Share

BAB 7. POV ARYA

last update Last Updated: 2024-11-24 13:45:23

"Rambut Vidya yang dulu sangat indah, sekarang malah berantakan tak beraturan, membuatku tak lagi memiliki hasrat padanya."

"Aargh!" Aku mengacak rambutku dengan kasar, ketika melihat Vidya yang sudah terlelap dalam tidurnya di kamar Bi Sumi yang sesak ini.

Kenapa perasaanku jadi terganggu saat melihat rambut pendek Vidya yang terpotong sembarangan?

Ah, ini semua adalah kesalahanku yang terburu-buru mengajak Vidya bercinta di rumah ini. Siapa sangka, Shena pulang dari luar kota lebih awal dan malah memergoki kami berdua.

"Vid, geser, Mas juga ngantuk, mau tidur!" Aku menggoyangkan tubuh Vidya yang matanya sudah terpejam.

"Ck! Mas Arya ganggu aja, sih. Aku ngantuk banget, Mas ...." Vidya meracau dengan mata yang masih tertutup rapat.

Dulu, saat Vidya masih menjadi selingkuhanku, aku begitu menikmati ketika melihat wajahnya tertidur dengan lelap. Tapi sekarang, kecantikannya sudah luntur.

Kalau saja dia tidak mengandung anakku, sudah pasti aku tak ingin menikahinya. Begitu dalam penyesalan yang kurasakan. Setitik kebahagiaan yang kucari dari Vidya pun seakan hilang tak berbekas, dan tak ada harapan untuk mengembalikannya. Semuanya kini terasa pahit dan tak berguna, bagaikan pasir yang terus mengalir melalui celah-celah jemari.

"Vidya Sayang, geser sedikit aja. Mas juga ingin beristirahat, besok kan harus ke butik." Bisikku lembut di telinga istri muda yang ku cinta, berharap ia mengalah dan memberikan sedikit ruang bagiku, walau hanya cukup untuk tidur dalam posisi miring saja.

Perlahan, Vidya membuka matanya yang terlihat lengket. Ia pun membalikkan tubuhnya ke arahku, namun tetap dalam posisi tidur.

"Mas, aku tidur sendiri aja, merasa nggak nyaman. Gimana kalau Mas berbaring di sampingku? Pasti akan jadi semakin sempit!" keluh Vidya, wajahnya tampak kesal padaku.

Merasa tidak tenang, istri muda itu segera bangkit dari tidurnya. Ia duduk dengan punggungnya bersandar pada dinding, menunjukkan betapa sulitnya tidur berdampingan di tempat yang sempit ini.

Dalam hati, aku tersadar bahwa aku harus lebih peka terhadap kebutuhan istriku dan berusaha mencari solusi agar kedua hati ini dapat bersama dengan nyaman.

"Aku benci sama Mbak Shena! Kenapa nggak kamu ceraikan dia aja sih, Mas? Mbak Shena itu kan seusia dengan Mbak Irma, berarti dia udah tua, kulitnya udah nggak segar dan sebentar lagi pasti keriput! Aku ingin jadi istrimu satu-satunya, Mas! Aku masih muda, kulitku masih segar, bahkan lebih cantik daripada istri tuamu itu. Baru sehari jadi madunya aja, Mbak Shena udah tega banget sama aku. Sumpah, aku nggak kuat, Mas!" keluh Vidya dengan penuh air mata. Sepertinya ia mengharap agar aku selalu membelanya jika sedang berhadapan dengan Shena.

Aku hanya menghela napas dan membuangnya dengan kasar, merasa terjebak dalam dilema.

Malam ini, aku ingin beristirahat dan tidur dengan lelap. Namun, tangis dan rengekannya menggema di telingaku, memaksa diriku untuk mendengarkan, dan mataku tetap terjaga.

"Mas, kamu kenapa diam aja, sih? Ingat, besok aku nggak mau tidur di sini lagi. Aku mau tidur di kamar utama bersamamu, titik!" Vidya menegaskan, semakin ngotot.

Mataku menatap langit-langit gelap kamar, membayangkan wajah Shena yang semakin menjauh dariku.

Semenjak aku terperosok dalam dosa perselingkuhan, sikap Shena yang dulu lembut dan perhatian padaku, kini berubah seperti angin surga yang terhempas badai. Tetapi, biar bagaimanapun Shena tetap menjadi menantu kesayangan ibuku.

Aku menggigit bibirku, memikirkan langkah yang harus diambil. Haruskah aku mencoba merayu Shena lagi, atau malah memutuskan tali cinta yang sudah terjalin lama? Ketukan jantungku berdetak keras, mencari jawaban dari hati yang sudah terluka dan penuh pertanyaan.

"Mas! Kamu nyebelin banget, sih!" Vidya merengek sebal sambil menggoyangkan tubuhku yang tetap bergeming.

Istri mudaku terus meracau tanpa henti. Malam pertama yang terbayang akan indah, namun nyatanya malah seperti mimpi buruk.

Setelah puas melepaskan kekesalan, Vidya merebahkan tubuhnya, dan dengan cepat terlelap kembali dalam tidurnya.

Ah, malam ini terpaksa aku harus tidur di lantai yang dingin. Sungguh menyebalkan!

***

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi ketika aku membuka mata, dan melihat ponselku yang terabaikan. Sial, hari ini aku kesiangan!

Padahal, hari ini adalah hari penting karena aku harus bertemu dengan klien yang akan memesan gaun pengantin yang dirancang oleh Shena, istri pertamaku.

Aku segera beranjak, membersihkan tubuhku, dan berharap sempat menikmati sarapan hangat dengan Shena. Namun, begitu keluar dari kamar mandi belakang dan melangkah ke ruang makan, aku mendapati dua piring kotor di atas meja. Hanya tersisa beberapa butir nasi goreng di mangkuk besar.

"Sayang, kenapa kamu masak nasi goreng cuma sedikit? Mas belum makan lho, dari semalam!" Aku berbicara dengan nada kecewa sambil menghampiri Shena.

Wanita itu menatapku dengan ekspresi datar, seraya menyimpan luka yang tak pernah terungkap. Dia diam, dan aku bisa merasakan suatu kebekuan antara kami yang mulai sulit ditembus.

"Hei, pakailah dulu bajumu!" Ibu menyentakku dengan kasar, lalu menambahkan dengan tegas, "dengar, jangan pernah berani menegur atau membentak Shena, karena kamu telah melukai hati menantuku!"

Aku tersentak, seolah tak mengenal sosok ibuku sendiri yang kini begitu berubah padaku.

"Bu, Arya lapar, dan hari ini harus berangkat kerja lebih pagi karena sudah ada janji dengan klien." Aku mencoba merayu ibuku, berharap ia bisa mengerti situasiku dan membujuk Shena agar mau menyiapkan sarapan pagi untukku.

"Kamu lapar? Minta saja pada istri mudamu itu! Jangan pernah menyuruh Shena untuk memasak, karena menantuku ini bukan pembantu!" tukas ibu, memecahkan harapanku menjadi serpihan-serpihan kekecewaan. Sungguh, aku merasa terjepit di antara dua wanita yang sangat aku cintai ini.

"Ya sudah, Arya mau ganti baju dulu." Ucapku lirih, mencoba menghindari pandangan menyakitkan dari ibu dan Shena yang semakin dingin padaku.

Baru saja aku melangkahkan kakiku menuju kamar utama, tiba-tiba terdengar suara dari arah belakangku. Seolah hatiku diremas-remas oleh kegalauan, membuat langkahku tak karuan dan beban hidup ini seakan terasa lebih berat dari biasanya.

"Mas, kamu mau ke mana? Aku lapar, tapi aku juga mau mandi," lagi-lagi Vidya merengek dengan manja. Jika di hadapan ibu, aku malu melihat sikap istri mudaku yang seperti itu.

"Heh, pelakor, kamu nggak sadar kalau penampilanmu itu seperti gembel, hah?" bentak ibuku pada Vidy. Niat hati ingin segera berganti baju, akhirnya harus kuurungkan.

Shena tersenyum sinis melihat ibuku berbicara keras pada Vidya.

"Bu, dia ini menantu Ibu juga. Arya mohon, tolong jangan terlalu kasar sama dia, Bu," pintaku pada ibu. Aku lelah, baru saja sehari berpoligami, rasanya tak sebahagia yang diceritakan oleh teman-temanku yang memiliki lebih dari satu istri.

Ibu membuang muka, sepertinya beliau benar-benar murka padaku.

"Cih! Jangan pernah berharap jika perempuan sundal ini mendapatkan perlakuan yang sama dariku, seperti perlakuanku pada Shena!" ucap ibuku dengan tegas. Kemudian, beliau berlalu meninggalkan kami bertiga di ruang makan.

"Mbak Shena, aku lapar! Mana makanan untukku dan Mas Arya?"

***

Related chapters

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 8. PERMAINAN KECIL

    "Mbak Shena, aku lapar! Mana makanan untukku dan Mas Arya?" Vidya melirik kakak madunya yang hendak berdiri menyimpan piring ke dapur."Masak sendiri, dong. Aku ini bukan babu kamu!" jawab Shena dengan senyum sinis yang terukir di bibirnya, mengejek Vidya yang raut wajahnya nampak masam.Wanita cantik berusia tiga puluh lima tahun tersebut segera ke dapur, dan meletakkan piring kotor itu di wastafel.Hatinya sedikit bergetar karena emosi, tapi dia menepis perasaan itu."Mas, jangan lupa pagi ini kita harus bertemu dengan klien. Cepat bersiap, atau mereka akan membatalkan kerjasama dengan kita!" Shena mengingatkan suaminya dengan nada tegas. Dia seolah ingin menyindir sang madu yang hanya seorang karyawan biasa, di butik cabang miliknya.Arya mengekor di belakang istri pertamanya dengan patuh, mengabaikan istri kedua yang masih mematung di ruang makan."Mas Arya, kamu mau ke mana? Aku ikut ...," rengek Vidya pada sang suami. Kemudian, wanita itu malah bergelayut manja di lengan Arya, b

    Last Updated : 2024-11-26
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 9. POV VIDYA

    Betapa sialnya nasibku di tahun ini. Ramalan si kakek tua itu rupanya meleset. Dia bilang tahun ini aku akan menjadi istri dari pria kaya raya. Faktanya? Ternyata semua butik itu adalah milik si Shena –-- wanita seumuran kakakku yang masih rela menjadi istri tua untuk dipoligami.Sungguh aneh, kenapa takdirku bisa begini? Sejak Mas Arya dan Mbak Shena pergi mengurus butik, aku merasa bingung bagaimana mengisi waktuku.Dengan langkah gontai, aku memutuskan untuk menyalakan televisi dan menonton siaran favorit di ruang keluarga. Toh, hidup sebagai nyonya di rumah ini lumayan menyenangkan. Tidak perlu bekerja, cukup minta uang pada suami jika ingin berbelanja. Namun, sebelum aku sempat terlarut dalam acara gosip kesukaanku, tiba-tiba kudengar teriakan melengking dari luar. Sungguh mengganggu ketenangan!"Vidyaaaa!" seru wanita tua itu dari ruang tamu. Ah, betapa menyesakkannya suara teriakan si nenek itu menyeruak, menghantam telingaku."Heh, wanita

    Last Updated : 2024-11-26
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 10. JANGAN HINA VIDYA

    "Nenek ...! Sheira kangen banget sama Nenek," seru gadis kecil berusia lima tahun itu, bersemangat melompat ke arah Bu Surti yang baru saja membuka pintu ruang tamu.Matanya yang bening bersinar penuh dengan keceriaan khas anak-anak, seolah menemukan harta karun yang selama ini hilang."Aduh, cucu kesayangan Nenek ini tinggal di rumah Budhe kayanya tambah gemuk, ya? Sampai gembil, nih pipinya," goda Bu Surti. Wanita paruh baya itu menjawil pipi Sheira dengan gemas dan penuh kasih sayang."Tenang aja, kalau Sheira di rumah Budhe, pasti Budhe bikinin kamu kue terus setiap hari, ya, Sayang?" ujar Ana --- kakak kandung Arya. Wanita itu mengusap lembut pucuk rambut keponakannya dengan penuh kehangatan.Gadis cilik itu tersenyum bahagia dan mengangguk, lalu melangkah masuk ke rumah yang sudah dua minggu ditinggalnya untuk liburan ke rumah sang Budhe.Langkahnya makin ringan, seolah menemukan kembali kebahagiaan."Ana, mana adikmu?" Tanya Bu Surti dengan pandangan tajam, menyapu sekeliling h

    Last Updated : 2024-11-27
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 11. MAKAN DI LUAR

    "Mas, mereka benar-benar tega banget sama aku. Padahal kan aku udah capek-capek masak untuk mereka, tapi keluarga kamu seolah belum bisa menerima aku sepenuhnya ...," rengek Vidya dengan mata berkaca-kaca, memeluk lengan kekar Arya dengan erat.'Lihat saja, dramaku pasti berhasil membuat Mas Arya membelaku di hadapan kalian semua!' Vidya bermonolog dalam hatinya.Shena yang menyaksikan adegan menjijikan itu, tak bisa menahan rasa jengkel.Ia menghela napas kesal, memutar bola matanya dengan malas, dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.Meskipun merasa ilfeel dengan penampilan Vidya yang berantakan, Arya merasa kasihan pada istri mudanya yang terus-menerus diperlakukan rendah oleh kakak dan adik perempuannya sendiri."Vid, sebelum kita makan siang, coba kamu mandi dulu biar segar. Setelah itu, ikut bergabung bersama kami, ya?" Ucap Arya dengan lembut.Vidya masih tetap bergelayut manja, ingin terlihat mesra di hadapan kel

    Last Updated : 2024-11-27
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 12. PINJAM BAJU

    Arya masih duduk mematung, pandangan kosongnya menyapu meja makan yang telah tersaji menu masakan istri mudanya."Sayang, aku udah selesai mandi, tap--" ucapan Vidya terhenti ketika matanya menyadari bahwa hanya suaminya yang ada di ruang makan itu."Mas, mana mereka? Keluarga kamu nggak jadi makan siang?" Tanya Vidya dengan lirih, seraya menatap hidangan yang tersentuh sebatas mencicip dan dibiarkan begitu saja.Rasa kesal dan penuh kecewa terpancar dari wajahnya."Makanan aku nggak enak, ya?" Vidya meneguk ludah dengan susah payah, menahan tangis yang menguras tenaga. Punggung tangannya menyeka sudut mata yang basah.'Sialan! Udah dipaksa buat masak banyak, ternyata cuma buat dicicipin doang!' Vidya mengumpat dalam hatinya.Arya tersenyum tipis dan menggenggam erat telapak tangan istri mudanya itu."Enak, Sayang, jangan berpikir seperti itu. Buktinya, mereka mau makan masakanmu. Cuma, mereka nggak habiskan karena ingin

    Last Updated : 2024-11-28
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 13. SINDIRAN KARYAWAN BUTIK

    "Mas, kenapa kita harus pakai taksi online, sih?" Vidya bertanya dengan wajah cemberut, menatap mobil pribadi yang biasa dikemudikan oleh suaminya, terparkir di garasi.Taksi online yang mereka tumpangi tengah melaju dengan kecepatan sedang."Apa kamu nggak mau menggunakan mobil itu untuk membawaku, Mas?""Mobil itu milik Shena. Sudahlah, jangan protes, atau kamu turun sekarang dan aku nggak akan pernah antar kamu ke salon!" Arya menjawab dengan tegas, sekaligus memberikan ancaman pada istri mudanya itu.Vidya hanya bisa mengerucutkan bibirnya, berharap Arya akan merayu saat ia sedang merajuk seperti sekarang. Namun, pria itu tak menggubris rajukan Vidya.Tatapan mata Arya hanya tertuju pada jalanan yang akan menuju salon.Sesampai di tempat tujuan, Vidya merasa kecewa karena sang suami membawanya ke sebuah salon sederhana."Mas, kamu serius, ngajak aku ke tempat ini?" Vidya mendengus kesal, dengan perasaan kecewa yang b

    Last Updated : 2024-11-28
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 14. CEPAT KEMBALIKAN!

    Setelah melakukan perawatan rambut dan memborong pakaian di butik cabang, Arya dan juga Vidya kembali ke rumah dengan biasa-biasa saja.Bagaimana tidak, para karyawan tadi sangat menjengkelkan Vidya. Mereka dengan berani melontarkan makian saat posisi Vidya sudah menjadi istri Arya.Niat hati ingin menyenangkan diri, malah justru sebaliknya. Vidya harus terus menerima gunjingan orang-orang tentangnya dan lebih membela Shena.'Apa-apa Shena, apa istimewanya sih, Mbak Shena itu? Dibanding aku, ya masih mending aku, lah. Buktinya aja Mas Arya milih aku,' batin Vidya menggerutu dalam hati.Keduanya berjalan menuju ruang tamu. Vidya menggaetkan tangannya ke lengan Arya begitu mesra. "Aku nggak mau tahu, ya, Mas. Kapan-kapan kamu harus bawa aku ke butik pusat. Supaya aku bisa pilih pakaian bagus dan tampil cantik. Kalau aku cantik, 'kan bisa nyenengin kamu. Biar enak gitu dipandang," kata Vidya, keukeuh dengan keinginannya.Arya hanya bisa mengiyakan saja. Pusing sekali mendengar omelan Vi

    Last Updated : 2024-11-30
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 15. KALIAN AKAN MENDERITA!

    Vidya mengusap air matanya yang sudah berjatuhan. Ia merasa malu sekaligus kesal karena Shena selalu saja membuat dirinya seperti ini."Vidya, kita harus bica—""Diam kamu, Mas! Nggak ada yang perlu dibicarakan! Jangan ganggu aku!" Tanpa mempedulikan panggilan dari Arya, Vidya menepis kasar tangan suaminya yang hendak menahannya.Vidya menyeret langkahnya menuju kamar, tak lupa menutup pintu begitu kerasnya hingga menimbulkan bunyi berdebam menggema di ruangan.Wanita yang tengah hamil itu menyapu barang yang ada di meja kamar Bi Sumi, sambil berteriak kencang."Argh! Kenapa Mbak Shena selalu membuatku malu! Dia sok berkuasa sekali jadi orang!" umpatnya. Vidya terus melampiaskan ke barang yang ada di sekitar. Sebagai pelampiasan.Bulir air mata terus membasahi wajahnya. Keinginan Vidya ingin menjadi nyonya malah sebaliknya, dia sudah seperti babu di kediaman ini.'Lihat aja, Mbak Shena! Aku akan membalas perbua

    Last Updated : 2024-11-30

Latest chapter

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 74. PENYESALAN ARYA

    Dua minggu telah berlalu sejak Arya dan Anna menyerahkan sampel DNA ke laboratorium di rumah sakit. Selama dua minggu ini, Arya mencoba menjalani hari-harinya seperti biasa. Ia tetap bekerja, tetap pulang ke rumah setiap malam, dan tetap berusaha untuk bersikap normal di hadapan Vidya. Tapi jauh di dalam hatinya, ada sebuah ketakutan yang terus menghantui. Pagi itu, ponselnya bergetar saat ia sedang duduk di meja makan, menyeruput kopi yang terasa hambar di lidahnya. Layar ponsel menampilkan nama sebuah rumah sakit. Saat itu pula, jantungnya langsung terasa berdetak lebih cepat."Halo?" suaranya terdengar sedikit bergetar._"Selamat pagi, Bapak Arya. Kami dari bagian laboratorium Rumah Sakit Sumber Medika. Hasil tes DNA Anda sudah keluar dan bisa diambil hari ini."_Mendengar informasi tersebut, Arya menelan ludahnya. "Baik, nanti siang akan saya ambil."Setelah menutup telepon, Arya menatap kosong ke depan. Vidya, yang sejak tadi duduk di seberangnya sambil menggendong Arvi, menyada

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 73. TES DNA

    "Cuma apa?" potong Arya dengan cepat. "Cuma mau memastikan Arvi selalu ada di dekatmu, biar aku nggak punya kesempatan buat bawa dia ke rumah sakit?""Mas Arya!" Vidya terperanjat. "Aku cuma … aku cuma nggak mau ada masalah dalam rumah tangga kita! Aku takut semuanya hancur!"Arya tertawa pendek, penuh kepahitan. "Semuanya hancur? Kamu pikir aku nggak takut? Aku juga nggak mau rumah tangga ini berantakan, Vidya! Sudah cukup rumah tanggaku dengan Shena berantakan gara-gara kamu muncul dalam hidup aku. Aku juga nggak mau hidup dalam kebohongan!"Vidya terdiam. Ia ingin membela diri, tetapi hatinya dipenuhi ketakutan."Aku nggak minta banyak, Vid," lanjut Arya dengan suaranya yang lebih lirih, tapi tetap terdengar tegas. "Aku cuma mau kepastian. Kalau memang Arvi adalah anak kandungku, aku sangat bersyukur dan akan tetap mencintaimu dengan sepenuh hati. Tapi kalau ternyata bukan ...."Arya menatap istrinya dengan tajam. "Aku nggak tahu apa aku masih bisa bertahan dalam rumah tangga yang

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 72. SEMAKIN CURIGA

    "Aku setuju tes DNA dilakukan besok," ucap Arya akhirnya.Anna tersenyum tipis, akhirnya sang adik menyetujui. "Bagus kalau kamu sudah yakin.""Tapi, ada masalah," lanjut Arya dengan nada serius. "Aku nggak punya uang cukup buat tesnya, Mbak."Anna mengerutkan kening, menatap adiknya dengan penuh selidik. "Memangnya, kamu butuh berapa?""Aku belum cek biaya pastinya, Mbak. Tapi, tes DNA di rumah sakit itu pasti nggak murah," Arya mengusap tengkuknya dengan canggung. "Makanya aku mau minta bantuanmu, Mbak. Bisa nggak, aku pinjam uang dulu?"Anna menatap Arya lekat-lekat, memastikan apakah adiknya benar-benar serius. Ia tahu kondisi keuangan Arya memang sedang sulit. Sebagai sopir taksi online, penghasilannya pas-pasan, apalagi sekarang Vidya sudah tidak bekerja semenjak menikah dengan Arya."Aku nggak masalah bantuin kamu," jawab Anna akhirnya. "Tapi, kalau hasilnya nanti beneran nunjukin kalau Arvi bukan anak kamu, apa kamu berani ambil tindakan?"Mendengar itu, Arya terdiam. Pertanya

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 71. BERHASIL

    Setelah masuk ke dalam kamar, Vidya langsung mengunci pintunya rapat-rapat. Ia bahkan memastikan jendela juga terkunci. Ia tak mau ada seorang pun yang masuk atau mencoba mengambil sesuatu dari dalam kamar ini.Sementara itu, di luar kamar, Anna berdiri bersedekap dengan ekspresi dingin. Ia sudah menduga Vidya akan melakukan hal ini, mengurung diri bersama dengan bayinya. Namun, kali ini ia tidak akan tinggal diam.Anna menunggu di luar kamar dengan penuh kesabaran. Ia memperhatikan setiap gerak-gerik Vidya, mengamati apakah ada celah yang bisa dimanfaatkan.Ternyata, usahanya tidak sia-sia.Ketika sore mulai menjelang, Anna mendengar suara kunci kamar yang diputar. Ia segera berpura-pura sedang sibuk dengan ponselnya. Namun, ekor matanya tetap mengawasi.Vidya keluar dari kamar dengan wajah sedikit lelah, tetapi ekspresi tegang masih jelas terlihat di wajahnya.Anna memperhatikan dengan saksama."Kenapa dia keluar kamar?" pikirnya.Saat Vidya berjalan menuju kamar mandi, Anna memperh

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 70. VIDYA TAMPAK ANEH

    Siang itu, suasana rumah masih terasa tegang. Vidya terus-terusan menempel pada Arvi, seolah tak ingin bayi itu lepas dari gendongannya. Bahkan, saat makan pun, ia tetap menggendong sang putra.Arya yang duduk di meja makan hanya bisa menatap istrinya dengan pandangan penuh tanya. Sejak pagi, Vidya tampak semakin aneh. Ia tidak membiarkan siapa pun menyentuh Arvi, bahkan Arya sendiri.Saat tangan Arya terulur ingin mengusap kepala bayinya, Vidya langsung memundurkan tubuhnya sedikit, menghindar tanpa terlihat mencolok."Kamu kenapa, Vid?" tanya Arya akhirnya, dengan suaranya yang datar, dan sorot matanya yang menatap tajam.Vidya tersentak, lalu terkekeh kecil. "Nggak kenapa-napa, Mas. Aku cuma lagi menikmati waktu sama Arvi."Arya mengangkat alis, merasa tidak percaya. "Bahkan aku aja nggak boleh gendong Arvi? Sejak kapan kamu kayak gini?"Vidya berusaha tersenyum, meskipun hatinya terasa dag-dig-dug. "Bukan gitu, Mas. Arvi kan masih kecil. Aku nggak mau dia rewel kalau digendong ora

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 69. REKAMAN VIDEO

    Ia menunduk, menenangkan Arvi yang mulai menggeliat dalam gendongannya. Vidya pun menghela napas panjang."Sial," desisnya. "Aku nggak boleh panik, dan aku harus berpikir jernih."Jika benar Arya sudah mulai curiga, maka itu berarti ia harus mencari cara lain untuk mengendalikan keadaan. Mengandalkan Yudi jelas bukan pilihan. Pria itu terlalu bodoh untuk memahami situasi.Vidya menegakkan punggungnya, memasukkan amplop itu ke dalam saku celananya. Matanya mulai mencari-cari seseorang di sekitar taman. Ia harus memastikan bahwa tidak ada yang mengawasinya.Tapi, tanpa Vidya sadari, seseorang masih berdiri di balik pohon besar, mengamati semua yang terjadi.Anna menggenggam ponselnya erat-erat, jantungnya berdegup kencang. Ia sudah mendengar semuanya. Setiap kata yang keluar dari mulut Vidya dan Yudi telah ia rekam.Anna mengusap tengkuknya yang dingin. Apa yang baru saja ia dengar bukan sesuatu yang bisa dianggap remeh. Fakta bahwa Arvi bukan anak kandung Arya adalah sebuah bom besar y

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 68. DASAR PRIA BODOH

    "Uang," jawab Yudi dengan singkat. "Gunakan ini buat jaga-jaga. Kalau Arya sampai kepikiran tes DNA, kamu tahu harus gimana, kan?"Vidya pun semakin gelisah. "Tapi ....""Jangan banyak tanya, Vidya," potong Yudi dengan tajam. "Ini buat kebaikan kita semua. Aku nggak mau ada masalah."Vidya menggigit bibirnya, lalu menerima amplop itu dengan rasa penasaran, berapa banyak uang yang ia terima.Ia segera membuka amplop yang baru saja diberikan Yudi. Dengan cepat, ia menarik isinya dan mulai menghitungnya di hadapan pria itu. Matanya menyipit saat melihat jumlahnya. Hanya sepuluh lembar uang seratus ribuan.Vidya mendengkus, lalu menatap Yudi dengan ekspresi tak percaya. "Serius? Kamu kasih aku uang cuma satu juta?"Yudi memasukkan tangannya ke dalam saku jaketnya, ekspresinya tetap datar. "Memangnya kamu berharap berapa?"Vidya mendekatkan wajahnya, menurunkan suaranya agar tidak terdengar oleh siapa pun di sekitar mereka. "Kalau kamu pikir aku bisa nyogok dokter buat memalsukan hasil tes

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 67. APA INI?

    Arya mendesah pelan, lalu menundukkan kepala. "Aku … nggak punya cukup uang buat itu, Mbak."Anna terdiam. Ia tahu bahwa setelah kehilangan pekerjaan lamanya, Arya kini hanya bekerja sebagai sopir taksi online. Penghasilannya pas-pasan, hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, terutama untuk Arvi."Tes DNA itu mahal," lanjut Arya dengan suara berat. "Aku bahkan belum bisa menabung, karena semua uangku habis buat beli susu dan kebutuhan Arvi."Anna menatapnya dengan penuh simpati."Mbak ngerti, Arya. Mbak juga nggak mau maksa kamu untuk Tes DNA, kalau memang kamu belum siap." Ia menghela napas sejenak, lalu menatap wajah adiknya yang kini tampak lebih tua dari usianya. "Tapi kalau kamu benar-benar ingin tahu kebenarannya, kamu harus cari cara. Mungkin bisa mulai menabung sedikit demi sedikit dari sekarang. Ya, meskipun akhirnya entah kapan tes itu bisa dilakukan."Arya memijat pelipisnya, merasa semakin terbebani. "Aku takut, Mbak."Anna menatap adiknya dalam-dalam. "Kamu takut kalau t

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 66. ARYA CURIGA

    Vidya tertegun. Ia tidak menyangka Arya akan menanyakan hal itu."Maksud Mas Arya apa?" tanya Vidya yang memaksakan diri dan berusaha tersenyum, meskipun jantungnya mulai berdebar tak menentu karena merasa tak nyaman mendengar pertanyaan dari suaminya.Arya menelan ludah dengan susah payah. "Aku nggak tahu kenapa, tapi … aku merasa dia nggak mirip sama aku, atau kamu."Ruangan mendadak terasa lebih sunyi. Vidya memandang wajah bayi mereka, lalu kembali menatap Arya."Mas … kenapa tiba-tiba mikirin hal kayak gitu?" tanya Vidya, mencoba untuk tetap tenang.Arya mengusap wajahnya, merasa bimbang apakah ia harus melanjutkan ucapannya atau tidak. Namun, pikiran itu terus menghantuinya."Aku tahu ini mungkin cuma perasaan anehku aja," katanya pelan. "Tapi … selama ini aku berusaha meyakinkan diri sendiri kalau aku cuma berlebihan. Tapi sekarang, aku nggak bisa lagi. Aku merasa … Arvi lebih mirip seseorang yang kita kenal."Vidya merasakan napasnya tercekat. Tangannya secara refleks menggeng

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status