Yumna menikmati hotdog itu tanpa menawarkan sedikit pun pada suaminya, padahal Gus Hanan begitu ingin ikut menyantap habis. Sudah lama lelaki itu tidak makan hotdog karena terlalu sibuk mengajar dan belajar.Rabu besok, dia ada kunjungan ke pondok pesantren menggantikan Gus Qabil mengajar kitab mantik dan balaghah. Sebenarnya dia ingin menolak karena masih belum terlalu fokus, tetapi Fatimah si keponakan salihahnya sedang sakit."Mas, besok kita jalan-jalan, ya. Kok aku ngerasa pengen makan bubur yang deket pasar itu loh.""Besok?" Gus Hanan tampak berpikir. Dia tidak enak untuk menolak ajakan istrinya yang sedang ngidam, tetapi mengajar adalah sebuah amanah yang sulit dia hindari.Sebagaimana pesan Kyai Sholeh ketika masih hidup bahwa setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan harus meluangkan waktu untuk belajar, bukan belajar di waktu luang. Begitu pula jika dia seorang pengajar, jangan meninggalkan amanah itu kecuali jika ada sesuatu yang sama sekali tidak bisa ditunda.Gus Ha
Sore hari, mereka berdua baru kembali ke rumah. Betapa terkejutnya Yumna melihat Bu Wenda sedang berbicara dengan Syahdu. Gus Hanan langsung memegang tangan istrinya karena tidak mau Yumna merasa sendirian."Eh, sudah pulang? Enak banget jalan-jalan berdua gak ngajak Syahdu!" sindir Bu Wenda telak.Yumna ingin menjawab, tetapi mendapat isyarat dari Gus Hanan. Lelaki itu tersenyum. "Maaf, Bu, kami gak jalan-jalan. Aku ada tugas ke pesantren, kalau Yumna ngejenguk Fatimah.""Tan, aku kan sudah bilang kalau Gus Hanan sama Mbak Yumna ke pesantren, kenapa masih tanya sama mereka?" sela Syahdu terlihat gugup. Dia pasti takut mendapat teguran dari suaminya."Syahdu bilang, kalian gak bawa dia karena Syahdu sendiri yang menolak. Apa itu benar?"Yumna diam, dia tidak berani mengangguk karena sedang mengandung, takut kelak anak yang dilahirkan jadi tukang bohong. Apalagi Gus Hanan yang sangat menjaga dirinya untuk selalu jujur kepada siapapun dan dalam keadaan apapun."Yuk masuk rumah, Mas, bia
Mereka berlima sudah duduk di meja makan di mana Gus Hanan duduk di samping Mas Dika tepat di depan Yumna. Suasana malam itu masih terkesan canggung bagi Syahdu sendiri.Dia tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana karena masih belum akrab dengan suami dan anggota keluarga kakak madunya. Sangat lucu bukan, di mana ada dua lelaki di sana, tetapi salah satunya masih sendiri sementara yang lainnya memiliki dua istri.Mas Dika diam-diam tersenyum karena dua gadis di depannya adalah istri dari Gus Hanan. Dia berpikir, kapan dirinya bisa memiliki seorang istri?"Nanti pakaian kamu kita angkut sekalian ke rumah, kamu sudah beres-beres, kan, Syahdu?"Pertanyaan Yumna berhasil membuat Syahdu terpengarah untuk beberapa detik. Setelah berhasil mencerna, dia mengangguk, lalu kembali menundukkan kepala ketika pandangannya tidak sengaja bertemu dengan Gus Hanan.Jantung Syahdu memompa begitu cepat. Bagaimana mungkin dia memili seorang suami yang bahkan bicara dengannya pun dia enggan? Tepatny
Yumna mengikuti Syahdu masuk ke kamar yang kosong. Sebenarnya kamar itu sengaja mereka buat untuk keluarga yang mau datang menginap, tetapi ternyata malah menjadi milik Syahdu."Barang-barangnya langsung masukin lemari, kamu jangan sungkan karena ini rumah kamu juga.""Iya, Mbak." Syahdu masih terus merasa tidak enak.Posisinya sebagai istri kedua sudah sepatutnya mendapat banyak ujian. Entah itu berupa hinaan dari teman dekat istri pertama atau malah tetangga rumahnya. Akan tetapi, setiap orang memang beda cerita, Bu Wenda bilang kalau grupnya sudah sibuk membicarakan Yumna.Dia ingin menyampaikan berita itu, tetapi terlalu takut disebut biang kerok dari semua masalah. Syahdu mendesah dalam keputus-asaan, dia memilih diam dan memasukkan pakaiannya ke dalam lemari berukuran sedang."Syahdu, kalau kamu butuh sesuatu bilang saja. Misal tidak suka kamar ini karena warnanya atau apa gitu? Kalau masalah luas, sama luas dengan kamar sebelah kok.""Sudah bagus, Mbak. Aku suka warna hijau mud
Selesai menjemur pakaian, Yumna langsung keluar menuju warung Mpok Asih untuk membeli garam dan tepung karena dia mau makan bakwan buatan sendiri. Sebenarnya mau minta tolong pada Syahdu, tetapi mengingat gadis itu ngambek tadi, jadi urung.Sepanjang perjalanan, Yumna terus berzikir memohon dikuatkan fisiknya karena saat ini dia merasa sangat kelelahan. Semua pekerjaan rumah dia lakukan sendiri. Mau minta tolong pada sang ibu nanti malah memarahi Syahdu."Mpok, beli garam!" kata Yumna begitu sampai."Yumna, tumben baru muncul?""Iya, Mpok. Biasanya nitip belanja sama ibu, ini mau beli garam."Mpok Asih mengangguk, lalu memberikan sebungkus garam itu. Setelah membayar sesuai nominal, Mpok Asih kembali memanggil namanya karena dia penasaran akan sesuatu."Kata Bu Wenda, kamu mau dicerai Gus Hanan karena mandul, ya, Yum? Maaf, mpok bukan kepo sama urusan rumah tangga orang lain, cuman kesal aja kalau denger mereka ngegosip di sini.""Nggak gitu, Mpok. Aku ndak mandul, kok. Ini lagi menga
"Yumna? Yumna kenapa, Dik?" panik sang ibu langsung membopong anak perempuannya ke dalam kamar."Nanti aku ceritakan, Bu. Sekarang Dika mau menemui seseorang dulu, assalamualaikum!" pamit Mas Dika buru-buru.Ketika di depan pintu, dia bertemu dengan Syahdu yang terpengarah karena ditangkap basah seperti itu. Akhirnya dia memutar badan, lalu menjelaskan tanpa diminta, "maaf, Mas. Tadi aku nggak sengaja dengar teriakan mbak Yumna, makanya lari ke sini.""Lalu?""Aku mau menjenguknya, Mas. Apa boleh?"Mas Dika hanya mengangguk. Dalam hati, dia merasa kesal karena curiga pada sesuatu. Namun, demi Yumna, dia harus bergerak lebih cepat untuk menemui seseorang itu.Syahdu melangkah takut masuk kamar di mana ada Yumna di sana. Gadis itu rupanya sudah kembali siuman, tetapi masih memejamkan mata dan terus memanggil nama Gus Hanan.Dia ingin menangis karena cemburu, tetapi kenyataan menamparnya begitu kuat. Syahdu terduduk di lantai karena kakinya tidak lagi sanggup menopang berat badan. Jika b
"Syahdu, mari kita bicara, Nak. Tenang saja, ibu ndak akan menyalahkanmu."Syahdu mengangguk, dia mengikuti langkah mertua suaminya untuk duduk di ruang tamu. Jantungnya berdegup cepat karena baru kali itu melakukan kesalahan yang besar karena sudah terbakar api cemburu."Yumna sejak dulu tidak pernah mendapat kebahagiaan tepat ketika ada seorang lelaki yang melamarnya, lalu memutuskan sepihak lewat pesan suara. Kami semua bersedih, tetapi hati Yumna jauh lebih hancur. Dia dikhianati oleh lelaki itu karena jatuh cinta pada gadis lain yang ternyata memanfaatkan dirinya untuk balas dendam." Ibu Dika menghapus air matanya mengingat masa lalu."Sejak saat itu, Yumna selalu dihujat habis-habisan oleh Bu Wenda, Bu Arin dan beberapa tetangga lainnya. Yumna merasa frustrasi karena difitnah ke ustadznya pula. Untung ada Amel yang selalu membantunya mencari jalan keluar.""Amel siapa, Bu?""Sahabatnya, tapi sekarang sudah ndak di sini karena ikut suaminya. Lanjut, Yumna melalui hari-harinya den
"Kenapa kalian baru pulang?" tanya sang ibu begitu mendengar suara anak dan menantunya.Jam sudah menunjuk angka tiga sore, seharusnya mereka pulang sejak tadi. Akan tetapi, Gus Hanan dipaksa ikut rapat di masjid karena dirinya yang ditunjuk sebagai imam tetap seumur hidup.Sebenarnya dia sudah menolak, tetapi jamaah terutama panitia masjid itu kekeuh ingin menjadikan Gus Hanan sebagai imam mereka karena imam masjid sebelumnya sedang sakit keras."Tadi ada urusan di masjid, Bu. Gus Hanan–""Nanti saja jelasinnya. Sekarang kalian ke kamar, Yumna baru saja keguguran. Ibu sudah bersihin semuanya, sekarang dia ada di kamar.""Apa?" Keduanya mendadak panik.Gus Hanan merasa terpukul dengan pernyataan ibu mertuanya. Dia menangis melihat Yumna terbaring di sana dengan pandangan kosong.Dia tahu kalau istrinya pasti sangat terluka. Seandainya saja boleh meminta, tentu Gus Hanan mau anak itu lahir dan tumbuh dengan sehat. Sekarang hanya sebuah kata andai yang tidak bisa dia wujudkan.Lelaki it
EXTRA PART!!!____Cinta mengubah kekasaran menjadi kelembutan, mengubah orang tak berpendirian menjadi teguh berpendirian, mengubah pengecut menjadi pemberani, mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan, dan cinta membawa perubahan-perubahan bagi siang dan malam.Ketahuilah, apapun yang menjadikanmu tergetar, itulah yang terbaik untukmu! Dan karena itulah, qalbu seorang pecinta-Nya lebih besar daripada Singgasana-Nya.Air berkata kepada yang kotor, "Kemarilah." Maka yang kotor akan berkata, "Aku sungguh malu." Air berkata, "Bagaimana malumu akan dapat dibersihkan tanpa aku?Singa terlihat paling tampan ketika sedang mencari mangsa. Jualah kepandaianmu dan belilah kebingunganmu. Jika Anda jengkel terhadap setiap gesekan, bagaimana cermin Anda akan dipoles.Anda dilahirkan memiliki sayap, mengapa lebih memilih hidup merangkak. Cinta dan kelembutan adalah sifat manusia, amarah dan gairah nafsu adalah sifat binatang. Kau harus hidup di dalam cinta, sebab manusia yang mati tidak dapat melak
Bu Wenda terus berjoget ria sambil berteriak kalau dia adalah fans Yumna. Tidak ada yang mau menghentikan Bu Wenda yang semakin kehilangan kendali itu bahkan anaknya saja sudah menjauh ketika Nurul memberi isyarat."Kalian tahu? Aku sudah memfitnah Yumna mengatakan dia hamil, makanya Ilham memutus lamaran itu. Aku bilang dia mandul sampai stres dan keguguran. Kira-kira Yumna mau maafin aku nggak, ya? Ada yang tahu jawabannya?"Lagi, dia tertawa keras."Di sini ada yang bernama Yumna? Ah, aku rindu setengah mati kepada Yumna. Sebenarnya aku mengakui semua kesalahan itu dan mau meminta maaf, tetapi sudah keburu gengsi duluan. Andai tidak ada yang berdiri di sisi Yumna, aku pasti bisa meminta maaf sama dia. Aku malu karena ada Nurul, Amel dan suaminya.Kalian tahu kalau suami Yumna itu putra Kyai Sholeh? Makanya aku tidak suka kalau Yumna bahagia. Sekarang saja aku mau mencekik lehernya biar dia mati atau kita bawa bermain-main di taman. Aduh, Syahdu kasihan sekali karena dia harus menin
Hari selasa yang cerah ketika Gus Hanan baru pulang mengajar di masjid, Yumna langsung menariknya masuk kamar dengan wajah berseri-seri."Mas, hari ini ingat hari apa?""Hari selasa?"Yumna menggeleng. Gus Hanan mencoba menebak bahkan hampir sepuluh kali tebakan, tetapi belum juga berhasil. Dengan sedikit kesal, Yumna memberi tahu kalau hari ini Gus Hanan genap berusia 27 tahun."Ah iya, mas udah 27 tahun hari ini. Aduh, kok sampai lupa ya?""Daaaan ... aku punya hadiah ulang tahun buat Mas Hanan.""Hadiah? Qur'an? Kitab? Atau kecupan lagi kayak tahun kemarin?"Sekali lagi Yumna menggeleng. Gus Hanan menyerah tidak mampu menebak. Dia akhirnya memeluk sang istri, berusaha membujuk untuk langsung menunjukkan hadiah itu saja.Yumna mengurai pelukan suaminya, dia merogoh saku gamis dan menunjukkan sebuah benda berwarna putih dan biru. "Aku hamil, Mas. Selamat, kamu akan menjadi ayah!""Alhamdulillah, kamu serius, Dek?"Yumna mengangguk, sesuatu yang sejuk mengalir membasahi pipinya. "Dan
Mereka sudah tiba, tetapi Amel tidak bisa singgah karena Ozil sudah mencarinya sejak tadi. Begitu mobil hitam itu sudah melaju pergi, seseorang kemudian menghampiri mereka berempat."Aku turut bahagia karena melihat Nurul kembali. Ternyata dia yang menyebar berita itu, tetapi aku yang harus diusir." Bu Wenda datang bersama anak gadisnya.Nurul melihat ponsel gadis itu menyalah, dia pun tersenyum tipis dan memberitahu Yumna lewat isyarat sementara Mas Dika dan Gus Hanan diminta masuk saja karena bisa menangani mereka berdua.Begitu tinggal mereka berempat saja di pinggir jalan, Nurul langsung mendekat ke gadis itu agar suaranya lebih jelas dalam rekaman. "Ya, aku yang menyebarkan berita itu. Gimana rasanya harus disalahkan padahal bukan kita yang melakukannya?""Kurang ajar!""Tidak, aku tidak kurang ajar Bu Wenda. Semua orang sudah tahu kalau dalang di balik semua masalah yang ada adalah Bu Wenda sendiri karena sangat iri pada Yumna. Kesalahan Bu Wenda kan bukan hanya gosip, tetapi su
Pada hari pernikahan Mas Ilham tepat hari sabtu, mereka semua berkumpul di rumah Yumna dengan baju seragam meskipun Amel dan Kevin beda motif asalkan warnanya sama. Mereka telat pesan atau mungkin sebut saja Nurul terlalu cepat memesan karena tidak mau ayahnya ingkar janji.Untuk ketiga perempuan itu semuanya membawa kado, sementara laki-laki mengantongi amplop saja. Mereka semua memakai baju yang hampir sama. Hari ini Nurul terlihat sangat cantik.Sebelum berangkat, dia meminum segelas air dulu untuk menenangkan diri. Luka dalam hatinya dibalut sedemikian rupa. Mereka berpasang-pasangan kecuali Mas Dika yang harus kembali memerankan perannya.Jika dulu dia pura-pura berpasangan dengan Yumna, sekarang bersama Nurul. Mas Dika tersenyum pada adiknya yang selama ini dia benci, tetapi kini mulai membuka hati untuk menerimanya."Nanti sama Mas Dika aja biar mereka mengira kamu juga punya pasangan. Pokoknya nanti jangan pernah masang muka sedih, harus mengalihkan pikiranmu dari Mas Ilham. J
Sesampainya di rumah, mereka berdua terkejut oleh kedatangan Amel. Sepertinya hari akan semakin panjang karena kedatangan Amel yang membawa banyak makanan. Sekalipun mereka sudah dewasa, tetapi yang namanya perempuan kadang bertingkah seperti anak-anak."Ozil mana, Mel?""Sama neneknya, dia gak mau ikut tadi karena keasyikan main sama sepupunya."Yumna mengangguk, dia senang sekali melihat banyak gorengan termasuk ayam geprek di depannya. Mereka kumpul di ruang tengah karena tidak mau diganggu oleh tamu. Hari yang menyenangkan setelah bertemu Mas Ilham.Masalah itu Yumna ceritakan pada Amel bukan untuk memancing amarahnya, tetapi seorang perempuan sangat sulit untuk menyimpan masalahnya sendiri apalagi jika sudah lama dan terbiasa saling berbagi cerita dengan sahabat."Mas Ilham kok bego banget, ya? Masa dia mau jatuh ke jurang yang sama?""Gak tahu tuh. Udah aku bilangin juga karena aku sebagai orang ketiga di masa lalu itu serius, nyeselnya sampe sekarang, nyeseknya sampe ke hati. A
"Ide apa, Mas?""Nah, sebagian perempuan kan kalau mendapat darah keluar lebih lima belas hari itu langsung menentukan bahwa 15 hari haid dan selebihnya istihadhoh, ya kan?"Yumna mengangguk."Nah, kamu adakan hari khusus untuk membahas masalah darah itu biar mereka yang tadinya bingung dan ragu, menjadi yakin dan tahu darah apa yang keluar itu. Mas tidak bisa ngejelasinnya karena nanti ada pertanyaan pasti malu untuk dipertanyakan. Nah kalau sesama perempuan kan enak. Gimana?""Ya boleh, Mas, tapi aku mau pahami ulang dulu dan latihan menjelaskan di depan kamu. Kalau ada salah-salah kan aku yang kena dosanya juga, Mas.""Woke siap, kalau gitu mas mau menyiapkan materi khutbah dulu buat hari jumat nanti. Kamu ngelakuin apa aja deh bebas."Yumna mengangguk cepat, dia lalu menemui Nurul di rumah ibunya karena merasa bosan dan jenuh sendirian. Makanya dia memiliki ide untuk menjual makanan saja daripada tidak ada kegiatan seperti sekarang toh lokasi di depan rumah lumayan luas apalagi ka
Di malam hari, Gus Hanan duduk dengan istrinya di meja makan padahal makanan sudah tidak terhidang lagi di sana. Lelaki itu menopang wajah dengan kedua tangannya karena merasa kurang komunikasi dengan para murid yang keluar begitu saja.Padahal seharusnya seorang guru harus menanyakan keadaan muridnya juga yang apabila tidak hadir atau malah memilih mengundurkan diri. Saat itu memang Gus Hanan bertanya, tetapi mereka hanya diam, lalu besoknya tidak ada kabar lagi."Mungkin bagusnya kala ngajar di rumah aja biar gak ada cerita miring lagi?""Jangan dulu, Mas. Kamu harus bicara sama panitia masjid dulu. Bisa jadi bukan mereka pelakunya, tetapi jamaah atau orang lain yang mau nama kamu buruk di mata semua orang, Mas. Baru satu orang, kan, yang ngomong kayak gitu?""Entah sejak kapan iuran pengajian itu diadakan. Mas jadi semaki kepikiran padahal selama ini ikhlas dan tidak pernah berpikir untuk memintai mereka bayaran walau sekali dalam setahun."Yumna juga bingung sendiri, ingin mencari
Pernyataan Cinta—Jalaluddin Rumi—Kau yang telah menutup rapat bibirku, tariklah misaiku ke dekat-MuApakah maksud-Mu? Mana kutahu?Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam iringan ini selaluKukunyah lagi memamah kepedihan mengenang-MuBagai unta memamah biak makanannya, dan bagai unta yang geram mulutku berbusaMeskipun aku tinggal tersembunyi dan tidak bicara, di hadirat kasih aku jelas nyataAku bagai benih di bawah tanah, aku menanti tanda musim semiHingga tanpa nafasku sendiri aku dapat bernafas wangi***Nurul tersadar dari kesedihannya setelah Yumna mengingatkan kalau dia harus memperbaiki hubungan dengan Allah agar rasa kecewa dari berharap lebih itu beringsut hilang.Dia menyeka air matanya, menelan kesedihan itu dan mengganti dengan senyuman. Nurul kembali merasakan bagaimana menjadi Yumna ketika harus ditinggalkan oleh orang yang sudah lama ditunggu untuk bersatu.Karma itu tidak ada, tetapi balasan atas perbuatan selalu ada. Nurul menyesal dan sekali lagi merintih memohon ma