KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 31PoV Author."Ada masalah apa kamu? Pulang-pulang cemberut!" ucap Bu Dira, ketika melihat Zahra baru pulang dari rumah Bu Jeni."Ibu bisa tidak sih, jangan ikut-ikutan kayak Tante! Aku malu, Bu! Malu!" Zahra menjawab ucapannya dengan berteriak.Zahra merasa sangat malu saat ibu dan adiknya ikut-ikutan memasukan makanan ke dalam kantong plastik dan rantang."Mau jadi anak durhaka kamu! Bicara sama orang tua pake teriak-teriak, kamu pikir Ibu tuli!?" Bu Dira yang gampang tersulut emosi langsung melemparnya dengan tutup rantang yang sedang dipegangnya."Orang-orang di sana pada ngomongin Ibu tadi, aku sampai tidak bisa mengangkat wajah karena malu. Lain kali Ibu jangan seperti ini, Zahra tidak akan berpikir dua kali untuk pergi meninggalkan Ibu sendirian di rumah ini!" ucap Zahra sambil berjalan menuju ke kamarnya."Anak itu, mulai stress karena tidak jadi kawin sama Riswan! Seharusnya, dia harus bisa berusaha mendapatkan orang kaya
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 32PoV Author."Ketemu di mana laki-laki itu?" tanya Bu Dira pada Zita yang sedang mengeluarkan belanjaannya dari paper bag."Ketemu di Facebo*k," jawab Zita." Ini untuk Ibu, ini untuk Kak Zahra, dan ini untuk putriku," ucap Zita."Pasti suami orang, kamu sudah cari tahu belum? Jangan sampai laki-laki itu punya istri sama seperti Jhoni kampret itu!" kata Zahra."Dia duda anak tiga, aku tidak sepertimu, Kak. Dibawa nikah langsung mau tanpa mencari informasi mengenai pasangan terlebih dulu, aku sudah mengenalnya tiga bulan," ucap Zita dengan menyindir Zahra."Apa kamu sudah mengenal orang tuanya?" tanya Bu Dira."Belum, Bu, belum ada waktu yang tepat untuk berkenalan dengan keluarganya," jawab Zita."Idih! Apa tidak ada yang lain lagi? Laki-laki itu sudah tua bangka banget, kamu masih dua puluh dua tahun, masa iya, mau sama tua bangka begitu!" ujar Zahra mengejek."Tua bangka banyak duit tidak apa-apa, aku siap menikah dengannya sece
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 33"Mudah sekali kamu membuat anak gampang! Kenapa kamu mengulang kesalahan yang dulu lagi, Zita! Ibu kecewa sama kamu, Ibu kecewa!" teriak histeris dari Tante Dira."Itulah alasannya, kenapa saya tadi meminta acara syukuran saja, nanti bikin acara besar-besaran, tahu-tahunya lima bulan kemudian sudah lahiran, lagian jadi perempuan kok mura-han!" imbuh Nenek Pipit.Ibunya Irawan ikut bicara, kata-katanya seolah sedang meniupkan bara api agar menyala. Tante Dira pun semakin emosi mendengarnya."Maaf, Bu. Zita khilaf!" ucap Zita lirih, seraya bersimpuh di kaki Tante Dira."Kamu sudah membuat Ibu sangat malu!" sembur Tante Dira.Tante Dira menarik rambut Zita ke belakang, tarikannya kuat sehingga membuat mata Zita mendongak menatap langit-langit.Kami hanya bisa melihat, membiarkan apa yang Tante Dira lakukan pada Zita. Perbuatan Zita memang harus diberi hukuman. Hukuman cambuk atau pun rajam memang harus dilakukan untuk dia yang suda
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 34PoV Rindu."Ini, nama tempatnya apa, Mas?" tanyaku. Untuk ketiga kalinya aku menginjak Kota Pekanbaru. Baru kali ini, aku ingin tahu nama-nama tempat di Kota Pekanbaru."Ini, Marpoyan damai, pokoknya, tinggal di sini damai banget," sahut Mbak Mayang."Syukurlah," ucapku. Jujur, aku ingin sekali banyak bertanya. Tapi, aku mengingat pesan dari Kak Jelita. Aku harus diam, manut, dan bangun sebelum jam enam pagi."Kamu kenapa? Mbak lihat dari tadi diam, biasanya di rumahmu tidak bisa diam, kamu sakit?" tanya Mbak Mayang."He-he-he, sakit perut, Mbak. Mules," jawabku jujur. Memang aku lagi mules, entah makan apa sampai-sampai perutku jadi mules, ditambah situasi yang membuat perutku semakin menjadi mulesnya."Mampir aja dulu, kamu mau buang air?" Ibu mertuaku mengeluarkan suara dari belakang.Karena kami berlima dalam satu mobil, aku duduk di depan bersama suamiku. Ibu dan Mbak Mayang serta satu anaknya di belakang."Lanjut aja, Bu,
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 35Hari berganti Minggu, Minggu berganti bulan. Ibuku sudah mulai berjualan kue-kue lagi seperti hari-hari biasanya.Mas Ridwan juga membuatkan warung kecil-kecilan untuk Ibu. Agar tidak susah Ibu membawa peralatan kuenya ke dalam rumah setiap sudah berjualan. Ibu cukup membuatnya di warung saja."Jelita," panggil Zahra."Iya, kenapa?" tanyaku seraya menyusun tempat kue Ibu di depan warung."Aku boleh minta tolong tidak?" ucapnya, kulihat wajah Zahra tampak lesu. Dari ekspresinya sudah jelas, kalau dia meminta tolong dengan meminjam uang.Semenjak Zita diboyong ke rumah suaminya, Zahra hanya tinggal berdua bersama Tante Dira, dan sudah lama aku tidak melihat Zita datang berkunjung ke sini, untuk melihat Ibunya."Minta tolong apa, Zahra?" tanya Ibu, karena aku tidak kunjung menyahut ucapannya.Zahra tampak menarik nafas sejenak. Menatapku dan Ibu bergantian.."Mau apa?" timpalku sembari duduk di kursi dan menatapnya."Pinjam uang,
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 36"Hati-hati, ya, Mas?" ucapku, setelah turun dari mobil."Jangan melakukan pekerjaan apa-apa," pesannya, setiap hari dia akan mengingatkanku untuk tidak melakukan pekerjaan apa pun.Mobilnya berlalu. Aku masuk ke dalam rumah."Kak, sini." Aku menoleh ke asal suara.Ranti memanggil sambil melambaikan tangan, agar aku masuk ke dalam kamarnya. Aku yang baru pulang dari membeli keperluan lahiran langsung menuju ke arahnya."Ada apa?" tanyaku.Ranti tampak menutup pintunya setelah melihat tidak ada siapa pun di luar. Lagian siapa yang ada di rumah ini? Selain aku dan dia. Mas Ridwan berangkat ke restoran setelah mengantar aku pulang, Ibu ada di warung berjualan. Aneh-aneh saja adikku ini."Kakak, janji dulu, Kakak jangan cerita ke siapa-siapa, ya?" ucapnya seraya mengarahkan jari kelingkingnya ke arahku."Iya, janji," sahutku.Kelingking kami saling melingkar dengan tatapan Ranti yang penuh teka-teki."Kak,""Ceritakan, ada apa?" desa
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 37PoV Author."Mbak Tuti, kenapa masaknya cuma sedikit? Saya kalau masak tidak pernah sedikit, dan pastinya masakan saya lebih banyak dari ini, apa stok lauk yang saya letakkan di tempat cuci piring tidak dimasak?" ucap Bu Jeni yang protes pada Mbak Tuti karena memasak hanya sedikit."Jelita yang memintanya, Bu. Ini saja sudah cukup untuk kita makan sampai malam, kenapa Ibu tampak marah sekali?" kata Jelita yang mendengar protes dari ibunya."Tidak, Nak. Maksud ibu itu gini, kalau masak sekali banyak, besoknya tidak perlu masak lagi, tinggal dipanasin saja lauknya, jadi Mbak Tuti tidak akan kecapek'an masak terus," kilah Bu Jeni. Padahal, kalau lauknya sedikit, Bu Jeni tidak bisa memberikan Bu Dira dan Zahra lauk lagi, dan Jelita sudah tahu itu."Mulai sekarang tidak gitu lagi, ya, Bu. Ibu tidak perlu khawatir, Mbak Tuti ini masih sangat muda, dia kuat kok masak setiap hari, ya, 'kan, Mbak?" Mbak Tuti mengangguk cepat menanggapi u
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 38PoV Bu Dira.Hari-hari kulewati dengan bahagia, bisa makan enak, semua cicilan sudah dibayar lunas, pokoknya hidupku sangat enak hanya makan dan tidur sepuasnya.Apa lagi yang harus aku pikirkan? Semua biaya hidup sudah ada yang menanggungnya.Entah kapan aku bisa sembuh? Pantatku sudah sangat panas karena hanya duduk dan berbaring saja.Seekor binatang yang sangat menjijikkan tiba-tiba terbang dan hinggap di kakiku. Spontan saja aku berdiri dan mengusir binatang itu dengan mengibaskan bajuku."Kecoak tidak punya otak!" geramku, marah sekali aku dibuatnya.Mataku membulat ketika melihat diriku dari pantulan cermin. Tanganku gemetar tidak percaya.Kecoak sialan itu membuatku berdiri. Aku sungguh tidak menyangka."Zahra! Zahra!" teriakku dengan hati yang berdebar-debar.Aku terus memanggil Zahra sambil melangkah maju mundur, aku tidak percaya dengan keajaiban yang sudah terjadi pada diriku. Setelah beberapa bulan berada di kursi s