KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 52PoV Author.Zahra tersenyum manis saat melihat motor yang dikendarai Dwi masuk ke halaman rumah ibunya Dwi. Dia duduk di kursi teras dengan menaikkan kedua kaki ke atas meja."Di mana ibuku?" tanya Dwi dengan tatapan dingin melihat Zahra."Lagi masak di dapur, kedatanganku sangat disambut dengan hangat oleh ibumu, dia pergi ke pasar dengan membeli bahan makanan untuk di masak, lihat ini, ini buah yang dia belikan untukku makan sembari menunggumu pulang." Dwi langsung masuk ke dalam rumah untuk memastikan bahwa ibu dan ayahnya baik-baik saja."Sudah pulang kamu, Nak? Zahra sudah lama menunggumu, kita makan sama-sama ya? Ibu sudah masak banyak ini," ucap ibunya Dwi. Dia tidak tahu bahwa orang yang di jamunya dengan makanan adalah orang yang ingin menjadikannya umpan, agar Dwi mau menuruti perintahnya."Lauk dan sayurnya di pisah ya, Bu? Zahra sukanya begitu, Dwi juga mau dipisah, mau kuah sopnya yang banyak, Dwi ke depan sebentar
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 53Setelah hampir dua bulan aku pulang dari rumah sakit. Hari ini aku berniat mau melihat Zahra di penjara dengan ditemani sahabatku Dwi.Tin!Klakson motor dari luar pagar yang di tekan oleh Dwi. Dia sudah membeli motor hasil dari menjual rumahnya, sekarang dia tinggal di rumah orang tuanya.Aku berpamitan sama Ibu yang tengah mengajak Putra bermain. Setelah itu, aku berjalan menuju ke arah Dwi yang tersenyum semringah sambil menepuk stang motornya."Bawain ya? Arah pulang nanti baru aku yang bawa," ujarnya. Aku mengangguk dan memakai helm yang diberikan Dwi padaku.Sepanjang perjalanan kami terus bercerita. Mengingat masa-masa kecil sampai kami sama-sama lulus SMA. Sesekali kami tertawa geli mengingat kenangan masa lalu.Sesampainya di depan pagar kantor polisi. Aku memarkirkan motor. Seorang polisi yang sudah mengenalku langsung tahu tentang kedatanganku yang ingin melihat Zahra.Polisi itu meminta kami duduk dan menunggu. Beber
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 54Drtt ... Drrtt ...Ponselku yang berada diatas ranjang bergetar. Aku yang sedang duduk di depan cermin untuk berhias langsung bergerak menyambar ponsel."Assalamualaikum," ucapku setelah mengangkat panggilan telpon video dari adikku Rindu."Rapi bener, mau ke mana?" tanyanya."Mau ke acara lamarannya sahabat, Kakak." Aku menjawab sembari menyenderkan ponselku ke tempat tisu yang ada di hadapanku. Lalu melanjutkan untuk mengaplikasikan bedak tabur."Kak, Mbak Mayang hamil lho," katanya yang memperhatikanku sedang memakai lipstik."Alhamdulillah, Mbak Mayang sudah kasih tahu kok sama Kakak," "Aku sedih nih." Aku menatap wajah Rindu yang wajahnya memenuhi layar ponselku."Kok sedih? Memangnya ada apa? Apa yang kamu pikirkan, Sayang? Cerita sama Kakak, mikirin apa hm?" tanyaku. Aku memasang jilbab segi empat dan menyematkan jarum pentul diatas kepala, aku beranjak duduk di sofa untuk mendengarkan keluh kesah yang sedang adikku ras
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 55"Saya tidak melihatnya, Bu. Sepulangnya saya dari rumah anak saya, saya dan suami saya nonton tv, jam sepuluh kami sudah tidur. Kami tidak mendengar apa pun saat kami masih terjaga," jelas Bu Romlah yang datang ke rumah. Beberapa tetangga datang pagi-pagi ke rumah ibuku. Tante Nur pasti sudah heboh memberitahu kejadian tadi malam kepada mereka semua."Kok ngeri ya? Kampung kita sebelumnya tidak pernah kejadian seperti ini, ini kali pertamanya maling masuk ke daerah kita," ucap salah satu tetangga yang rumahnya berada dekat dengan rumah Tante Nur."Kampung kita tidak aman, kita harus waspada dan memperketat keamanan di rumah. Amit-amit, jangan sampai rumahku di malingin isinya, mau ganti pakai apa?""Jelita," panggil Paman Doni. "Kata Tante Nur, rumah kalian kemalingan ya? Apa sudah tahu siapa malingnya?" tanya Paman Doni."Mereka semua pakai topeng, Paman. Mas Ridwan juga ikut mencari informasi bersama polisi hari ini, pasti ma
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 56"Sudah lama kita tidak makan di luar, malam ini kita makan di luar yuk?" ucap Mas Ridwan sambil bermain dengan Putra."Makan di rumah saja, Mas. Aku tidak mau kalau rumah ini kemalingan lagi," sahutku tanpa menoleh ke arahnya karena lagi fokus mengupas buah mangga."Temboknya 'kan sudah dipasang beling, bukan hanya beling, bahkan besi runcing juga sudah terpasang, jadi jangan khawatir lagi untuk meninggalkan rumah, tidak mungkin 'kan kalau maling itu tetap nekat juga menerobos beling dan besi itu?""Namanya juga maling, Mas. Pasti tetap nekat lah, tapi, kalau mau makan di luar juga ya terserah, aku ikut ke mana pun kamu mau," ucapku sambil melempar senyum genit ke arahnya yang kebetulan menatapku.Mas Ridwan mendekatiku dan menarik hidungku pelan.Dering ponsel menghentikan candaan kami. Mas Ridwan beranjak untuk mengambil ponselnya yang sedang dicas diatas meja tv."Baik, Pak, sekarang saya akan ke sana," ucapnya, entah bicara
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 57Jam sepuluh pagi kami sudah berada di kantor polisi."Tandatangani surat perjanjian ini, kalian baca dulu." Mas Ridwan menyerahkan selembar kertas ke tangan Johan.Mas Ridwan masih berbaik hati untuk membebaskan Johan. Semua itu karena Mas Ridwan merasa kasihan pada Tante Yayuk yang terus memohon atas kebebasan anaknya."Aku tidak akan mengulanginya lagi, Bang. Terima kasih, Bang." ucap Johan."Kalau dia sampai melakukannya lagi, Tante yang akan memasukkannya ke dalam penjara," timpal Tante Yayuk.Setelah membaca surat perjanjian itu, Johan langsung menandatangani di depan banyak saksi."Berapa yang harus Tante bayar, Ridwan?" tanya Tante Yayuk, raut wajahnya sudah tidak sesedih kemarin."Tidak apa-apa, Tante, jangan diganti. Yang penting Johan jangan melakukan hal yang sama lagi, ingat saja dengan surat perjanjian ini. Jika melakukannya lagi-""Saya akan di penjara seumur hidup tanpa belas kasihan lagi," potong Johan."Ya, seka
Bab 1"Marni!" teriakku memanggil nama pembantu yang sudah bekerja satu tahun di rumah ini."Ke mana lagi Marni? Sudah pagi juga, masa iya belum bangun?" ucap Bu Sukma, Ibu mertuaku."Biar Suci yang melihat ke kamarnya." Aku pun berjalan menuju ke kamar Marni. Yang ada di lantai dua.Kriet!Pintu kamar Marni kubuka namun aku sama sekali tidak melihat keberadaan Marni di dalam kamarnya. Ke mana itu anak? Di kamar mandi juga tidak ada.Saat hendak menutup pintu kamar kembali, tanpa sengaja mataku melihat benda yang tak asing berada di dalam keranjang baju kotor milik Marni.'Ini 'kan, celana dalamnya Mas Teguh! Kenapa ada di sini?' batinku sambil memisahkan celana dalam milik Mas Teguh dari celana pendek Marni yang sudah kotor. Perasaan gelisah dan pikiran yang melayang ke arah perselingkuhan langsung mengusik hati dan pikiranku.Sejak kapan? Kenapa? Apa salahku? Semua pertanyaan bertanya pada diriku sendiri. Apa suamiku sudah berselingkuh dengan Marni? Pembantu yang sudah kuanggap sep
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBab 2Satu minggu sudah berlalu dari pemasangan Cctv itu. Namun, tidak ada gelagat yang aneh dari Marni dan Mas Teguh. Mereka bersikap biasa-biasa saja saat Mas Teguh mengambil minum di dapur. Tidak ada pembicaraan ataupun sekedar bertatapan langsung yang mengarahkan kepada mereka yang berselingkuh."Mungkin, Marni salah pakai celana dalam, buktinya mereka tidak terlihat mencurigakan sama sekali, nanti belikan saja celana dalam yang baru untuk Teguh, geli juga membayangkan sempak kita dipakai orang lain, hi-hi-hi...," ucap Ibu mertua sambil terkekeh geli. Senyumnya mengembang memperlihatkan deretan gigi palsunya yang putih dan rapi."Hmm ... nggak mungkin, Bu. Marni tentu bisa melihat dan membedakan mana celana dalam pria dan mana celana dalam wanita. Kalau dia salah pakai celana dalamku masih bisa masuk diakal, Bu. Ini celana dalamnya Mas Teguh, itu sama sekali tidak masuk diakal sehat, Bu." Sanggahanku membuat Ibu mertua langsung mera
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBab 30PoV Suci."Apa kalian sudah menemukan ibunya Marni?" tanya Mas Teguh sesaat aku dan Mas Azka baru sampai di lobby rumah sakit."Kami belum menemukannya, menurut informasi dari mantan suaminya dulu, ibunya Marni sudah pindah dari kampungnya, setelah menjual rumah dan tanahnya," jelas Mas Azka sesuai dengan apa yang dikatakan laki-laki yang mengaku mantan suaminya Marni."Kalau tidak salah, namanya Azril," lanjut Mas Azka."Iya, namanya Azril, Mas." Aku membenarkan ucapan Mas Azka."Di mana kalian bertemu dengan Azril?" tanya Mas Teguh, sepertinya Mas Teguh sudah mengenal pria itu, dari pertanyaannya saja sudah bisa kutebak."Di kampung Marni, itu pun ketemunya tidak sengaja, saat kami menanyakan ibunya Marni, kamu sudah kenal?""Ya, aku sudah kenal. Jadi, gimana ini?" tanya Mas Teguh dengan gelisah."Tidak punya cara lain, kita sebar foto Marni ke sosmed, siapa tahu ada tetangga baru ibunya yang melihat postingan itu," usul Azka.
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 29Teguh bersahur dan berbuka puasa pertama tanpa Bu Sukma, teguh sedih melihat kursi yang selalu Bu Sukma duduki. Sebak di dada Teguh saat mengingat Ibunya yang sudah pergi meninggalkannya.Tiada siapa yang menemaninya sahur dan berbuka puasa. Teguh sendiri menyiapkan segala sesuatu.Sudah beberapa hari ini Teguh tidak pergi ke rumah Azka. Teguh hanya tidak mau menambahkan masalah, bila Ia terus datang ke rumah Azka untuk melihat anak-anaknya.Tok!Tok!Tok!Suara ketukan dan bel berbunyi membuat Teguh urung untuk menyuap nasi ke dalam mulutnya. Entah siapa yang datang disaat hari sudah magrib? Teguh berlalu ke depan untuk membukakan pintu utama."Mas Teguh." "Marni! Ngapain kamu datang ke sini lagi!" bentak Teguh saat melihat Marni sudah berdiri di ambang pintu rumahnya."Mas, bantu aku, aku sudah disiksa sama calon suamiku dan anak buahnya," ucap Marni mengiba kepada Teguh."Kau pergi dari sini! Kita tidak punya urusan apa-apa l
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 28PoV Author."Sari, kamu masuk dan tolong mandiin Zulaikha, ya, jangan beri Bu Suci melakukan pekerjaan sendirian, saya takut Istri saya sakit karena kecapek'an," ucap Azka pada Sari yang sedang menyirami bunga di teras."Baik, Pak," sahut Sari sambil mematikan keran air dan menggulung selangnya."Oh, ya, Sari. Ini uang, kamu belikan sayur katuk dan ayam kampung ya, katuknya dibening dan ayam kampungnya di sop seperti biasa," pesan Azka pada Sari. Sari mengangguk sambil menerima dua lembar uang merah dari Azka.Azka pernah mendengar dari almarhumah Bu Sukma, bahwa sayur katuk bisa memproduksi Asi lebih banyak, begitu juga dengan sop ayam kampung. Itulah sebabnya, Azka selalu mengusahakan untuk menyediakan makanan itu, ditambah Suci harus menyusui dua anak sekaligus."Sudah mau berangkat kerja, ya, Pak?" tanya Sari. Azka mengangguk dan berlalu untuk pergi ke pabrik."Mbok, Pak Azka perhatian sekali ya, aku kepengen suami seperti pa
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 27PoV Suci."Masak apa, hm? Bau masakan istriku enak sekali," ucap Mas Azka sambil menarik kursi meja makan. Lalu memperhatikan satu persatu hidangan yang sudah tersedia di atas meja makan."Cumi asam manis sama sop ayam kampung," sahutku. Menu favorit sewaktu Ibu mertuaku masih ada di dunia ini. Aku sangat merindukannya.Aku menyendokkan nasi dan lauk untuknya. Kemudian aku duduk untuk menemaninya makan."Sebelum bulan puasa nanti, kita ziarah ke makam Ibu, ya, Mas." "Iya, Sayang, nanti kita ziarah dan malam bangun sahurnya kita tidur di rumah Eyang, Kok cuma ngeliatin? Nggak ikut makan?""Aku sudah makan, sambil masak sambil makan.""Ini kamu masak sendirian?" "Dibantu sama Sari," jawabku sambil menuangkan air putih untuknya."Jangan kecapek'an, Sayang, Yusuf lagi aktif-aktifnya itu, kamu fokus ke anak kita aja, urusan dapur dan rumah biar menjadi tugas Mbok Nem dan Sari aja," ucap Mas Azka seraya mengusap punggung tanganku.Ob
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 26PoV Author."Berikan saja anak itu pada ayahnya, aku tidak mau kamu membawa anakmu itu tinggal denganku, kamu tahu sendiri kan, kalau aku tidak mau direpotkan atau mendengarkan suara tangisan anak bayi, kepalaku bisa sakit kalau mendengarnya menangis," ucap Pria yang bernama Danu, yang menjalin hubungan dengan Marni."Bagaimana caranya? Mantan suamiku itu pasti tidak mau bertemu denganku, lalu? Bagaimana caranya aku memberikan anaknya ini." "Tenang saja, sepulang dari rumah sakit, kita ke rumah mantan suamimu, setelah itu, baru kita pergi ke luar kota menemui orang tuaku dan kita menikah di sana," ucap Danu, terdengar meyakinkan namun diiringi dengan senyum miring."Baik." Marni tersenyum senang.________"Rumahnya sepi, sepertinya tidak ada orang," ucap Marni sambil melihat ke arah rumah yang ada di seberang jalan.Rumah yang pernah memberikan kehidupan yang nyaman sewaktu Marni berpura-pura menjadi pembantu."Pintu pagarnya ka
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 25PoV Teguh.Suara orang terdengar ramai, karena malam ini banyak anak yatim-piatu yang datang. Para tetangga juga datang untuk mendoakan ibuku. Aku memilih berada di dalam kamar. Malas bila harus keluar kamar dan mendengar pembicaraan orang-orang terhadapku.Tok!Tok!Tok!"Teguh, orang-orang sudah pada datang, kamu harus keluar untuk bantu-bantu mengangkat makanannya." Aku menutup kuping ketika mendengar suara Eyang.Aku tetap tidak mau keluar.________"Bawa saja semua yang ada di dalam rumah ini, jangan tinggalkan satu barang apa pun, biar Teguh mencarinya sendiri kalau dia butuh!" Suara Tante Erni terdengar saat aku baru membuka pintu kamar. Semua tamu dan tetangga sudah pulang ke rumah mereka masing-masing."Tidak usah Tante, di rumah kami sudah lengkap semuanya. Kami hanya membawa isi yang ada di dalam kamar Azka dan Suci saja," sahut Azka."Oh, ya? Baguslah kalau begitu, kalau gitu aku mau minta perhiasan Ibu, aku mau menju
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 24PoV Suci.Hari ini, setelah berziarah ke makam Ibu mertua, aku dan Mas Azka menuju ke perumahan yang sudah kami beli untuk tempat tinggal kami nanti.Setelah menempuh perjalanan cukup jauh. Akhirnya, kami tiba di kawasan perumahan elit di Jakarta. Awalnya aku sempat protes. Sebab, tempatnya terlalu jauh kalau ingin pergi ke rumah Eyang. Ya, tempat berlabuh kami sekarang adalah ke rumah Eyang. Setelah kami keluar dari rumah Ibu, mungkin akan jarang kami berkunjung ke sana, bisa jadi tidak akan pernah berkunjung karena Ibu tidak ada lagi di sana.Karena keinginan Mas Azka yang sudah memimpikan ingin memiliki rumah mewah hasil dari keringatnya sendiri, membuatku menyetujui untuk membelinya."Bagus kan?" tanya Mas Azka, yang kini lekat memandangku."Bagus, tapi, jauh juga ya, kalau harus bolak balik pergi ke pabrik," jawabku, dan kembali mengucapkan kata jauh."Tidak masalah, yang penting kamu suka, kamu suka, 'kan?""Iya, aku suka
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 23PoV Author."Suci 'kan sangat dekat sekali dengan Bu Sukma. Makanya, Suci sangat terpukul dengan meninggalnya Bu Sukma, bisa dikatakan meninggalnya mendadak begini, saya juga kaget pas Pak Tejo memberitahu tentang meninggalnya Bu Sukma," ucap seorang tetangga pada Eyang dan beberapa tetangga yang lainnya.Para tetangga berdatangan ke rumah Bu Sukma untuk mendoakan almarhumah Bu Sukma."Iya, saya juga kaget kok. Bu Sukma itu terkenal baiknya sama menantu, beliau juga sering bilang kalau sudah menganggap Suci sebagai anak bukannya menantu, Suci juga sangat dekat dengan Bu Sukma, sudah seperti Ibu dan anak, pokoknya klop banget kalau melihat mereka berdua. Jaman sekarang sangat susah untuk melihat mertua dan menantu akur seperti almarhumah dan Suci.""Mertua seperti Bu Sukma itu langka. Benar kata Pak ustadz, yang baik pasti akan pergi lebih dulu. Ibaratnya bunga, mana yang cantik pasti itu yang akan dipetik dulu.""Mau bagaimana
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 22"Masak apa Suci? Baunya enak sekali, bikin Tante lapar mencium baunya.""Masak cumi asam manis Tante, Ibu minta dibuatin, kepengen katanya.""Baguslah, Tante senang mendengarnya, Tante minta dikit ya cuminya." Tante Erni menyendok nasi dan mengambil lauk yang masih berada di dalam wajan."Banyak itu Tante, ambil aja lagi, sengaja masak lebih biar semua bisa makan siang sekalian," kataku."Ambilkan Ibu makan juga Er, ngiler liat cuminya." Aku mengambil piring untuk Ibu makan dan Eyang. Aku bersyukur sebab Ibu sudah mau meminta makan, itu artinya Ibu sudah mulai sembuh."Apa itu, Sari?" tanyaku, saat melihat Sari memasukkan sesuatu ke dalam plastik hitam yang dibawanya dari dalam kamar Ibu mertua."Itu ... Tadi Nyonya muntah lagi.""Muntah lagi?" "Iya, dan Nyonya bilang tidak mau makan karena selera untuk makannya jadi hilang," jelas Sari, aku langsung berlari menuju kamar Ibu mertua.Ibu mertua tampak lesu, terbaring lemas sambi