Share

KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU
KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU
Author: Ririn Astriyani

BAB 1. AMPUN, MBAK!

last update Last Updated: 2024-11-19 14:06:47

Hati Shena terasa bergemuruh ketika telinganya mendengar suara derit ranjang di dalam kamar tidurnya.

Wanita itu baru saja kembali dari luar kota setelah melakukan pertemuan dengan beberapa desainer ternama, untuk mengikuti pameran dan peragaan busana tradisional di kota tersebut dalam rangka memeriahkan acara kemerdekaan.

Shena berjalan secepat mungkin, memastikan bunyi suara itu. Kedua bola mata Shena membelalak dengan sempurna, ketika melihat sang suami dengan lancangnya berani menggunakan ranjang miliknya untuk berbagi keringat dan melakukan penyatuan bersama wanita lain.

"Menjijikan! Teganya kamu ngelakuin ini sama aku, Mas!" batin Shena bergemuruh menahan amarah. Kedua pelupuk matanya mulai berembun.

Arya memang teledor. Pria tinggi berkulit sawo matang tersebut selalu lupa untuk menutup pintu jika nafsunya ingin segera disalurkan.

Dengan sekuat tenaga wanita cantik berambut panjang itu meredam emosinya sendiri. Dengan tangan yang gemetar, wanita berusia tiga puluh lima tahun itu memberanikan diri untuk mengambil ponsel di dalam tasnya, kemudian merekam adegan tak senonoh yang kini terpampang di depan matanya.

Napas Shena semakin sesak ketika melihat sang suami yang dicintainya sangat menikmati suguhan dari kekasih gelapnya itu.

"A -- aku sangat mencintaimu, Vid," ucap Arya ditengah permainannya dengan suara yang terdengar parau.

Vidya merupakan seorang kasir yang bekerja di butik milik Shena. Kini wanita itu dengan lancangnya berani mengambil pria yang telah menjadi haknya secara utuh.

Shena kini benar-benar mati rasa terhadap suaminya sendiri.

Ketika kedua pengkhianat itu selesai melakukan pelepasan, Shena mematikan ponselnya karena merasa rekaman tadi sudah cukup untuk menjadi barang bukti saat mengajukan perceraian ke pengadilan nanti.

Benar! Tekad Shena sudah bulat karena dirinya akan menggugat Arya, agar bisa segera lepas dari pria itu.

"Apa harus kulabrak sekarang juga?" Shena bertanya pada dirinya sendiri.

"Ah, tidak! sebaiknya aku harus menghubungi seseorang."

Shena bergegas menuju ruang tamu. Dia mencari nama seseorang di salah satu daftar kontak ponselnya untuk dihubungi.

"Irma, tolong ke rumahku sekarang!" titah Shena pada wanita seusianya, yang merupakan asisten desainer di butik miliknya.

Tak butuh waktu lama untuk menunggu, Irma kini sudah berada di hadapan Shena. Wanita berambut sebahu itu terlihat terengah-engah, seolah dia baru saja berjalan dengan sangat cepat. 

Shena dan Irma tinggal di satu komplek perumahan.

"Mbak Shena, apakah ada masalah penting? Maaf, biasanya Mbak Shena mene--"

"Sstt!!" Shena menempelkan jari telunjuk di depan mulutnya sendiri.

"Mbak Shena baik-baik aja, kan?" tanya Irma heran sekaligus khawatir.

"Sstt!!" seru Shena kini dengan mata melotot memberi aba-aba.

"Kenapa?" tanya Irma heran dengan suara berbisik.

"Ayo ikut aku, Ir!" Shena berbisik di telinga asistennya tersebut. Cengkeraman Shena sangat kuat di pergelangan tangan Irma.

"Ada apa sih, Mbak Shena?" tanya Irma yang menyeret kakinya dengan cepat, untuk menyeimbangkan langkahnya dengan Shena.

Sebenarnya Shena dilema melakukan ini. Ada rasa malu jikalau nanti semua warga juga harus mengetahui kelakuan suaminya yang sedang bermain di atas ranjang dengan adik kandung Irma.

Kadung hatinya merasa tersayat ribuan sembilu, Shena mencoba menutup mata hatinya dan berusaha untuk tak peduli dengan apa yang akan warga katakan nanti jika mengetahui tentang rumah tangganya yang karam diterpa perselingkuhan.

Shena membawa Irma menuju kamar utama yang berhadapan dengan ruang keluarga.

Shena mendorong Irma dengan seluruh emosinya, menyebabkan wanita bertubuh mungil itu menabrak pintu kamar yang tidak terkunci.

Pintu tersebut kini terbuka dengan lebar dan menampakkan dua insan yang masih menikmati permainannya berkali-kali hingga berkeringat.

"Lihat itu! Lihat, Irma!" perintah Shena pada Irma.

"Vidya!" pekik Irma dengan kencang.

Kedua bola mata Irma kini nampak merah menahan emosi, melihat kelakuan adik kesayangannya yang sangat mem4luk4n. Dia tidak menyangka, jika adik yang sangat disayanginya itu tega membuang kotoran di mukanya dengan melakukan hal seperti ini, selingkuh dengan suami atasannya sendiri.

Arya dan Vidya yang tampak terkejut bersembunyi di balik selimut. Reflek Irma masuk ke kamar tersebut dan menjambak rambut panjang Vidya dengan kuat hingga rontok beberapa helai.

"Aw! Lepasin, Mbak Irma. Jangan tarik rambut aku!" teriak Vidya dengan suaranya yang terdengar kesakitan akibat jambakan dari sang kakak dengan balutan emosi dalam dirinya.

Irma sama sekali tak menggubris teriakan sang adik. Wanita itu terus menyeret Vidya hingga ke ruang tamu dengan tubuh yang masih polos.

"Mbak, ampun, Mbak!"

Jambakannya dilepas, Irma mengempaskan tubuh Vidya ke lantai dengan sangat kencang.

Sementara Shena yang melihat adegan itu, masih berdiri di hadapan Arya yang sedang sibuk mengambil pakaiannya yang berserakan di kamar tersebut.

"Mas minta maaf, sayang. Mas bisa menjelaskan semuanya sama kamu," ucap Arya memelas sambil mengenakan bajunya dengan cepat.

Pria itu cepat-cepat berlari keluar kamar menuju ruang tamu sambil membawa pakaian milik Vidya.

PLAK!

Irma mendaratkan telapak tangannya di pipi kanan Vidya hingga gadis itu merasa kebas.

PLAK!

Sekali lagi Irma mendaratkan lima jarinya di pipi sebelah kiri sang adik untuk melampiaskan emosi yang sudah tak bisa dia kontrol.

"Kamu sungguh memalukan, Vidya! dasar wanita murahan!" umpat Irma yang kembali menjambak rambut sang adik.

"Irma, hentikan!" seru Arya yang berlari menghampiri kekasih gelapnya dan memeluk Vidya dengan erat.

"Tolong jangan lakukan itu, dia sedang hamil!" tukas Arya sambil membantu sang kekasih untuk mengenakan pakaiannya.

"A–apa? Hamil!" teriak Irma tidak percaya.

Beberapa warga yang kebetulan sedang melintas, tidak sengaja mendengar keributan di dalam rumah itu dan langsung masuk tanpa permisi secara bersamaan.

"Hei, Arya, apa yang kau lakukan!" pekik seorang ibu yang melihat suami Shena memakaikan baju pada Vidya, namun masih tetap terlihat berantakan karena memasangkan kancing yang tidak pada lubangnya.

"Mereka berdua telah melakukan zina, Bu Sita!" jerit Irma dengan penuh emosi.

"Astaghfirullah! Dewi, tolong panggil Pak RT, kita harus melaporkan masalah ini!" seru Bu Sita pada warga yang lain.

Shena hanya mematung menonton pertunjukkan tersebut tanpa sepatah kata pun. Wanita itu tak ingin mengotori tangan dan mulutnya untuk menghakimi dua orang pengkhianat yang ada di hadapannya.

Pak RT dan beberapa warga kini hadir berbondong-bondong ke rumah Shena dan Arya.

Semua warga nampak emosi mendengar berita perselingkuhan sekaligus perzinahan yang dilakukan oleh pasangan tidak halal itu. Apalagi saat mereka melihat Arya yang begitu menjaga Vidya saat massa berkerumun. Hal ini membuat para warga merasa jengkel dan emosi, khususnya ibu-ibu komplek perumahan yang kini berada di rumah Arya dan Shena.

"Pak RT, sebaiknya kita arak keliling komplek saja mereka berdua, biar kapok!" seru Bu Sita pada Pak Erwin.

"Ampun, jangan Pak Erwin! Tolong jangan di arak keliling komplek. Kami berdua mengaku salah!" Arya memohon pada Pak RT dan seluruh warga.

"Selingkuh aja nggak malu, tapi giliran mau diarak, kalian ngerasa malu! dasar nggak punya pikiran, malu-maluin!"

"Tahu nih, ngotorin komplek kita aja! Huuuu!!!"

Sorak para warga yang merasa geram pada Arya dan Vidya.

Pak RT lalu memerhatikan Shena yang masih diam seribu bahasa.

"Mbak Shena, bagaimana? Apakah mau kita arak hingga ke Balai Desa lalu menikahkan mereka?" tanya Pak RT yang meminta persetujuan istri sah Arya tersebut.

Shena masih berdiri sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada, mencoba menahan emosi yang sejak tadi ingin meledak.

"Maaf para warga, kita tidak usah repot-repot mengarak mereka berdua keliling komplek. Lagi pula, pasti seluruh warga di sini lama kelamaan akan mengetahui berita ini. Saya hanya ingin Irma yang menghukum adik kesayangannya, agar tahu diri dan merasakan bagaimana rasanya sakit hati!"

Irma merasa bingung, hukuman apa yang harus diberikan pada adiknya itu. Karena merasa pernah diselingkuhi, tanpa berpikir panjang akhirnya wanita itu meraih sebuah gunting yang tergeletak di atas meja, kemudian memotong rambut adiknya dengan tidak teratur, hingga hanya tersisa lima sentimeter.

"Ampun, Mbak Irma, ampun! tolong jangan potong rambut aku, Mbak!" Vidya tersedu saat helaian rambut indahnya sudah tidak menjadi mahkota di kepalanya lagi.

"Ini hukuman buat kamu karena sudah menjadi perusak rumah tangga bosmu sendiri!"

"Shena, tolong maafkan kami. Hentikan hukuman itu, dan bolehkah aku menikahi Vidya?"

***

Related chapters

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 2. ANAK DURHAKA

    "Shena, tolong maafkan kami. Hentikan hukuman ini, dan izinkanlah aku menikahi Vidya," pinta Arya yang menangkupkan kedua telapak tangannya, dengan wajah penuh penyesalan.Shena tersenyum sinis, sambil menatap tajam ke netra sang suami."Mas Arya, apa kamu pikir sejak tadi aku sedang menghukum kekasih gelapmu?" tanya Shena dengan nada penuh cemoohan.Arya menoleh, menatap Irma yang masih terengah-engah karena emosi yang terus bergelora di dalam hatinya.Sejatinya, Irma ingin memberikan hukuman yang lebih pedih lagi pada Vidya. Namun, ingatan akan pesan almarhum kedua orang tua mereka muncul kembali, untuk melindungi adik satu-satunya itu. Dilanda rasa penyesalan, kekecewaan, dan kemarahan, Irma merasa seolah telah gagal menjalankan amanat yang diberikan kedua orang tua mereka.Ia menatap Vidya dan Arya dengan penuh kebencian, menahan tangis yang hendak pecah melampaui embun yang menggelayuti wajahnya."Mas Arya, aku memang menghormatimu karena kau adalah suami dari bosku --- Mbak Sena

    Last Updated : 2024-11-19
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 3. MAHAR LIMA PULUH RIBU

    Perut Shena terasa tergelitik, mendengar perkataan suaminya yang terkesan tak tahu malu. Malah meminta uang mahar untuk menikahi madunya. Wanita itu menggelengkan kepala, tidak habis pikir dengan suami dan madunya, mereka sama-sama tidak tahu malu di matanya."Cih, yang benar saja? Gaya selangit, pakai selingkuh segala, giliran mahar pinjam ke istri, memalukan sekali," timpal Shena, geli dengan tingkah suaminya itu.Arya meringis, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Mau bagaimana lagi, saat ini di dompetnya kosong dan tidak ada uang cash sama sekali. Uangnya sudah habis, membayar belanjaan Vidya yang banyak maunya."Ayolah, Sayang. Pinjam dulu untuk mahar. Aku bakal ganti dengan jumlah yang lebih besar. Bantu aku, ya?" pinta Arya. Ia memohon pada istrinya dengan wajah tanpa dosa.Jangan tanyakan, bagaimana perasaan Shena saat ini. Sedih, kesal, sekaligus jijik secara bersamaan. "Nggak usah diganti. Anggap saja sumbanganku untuk wanita sundal itu!" kesal Shena, mengambil dompet da

    Last Updated : 2024-11-19
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 4. MINTA MAAF

    "Sayang, kamu bilang apa barusan, Nak? Jangan bercanda! Kenapa kamu mengizinkan wanita perusak kebahagiaanmu tinggal satu atap denganmu? Kenapa?" Bu Surti mencecar Shena dengan banyak pertanyaan, tidak percaya dengan menantunya."Karena aku ingin memberikan dia pelajaran, Bu." Bisik Shena, saat Bu Surti memeluk tubuhnya erat."Aku nggak akan diam, saat ditindas seperti ini," lanjutnya.Bu Surti mengurai pelukannya secara perlahan, menatap nanar sang menantu dengan mata berkaca-kaca."Baiklah, Shena. Apapun rencanamu, ingatlah bahwa Ibu akan selalu mendukungmu sepenuh hati." Kedua telapak tangan Bu Surti membelai wajah Shena dengan penuh kasih sayang."Sabarlah, Sayang. Jangan khawatir, Ibu tidak akan tinggal diam melihat wanita tidak tahu malu itu berani menyakiti menantu kesayangan Ibu." Genangan air mata menyeruak di sudut mata Bu Surti, tapi wanita paruh baya itu mencoba untuk menahan sekuat tenaga agar tak meluncur jatuh."Vidya!" teriak Irma, wajahnya memerah karena amarah terhad

    Last Updated : 2024-11-19
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 5. POV SHENA

    "Mbak Shena, Bu Surti, aku minta maaf atas kesalahan yang telah Vidya lakukan, a--""Sudahlah, Ir, kamu nggak salah. Jangan pernah meminta maaf atas kesalahan yang nggak pernah kamu lakukan," ujarku memotong ucapan Irma, dengan nada yang tegas dan penuh empati, sebelum asistenku itu selesai berbicara.Irma tampak semakin menunduk, tatapannya getir, terlihat air mata mulai menggenang di kelopak matanya yang menyiratkan kepedihan yang mendalam. Dia terus berjuang menahan tangis."Ir, aku tahu, sebelum aku merasakan kejadian seperti ini, kamu sudah mengalaminya lebih dulu. Jangan khawatir, aku nggak akan berbuat jahat terhadap adikmu." Ucapku sambil menatap Irma dalam-dalam, berusaha merasakan apa yang dirasakannya."Aku hanya ingin memberikan dia pelajaran saja, supaya dia sadar jika mengambil milik orang lain itu tidak akan selamanya bahagia," sambungku, dengan harapan ucapanku bisa menenangkan hati dan pikiran Irma yang bergolak."Nanti kunci mobilku ini kamu titipkan saja pada Bi Ira

    Last Updated : 2024-11-19
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 6. TEGA

    "Kamu bisa istirahat di kamar yang itu!" Jari telunjuk Shena mengarah pada satu kamar yang membuat adik madunya itu nampak terkejut.Vidya membelalak, ia terperangah tatkala Shena menunjuk sebuah kamar yang terletak di area belakang rumah.Sebuah kamar kecil yang Vidya tahu itu adalah kamar Bi Sumi --- asisten rumah tangga di kediaman ini. Ruangan itu selalu dipakai Bi Sumi, jika dia menginap.Shena tersenyum melihat Vidya yang tercengang, netranya menatap nanar pada adik madu yang selalu kurang ajar. "Maksud Mbak Shena apa menunjuk-nujuk kamar Bi Sumi?" tanya Vidya. Nada bicaranya sedikit naik, seperti tidak terima.Tertawa samar, Shena bersedekap dada. "Nggak usah pura-pura bodoh, Vidya. Aku tahu kamu paham maksduku.""Jadi Mbak Shena nyuruh aku tidur di kamar pembantu? Ck, apa-apaan, aku nggak mau!" Vidya menyentak kesal.Arya pun jadi ikut tidak terima. Dari sekian banyaknya ruangan, kenapa Shena memilih kamar pem

    Last Updated : 2024-11-23
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 7. POV ARYA

    "Rambut Vidya yang dulu sangat indah, sekarang malah berantakan tak beraturan, membuatku tak lagi memiliki hasrat padanya.""Aargh!" Aku mengacak rambutku dengan kasar, ketika melihat Vidya yang sudah terlelap dalam tidurnya di kamar Bi Sumi yang sesak ini.Kenapa perasaanku jadi terganggu saat melihat rambut pendek Vidya yang terpotong sembarangan?Ah, ini semua adalah kesalahanku yang terburu-buru mengajak Vidya bercinta di rumah ini. Siapa sangka, Shena pulang dari luar kota lebih awal dan malah memergoki kami berdua."Vid, geser, Mas juga ngantuk, mau tidur!" Aku menggoyangkan tubuh Vidya yang matanya sudah terpejam."Ck! Mas Arya ganggu aja, sih. Aku ngantuk banget, Mas ...." Vidya meracau dengan mata yang masih tertutup rapat.Dulu, saat Vidya masih menjadi selingkuhanku, aku begitu menikmati ketika melihat wajahnya tertidur dengan lelap. Tapi sekarang, kecantikannya sudah luntur.Kalau saja dia tidak mengandung anakku, sudah pasti aku tak ingin menikahinya. Begitu dalam penyesa

    Last Updated : 2024-11-24
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 8. PERMAINAN KECIL

    "Mbak Shena, aku lapar! Mana makanan untukku dan Mas Arya?" Vidya melirik kakak madunya yang hendak berdiri menyimpan piring ke dapur."Masak sendiri, dong. Aku ini bukan babu kamu!" jawab Shena dengan senyum sinis yang terukir di bibirnya, mengejek Vidya yang raut wajahnya nampak masam.Wanita cantik berusia tiga puluh lima tahun tersebut segera ke dapur, dan meletakkan piring kotor itu di wastafel.Hatinya sedikit bergetar karena emosi, tapi dia menepis perasaan itu."Mas, jangan lupa pagi ini kita harus bertemu dengan klien. Cepat bersiap, atau mereka akan membatalkan kerjasama dengan kita!" Shena mengingatkan suaminya dengan nada tegas. Dia seolah ingin menyindir sang madu yang hanya seorang karyawan biasa, di butik cabang miliknya.Arya mengekor di belakang istri pertamanya dengan patuh, mengabaikan istri kedua yang masih mematung di ruang makan."Mas Arya, kamu mau ke mana? Aku ikut ...," rengek Vidya pada sang suami. Kemudian, wanita itu malah bergelayut manja di lengan Arya, b

    Last Updated : 2024-11-26
  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 9. POV VIDYA

    Betapa sialnya nasibku di tahun ini. Ramalan si kakek tua itu rupanya meleset. Dia bilang tahun ini aku akan menjadi istri dari pria kaya raya. Faktanya? Ternyata semua butik itu adalah milik si Shena –-- wanita seumuran kakakku yang masih rela menjadi istri tua untuk dipoligami.Sungguh aneh, kenapa takdirku bisa begini? Sejak Mas Arya dan Mbak Shena pergi mengurus butik, aku merasa bingung bagaimana mengisi waktuku.Dengan langkah gontai, aku memutuskan untuk menyalakan televisi dan menonton siaran favorit di ruang keluarga. Toh, hidup sebagai nyonya di rumah ini lumayan menyenangkan. Tidak perlu bekerja, cukup minta uang pada suami jika ingin berbelanja. Namun, sebelum aku sempat terlarut dalam acara gosip kesukaanku, tiba-tiba kudengar teriakan melengking dari luar. Sungguh mengganggu ketenangan!"Vidyaaaa!" seru wanita tua itu dari ruang tamu. Ah, betapa menyesakkannya suara teriakan si nenek itu menyeruak, menghantam telingaku."Heh, wanita

    Last Updated : 2024-11-26

Latest chapter

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 74. PENYESALAN ARYA

    Dua minggu telah berlalu sejak Arya dan Anna menyerahkan sampel DNA ke laboratorium di rumah sakit. Selama dua minggu ini, Arya mencoba menjalani hari-harinya seperti biasa. Ia tetap bekerja, tetap pulang ke rumah setiap malam, dan tetap berusaha untuk bersikap normal di hadapan Vidya. Tapi jauh di dalam hatinya, ada sebuah ketakutan yang terus menghantui. Pagi itu, ponselnya bergetar saat ia sedang duduk di meja makan, menyeruput kopi yang terasa hambar di lidahnya. Layar ponsel menampilkan nama sebuah rumah sakit. Saat itu pula, jantungnya langsung terasa berdetak lebih cepat."Halo?" suaranya terdengar sedikit bergetar._"Selamat pagi, Bapak Arya. Kami dari bagian laboratorium Rumah Sakit Sumber Medika. Hasil tes DNA Anda sudah keluar dan bisa diambil hari ini."_Mendengar informasi tersebut, Arya menelan ludahnya. "Baik, nanti siang akan saya ambil."Setelah menutup telepon, Arya menatap kosong ke depan. Vidya, yang sejak tadi duduk di seberangnya sambil menggendong Arvi, menyada

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 73. TES DNA

    "Cuma apa?" potong Arya dengan cepat. "Cuma mau memastikan Arvi selalu ada di dekatmu, biar aku nggak punya kesempatan buat bawa dia ke rumah sakit?""Mas Arya!" Vidya terperanjat. "Aku cuma … aku cuma nggak mau ada masalah dalam rumah tangga kita! Aku takut semuanya hancur!"Arya tertawa pendek, penuh kepahitan. "Semuanya hancur? Kamu pikir aku nggak takut? Aku juga nggak mau rumah tangga ini berantakan, Vidya! Sudah cukup rumah tanggaku dengan Shena berantakan gara-gara kamu muncul dalam hidup aku. Aku juga nggak mau hidup dalam kebohongan!"Vidya terdiam. Ia ingin membela diri, tetapi hatinya dipenuhi ketakutan."Aku nggak minta banyak, Vid," lanjut Arya dengan suaranya yang lebih lirih, tapi tetap terdengar tegas. "Aku cuma mau kepastian. Kalau memang Arvi adalah anak kandungku, aku sangat bersyukur dan akan tetap mencintaimu dengan sepenuh hati. Tapi kalau ternyata bukan ...."Arya menatap istrinya dengan tajam. "Aku nggak tahu apa aku masih bisa bertahan dalam rumah tangga yang

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 72. SEMAKIN CURIGA

    "Aku setuju tes DNA dilakukan besok," ucap Arya akhirnya.Anna tersenyum tipis, akhirnya sang adik menyetujui. "Bagus kalau kamu sudah yakin.""Tapi, ada masalah," lanjut Arya dengan nada serius. "Aku nggak punya uang cukup buat tesnya, Mbak."Anna mengerutkan kening, menatap adiknya dengan penuh selidik. "Memangnya, kamu butuh berapa?""Aku belum cek biaya pastinya, Mbak. Tapi, tes DNA di rumah sakit itu pasti nggak murah," Arya mengusap tengkuknya dengan canggung. "Makanya aku mau minta bantuanmu, Mbak. Bisa nggak, aku pinjam uang dulu?"Anna menatap Arya lekat-lekat, memastikan apakah adiknya benar-benar serius. Ia tahu kondisi keuangan Arya memang sedang sulit. Sebagai sopir taksi online, penghasilannya pas-pasan, apalagi sekarang Vidya sudah tidak bekerja semenjak menikah dengan Arya."Aku nggak masalah bantuin kamu," jawab Anna akhirnya. "Tapi, kalau hasilnya nanti beneran nunjukin kalau Arvi bukan anak kamu, apa kamu berani ambil tindakan?"Mendengar itu, Arya terdiam. Pertanya

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 71. BERHASIL

    Setelah masuk ke dalam kamar, Vidya langsung mengunci pintunya rapat-rapat. Ia bahkan memastikan jendela juga terkunci. Ia tak mau ada seorang pun yang masuk atau mencoba mengambil sesuatu dari dalam kamar ini.Sementara itu, di luar kamar, Anna berdiri bersedekap dengan ekspresi dingin. Ia sudah menduga Vidya akan melakukan hal ini, mengurung diri bersama dengan bayinya. Namun, kali ini ia tidak akan tinggal diam.Anna menunggu di luar kamar dengan penuh kesabaran. Ia memperhatikan setiap gerak-gerik Vidya, mengamati apakah ada celah yang bisa dimanfaatkan.Ternyata, usahanya tidak sia-sia.Ketika sore mulai menjelang, Anna mendengar suara kunci kamar yang diputar. Ia segera berpura-pura sedang sibuk dengan ponselnya. Namun, ekor matanya tetap mengawasi.Vidya keluar dari kamar dengan wajah sedikit lelah, tetapi ekspresi tegang masih jelas terlihat di wajahnya.Anna memperhatikan dengan saksama."Kenapa dia keluar kamar?" pikirnya.Saat Vidya berjalan menuju kamar mandi, Anna memperh

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 70. VIDYA TAMPAK ANEH

    Siang itu, suasana rumah masih terasa tegang. Vidya terus-terusan menempel pada Arvi, seolah tak ingin bayi itu lepas dari gendongannya. Bahkan, saat makan pun, ia tetap menggendong sang putra.Arya yang duduk di meja makan hanya bisa menatap istrinya dengan pandangan penuh tanya. Sejak pagi, Vidya tampak semakin aneh. Ia tidak membiarkan siapa pun menyentuh Arvi, bahkan Arya sendiri.Saat tangan Arya terulur ingin mengusap kepala bayinya, Vidya langsung memundurkan tubuhnya sedikit, menghindar tanpa terlihat mencolok."Kamu kenapa, Vid?" tanya Arya akhirnya, dengan suaranya yang datar, dan sorot matanya yang menatap tajam.Vidya tersentak, lalu terkekeh kecil. "Nggak kenapa-napa, Mas. Aku cuma lagi menikmati waktu sama Arvi."Arya mengangkat alis, merasa tidak percaya. "Bahkan aku aja nggak boleh gendong Arvi? Sejak kapan kamu kayak gini?"Vidya berusaha tersenyum, meskipun hatinya terasa dag-dig-dug. "Bukan gitu, Mas. Arvi kan masih kecil. Aku nggak mau dia rewel kalau digendong ora

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 69. REKAMAN VIDEO

    Ia menunduk, menenangkan Arvi yang mulai menggeliat dalam gendongannya. Vidya pun menghela napas panjang."Sial," desisnya. "Aku nggak boleh panik, dan aku harus berpikir jernih."Jika benar Arya sudah mulai curiga, maka itu berarti ia harus mencari cara lain untuk mengendalikan keadaan. Mengandalkan Yudi jelas bukan pilihan. Pria itu terlalu bodoh untuk memahami situasi.Vidya menegakkan punggungnya, memasukkan amplop itu ke dalam saku celananya. Matanya mulai mencari-cari seseorang di sekitar taman. Ia harus memastikan bahwa tidak ada yang mengawasinya.Tapi, tanpa Vidya sadari, seseorang masih berdiri di balik pohon besar, mengamati semua yang terjadi.Anna menggenggam ponselnya erat-erat, jantungnya berdegup kencang. Ia sudah mendengar semuanya. Setiap kata yang keluar dari mulut Vidya dan Yudi telah ia rekam.Anna mengusap tengkuknya yang dingin. Apa yang baru saja ia dengar bukan sesuatu yang bisa dianggap remeh. Fakta bahwa Arvi bukan anak kandung Arya adalah sebuah bom besar y

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 68. DASAR PRIA BODOH

    "Uang," jawab Yudi dengan singkat. "Gunakan ini buat jaga-jaga. Kalau Arya sampai kepikiran tes DNA, kamu tahu harus gimana, kan?"Vidya pun semakin gelisah. "Tapi ....""Jangan banyak tanya, Vidya," potong Yudi dengan tajam. "Ini buat kebaikan kita semua. Aku nggak mau ada masalah."Vidya menggigit bibirnya, lalu menerima amplop itu dengan rasa penasaran, berapa banyak uang yang ia terima.Ia segera membuka amplop yang baru saja diberikan Yudi. Dengan cepat, ia menarik isinya dan mulai menghitungnya di hadapan pria itu. Matanya menyipit saat melihat jumlahnya. Hanya sepuluh lembar uang seratus ribuan.Vidya mendengkus, lalu menatap Yudi dengan ekspresi tak percaya. "Serius? Kamu kasih aku uang cuma satu juta?"Yudi memasukkan tangannya ke dalam saku jaketnya, ekspresinya tetap datar. "Memangnya kamu berharap berapa?"Vidya mendekatkan wajahnya, menurunkan suaranya agar tidak terdengar oleh siapa pun di sekitar mereka. "Kalau kamu pikir aku bisa nyogok dokter buat memalsukan hasil tes

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 67. APA INI?

    Arya mendesah pelan, lalu menundukkan kepala. "Aku … nggak punya cukup uang buat itu, Mbak."Anna terdiam. Ia tahu bahwa setelah kehilangan pekerjaan lamanya, Arya kini hanya bekerja sebagai sopir taksi online. Penghasilannya pas-pasan, hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, terutama untuk Arvi."Tes DNA itu mahal," lanjut Arya dengan suara berat. "Aku bahkan belum bisa menabung, karena semua uangku habis buat beli susu dan kebutuhan Arvi."Anna menatapnya dengan penuh simpati."Mbak ngerti, Arya. Mbak juga nggak mau maksa kamu untuk Tes DNA, kalau memang kamu belum siap." Ia menghela napas sejenak, lalu menatap wajah adiknya yang kini tampak lebih tua dari usianya. "Tapi kalau kamu benar-benar ingin tahu kebenarannya, kamu harus cari cara. Mungkin bisa mulai menabung sedikit demi sedikit dari sekarang. Ya, meskipun akhirnya entah kapan tes itu bisa dilakukan."Arya memijat pelipisnya, merasa semakin terbebani. "Aku takut, Mbak."Anna menatap adiknya dalam-dalam. "Kamu takut kalau t

  • KUJADIKAN KAU BABU JIKA INGIN JADI MADUKU   BAB 66. ARYA CURIGA

    Vidya tertegun. Ia tidak menyangka Arya akan menanyakan hal itu."Maksud Mas Arya apa?" tanya Vidya yang memaksakan diri dan berusaha tersenyum, meskipun jantungnya mulai berdebar tak menentu karena merasa tak nyaman mendengar pertanyaan dari suaminya.Arya menelan ludah dengan susah payah. "Aku nggak tahu kenapa, tapi … aku merasa dia nggak mirip sama aku, atau kamu."Ruangan mendadak terasa lebih sunyi. Vidya memandang wajah bayi mereka, lalu kembali menatap Arya."Mas … kenapa tiba-tiba mikirin hal kayak gitu?" tanya Vidya, mencoba untuk tetap tenang.Arya mengusap wajahnya, merasa bimbang apakah ia harus melanjutkan ucapannya atau tidak. Namun, pikiran itu terus menghantuinya."Aku tahu ini mungkin cuma perasaan anehku aja," katanya pelan. "Tapi … selama ini aku berusaha meyakinkan diri sendiri kalau aku cuma berlebihan. Tapi sekarang, aku nggak bisa lagi. Aku merasa … Arvi lebih mirip seseorang yang kita kenal."Vidya merasakan napasnya tercekat. Tangannya secara refleks menggeng

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status