KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 57Jam sepuluh pagi kami sudah berada di kantor polisi."Tandatangani surat perjanjian ini, kalian baca dulu." Mas Ridwan menyerahkan selembar kertas ke tangan Johan.Mas Ridwan masih berbaik hati untuk membebaskan Johan. Semua itu karena Mas Ridwan merasa kasihan pada Tante Yayuk yang terus memohon atas kebebasan anaknya."Aku tidak akan mengulanginya lagi, Bang. Terima kasih, Bang." ucap Johan."Kalau dia sampai melakukannya lagi, Tante yang akan memasukkannya ke dalam penjara," timpal Tante Yayuk.Setelah membaca surat perjanjian itu, Johan langsung menandatangani di depan banyak saksi."Berapa yang harus Tante bayar, Ridwan?" tanya Tante Yayuk, raut wajahnya sudah tidak sesedih kemarin."Tidak apa-apa, Tante, jangan diganti. Yang penting Johan jangan melakukan hal yang sama lagi, ingat saja dengan surat perjanjian ini. Jika melakukannya lagi-""Saya akan di penjara seumur hidup tanpa belas kasihan lagi," potong Johan."Ya, seka
Bab 1"Marni!" teriakku memanggil nama pembantu yang sudah bekerja satu tahun di rumah ini."Ke mana lagi Marni? Sudah pagi juga, masa iya belum bangun?" ucap Bu Sukma, Ibu mertuaku."Biar Suci yang melihat ke kamarnya." Aku pun berjalan menuju ke kamar Marni. Yang ada di lantai dua.Kriet!Pintu kamar Marni kubuka namun aku sama sekali tidak melihat keberadaan Marni di dalam kamarnya. Ke mana itu anak? Di kamar mandi juga tidak ada.Saat hendak menutup pintu kamar kembali, tanpa sengaja mataku melihat benda yang tak asing berada di dalam keranjang baju kotor milik Marni.'Ini 'kan, celana dalamnya Mas Teguh! Kenapa ada di sini?' batinku sambil memisahkan celana dalam milik Mas Teguh dari celana pendek Marni yang sudah kotor. Perasaan gelisah dan pikiran yang melayang ke arah perselingkuhan langsung mengusik hati dan pikiranku.Sejak kapan? Kenapa? Apa salahku? Semua pertanyaan bertanya pada diriku sendiri. Apa suamiku sudah berselingkuh dengan Marni? Pembantu yang sudah kuanggap sep
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBab 2Satu minggu sudah berlalu dari pemasangan Cctv itu. Namun, tidak ada gelagat yang aneh dari Marni dan Mas Teguh. Mereka bersikap biasa-biasa saja saat Mas Teguh mengambil minum di dapur. Tidak ada pembicaraan ataupun sekedar bertatapan langsung yang mengarahkan kepada mereka yang berselingkuh."Mungkin, Marni salah pakai celana dalam, buktinya mereka tidak terlihat mencurigakan sama sekali, nanti belikan saja celana dalam yang baru untuk Teguh, geli juga membayangkan sempak kita dipakai orang lain, hi-hi-hi...," ucap Ibu mertua sambil terkekeh geli. Senyumnya mengembang memperlihatkan deretan gigi palsunya yang putih dan rapi."Hmm ... nggak mungkin, Bu. Marni tentu bisa melihat dan membedakan mana celana dalam pria dan mana celana dalam wanita. Kalau dia salah pakai celana dalamku masih bisa masuk diakal, Bu. Ini celana dalamnya Mas Teguh, itu sama sekali tidak masuk diakal sehat, Bu." Sanggahanku membuat Ibu mertua langsung mera
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 3"Bu, Mas Teguh belum datang?" tanyaku saat baru membuka mata. Aku tersadar setelah berada di kamar rawat inap. Bisa-bisanya aku tertidur saat di be-dah. Anakku keluar pun aku tidak menyadarinya.Haus sekali tenggorokanku, seperti tidak minum seharian, badanku juga menggigil hebat. Padahal, sudah dilapisi selimut yang tebal."Sudah, tapi sudah pergi setelah meng-azankan Yusuf," jawab Ibu mertua.Alhamdulillah ... akhirnya aku sudah melahirkan anak laki-laki. Mas Teguh sudah menyiapkan nama anaknya dari jauh hari, Muhammad Yusuf. Katanya, biar anaknya berakhlak baik dan mulia sesuai dengan namanya._______"Belajar miring ya, Sayang, miring kiri dan kanan, setelah itu jalan-jalan," ujar Ibu mertua. Aku menurut dan melakukannya.Sakit sekali saat belajar miring kiri dan kanan sehabis operasi. Perutku seakan ingin lepas dari tempatnya."Oh, ya, sebelum Suci masuk ke ruang operasi, Ibu 'kan ada bilang kalau suamiku tidak ada, apa maksu
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 4"Cup, cup, cup, anak Ibu kok ganteng banget sih. Hmm ... wangi lagi." Aku berbicara sendiri sambil mencium dan menghirup bau napas malaikat kecilku yang tengah menguap.Bau mulutnya bikin candu. Wanginya tidak ada duanya. Kalau seperti ini, aku mau punya anak lagi.Begitulah perempuan, melahirkan itu sakit, pas mau melahirkan bilangnya jera, tapi lama-lama mau nambah lagi. Itu kata teman-temanku dulu. Ternyata, yang mereka katakan benar adanya. Aku juga merasakan itu. Dan ingin menambah anak lagi. Kalau masih diberi rezeki."Bawa belanjaannya ke dapur, Ibu mau lihat, sudah dibeli semua atau masih ada yang kurang," titah Ibu mertua saat melihat Mas Teguh baru keluar dari dalam mobil.Aku melihatnya dari celah daun jendela, karena kamar yang kutepati berhadapan dengan halaman. Jadi, aku bisa melihat dan mendengar siapa pun yang datang dan berbicara.Aku keluar kamar untuk menghampiri suamiku, raut wajah kusutnya sangat jelas terliha
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 5Plak!Aku yang sedang menuangkan air panas untuk merendam mie instan langsung terlonjak kaget. Sontak panci yang berisi air yang mendidih terlepas dari tangan dan airnya hampir menyirami kakiku."Jangan lakukan itu lagi! Kamu mau membuatku terluka karena air panas ini, hah!" bentakku keras."Suci, ada apa? Bukannya kamu suka kalau aku menepuk bo-kongmu itu?" tanya Mas Teguh, sekilas dia terlihat bingung melihat reaksiku yang tak biasa, kemudian dia beralih mengelap tumpahan air di lantai. Aku mencoba menarik napas untuk mengontrol emosi."Ada apa? Ibu mendengar kegaduhan dari depan, apa yang sudah terjadi, Suci?" tanya Ibu mertua panik."Nggak tahu nih Suci, tiba-tiba saja marah tanpa alasan!" jawab Mas Teguh terdengar sedikit kesal, matanya tak lepas dari menatapku."Ada apa, Sayang?" tanya Mas Teguh, kini dia merangkul pundakku."Lepas!" Aku menepis tangannya kasar. Hatiku geram, dan rasanya ingin kuco lok saja biji matanya itu
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 6"Makan yang banyak biar asi'mu tetap lancar, ini tambah lagi sayur sopnya." Ibu mertua menyendokkan sop ayam kampung ke dalam mangkuk yang isinya baru saja kuhabiskan."Sudah kenyang, Bu, Suci nggak sanggup lagi mau nambah," tolakku halus, karena aku benar-benar sudah kenyang."Suci itu sudah kenyang, kamu malah maksa dia untuk makan terus, kasihan Suci nya, Sukma," tegur Eyang dengan lembut.Eyang pun duduk berhadapan dengan kami yang tengah menikmati makan."Bukan maksa, Bu, Suci ini makannya sedikit sekali, padahal, ibunya ini sudah susah payah masak sop ayam kampung untuknya, tapi Suci hanya makan sedikit," sahut Ibu mertua."Ya udah, sini mangkoknya, biar hati Ibu senang, Suci akan menghabiskan sop ini sekarang juga," ujarku sambil menggeser mangkok sop ayam ke hadapanku."Gitu, dong, ini baru anakku." Ibu mertua memuji dengan senyum bahagia."Gitu terus lagunya, emang tidak ada lagu yang lainnya lagi selain, gitu dong ini b
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 7"Nah, gini 'kan cantik, kamu bisa mendapatkan orang yang lebih baik dari Teguh, Ibu yakin itu," ucap Ibu mertua saat melihatku sudah selesai berdandan di depan cermin.Aku membalikkan badan, melihat wanita paruh baya yang tak berkedip sama sekali saat menatapku."Ibu ini, memujinya sangat berlebihan sekali, gimana mau dapet yang lebih baik dari Mas Teguh, cerai saja belum, he-he-he ...." Aku terkekeh geli menjawab ucapan Ibu mertua."Kita akan urus perceraianmu secepatnya nanti." Mata Ibu mertua berkaca-kaca saat mengatakan itu. Aku berdiri dan langsung memeluknya."Mau juga dong dipeluk." Suara Mas Teguh. Saat masuk ke dalam kamar dan mendapati kami yang sedang berpelukan. Dengan Senyumnya yang sangat memuakkan untuk dilihat.Ibu mertua tersenyum dan mengkode lewat mata, agar aku bisa berakting di depan Mas Teguh. Berakting seolah sedang baik-baik saja."Sudah, mau peluk-pelukkan nanti aja, semua sudah pada datang, temui mereka y