KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 39Aku sudah bersiap untuk menjalani rencanaku, tentunya dengan bantuan adikku, rencana yang sempat tertunda karena menunggu waktunya Ranti libur sekolah, karena tidak mungkin aku melakukannya sendiri.Aku dan Ranti harus bisa membuat Tante Dira berlari keluar dari rumahnya. Ibuku harus membuka matanya dan melihat kalau Tante Dira itu sudah sembuh."Kak, sudah beres nih," ucap Ranti."Lewat pintu samping, ya? Kakak akan pergi ke rumah Tante, untuk mengalihkan perhatian mereka, kamu susun yang banyak di setiap jendela dapur dan di jendela kamar Tante, oke?" Ranti mengangguk mantap.Satu karung besar berisi sabut kelapa dan satu karung besarnya lagi berisi bekas kotak telur. Itu sudah cukup membuat asap mengepul dan membuat rumah Tante Dira seolah-olah sedang kebakaran.Aku sudah berada di depan rumah Tante Dira. Aku langsung mengetuk pintu dan mengucapkan salam."Wa'alaikumsallam, Jelita, tumben datang lagi?" Zahra bertanya sambil m
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 40PoV Author."Jelita, ada apa, Nak? Apa yang sakit?" Bu Jeni memegang kedua bahu Jelita dan menyuruhnya untuk duduk."Sakit, Bu. Pinggang Jelita rasanya mau lepas," ungkap Jelita sambil memegangi pinggangnya."Sepertinya, kamu akan segera melahirkan, Nak." Bu Jeni berujar dengan wajah yang terlihat langsung panik."Tapi, belum ada tanda-tanda seperti yang dokter katakan, Bu. Cuma sakit dibagian selangkangan dan pinggang, belum ada tanda-tandanya," ucap Jelita."Setiap orang tanda-tanda mau melahirkan itu beda-beda, Nak. Sebentar, Ibu telpon Ridwan, biar dia segera pulang dan kita langsung ke rumah sakit." Bu Jeni berlalu ke kamar.Jelita berjalan-jalan menuju dapur, rasa sakitnya semakin kuat saat dia hanya duduk dan berbaring."Kalau pun aku harus melahirkan hari ini, aku sudah siap." ucap Jelita sambil mengusap perutnya."Ridwan akan segera sampai," kata Bu Jeni yang kembali menghampiri Jelita."Do'a kan ya, Bu. Semoga Jelita s
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 41PoV Author."Ibu, ini dokter Rudi yang Ridwan ceritakan itu, sekarang Ibu bisa bawa Tante ke sini, nanti akan dicek sampai dokter ini menemukan solusinya," ucap Ridwan.Ridwan memperkenalkan temannya pada Bu Jeni, yang dimintanya untuk berpura-pura menjadi seorang dokter, untuk mengerjai Bu Dira."Ibu akan menjemput Tante Dira, kamu bawa dokternya ke dalam," kata Bu Jeni seraya membawa langkah untuk pergi ke rumah Bu Dira."Ibu, duduk di kursi roda sekarang, Ibu Jeni menuju ke sini," ucap Zahra, yang melihat dari celah jendela.Bu Dira yang duduk berleha-leha diatas sofa langsung bergegas menuju ke kamarnya."Zahra," panggil Bu Jeni sambil mengetuk pintu.Zahra memastikan ibunya sudah duduk di kursi roda, barulah dia menuju pintu utama dan membuka pintu."Mana Ibu kamu?" tanya Bu Jeni. "Ayo, kita ke rumah Ibu Jeni,""Memangnya ada apa, Ibu Jeni? Kenapa ibuku dibawa ke sana?" tanya Zahra heran."Ikut saja, nanti kamu akan tahu se
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 42.PoV Author."Kamu tunggu di mobil, ya? Biar aku yang turun jemput Ibu." kata Ridwan, Jelita mengangguk sembari tersenyum ke arah suaminya.Satu bulan pasca melahirkan, Ibu mertua Jelita baru bisa datang karena harus menjaga Rindu yang tengah mabuk parah, karena bawaan hamil muda yang bila makan muntah, mencium bau masakan pun muntah.Jelita merasa sangat beruntung, saat hamil anak pertamanya, Jelita sama sekali tidak merasakan mabuk seperti yang dialami Rindu.Ibu mertua Jelita berjalan cepat ke arah mobil, senyumnya mengembang sambil membuka pintu mobil."Akhirnya, Ibu bisa bernafas lega sampai sini, mana cucu, Ibu. Ibu mau lihat," ucap Ibu mertua Jelita yang sudah duduk di belakang.Jelita melepaskan kain gendongan dan ingin menyerahkan Putra pada Ibu mertuanya."Memangnya, tidak apa-apa?" tanya Ibu mertua Jelita. Ia merasa tidak enak hati untuk menggendong cucunya karena dia baru datang dari luar."Memangnya, kenapa, Bu?" Je
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 43"Emasku banyak, emasku banyak, heh! Kalian lihat ini, emasku banyak 'kan?" Tante Dira tertawa sembari mengumpulkan kayu ranting yang sudah kering, lalu memamerkannya padaku dan Ibu.Setelah satu bulan kejadian Tante Dira menabrakkan diri saat motor melintas, Tante Dira terpaksa dirawat di rumah sakit jiwa. Sebab, sudah beberapa kali mendapati dirinya sedang menyakiti diri sendiri.Ada rasa bersalah sedikit saat melihat kondisi Tante Dira saat ini. Gara-gara emas perhiasan itu, Tante Dira menjadi kehilangan akal sehat. Dia gila karena memikirkan emas perhiasan yang sudah kembali kepada ibuku."Semua ini gara-gara kamu, Jelita. Ibuku menjadi gila karena kamu!" ucap Zahra dengan air matanya yang berjatuhan. Aku memutar bola mata malas mendengarnya, tidak habis-habisnya dia menyalahkanku."Ck! Jadi, ini hanya gara-gara aku? Bukan gara-gara kamu? Makanya, jadi anak itu harus berguna, jangan cuma makan tidur tanpa bekerja, bikin susah
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 44Zahra turun dari motor sambil berlari dan memanggil nama Zita. Dia di jemput oleh Sinta di tempatnya bekerja.Aku menangis saat Zahra langsung membuka penutup wajah Zita, dan langsung memeluknya sambil meraung."Anak bod0h! Kau menuruti perintahku, hah? Kau memang tidak berguna, Zita! Bikin malu dan ... hu-hu-hu!" racau Zahra sambil meraung pilu. "Bangun! Bangun, Zita! Kakak mohon, bangun sekarang juga! Ikuti perintahku!" Zahra berteriak histeris, aku sangat sedih mendengar dan melihatnya seperti sekarang."Zahra, kamu yang sabar, istighfar dan sebut nama Allah." Tante Nur merangkul pundak Zahra, dan memintanya untuk melepaskan jasad Zita."Tidak! Ini pasti mimpi!" Zahra kembali berteriak histeris dan pingsan di samping tempat Zita berbaring."Kasihan, Zahra pasti sangat syok, karena tadi pagi, saya mendengar mereka berdua berantem adu mulut, Zahra menyuruh Zita untuk pergi dari dunia saat dia akan pergi bekerja, dan sekarang, Z
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU BAB 45PoV Author."Assalamualaikum!" ucap salam dari luar pagar membuat Jelita dan Bu Jeni menoleh bersamaan.'Tumben datang, ada apa ya?' batin Jelita."Sebentar, Ibu Jeni buka pintu pagarnya dulu," kata Bu Jeni sembari membawa langkah menuju pagar dan membukakan pintu pagarnya."Itu ada adik Putra, ganteng banget pagi-pagi sudah mandi," ucap Zahra, yang berbicara pada Embun.Dua Minggu setelah kepergian Zita, baru sekali ini Zahra datang ke rumah Bu Jeni dengan menggendong keponakannya. Wajah Zahra sudah tidak tampak sesedih kemarin. Mungkin Zahra sudah bisa menerima kenyataan bahwa Zita sudah tiada.Zahra melepaskan sendalnya dan naik keatas gazebo. Dia duduk bersila kaki sembari memangku Embun yang terlihat takut saat lepas dari genggaman tangan Zahra."Apa kalian sedang sibuk?" tanya Zahra."Tidak, kebetulan lagi santai," jawab Jelita sambil membuka tutup botol dan menenggak air minum. Jelita merasa tidak nyaman saat Zahra tiba
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 46PoV Ridwan."Seharusnya kamu mikir dulu, Mas. Jangan buru-buru mau beli rumah itu, apa kamu tidak takut?" ucap istriku, disaat kami berdua sudah berada di dalam kamar."Mas mau bikin kontrakan, Sayang. Nanti, tinggal direnovasi biar lebih besar dan bagus, itu juga untuk tabungan anak-anak kita nanti, lagian takut kenapa coba?" Aku mengusap kepalanya dan mencium wangi rambutnya yang panjang. Sudah menjadi kebiasaanku saat kami berada di dalam kamar. Jelita bergidik geli saat aku meniup telinganya."Hmm ... tidak salah sih kalau kamu mau bikin kontrakan, tapi ... rumah itu 'kan bekas orang gantung diri," ucapnya sambil tersenyum. "Tidak akan ada apa-apa, Sayang. Sekarang, kamu tidur duluan, malam ini, Putra biar Mas yang jagain." ucapku sembari mencium kening Jelita. Dia mengangguk dan membalas mencium pipiku.Setelah mempunyai anak, kami lebih sering bergadang malam. Maka dari itu, kami bergiliran untuk berjaga malam, kehadiran