Selesai dari majlis, mereka pulang bersama karena tidak mungkin juga Gus Hanan membiarkan istri mudanya itu jalan kaki sementara dia sendiri memakai motor apalagi sudah pukul sebelas siang.Sepanjang jalan, banyak pasang mata yang memandang mereka. Gus Hanan menambah kecepatan kendaraannya sehingga cepat sekali untuk tiba di rumah. Namun, sebelum masuk dia mencekal tangan Syahdu."Lain kali jangan melakukan itu lagi. Kamu lihat mereka langsung nanya-nanya, kan? Kalau pun kamu ingin diakui, bukan begini caranya. Harusnya mengerti perasaan Yumna dulu."Syahdu hanya mengangguk, bunga-bunga yang sempat bermekaran dalam hatinya seketika layu begitu saja. Dia menggerutu dalam hati, kenapa hanya perasaan Yumna saja yang perlu dipikirkan? Bagaimana dengan perasaannya sendiri?Gus Hanan melangkah masuk rumah mertuanya dan langsung menuju meja makan karena sudah sangat lapar. Lagi pula di sana ada Yumna, jadi tidak merasa malu untuk ikut bergabung."Kenapa sendiri, Mas? Syahdu kok ndak diajak?
"Bukan begitu, Syahdu. Aku tahu kamu berprinsip bahwa tidak ada kata paksaan dalam cinta, sebenarnya aku juga mikir gitu. Hanya saja kalau gak terbiasa dan sama-sama menjaga jarak, apakah kemungkinan besar cinta itu tumbuh atau justru terasa asing?"Syahdu tidak menjawab, tetapi melanjutkan pekerjaannya. Dia sendiri masih bingung kenapa perlu dicintai sementara cinta sendiri tidak membutuhkan balasan jika benar tulus.Dia memijit kening memikirkan sesuatu yang belum pasti, sementara seharusnya sibuk mengumpulkan bekal. Akan tetapi, bukankah berusaha akur dengan suami agar bisa berbakti padanya juga sebuah pahala karena surga istri ada pada suaminya?"Mbak, aku ... mau sholat dan tidur siang. Apa Gus Hanan sudah ndak di rumah?" tanya Syahdu setelah mendengar adzan berkumandang."Cek aja, kalau mas Hanan ada juga gak apa-apa.""Ndak bisa aku, Mbak.""Syahdu, aku lagi mager banget. Lagian kenapa juga kalau ada mas Hanan, dia kan suami kamu. Kalau diapa-apain juga dapat pahala."Gadis itu
"Selalu kayak gitu, kemarin masalah tentang Nurul kamu juga lemah. Kalau terus-terusan kek gitu mah nanti kamu ditindas terus. Ini aku gak doain yang buruk-buruk, ya, tetapi lihat aja nanti setelah Syahdu akan ada yang mengusik pernikahan kamu lagi.""Loh, kenapa gitu?" Yumna mendelik kesal pada sahabatnya."Karena kamu lemah. Ibarat banyak pencuri di depan rumah, kamu malah bukain pintu. Hasilnya apa, kecolongan, kan?"Yumna menghela napas berat. Sebenarnya betul apa yang dikatakan Amel, tetapi dia tidak tega melihat Syahdu terluka. Yumna sangat tahu bagaimana sakitnya hati jika dipermainkan, lagi pula pernikahan mereka terjadi karena keinginannya sendiri.Tidak, kali ini dia tidak harus mendengarkan Amel. Yumna merasa wajib menyatukan Syahdu dengan Gus Hanan juga agar pernikahan mereka tidak ternoda oleh dosa karena suaminya enggan berbuat adil."Kita lihat aja nanti, tetapi semua aku serahkan sama Allah, Mel. Kamu dukung aku, bukan malah prasangka kayak gitu. Semoga setelah ini nda
Mereka terus mengobrol banyak hal. Jika bertemu setiap hari saja selalu menemukan ragam topik, bagaimana jika berpisah di waktu yang lama?Gus Hanan datang, dia sedikit terkejut karena melihat Amel ada di sana. Yumna langsung meminta suaminya untuk duduk karena sejak tadi Amel memaksa ingin ketemu suami sahabatnya."Gini, Gus, boleh gak aku bicara sesuatu?""Bicara apa, Mbak?""Gak usah manggil mbak biar gak ketahuan umur!"Gus Hanan hanya tersenyum. Dia berpikir untuk terus memanggil Amel seperti itu karena memang umur mereka terpaut tiga tahun. Berbeda dengan Yumna karena gadis itu adalah istrinya.Sangat tidak cocok kalau Gus Hanan harus memanggil Yumna dengan panggilan 'mbak' sementara dirinya dipanggil 'adek'. Haha, Gus Hanan tertawa dalam hati."Ngomong apa, Mbak?""Gus, bener yang dikatakan Yumna kalau kamu menikah lagi itu karena desakannya?""Bener, Mbak." Gus Hanan memelankan suara karena tahu Syahdu ada di rumah mertuanya. "Sebenarnya aku mah mau aja hidup berdua sama Yumna
"Heh, kurang ajar banget!" Bu Wenda langsung berdiri dari duduknya. Amel pun dengan santainya melipat kedua tangan di depan dada."Aku hormat pada orang yang memang patut dihormati dan kasar pada orang seperti kalian. Aku sudah hafal mati perangai kalian. Aku pikir setelah tujuh tahun berlalu, gak ada lagi gosip di sini, ternyata di usia senja pun masih aja bergosip padahal sudah bau tanah." Amel menutup hidungnya sambil berlalu meninggalkan mereka.Dia merasa puas karena sudah mengancam dan mengatai Bu Wenda. Ancaman tadi bukan main-main karena Amel rela melakukan apa saja demi sahabatnya. Bahu Amel ditepuk dari belakang, dia pun bergegas menekan tombol rekam suara dan menyimpan ponsel itu di tasnya sebelum berbalik badan."Kenapa, Bu Wenda? Apa sekarang Bu Wenda mau mengakui kalau Yumna keguguran karena ledekanmu sama Bu Arin yang mengatainya mandul? Bahkan kalian tidak berpikir bagaimana jika Yumna stres karena terus kalian hujat bertahun-tahun.""Amel, biar kamu tahu ya, aku sama
Malam pukul sembilan, Gus Hanan baru kembali. Ayu yang sudah menunggunya di rumah sendiri langsung menyambut dengan pelukan mesra. Katanya, di pesantren terlalu banyak urusan jadinya lama karena Gus Qabil kewalahan."Makan dulu, Mas. Syahdu sudah masak tadi."Ajakan Yumna tidak mendapat penolakan, dia berhasil mengajak suaminya ke meja makan di mana Syahdu sudah menunggu di sana. Tidak ada yang tahu dari kedua istri Gus Hanan kalau suaminya menyimpan banyak beban."Mas mau lauk mana? Biar Syahdu ambilkan."Gus Hanan tidak menjawab pertanyaan Yumna, dia mengambil nasi dan lauk sendiri. Kali ini dia banyak murung bahkan tidak memimpin doa makan."Masakan kamu enak, Syahdu. Kalau besok mau masak lagi nggak? Sepertinya mas Hanan suka tuh sampai gak bisa berkomentar," celetuk Yumna berusaha mencairkan suasana."Terimakasih, Mbak."Syahdu juga ternyata merasa kaku dan kembali menikmati makannya sampai selesai. Tidak ada yang istimewa saat makan malam bersama, hambar dan dingin."Dek, ikut m
"Mbak, aku takut. Sumpah aku ndak berani menginginkan itu dari Gus Hanan, cuman mau dianggap ada," tolak Syahdu jujur begitu Yumna selesai membisikkan rencananya."Kamu mau dicintai mas Hanan, kan? Maka hanya ini caranya. Lagian aku juga pengen cepet punya bayi mungil sementara kondisi belum fit. Kamu mau kan bantu aku, Syahdu?"Gadis itu menunduk, dia sangat malu membahas hal seperti itu dengan kakak madu yang sangat dia hargai. Apalagi sekarang Yumna malah mengingatkan kalau sudah menjadi kewajiban Syahdu sebagai seorang istri."Nanti malam terlalu cepat, Mbak. Gus Hanan ndak bakal percaya.""Aduh, pokoknya kamu harus nurut. Percaya sama aku kalau rencana ini bakal berhasil. Memang kamu mau selalu ngerasa hidup sebagai bayang-bayang?" Sengaja Yumna bertanya demikian agar merasa tersinggung dan semangat untuk mewujudkan mimpi mereka.Akhirnya, Syahdu mengangguk. Dia mengikuti Yumna ke kamarnya karena harus mengambil lingerie yang sangat seksi. Sebenarnya lingerie itu hadiah pernikaha
Pukul sembilan pagi, semua pekerjaan rumah sudah beres. Yumna sengaja menelepon Amel dan memintanya datang membawa anaknya sekalian. Sayang sekali dia tidak bisa karena harus pergi bersama Kevin.Yumna mengerti itu, jadi memilih untuk teleponan saja. Panggilan terhubung."Setuju atau tidak, tapi ini pilihanku, Mel. Maaf karena aku tidak menuruti saranmu. Tadi malam suamiku sudah memberikan haknya pada Syahdu.""Benarkah?" Hanya itu respon dari Amel karena dia merasa kecewa.Gadis di seberang telepon sangat menginginkan kebahagiaan dari sahabatnya dan wanita mana yang bisa tulus tersenyum melihat suaminya mendua?Tidak ada wanita yang benar-benar ikhlas berbagi, semuanya akan terluka. Amel tahu kalau Yumna sengaja menyembunyikan lukanya, menutupi kesedihan itu dan mengalihkan pikiran dengan pura-pura bahagia di telepon."Iya, alhamdulillah. Sekarang aku bahagia banget, Mel. Mas Hanan gak abai lagi pada istrinya.""Itu yang selalu kamu bilang dan kamu pikir aku percaya? Yumna, sekalipun
EXTRA PART!!!____Cinta mengubah kekasaran menjadi kelembutan, mengubah orang tak berpendirian menjadi teguh berpendirian, mengubah pengecut menjadi pemberani, mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan, dan cinta membawa perubahan-perubahan bagi siang dan malam.Ketahuilah, apapun yang menjadikanmu tergetar, itulah yang terbaik untukmu! Dan karena itulah, qalbu seorang pecinta-Nya lebih besar daripada Singgasana-Nya.Air berkata kepada yang kotor, "Kemarilah." Maka yang kotor akan berkata, "Aku sungguh malu." Air berkata, "Bagaimana malumu akan dapat dibersihkan tanpa aku?Singa terlihat paling tampan ketika sedang mencari mangsa. Jualah kepandaianmu dan belilah kebingunganmu. Jika Anda jengkel terhadap setiap gesekan, bagaimana cermin Anda akan dipoles.Anda dilahirkan memiliki sayap, mengapa lebih memilih hidup merangkak. Cinta dan kelembutan adalah sifat manusia, amarah dan gairah nafsu adalah sifat binatang. Kau harus hidup di dalam cinta, sebab manusia yang mati tidak dapat melak
Bu Wenda terus berjoget ria sambil berteriak kalau dia adalah fans Yumna. Tidak ada yang mau menghentikan Bu Wenda yang semakin kehilangan kendali itu bahkan anaknya saja sudah menjauh ketika Nurul memberi isyarat."Kalian tahu? Aku sudah memfitnah Yumna mengatakan dia hamil, makanya Ilham memutus lamaran itu. Aku bilang dia mandul sampai stres dan keguguran. Kira-kira Yumna mau maafin aku nggak, ya? Ada yang tahu jawabannya?"Lagi, dia tertawa keras."Di sini ada yang bernama Yumna? Ah, aku rindu setengah mati kepada Yumna. Sebenarnya aku mengakui semua kesalahan itu dan mau meminta maaf, tetapi sudah keburu gengsi duluan. Andai tidak ada yang berdiri di sisi Yumna, aku pasti bisa meminta maaf sama dia. Aku malu karena ada Nurul, Amel dan suaminya.Kalian tahu kalau suami Yumna itu putra Kyai Sholeh? Makanya aku tidak suka kalau Yumna bahagia. Sekarang saja aku mau mencekik lehernya biar dia mati atau kita bawa bermain-main di taman. Aduh, Syahdu kasihan sekali karena dia harus menin
Hari selasa yang cerah ketika Gus Hanan baru pulang mengajar di masjid, Yumna langsung menariknya masuk kamar dengan wajah berseri-seri."Mas, hari ini ingat hari apa?""Hari selasa?"Yumna menggeleng. Gus Hanan mencoba menebak bahkan hampir sepuluh kali tebakan, tetapi belum juga berhasil. Dengan sedikit kesal, Yumna memberi tahu kalau hari ini Gus Hanan genap berusia 27 tahun."Ah iya, mas udah 27 tahun hari ini. Aduh, kok sampai lupa ya?""Daaaan ... aku punya hadiah ulang tahun buat Mas Hanan.""Hadiah? Qur'an? Kitab? Atau kecupan lagi kayak tahun kemarin?"Sekali lagi Yumna menggeleng. Gus Hanan menyerah tidak mampu menebak. Dia akhirnya memeluk sang istri, berusaha membujuk untuk langsung menunjukkan hadiah itu saja.Yumna mengurai pelukan suaminya, dia merogoh saku gamis dan menunjukkan sebuah benda berwarna putih dan biru. "Aku hamil, Mas. Selamat, kamu akan menjadi ayah!""Alhamdulillah, kamu serius, Dek?"Yumna mengangguk, sesuatu yang sejuk mengalir membasahi pipinya. "Dan
Mereka sudah tiba, tetapi Amel tidak bisa singgah karena Ozil sudah mencarinya sejak tadi. Begitu mobil hitam itu sudah melaju pergi, seseorang kemudian menghampiri mereka berempat."Aku turut bahagia karena melihat Nurul kembali. Ternyata dia yang menyebar berita itu, tetapi aku yang harus diusir." Bu Wenda datang bersama anak gadisnya.Nurul melihat ponsel gadis itu menyalah, dia pun tersenyum tipis dan memberitahu Yumna lewat isyarat sementara Mas Dika dan Gus Hanan diminta masuk saja karena bisa menangani mereka berdua.Begitu tinggal mereka berempat saja di pinggir jalan, Nurul langsung mendekat ke gadis itu agar suaranya lebih jelas dalam rekaman. "Ya, aku yang menyebarkan berita itu. Gimana rasanya harus disalahkan padahal bukan kita yang melakukannya?""Kurang ajar!""Tidak, aku tidak kurang ajar Bu Wenda. Semua orang sudah tahu kalau dalang di balik semua masalah yang ada adalah Bu Wenda sendiri karena sangat iri pada Yumna. Kesalahan Bu Wenda kan bukan hanya gosip, tetapi su
Pada hari pernikahan Mas Ilham tepat hari sabtu, mereka semua berkumpul di rumah Yumna dengan baju seragam meskipun Amel dan Kevin beda motif asalkan warnanya sama. Mereka telat pesan atau mungkin sebut saja Nurul terlalu cepat memesan karena tidak mau ayahnya ingkar janji.Untuk ketiga perempuan itu semuanya membawa kado, sementara laki-laki mengantongi amplop saja. Mereka semua memakai baju yang hampir sama. Hari ini Nurul terlihat sangat cantik.Sebelum berangkat, dia meminum segelas air dulu untuk menenangkan diri. Luka dalam hatinya dibalut sedemikian rupa. Mereka berpasang-pasangan kecuali Mas Dika yang harus kembali memerankan perannya.Jika dulu dia pura-pura berpasangan dengan Yumna, sekarang bersama Nurul. Mas Dika tersenyum pada adiknya yang selama ini dia benci, tetapi kini mulai membuka hati untuk menerimanya."Nanti sama Mas Dika aja biar mereka mengira kamu juga punya pasangan. Pokoknya nanti jangan pernah masang muka sedih, harus mengalihkan pikiranmu dari Mas Ilham. J
Sesampainya di rumah, mereka berdua terkejut oleh kedatangan Amel. Sepertinya hari akan semakin panjang karena kedatangan Amel yang membawa banyak makanan. Sekalipun mereka sudah dewasa, tetapi yang namanya perempuan kadang bertingkah seperti anak-anak."Ozil mana, Mel?""Sama neneknya, dia gak mau ikut tadi karena keasyikan main sama sepupunya."Yumna mengangguk, dia senang sekali melihat banyak gorengan termasuk ayam geprek di depannya. Mereka kumpul di ruang tengah karena tidak mau diganggu oleh tamu. Hari yang menyenangkan setelah bertemu Mas Ilham.Masalah itu Yumna ceritakan pada Amel bukan untuk memancing amarahnya, tetapi seorang perempuan sangat sulit untuk menyimpan masalahnya sendiri apalagi jika sudah lama dan terbiasa saling berbagi cerita dengan sahabat."Mas Ilham kok bego banget, ya? Masa dia mau jatuh ke jurang yang sama?""Gak tahu tuh. Udah aku bilangin juga karena aku sebagai orang ketiga di masa lalu itu serius, nyeselnya sampe sekarang, nyeseknya sampe ke hati. A
"Ide apa, Mas?""Nah, sebagian perempuan kan kalau mendapat darah keluar lebih lima belas hari itu langsung menentukan bahwa 15 hari haid dan selebihnya istihadhoh, ya kan?"Yumna mengangguk."Nah, kamu adakan hari khusus untuk membahas masalah darah itu biar mereka yang tadinya bingung dan ragu, menjadi yakin dan tahu darah apa yang keluar itu. Mas tidak bisa ngejelasinnya karena nanti ada pertanyaan pasti malu untuk dipertanyakan. Nah kalau sesama perempuan kan enak. Gimana?""Ya boleh, Mas, tapi aku mau pahami ulang dulu dan latihan menjelaskan di depan kamu. Kalau ada salah-salah kan aku yang kena dosanya juga, Mas.""Woke siap, kalau gitu mas mau menyiapkan materi khutbah dulu buat hari jumat nanti. Kamu ngelakuin apa aja deh bebas."Yumna mengangguk cepat, dia lalu menemui Nurul di rumah ibunya karena merasa bosan dan jenuh sendirian. Makanya dia memiliki ide untuk menjual makanan saja daripada tidak ada kegiatan seperti sekarang toh lokasi di depan rumah lumayan luas apalagi ka
Di malam hari, Gus Hanan duduk dengan istrinya di meja makan padahal makanan sudah tidak terhidang lagi di sana. Lelaki itu menopang wajah dengan kedua tangannya karena merasa kurang komunikasi dengan para murid yang keluar begitu saja.Padahal seharusnya seorang guru harus menanyakan keadaan muridnya juga yang apabila tidak hadir atau malah memilih mengundurkan diri. Saat itu memang Gus Hanan bertanya, tetapi mereka hanya diam, lalu besoknya tidak ada kabar lagi."Mungkin bagusnya kala ngajar di rumah aja biar gak ada cerita miring lagi?""Jangan dulu, Mas. Kamu harus bicara sama panitia masjid dulu. Bisa jadi bukan mereka pelakunya, tetapi jamaah atau orang lain yang mau nama kamu buruk di mata semua orang, Mas. Baru satu orang, kan, yang ngomong kayak gitu?""Entah sejak kapan iuran pengajian itu diadakan. Mas jadi semaki kepikiran padahal selama ini ikhlas dan tidak pernah berpikir untuk memintai mereka bayaran walau sekali dalam setahun."Yumna juga bingung sendiri, ingin mencari
Pernyataan Cinta—Jalaluddin Rumi—Kau yang telah menutup rapat bibirku, tariklah misaiku ke dekat-MuApakah maksud-Mu? Mana kutahu?Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam iringan ini selaluKukunyah lagi memamah kepedihan mengenang-MuBagai unta memamah biak makanannya, dan bagai unta yang geram mulutku berbusaMeskipun aku tinggal tersembunyi dan tidak bicara, di hadirat kasih aku jelas nyataAku bagai benih di bawah tanah, aku menanti tanda musim semiHingga tanpa nafasku sendiri aku dapat bernafas wangi***Nurul tersadar dari kesedihannya setelah Yumna mengingatkan kalau dia harus memperbaiki hubungan dengan Allah agar rasa kecewa dari berharap lebih itu beringsut hilang.Dia menyeka air matanya, menelan kesedihan itu dan mengganti dengan senyuman. Nurul kembali merasakan bagaimana menjadi Yumna ketika harus ditinggalkan oleh orang yang sudah lama ditunggu untuk bersatu.Karma itu tidak ada, tetapi balasan atas perbuatan selalu ada. Nurul menyesal dan sekali lagi merintih memohon ma