KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU BAB 47PoV Author.Jelita keluar dari dalam kamar dengan menggenggam tangan suaminya. Jelita percaya dengan apa yang dikatakan suaminya walau pun parfum Zahra melekat di kulit tubuh Ridwan.Saat kaki mereka berdua menginjak lantai teras, Paman Doni langsung melayangkan pukulan di pipi Ridwan. Paman Doni terlihat sangat murka setelah Zahra mengadu kepadanya. Paman Doni langsung menuding dan memaki Ridwan tanpa berhenti."Apa yang Paman lakukan? Hentikan!" Jelita berteriak dan menghalangi pamannya untuk berbuat kekerasan kepada suaminya lagi."Dia sudah memper kosa sepupumu, Jelita! Biar Paman memberikan dia pelajaran!" hardiknya sambil mendorong tubuh Jelita ke samping."Jangan, Paman! Paman tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, jangan main hakim sendiri! Suamiku tidak bersalah!" sergah Jelita sambil mendorong tubuh pamannya."Kamu lebih percaya dengan orang lain dibandingkan dengan sepupumu sendiri? Apa kamu tidak mempunyai rasa sim
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU BAB 48'Aku harus kabur dari mereka, aku tidak mau dipenjara. Tidak! Aku tidak mau hidup menderita dengan mendekam di penjara! Madesu itu tidak boleh hidup bahagia, aku tidak rela dia hidup bahagia!' batin Zahra.Dia mencari-cari cara agar terlepas dan keluar dari penjara. Baru satu jam dia berada di dalam sana, Zahra sudah seperti orang gila yang tidak tahu duduk diam sambil berteriak meminta kepada polisi untuk membebaskannya."Paman! Lepaskan aku, Paman!" Zahra berteriak saat melihat Paman Doni datang ke kantor polisi untuk memberikan keterangan dan bukti-bukti cctv yang sudah disalin Ridwan ke dalam ponsel.Ridwan memercayai Paman Doni untuk membuat Zahra agar diberi hukuman yang setimpal atas perbuatannya yang mengancam keselamatan anaknya dan juga Jelita, serta tuduhan yang dilakukannya terhadap Ridwan."Paman sudah sangat kecewa denganmu, Zahra. Paman jadi menanggung malu dan hampir kehilangan pekerjaan karena ulahmu," ucap Pam
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 49PoV Author "Paman," panggil Rindu, sambil berjalan di lorong rumah sakit dengan perasaan cemas."Rindu, kamu pulang?" tanya Paman Doni yang melihat ke belakang."Gimana keadaan Kak Jelita, Paman? Apa dia baik-baik saja?" Rindu balik bertanya sambil menatap Paman Doni."Apa abang iparmu belum menceritakannya?" "Rindu belum pulang ke rumah, Paman. Rindu dari bandara langsung ke sini, Ibu yang memberitahu kalau Kak Jelita dirawat di rumah sakit ini," ucap Rindu."Dokter bilang, kakakmu mengalami gegar otak, tapi jangan khawatir, dia pasti baik-baik saja.""Apa Zahra sudah dipenjara?" Paman Doni langsung menunduk saat mendengar pertanyaan Rindu."Zahra belum ditemukan, dia melarikan diri." jawab Paman Doni.Rindu berlalu dan masuk ke dalam kamar rawat inap. Rindu mengusap air matanya saat melihat sang Kakak tercinta terbaring diatas ranjang rumah sakit."Jangan lama-lama sakitnya, jangan bikin semua orang khawatir, Kakak harus cep
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 50"Ya Allah, Rindu." lirih Riswan.Riswan sangat terkejut saat pulang dari membeli nasi bungkus untuk Ridwan, dan mendapati keadaan istri yang sangat dicintainya itu sudah terbaring di ranjang rumah sakit dengan tangan yang terpasang selang infus."Jangan kabari Ibu tentang hal ini, Abang takut Ibu syok mendengar nya," ucap Ridwan yang duduk di kursi sambil memijit pelipisnya. Ia sangat tidak menyangka dengan kebrutalan Zahra yang sudah merenggut nyawa calon keponakannya."Kita harus cepat bergerak, Bang. Aku tidak rela kalau pembunuh calon anakku hidup bebas di luaran sana!" Riswan mengepalkan tangannya seolah ingin meninju pembunuh calon anaknya."Assalamualaikum!" Bu Jeni baru tiba di rumah sakit. Air matanya yang belum kering menangisi nasib anak sulungnya, kini kembali ditambah lagi dengan kesedihan melihat keadaan Rindu."Wa'alaikumsallam, Ibu datang dengan siapa?" tanya Ridwan."Ibu naik angkot, apa kata dokter? Rindu baik-
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 51PoV Dwi.Jam sudah menunjukkan angka tiga pagi. Aku belum bisa tidur karena terus memikirkan langkah yang akan kuambil besok. Nyawa kedua orang tuaku berada di dalam ancaman Zahra. Aku tidak mau melakukan hal yang membuat keselamatan orang tuaku terancam.Aku tidak menyangka kalau Zahra sejahat itu. Dia begitu ingin membuat Jelita menderita. Jujur, aku memang sangat kecewa dan marah dengan Jelita. Karena dia mengabaikanku saat aku meminta bantuan, bayiku sampai kehilangan nyawa karena terlambat mendapatkan pertolongan medis. Tapi, aku tidak bisa untuk membalas perbuatan Jelita dengan melenyapkan bayinya.Tapi, bagaimana caranya mengatasi Zahra? Dia sudah mengancamku dan memperlihatkan kepadaku foto orang suruhannya yang sudah berada di halaman rumah orang tuaku.Jika aku nekad melawan atau pun membantah perintahnya, maka, orang suruhannya akan langsung melakukan perintah Zahra untuk menghabisi nyawa orang tuaku.Tidak, aku tidak
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 52PoV Author.Zahra tersenyum manis saat melihat motor yang dikendarai Dwi masuk ke halaman rumah ibunya Dwi. Dia duduk di kursi teras dengan menaikkan kedua kaki ke atas meja."Di mana ibuku?" tanya Dwi dengan tatapan dingin melihat Zahra."Lagi masak di dapur, kedatanganku sangat disambut dengan hangat oleh ibumu, dia pergi ke pasar dengan membeli bahan makanan untuk di masak, lihat ini, ini buah yang dia belikan untukku makan sembari menunggumu pulang." Dwi langsung masuk ke dalam rumah untuk memastikan bahwa ibu dan ayahnya baik-baik saja."Sudah pulang kamu, Nak? Zahra sudah lama menunggumu, kita makan sama-sama ya? Ibu sudah masak banyak ini," ucap ibunya Dwi. Dia tidak tahu bahwa orang yang di jamunya dengan makanan adalah orang yang ingin menjadikannya umpan, agar Dwi mau menuruti perintahnya."Lauk dan sayurnya di pisah ya, Bu? Zahra sukanya begitu, Dwi juga mau dipisah, mau kuah sopnya yang banyak, Dwi ke depan sebentar
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 53Setelah hampir dua bulan aku pulang dari rumah sakit. Hari ini aku berniat mau melihat Zahra di penjara dengan ditemani sahabatku Dwi.Tin!Klakson motor dari luar pagar yang di tekan oleh Dwi. Dia sudah membeli motor hasil dari menjual rumahnya, sekarang dia tinggal di rumah orang tuanya.Aku berpamitan sama Ibu yang tengah mengajak Putra bermain. Setelah itu, aku berjalan menuju ke arah Dwi yang tersenyum semringah sambil menepuk stang motornya."Bawain ya? Arah pulang nanti baru aku yang bawa," ujarnya. Aku mengangguk dan memakai helm yang diberikan Dwi padaku.Sepanjang perjalanan kami terus bercerita. Mengingat masa-masa kecil sampai kami sama-sama lulus SMA. Sesekali kami tertawa geli mengingat kenangan masa lalu.Sesampainya di depan pagar kantor polisi. Aku memarkirkan motor. Seorang polisi yang sudah mengenalku langsung tahu tentang kedatanganku yang ingin melihat Zahra.Polisi itu meminta kami duduk dan menunggu. Beber
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 54Drtt ... Drrtt ...Ponselku yang berada diatas ranjang bergetar. Aku yang sedang duduk di depan cermin untuk berhias langsung bergerak menyambar ponsel."Assalamualaikum," ucapku setelah mengangkat panggilan telpon video dari adikku Rindu."Rapi bener, mau ke mana?" tanyanya."Mau ke acara lamarannya sahabat, Kakak." Aku menjawab sembari menyenderkan ponselku ke tempat tisu yang ada di hadapanku. Lalu melanjutkan untuk mengaplikasikan bedak tabur."Kak, Mbak Mayang hamil lho," katanya yang memperhatikanku sedang memakai lipstik."Alhamdulillah, Mbak Mayang sudah kasih tahu kok sama Kakak," "Aku sedih nih." Aku menatap wajah Rindu yang wajahnya memenuhi layar ponselku."Kok sedih? Memangnya ada apa? Apa yang kamu pikirkan, Sayang? Cerita sama Kakak, mikirin apa hm?" tanyaku. Aku memasang jilbab segi empat dan menyematkan jarum pentul diatas kepala, aku beranjak duduk di sofa untuk mendengarkan keluh kesah yang sedang adikku ras