"Yumna? Yumna kenapa, Dik?" panik sang ibu langsung membopong anak perempuannya ke dalam kamar."Nanti aku ceritakan, Bu. Sekarang Dika mau menemui seseorang dulu, assalamualaikum!" pamit Mas Dika buru-buru.Ketika di depan pintu, dia bertemu dengan Syahdu yang terpengarah karena ditangkap basah seperti itu. Akhirnya dia memutar badan, lalu menjelaskan tanpa diminta, "maaf, Mas. Tadi aku nggak sengaja dengar teriakan mbak Yumna, makanya lari ke sini.""Lalu?""Aku mau menjenguknya, Mas. Apa boleh?"Mas Dika hanya mengangguk. Dalam hati, dia merasa kesal karena curiga pada sesuatu. Namun, demi Yumna, dia harus bergerak lebih cepat untuk menemui seseorang itu.Syahdu melangkah takut masuk kamar di mana ada Yumna di sana. Gadis itu rupanya sudah kembali siuman, tetapi masih memejamkan mata dan terus memanggil nama Gus Hanan.Dia ingin menangis karena cemburu, tetapi kenyataan menamparnya begitu kuat. Syahdu terduduk di lantai karena kakinya tidak lagi sanggup menopang berat badan. Jika b
"Syahdu, mari kita bicara, Nak. Tenang saja, ibu ndak akan menyalahkanmu."Syahdu mengangguk, dia mengikuti langkah mertua suaminya untuk duduk di ruang tamu. Jantungnya berdegup cepat karena baru kali itu melakukan kesalahan yang besar karena sudah terbakar api cemburu."Yumna sejak dulu tidak pernah mendapat kebahagiaan tepat ketika ada seorang lelaki yang melamarnya, lalu memutuskan sepihak lewat pesan suara. Kami semua bersedih, tetapi hati Yumna jauh lebih hancur. Dia dikhianati oleh lelaki itu karena jatuh cinta pada gadis lain yang ternyata memanfaatkan dirinya untuk balas dendam." Ibu Dika menghapus air matanya mengingat masa lalu."Sejak saat itu, Yumna selalu dihujat habis-habisan oleh Bu Wenda, Bu Arin dan beberapa tetangga lainnya. Yumna merasa frustrasi karena difitnah ke ustadznya pula. Untung ada Amel yang selalu membantunya mencari jalan keluar.""Amel siapa, Bu?""Sahabatnya, tapi sekarang sudah ndak di sini karena ikut suaminya. Lanjut, Yumna melalui hari-harinya den
"Kenapa kalian baru pulang?" tanya sang ibu begitu mendengar suara anak dan menantunya.Jam sudah menunjuk angka tiga sore, seharusnya mereka pulang sejak tadi. Akan tetapi, Gus Hanan dipaksa ikut rapat di masjid karena dirinya yang ditunjuk sebagai imam tetap seumur hidup.Sebenarnya dia sudah menolak, tetapi jamaah terutama panitia masjid itu kekeuh ingin menjadikan Gus Hanan sebagai imam mereka karena imam masjid sebelumnya sedang sakit keras."Tadi ada urusan di masjid, Bu. Gus Hanan–""Nanti saja jelasinnya. Sekarang kalian ke kamar, Yumna baru saja keguguran. Ibu sudah bersihin semuanya, sekarang dia ada di kamar.""Apa?" Keduanya mendadak panik.Gus Hanan merasa terpukul dengan pernyataan ibu mertuanya. Dia menangis melihat Yumna terbaring di sana dengan pandangan kosong.Dia tahu kalau istrinya pasti sangat terluka. Seandainya saja boleh meminta, tentu Gus Hanan mau anak itu lahir dan tumbuh dengan sehat. Sekarang hanya sebuah kata andai yang tidak bisa dia wujudkan.Lelaki it
Di kantor kelurahan, mereka sudah kumpul semua. Dari kumpulan ibu tukang gosip diwakili oleh Bu Wenda dan Bu Arin, sementara keluarga Yumna hadir semua kecuali dirinya dengan Syahdu.Keluarga Yumna sudah menyusun strategi untuk menguatkan posisi mereka. Syahdu ditugaskan untuk menjaga Yumna, tetapi nanti juga memiliki peran penting.Di meja bunda itu, mereka duduk saling menatap sinis. Gus Hanan terus menarik napas panjang untuk menguasai diri. Dia tidak mau tersulut amarah karena masalah tidak akan selesai kalau dengan hati yang panas.Semula, Pak RT bertanya, "kenapa Bu Wenda sama Bu Arin selalu menghina saudari Yumna?""Pak, kami gak menghina. Memang sudah kenyataannya kalau dia itu mandul. Lagi pula kenapa sampai tersinggung padahal di luar sana juga banyak perempuan mandul kok. Kami juga cuman bercanda, kenapa dimasukin ke hati?" jawab Bu Wenda.Bu Arin menambahkan, "dianya aja yang baperan, Pak!"Keluarga Yumna hanya diam mendengarkan hinaan itu meskipun amarahnya telah memuncak
Mereka semua pulang ke rumah masing-masing, terkecuali Mas Ilham karena dia diminta mampir dulu. Sebenarnya lelaki itu malu karena sudah berbuat kesalahan di masa lalu, tetapi tidak enak juga kalau terus-terusan menolak.Apalagi sekarang dia begitu ingin melihat Yumna. Mas Ilham yang dulu serius, tiba-tiba terhasut oleh Nurul dan dia menyesalinya sampai sekarang, makanya lelaki itu belum menikah lagi.Sebuah kesalahan yang menyebabkan luka di masa lalu karena sudah terlanjur percaya pada orang yang baru dikenal membuat Mas Ilham sulit percaya lagi pada wanita. Jika biasanya lelaki yang sulit dipercaya, berbeda dengan Mas Ilham.Dia merasa trauma jika ada wanita yang mengaku suka padanya. Mas Ilham khawatir dirinya akan dimanfaatkan lagi untuk ajang balas dendam. Seharusnya dia ke psikolog untuk memulihkan trauma itu.Sekarang, dia kembali ke rumah di mana dirinya mempermalukan semua orang. Mas Ilham menunduk, sekalipun itu sudah tujuh tahun berlalu, dia tetap saja merasa bersalah pada
Malam tiba, mereka sudah duduk di meja makan. Begitu suapan pertama masuk ke mulut Yumna, dia langsung meneguk air putih sampai setengah gelas tinggi. "Syahdu, kok gak keras banget nasinya?""Bu-bukan aku, Mbak, itu Gus Hanan.""Iya, benar, Dek. Itu aku yang masak dan mungkin karena airnya sejajar dengan beras?"Yumna menepuk jidat. "Ya sudah karena Mas yang masak, mau bagaimana lagi. Syahdu pasti meledekmu dalam hati karena ngasih makan istri pake nasi yang keras banget."Mendengar namanya disebut, Syahdu langsung terbatuk-batuk. Sebenarnya tadi dia tidak merasakan kerasnya nasi itu karena menikmati pakai cinta, tetapi Yumna menegur sehingga dia merasa kini pipinya sudah sakit karena mengunyah."Pipimu sakit kan, Syahdu? Ngaku aja, gak apa-apa. Mas Hanan emang harus diginiin biar lain kali airnya dilebihin satu angka dari beras.""Iya, Mbak," jawab Syahdu polos.Gus Hanan yang mendengar kedua istrinya tertawa bersama langsung membulatkan kedua mata pura-pura marah. Berawal dari nasi
Ketika Gus Hanan selesai mandi, dia tidak melihat Yumna di dalam kamar. Jadi lelaki itu bergegas mengenakan pakaian, lalu mencarinya di seisi rumah. Tetap tidak ada, Gus Hanan hanya menemukan Syahdu sedang memasak di dapur sendirian. "Syahdu, Yumna mana?""Aku ndak tahu, Gus. Sejak tadi belum pernah ketemu sama mbak Yumna."Gus Hanan tidak lagi menjawab, dia berlari ke luar rumah dan langsung menuju rumah mertuanya. Dia mengambil nama Yumna berkali-kali, tidak ada respon.Dia juga tidak melihat Mas Dika dan hanya menemukan ibu mertuanya menyapu di dalam dapur. "Yumna ada, Bu?""Ndak, ibu ndak lihat Yumna. Lah emang tadi izin ke mana, Gus?""Ndak tahu, Bu. Tadi sebelum aku mandi, Yumna ada di kamar, tapi sekarang malah gak ada."Si ibu mertua langsung mencari Yumna di dalam kamarnya dulu dan benar, gadis itu ada di sana. Dia duduk di samping tempat tidur sambil memeluk lutut dengan menenggelamkan wajahnya.Mereka berdua mendekat, sang ibu membawa anaknya dalam pelukan untuk lima detik
Selesai dari majlis, mereka pulang bersama karena tidak mungkin juga Gus Hanan membiarkan istri mudanya itu jalan kaki sementara dia sendiri memakai motor apalagi sudah pukul sebelas siang.Sepanjang jalan, banyak pasang mata yang memandang mereka. Gus Hanan menambah kecepatan kendaraannya sehingga cepat sekali untuk tiba di rumah. Namun, sebelum masuk dia mencekal tangan Syahdu."Lain kali jangan melakukan itu lagi. Kamu lihat mereka langsung nanya-nanya, kan? Kalau pun kamu ingin diakui, bukan begini caranya. Harusnya mengerti perasaan Yumna dulu."Syahdu hanya mengangguk, bunga-bunga yang sempat bermekaran dalam hatinya seketika layu begitu saja. Dia menggerutu dalam hati, kenapa hanya perasaan Yumna saja yang perlu dipikirkan? Bagaimana dengan perasaannya sendiri?Gus Hanan melangkah masuk rumah mertuanya dan langsung menuju meja makan karena sudah sangat lapar. Lagi pula di sana ada Yumna, jadi tidak merasa malu untuk ikut bergabung."Kenapa sendiri, Mas? Syahdu kok ndak diajak?