "Maksud Mbak Shena apa menunjuk-nujuk kamar Bi Sumi?" tanya Vidya. Nada bicaranya sedikit naik, seperti tidak terima.Tertawa samar, Shena bersedekap dada. "Nggak usah pura-pura bodoh, Vidya. Aku tahu kamu paham maksduku.""Jadi Mbak Shena nyuruh aku tidur di kamar pembantu? Ck, apa-apaan, aku nggak mau!" Vidya menyentak kesal.Arya pun jadi ikut tidak terima. Dari sekian banyaknya ruangan, kenapa Shena memilih kamar pem

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 7. POV ARYA

    "Rambut Vidya yang dulu sangat indah, sekarang malah berantakan tak beraturan, membuatku tak lagi memiliki hasrat padanya.""Aargh!" Aku mengacak rambutku dengan kasar, ketika melihat Vidya yang sudah terlelap dalam tidurnya di kamar Bi Sumi yang sesak ini.Kenapa perasaanku jadi terganggu saat melihat rambut pendek Vidya yang terpotong sembarangan?Ah, ini semua adalah kesalahanku yang terburu-buru mengajak Vidya bercinta di rumah ini. Siapa sangka, Shena pulang dari luar kota lebih awal dan malah memergoki kami berdua."Vid, geser, Mas juga ngantuk, mau tidur!" Aku menggoyangkan tubuh Vidya yang matanya sudah terpejam."Ck! Mas Arya ganggu aja, sih. Aku ngantuk banget, Mas ...." Vidya meracau dengan mata yang masih tertutup rapat.Dulu, saat Vidya masih menjadi selingkuhanku, aku begitu menikmati ketika melihat wajahnya tertidur dengan lelap. Tapi sekarang, kecantikannya sudah luntur.Kalau saja dia tidak mengandung anakku, sudah pasti aku tak ingin menikahinya. Begitu dalam penyesa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 8. PERMAINAN KECIL

    "Mbak Shena, aku lapar! Mana makanan untukku dan Mas Arya?" Vidya melirik kakak madunya yang hendak berdiri menyimpan piring ke dapur."Masak sendiri, dong. Aku ini bukan babu kamu!" jawab Shena dengan senyum sinis yang terukir di bibirnya, mengejek Vidya yang raut wajahnya nampak masam.Wanita cantik berusia tiga puluh lima tahun tersebut segera ke dapur, dan meletakkan piring kotor itu di wastafel.Hatinya sedikit bergetar karena emosi, tapi dia menepis perasaan itu."Mas, jangan lupa pagi ini kita harus bertemu dengan klien. Cepat bersiap, atau mereka akan membatalkan kerjasama dengan kita!" Shena mengingatkan suaminya dengan nada tegas. Dia seolah ingin menyindir sang madu yang hanya seorang karyawan biasa, di butik cabang miliknya.Arya mengekor di belakang istri pertamanya dengan patuh, mengabaikan istri kedua yang masih mematung di ruang makan."Mas Arya, kamu mau ke mana? Aku ikut ...," rengek Vidya pada sang suami. Kemudian, wanita itu malah bergelayut manja di lengan Arya, b

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 9. POV VIDYA

    Betapa sialnya nasibku di tahun ini. Ramalan si kakek tua itu rupanya meleset. Dia bilang tahun ini aku akan menjadi istri dari pria kaya raya. Faktanya? Ternyata semua butik itu adalah milik si Shena –-- wanita seumuran kakakku yang masih rela menjadi istri tua untuk dipoligami.Sungguh aneh, kenapa takdirku bisa begini? Sejak Mas Arya dan Mbak Shena pergi mengurus butik, aku merasa bingung bagaimana mengisi waktuku.Dengan langkah gontai, aku memutuskan untuk menyalakan televisi dan menonton siaran favorit di ruang keluarga. Toh, hidup sebagai nyonya di rumah ini lumayan menyenangkan. Tidak perlu bekerja, cukup minta uang pada suami jika ingin berbelanja. Namun, sebelum aku sempat terlarut dalam acara gosip kesukaanku, tiba-tiba kudengar teriakan melengking dari luar. Sungguh mengganggu ketenangan!"Vidyaaaa!" seru wanita tua itu dari ruang tamu. Ah, betapa menyesakkannya suara teriakan si nenek itu menyeruak, menghantam telingaku."Heh, wanita

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 10. JANGAN HINA VIDYA

    "Nenek ...! Sheira kangen banget sama Nenek," seru gadis kecil berusia lima tahun itu, bersemangat melompat ke arah Bu Surti yang baru saja membuka pintu ruang tamu.Matanya yang bening bersinar penuh dengan keceriaan khas anak-anak, seolah menemukan harta karun yang selama ini hilang."Aduh, cucu kesayangan Nenek ini tinggal di rumah Budhe kayanya tambah gemuk, ya? Sampai gembil, nih pipinya," goda Bu Surti. Wanita paruh baya itu menjawil pipi Sheira dengan gemas dan penuh kasih sayang."Tenang aja, kalau Sheira di rumah Budhe, pasti Budhe bikinin kamu kue terus setiap hari, ya, Sayang?" ujar Ana --- kakak kandung Arya. Wanita itu mengusap lembut pucuk rambut keponakannya dengan penuh kehangatan.Gadis cilik itu tersenyum bahagia dan mengangguk, lalu melangkah masuk ke rumah yang sudah dua minggu ditinggalnya untuk liburan ke rumah sang Budhe.Langkahnya makin ringan, seolah menemukan kembali kebahagiaan."Ana, mana adikmu?" Tanya Bu Surti dengan pandangan tajam, menyapu sekeliling h

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 11. MAKAN DI LUAR

    "Mas, mereka benar-benar tega banget sama aku. Padahal kan aku udah capek-capek masak untuk mereka, tapi keluarga kamu seolah belum bisa menerima aku sepenuhnya ...," rengek Vidya dengan mata berkaca-kaca, memeluk lengan kekar Arya dengan erat.'Lihat saja, dramaku pasti berhasil membuat Mas Arya membelaku di hadapan kalian semua!' Vidya bermonolog dalam hatinya.Shena yang menyaksikan adegan menjijikan itu, tak bisa menahan rasa jengkel.Ia menghela napas kesal, memutar bola matanya dengan malas, dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.Meskipun merasa ilfeel dengan penampilan Vidya yang berantakan, Arya merasa kasihan pada istri mudanya yang terus-menerus diperlakukan rendah oleh kakak dan adik perempuannya sendiri."Vid, sebelum kita makan siang, coba kamu mandi dulu biar segar. Setelah itu, ikut bergabung bersama kami, ya?" Ucap Arya dengan lembut.Vidya masih tetap bergelayut manja, ingin terlihat mesra di hadapan kel

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 12. PINJAM BAJU

    Arya masih duduk mematung, pandangan kosongnya menyapu meja makan yang telah tersaji menu masakan istri mudanya."Sayang, aku udah selesai mandi, tap--" ucapan Vidya terhenti ketika matanya menyadari bahwa hanya suaminya yang ada di ruang makan itu."Mas, mana mereka? Keluarga kamu nggak jadi makan siang?" Tanya Vidya dengan lirih, seraya menatap hidangan yang tersentuh sebatas mencicip dan dibiarkan begitu saja.Rasa kesal dan penuh kecewa terpancar dari wajahnya."Makanan aku nggak enak, ya?" Vidya meneguk ludah dengan susah payah, menahan tangis yang menguras tenaga. Punggung tangannya menyeka sudut mata yang basah.'Sialan! Udah dipaksa buat masak banyak, ternyata cuma buat dicicipin doang!' Vidya mengumpat dalam hatinya.Arya tersenyum tipis dan menggenggam erat telapak tangan istri mudanya itu."Enak, Sayang, jangan berpikir seperti itu. Buktinya, mereka mau makan masakanmu. Cuma, mereka nggak habiskan karena ingin

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 13. SINDIRAN KARYAWAN BUTIK

    "Mas, kenapa kita harus pakai taksi online, sih?" Vidya bertanya dengan wajah cemberut, menatap mobil pribadi yang biasa dikemudikan oleh suaminya, terparkir di garasi.Taksi online yang mereka tumpangi tengah melaju dengan kecepatan sedang."Apa kamu nggak mau menggunakan mobil itu untuk membawaku, Mas?""Mobil itu milik Shena. Sudahlah, jangan protes, atau kamu turun sekarang dan aku nggak akan pernah antar kamu ke salon!" Arya menjawab dengan tegas, sekaligus memberikan ancaman pada istri mudanya itu.Vidya hanya bisa mengerucutkan bibirnya, berharap Arya akan merayu saat ia sedang merajuk seperti sekarang. Namun, pria itu tak menggubris rajukan Vidya.Tatapan mata Arya hanya tertuju pada jalanan yang akan menuju salon.Sesampai di tempat tujuan, Vidya merasa kecewa karena sang suami membawanya ke sebuah salon sederhana."Mas, kamu serius, ngajak aku ke tempat ini?" Vidya mendengus kesal, dengan perasaan kecewa yang b

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28

Bab terbaru

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 74. PENYESALAN ARYA

    Dua minggu telah berlalu sejak Arya dan Anna menyerahkan sampel DNA ke laboratorium di rumah sakit. Selama dua minggu ini, Arya mencoba menjalani hari-harinya seperti biasa. Ia tetap bekerja, tetap pulang ke rumah setiap malam, dan tetap berusaha untuk bersikap normal di hadapan Vidya. Tapi jauh di dalam hatinya, ada sebuah ketakutan yang terus menghantui. Pagi itu, ponselnya bergetar saat ia sedang duduk di meja makan, menyeruput kopi yang terasa hambar di lidahnya. Layar ponsel menampilkan nama sebuah rumah sakit. Saat itu pula, jantungnya langsung terasa berdetak lebih cepat."Halo?" suaranya terdengar sedikit bergetar._"Selamat pagi, Bapak Arya. Kami dari bagian laboratorium Rumah Sakit Sumber Medika. Hasil tes DNA Anda sudah keluar dan bisa diambil hari ini."_Mendengar informasi tersebut, Arya menelan ludahnya. "Baik, nanti siang akan saya ambil."Setelah menutup telepon, Arya menatap kosong ke depan. Vidya, yang sejak tadi duduk di seberangnya sambil menggendong Arvi, menyada

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 73. TES DNA

    "Cuma apa?" potong Arya dengan cepat. "Cuma mau memastikan Arvi selalu ada di dekatmu, biar aku nggak punya kesempatan buat bawa dia ke rumah sakit?""Mas Arya!" Vidya terperanjat. "Aku cuma … aku cuma nggak mau ada masalah dalam rumah tangga kita! Aku takut semuanya hancur!"Arya tertawa pendek, penuh kepahitan. "Semuanya hancur? Kamu pikir aku nggak takut? Aku juga nggak mau rumah tangga ini berantakan, Vidya! Sudah cukup rumah tanggaku dengan Shena berantakan gara-gara kamu muncul dalam hidup aku. Aku juga nggak mau hidup dalam kebohongan!"Vidya terdiam. Ia ingin membela diri, tetapi hatinya dipenuhi ketakutan."Aku nggak minta banyak, Vid," lanjut Arya dengan suaranya yang lebih lirih, tapi tetap terdengar tegas. "Aku cuma mau kepastian. Kalau memang Arvi adalah anak kandungku, aku sangat bersyukur dan akan tetap mencintaimu dengan sepenuh hati. Tapi kalau ternyata bukan ...."Arya menatap istrinya dengan tajam. "Aku nggak tahu apa aku masih bisa bertahan dalam rumah tangga yang

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 72. SEMAKIN CURIGA

    "Aku setuju tes DNA dilakukan besok," ucap Arya akhirnya.Anna tersenyum tipis, akhirnya sang adik menyetujui. "Bagus kalau kamu sudah yakin.""Tapi, ada masalah," lanjut Arya dengan nada serius. "Aku nggak punya uang cukup buat tesnya, Mbak."Anna mengerutkan kening, menatap adiknya dengan penuh selidik. "Memangnya, kamu butuh berapa?""Aku belum cek biaya pastinya, Mbak. Tapi, tes DNA di rumah sakit itu pasti nggak murah," Arya mengusap tengkuknya dengan canggung. "Makanya aku mau minta bantuanmu, Mbak. Bisa nggak, aku pinjam uang dulu?"Anna menatap Arya lekat-lekat, memastikan apakah adiknya benar-benar serius. Ia tahu kondisi keuangan Arya memang sedang sulit. Sebagai sopir taksi online, penghasilannya pas-pasan, apalagi sekarang Vidya sudah tidak bekerja semenjak menikah dengan Arya."Aku nggak masalah bantuin kamu," jawab Anna akhirnya. "Tapi, kalau hasilnya nanti beneran nunjukin kalau Arvi bukan anak kamu, apa kamu berani ambil tindakan?"Mendengar itu, Arya terdiam. Pertanya

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 71. BERHASIL

    Setelah masuk ke dalam kamar, Vidya langsung mengunci pintunya rapat-rapat. Ia bahkan memastikan jendela juga terkunci. Ia tak mau ada seorang pun yang masuk atau mencoba mengambil sesuatu dari dalam kamar ini.Sementara itu, di luar kamar, Anna berdiri bersedekap dengan ekspresi dingin. Ia sudah menduga Vidya akan melakukan hal ini, mengurung diri bersama dengan bayinya. Namun, kali ini ia tidak akan tinggal diam.Anna menunggu di luar kamar dengan penuh kesabaran. Ia memperhatikan setiap gerak-gerik Vidya, mengamati apakah ada celah yang bisa dimanfaatkan.Ternyata, usahanya tidak sia-sia.Ketika sore mulai menjelang, Anna mendengar suara kunci kamar yang diputar. Ia segera berpura-pura sedang sibuk dengan ponselnya. Namun, ekor matanya tetap mengawasi.Vidya keluar dari kamar dengan wajah sedikit lelah, tetapi ekspresi tegang masih jelas terlihat di wajahnya.Anna memperhatikan dengan saksama."Kenapa dia keluar kamar?" pikirnya.Saat Vidya berjalan menuju kamar mandi, Anna memperh

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 70. VIDYA TAMPAK ANEH

    Siang itu, suasana rumah masih terasa tegang. Vidya terus-terusan menempel pada Arvi, seolah tak ingin bayi itu lepas dari gendongannya. Bahkan, saat makan pun, ia tetap menggendong sang putra.Arya yang duduk di meja makan hanya bisa menatap istrinya dengan pandangan penuh tanya. Sejak pagi, Vidya tampak semakin aneh. Ia tidak membiarkan siapa pun menyentuh Arvi, bahkan Arya sendiri.Saat tangan Arya terulur ingin mengusap kepala bayinya, Vidya langsung memundurkan tubuhnya sedikit, menghindar tanpa terlihat mencolok."Kamu kenapa, Vid?" tanya Arya akhirnya, dengan suaranya yang datar, dan sorot matanya yang menatap tajam.Vidya tersentak, lalu terkekeh kecil. "Nggak kenapa-napa, Mas. Aku cuma lagi menikmati waktu sama Arvi."Arya mengangkat alis, merasa tidak percaya. "Bahkan aku aja nggak boleh gendong Arvi? Sejak kapan kamu kayak gini?"Vidya berusaha tersenyum, meskipun hatinya terasa dag-dig-dug. "Bukan gitu, Mas. Arvi kan masih kecil. Aku nggak mau dia rewel kalau digendong ora

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 69. REKAMAN VIDEO

    Ia menunduk, menenangkan Arvi yang mulai menggeliat dalam gendongannya. Vidya pun menghela napas panjang."Sial," desisnya. "Aku nggak boleh panik, dan aku harus berpikir jernih."Jika benar Arya sudah mulai curiga, maka itu berarti ia harus mencari cara lain untuk mengendalikan keadaan. Mengandalkan Yudi jelas bukan pilihan. Pria itu terlalu bodoh untuk memahami situasi.Vidya menegakkan punggungnya, memasukkan amplop itu ke dalam saku celananya. Matanya mulai mencari-cari seseorang di sekitar taman. Ia harus memastikan bahwa tidak ada yang mengawasinya.Tapi, tanpa Vidya sadari, seseorang masih berdiri di balik pohon besar, mengamati semua yang terjadi.Anna menggenggam ponselnya erat-erat, jantungnya berdegup kencang. Ia sudah mendengar semuanya. Setiap kata yang keluar dari mulut Vidya dan Yudi telah ia rekam.Anna mengusap tengkuknya yang dingin. Apa yang baru saja ia dengar bukan sesuatu yang bisa dianggap remeh. Fakta bahwa Arvi bukan anak kandung Arya adalah sebuah bom besar y

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 68. DASAR PRIA BODOH

    "Uang," jawab Yudi dengan singkat. "Gunakan ini buat jaga-jaga. Kalau Arya sampai kepikiran tes DNA, kamu tahu harus gimana, kan?"Vidya pun semakin gelisah. "Tapi ....""Jangan banyak tanya, Vidya," potong Yudi dengan tajam. "Ini buat kebaikan kita semua. Aku nggak mau ada masalah."Vidya menggigit bibirnya, lalu menerima amplop itu dengan rasa penasaran, berapa banyak uang yang ia terima.Ia segera membuka amplop yang baru saja diberikan Yudi. Dengan cepat, ia menarik isinya dan mulai menghitungnya di hadapan pria itu. Matanya menyipit saat melihat jumlahnya. Hanya sepuluh lembar uang seratus ribuan.Vidya mendengkus, lalu menatap Yudi dengan ekspresi tak percaya. "Serius? Kamu kasih aku uang cuma satu juta?"Yudi memasukkan tangannya ke dalam saku jaketnya, ekspresinya tetap datar. "Memangnya kamu berharap berapa?"Vidya mendekatkan wajahnya, menurunkan suaranya agar tidak terdengar oleh siapa pun di sekitar mereka. "Kalau kamu pikir aku bisa nyogok dokter buat memalsukan hasil tes

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 67. APA INI?

    Arya mendesah pelan, lalu menundukkan kepala. "Aku … nggak punya cukup uang buat itu, Mbak."Anna terdiam. Ia tahu bahwa setelah kehilangan pekerjaan lamanya, Arya kini hanya bekerja sebagai sopir taksi online. Penghasilannya pas-pasan, hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, terutama untuk Arvi."Tes DNA itu mahal," lanjut Arya dengan suara berat. "Aku bahkan belum bisa menabung, karena semua uangku habis buat beli susu dan kebutuhan Arvi."Anna menatapnya dengan penuh simpati."Mbak ngerti, Arya. Mbak juga nggak mau maksa kamu untuk Tes DNA, kalau memang kamu belum siap." Ia menghela napas sejenak, lalu menatap wajah adiknya yang kini tampak lebih tua dari usianya. "Tapi kalau kamu benar-benar ingin tahu kebenarannya, kamu harus cari cara. Mungkin bisa mulai menabung sedikit demi sedikit dari sekarang. Ya, meskipun akhirnya entah kapan tes itu bisa dilakukan."Arya memijat pelipisnya, merasa semakin terbebani. "Aku takut, Mbak."Anna menatap adiknya dalam-dalam. "Kamu takut kalau t

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 66. ARYA CURIGA

    Vidya tertegun. Ia tidak menyangka Arya akan menanyakan hal itu."Maksud Mas Arya apa?" tanya Vidya yang memaksakan diri dan berusaha tersenyum, meskipun jantungnya mulai berdebar tak menentu karena merasa tak nyaman mendengar pertanyaan dari suaminya.Arya menelan ludah dengan susah payah. "Aku nggak tahu kenapa, tapi … aku merasa dia nggak mirip sama aku, atau kamu."Ruangan mendadak terasa lebih sunyi. Vidya memandang wajah bayi mereka, lalu kembali menatap Arya."Mas … kenapa tiba-tiba mikirin hal kayak gitu?" tanya Vidya, mencoba untuk tetap tenang.Arya mengusap wajahnya, merasa bimbang apakah ia harus melanjutkan ucapannya atau tidak. Namun, pikiran itu terus menghantuinya."Aku tahu ini mungkin cuma perasaan anehku aja," katanya pelan. "Tapi … selama ini aku berusaha meyakinkan diri sendiri kalau aku cuma berlebihan. Tapi sekarang, aku nggak bisa lagi. Aku merasa … Arvi lebih mirip seseorang yang kita kenal."Vidya merasakan napasnya tercekat. Tangannya secara refleks menggeng

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status