KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 35Hari berganti Minggu, Minggu berganti bulan. Ibuku sudah mulai berjualan kue-kue lagi seperti hari-hari biasanya.Mas Ridwan juga membuatkan warung kecil-kecilan untuk Ibu. Agar tidak susah Ibu membawa peralatan kuenya ke dalam rumah setiap sudah berjualan. Ibu cukup membuatnya di warung saja."Jelita," panggil Zahra."Iya, kenapa?" tanyaku seraya menyusun tempat kue Ibu di depan warung."Aku boleh minta tolong tidak?" ucapnya, kulihat wajah Zahra tampak lesu. Dari ekspresinya sudah jelas, kalau dia meminta tolong dengan meminjam uang.Semenjak Zita diboyong ke rumah suaminya, Zahra hanya tinggal berdua bersama Tante Dira, dan sudah lama aku tidak melihat Zita datang berkunjung ke sini, untuk melihat Ibunya."Minta tolong apa, Zahra?" tanya Ibu, karena aku tidak kunjung menyahut ucapannya.Zahra tampak menarik nafas sejenak. Menatapku dan Ibu bergantian.."Mau apa?" timpalku sembari duduk di kursi dan menatapnya."Pinjam uang,
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 36"Hati-hati, ya, Mas?" ucapku, setelah turun dari mobil."Jangan melakukan pekerjaan apa-apa," pesannya, setiap hari dia akan mengingatkanku untuk tidak melakukan pekerjaan apa pun.Mobilnya berlalu. Aku masuk ke dalam rumah."Kak, sini." Aku menoleh ke asal suara.Ranti memanggil sambil melambaikan tangan, agar aku masuk ke dalam kamarnya. Aku yang baru pulang dari membeli keperluan lahiran langsung menuju ke arahnya."Ada apa?" tanyaku.Ranti tampak menutup pintunya setelah melihat tidak ada siapa pun di luar. Lagian siapa yang ada di rumah ini? Selain aku dan dia. Mas Ridwan berangkat ke restoran setelah mengantar aku pulang, Ibu ada di warung berjualan. Aneh-aneh saja adikku ini."Kakak, janji dulu, Kakak jangan cerita ke siapa-siapa, ya?" ucapnya seraya mengarahkan jari kelingkingnya ke arahku."Iya, janji," sahutku.Kelingking kami saling melingkar dengan tatapan Ranti yang penuh teka-teki."Kak,""Ceritakan, ada apa?" desa
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 37PoV Author."Mbak Tuti, kenapa masaknya cuma sedikit? Saya kalau masak tidak pernah sedikit, dan pastinya masakan saya lebih banyak dari ini, apa stok lauk yang saya letakkan di tempat cuci piring tidak dimasak?" ucap Bu Jeni yang protes pada Mbak Tuti karena memasak hanya sedikit."Jelita yang memintanya, Bu. Ini saja sudah cukup untuk kita makan sampai malam, kenapa Ibu tampak marah sekali?" kata Jelita yang mendengar protes dari ibunya."Tidak, Nak. Maksud ibu itu gini, kalau masak sekali banyak, besoknya tidak perlu masak lagi, tinggal dipanasin saja lauknya, jadi Mbak Tuti tidak akan kecapek'an masak terus," kilah Bu Jeni. Padahal, kalau lauknya sedikit, Bu Jeni tidak bisa memberikan Bu Dira dan Zahra lauk lagi, dan Jelita sudah tahu itu."Mulai sekarang tidak gitu lagi, ya, Bu. Ibu tidak perlu khawatir, Mbak Tuti ini masih sangat muda, dia kuat kok masak setiap hari, ya, 'kan, Mbak?" Mbak Tuti mengangguk cepat menanggapi u
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 38PoV Bu Dira.Hari-hari kulewati dengan bahagia, bisa makan enak, semua cicilan sudah dibayar lunas, pokoknya hidupku sangat enak hanya makan dan tidur sepuasnya.Apa lagi yang harus aku pikirkan? Semua biaya hidup sudah ada yang menanggungnya.Entah kapan aku bisa sembuh? Pantatku sudah sangat panas karena hanya duduk dan berbaring saja.Seekor binatang yang sangat menjijikkan tiba-tiba terbang dan hinggap di kakiku. Spontan saja aku berdiri dan mengusir binatang itu dengan mengibaskan bajuku."Kecoak tidak punya otak!" geramku, marah sekali aku dibuatnya.Mataku membulat ketika melihat diriku dari pantulan cermin. Tanganku gemetar tidak percaya.Kecoak sialan itu membuatku berdiri. Aku sungguh tidak menyangka."Zahra! Zahra!" teriakku dengan hati yang berdebar-debar.Aku terus memanggil Zahra sambil melangkah maju mundur, aku tidak percaya dengan keajaiban yang sudah terjadi pada diriku. Setelah beberapa bulan berada di kursi s
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 39Aku sudah bersiap untuk menjalani rencanaku, tentunya dengan bantuan adikku, rencana yang sempat tertunda karena menunggu waktunya Ranti libur sekolah, karena tidak mungkin aku melakukannya sendiri.Aku dan Ranti harus bisa membuat Tante Dira berlari keluar dari rumahnya. Ibuku harus membuka matanya dan melihat kalau Tante Dira itu sudah sembuh."Kak, sudah beres nih," ucap Ranti."Lewat pintu samping, ya? Kakak akan pergi ke rumah Tante, untuk mengalihkan perhatian mereka, kamu susun yang banyak di setiap jendela dapur dan di jendela kamar Tante, oke?" Ranti mengangguk mantap.Satu karung besar berisi sabut kelapa dan satu karung besarnya lagi berisi bekas kotak telur. Itu sudah cukup membuat asap mengepul dan membuat rumah Tante Dira seolah-olah sedang kebakaran.Aku sudah berada di depan rumah Tante Dira. Aku langsung mengetuk pintu dan mengucapkan salam."Wa'alaikumsallam, Jelita, tumben datang lagi?" Zahra bertanya sambil m
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 40PoV Author."Jelita, ada apa, Nak? Apa yang sakit?" Bu Jeni memegang kedua bahu Jelita dan menyuruhnya untuk duduk."Sakit, Bu. Pinggang Jelita rasanya mau lepas," ungkap Jelita sambil memegangi pinggangnya."Sepertinya, kamu akan segera melahirkan, Nak." Bu Jeni berujar dengan wajah yang terlihat langsung panik."Tapi, belum ada tanda-tanda seperti yang dokter katakan, Bu. Cuma sakit dibagian selangkangan dan pinggang, belum ada tanda-tandanya," ucap Jelita."Setiap orang tanda-tanda mau melahirkan itu beda-beda, Nak. Sebentar, Ibu telpon Ridwan, biar dia segera pulang dan kita langsung ke rumah sakit." Bu Jeni berlalu ke kamar.Jelita berjalan-jalan menuju dapur, rasa sakitnya semakin kuat saat dia hanya duduk dan berbaring."Kalau pun aku harus melahirkan hari ini, aku sudah siap." ucap Jelita sambil mengusap perutnya."Ridwan akan segera sampai," kata Bu Jeni yang kembali menghampiri Jelita."Do'a kan ya, Bu. Semoga Jelita s
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 41PoV Author."Ibu, ini dokter Rudi yang Ridwan ceritakan itu, sekarang Ibu bisa bawa Tante ke sini, nanti akan dicek sampai dokter ini menemukan solusinya," ucap Ridwan.Ridwan memperkenalkan temannya pada Bu Jeni, yang dimintanya untuk berpura-pura menjadi seorang dokter, untuk mengerjai Bu Dira."Ibu akan menjemput Tante Dira, kamu bawa dokternya ke dalam," kata Bu Jeni seraya membawa langkah untuk pergi ke rumah Bu Dira."Ibu, duduk di kursi roda sekarang, Ibu Jeni menuju ke sini," ucap Zahra, yang melihat dari celah jendela.Bu Dira yang duduk berleha-leha diatas sofa langsung bergegas menuju ke kamarnya."Zahra," panggil Bu Jeni sambil mengetuk pintu.Zahra memastikan ibunya sudah duduk di kursi roda, barulah dia menuju pintu utama dan membuka pintu."Mana Ibu kamu?" tanya Bu Jeni. "Ayo, kita ke rumah Ibu Jeni,""Memangnya ada apa, Ibu Jeni? Kenapa ibuku dibawa ke sana?" tanya Zahra heran."Ikut saja, nanti kamu akan tahu se
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 42.PoV Author."Kamu tunggu di mobil, ya? Biar aku yang turun jemput Ibu." kata Ridwan, Jelita mengangguk sembari tersenyum ke arah suaminya.Satu bulan pasca melahirkan, Ibu mertua Jelita baru bisa datang karena harus menjaga Rindu yang tengah mabuk parah, karena bawaan hamil muda yang bila makan muntah, mencium bau masakan pun muntah.Jelita merasa sangat beruntung, saat hamil anak pertamanya, Jelita sama sekali tidak merasakan mabuk seperti yang dialami Rindu.Ibu mertua Jelita berjalan cepat ke arah mobil, senyumnya mengembang sambil membuka pintu mobil."Akhirnya, Ibu bisa bernafas lega sampai sini, mana cucu, Ibu. Ibu mau lihat," ucap Ibu mertua Jelita yang sudah duduk di belakang.Jelita melepaskan kain gendongan dan ingin menyerahkan Putra pada Ibu mertuanya."Memangnya, tidak apa-apa?" tanya Ibu mertua Jelita. Ia merasa tidak enak hati untuk menggendong cucunya karena dia baru datang dari luar."Memangnya, kenapa, Bu?" Je