Bab 1"Marni!" teriakku memanggil nama pembantu yang sudah bekerja satu tahun di rumah ini."Ke mana lagi Marni? Sudah pagi juga, masa iya belum bangun?" ucap Bu Sukma, Ibu mertuaku."Biar Suci yang melihat ke kamarnya." Aku pun berjalan menuju ke kamar Marni. Yang ada di lantai dua.Kriet!Pintu kamar Marni kubuka namun aku sama sekali tidak melihat keberadaan Marni di dalam kamarnya. Ke mana itu anak? Di kamar mandi juga tidak ada.Saat hendak menutup pintu kamar kembali, tanpa sengaja mataku melihat benda yang tak asing berada di dalam keranjang baju kotor milik Marni.'Ini 'kan, celana dalamnya Mas Teguh! Kenapa ada di sini?' batinku sambil memisahkan celana dalam milik Mas Teguh dari celana pendek Marni yang sudah kotor. Perasaan gelisah dan pikiran yang melayang ke arah perselingkuhan langsung mengusik hati dan pikiranku.Sejak kapan? Kenapa? Apa salahku? Semua pertanyaan bertanya pada diriku sendiri. Apa suamiku sudah berselingkuh dengan Marni? Pembantu yang sudah kuanggap sep
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBab 2Satu minggu sudah berlalu dari pemasangan Cctv itu. Namun, tidak ada gelagat yang aneh dari Marni dan Mas Teguh. Mereka bersikap biasa-biasa saja saat Mas Teguh mengambil minum di dapur. Tidak ada pembicaraan ataupun sekedar bertatapan langsung yang mengarahkan kepada mereka yang berselingkuh."Mungkin, Marni salah pakai celana dalam, buktinya mereka tidak terlihat mencurigakan sama sekali, nanti belikan saja celana dalam yang baru untuk Teguh, geli juga membayangkan sempak kita dipakai orang lain, hi-hi-hi...," ucap Ibu mertua sambil terkekeh geli. Senyumnya mengembang memperlihatkan deretan gigi palsunya yang putih dan rapi."Hmm ... nggak mungkin, Bu. Marni tentu bisa melihat dan membedakan mana celana dalam pria dan mana celana dalam wanita. Kalau dia salah pakai celana dalamku masih bisa masuk diakal, Bu. Ini celana dalamnya Mas Teguh, itu sama sekali tidak masuk diakal sehat, Bu." Sanggahanku membuat Ibu mertua langsung mera
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 3"Bu, Mas Teguh belum datang?" tanyaku saat baru membuka mata. Aku tersadar setelah berada di kamar rawat inap. Bisa-bisanya aku tertidur saat di be-dah. Anakku keluar pun aku tidak menyadarinya.Haus sekali tenggorokanku, seperti tidak minum seharian, badanku juga menggigil hebat. Padahal, sudah dilapisi selimut yang tebal."Sudah, tapi sudah pergi setelah meng-azankan Yusuf," jawab Ibu mertua.Alhamdulillah ... akhirnya aku sudah melahirkan anak laki-laki. Mas Teguh sudah menyiapkan nama anaknya dari jauh hari, Muhammad Yusuf. Katanya, biar anaknya berakhlak baik dan mulia sesuai dengan namanya._______"Belajar miring ya, Sayang, miring kiri dan kanan, setelah itu jalan-jalan," ujar Ibu mertua. Aku menurut dan melakukannya.Sakit sekali saat belajar miring kiri dan kanan sehabis operasi. Perutku seakan ingin lepas dari tempatnya."Oh, ya, sebelum Suci masuk ke ruang operasi, Ibu 'kan ada bilang kalau suamiku tidak ada, apa maksu
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 4"Cup, cup, cup, anak Ibu kok ganteng banget sih. Hmm ... wangi lagi." Aku berbicara sendiri sambil mencium dan menghirup bau napas malaikat kecilku yang tengah menguap.Bau mulutnya bikin candu. Wanginya tidak ada duanya. Kalau seperti ini, aku mau punya anak lagi.Begitulah perempuan, melahirkan itu sakit, pas mau melahirkan bilangnya jera, tapi lama-lama mau nambah lagi. Itu kata teman-temanku dulu. Ternyata, yang mereka katakan benar adanya. Aku juga merasakan itu. Dan ingin menambah anak lagi. Kalau masih diberi rezeki."Bawa belanjaannya ke dapur, Ibu mau lihat, sudah dibeli semua atau masih ada yang kurang," titah Ibu mertua saat melihat Mas Teguh baru keluar dari dalam mobil.Aku melihatnya dari celah daun jendela, karena kamar yang kutepati berhadapan dengan halaman. Jadi, aku bisa melihat dan mendengar siapa pun yang datang dan berbicara.Aku keluar kamar untuk menghampiri suamiku, raut wajah kusutnya sangat jelas terliha
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 5Plak!Aku yang sedang menuangkan air panas untuk merendam mie instan langsung terlonjak kaget. Sontak panci yang berisi air yang mendidih terlepas dari tangan dan airnya hampir menyirami kakiku."Jangan lakukan itu lagi! Kamu mau membuatku terluka karena air panas ini, hah!" bentakku keras."Suci, ada apa? Bukannya kamu suka kalau aku menepuk bo-kongmu itu?" tanya Mas Teguh, sekilas dia terlihat bingung melihat reaksiku yang tak biasa, kemudian dia beralih mengelap tumpahan air di lantai. Aku mencoba menarik napas untuk mengontrol emosi."Ada apa? Ibu mendengar kegaduhan dari depan, apa yang sudah terjadi, Suci?" tanya Ibu mertua panik."Nggak tahu nih Suci, tiba-tiba saja marah tanpa alasan!" jawab Mas Teguh terdengar sedikit kesal, matanya tak lepas dari menatapku."Ada apa, Sayang?" tanya Mas Teguh, kini dia merangkul pundakku."Lepas!" Aku menepis tangannya kasar. Hatiku geram, dan rasanya ingin kuco lok saja biji matanya itu
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 6"Makan yang banyak biar asi'mu tetap lancar, ini tambah lagi sayur sopnya." Ibu mertua menyendokkan sop ayam kampung ke dalam mangkuk yang isinya baru saja kuhabiskan."Sudah kenyang, Bu, Suci nggak sanggup lagi mau nambah," tolakku halus, karena aku benar-benar sudah kenyang."Suci itu sudah kenyang, kamu malah maksa dia untuk makan terus, kasihan Suci nya, Sukma," tegur Eyang dengan lembut.Eyang pun duduk berhadapan dengan kami yang tengah menikmati makan."Bukan maksa, Bu, Suci ini makannya sedikit sekali, padahal, ibunya ini sudah susah payah masak sop ayam kampung untuknya, tapi Suci hanya makan sedikit," sahut Ibu mertua."Ya udah, sini mangkoknya, biar hati Ibu senang, Suci akan menghabiskan sop ini sekarang juga," ujarku sambil menggeser mangkok sop ayam ke hadapanku."Gitu, dong, ini baru anakku." Ibu mertua memuji dengan senyum bahagia."Gitu terus lagunya, emang tidak ada lagu yang lainnya lagi selain, gitu dong ini b
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 7"Nah, gini 'kan cantik, kamu bisa mendapatkan orang yang lebih baik dari Teguh, Ibu yakin itu," ucap Ibu mertua saat melihatku sudah selesai berdandan di depan cermin.Aku membalikkan badan, melihat wanita paruh baya yang tak berkedip sama sekali saat menatapku."Ibu ini, memujinya sangat berlebihan sekali, gimana mau dapet yang lebih baik dari Mas Teguh, cerai saja belum, he-he-he ...." Aku terkekeh geli menjawab ucapan Ibu mertua."Kita akan urus perceraianmu secepatnya nanti." Mata Ibu mertua berkaca-kaca saat mengatakan itu. Aku berdiri dan langsung memeluknya."Mau juga dong dipeluk." Suara Mas Teguh. Saat masuk ke dalam kamar dan mendapati kami yang sedang berpelukan. Dengan Senyumnya yang sangat memuakkan untuk dilihat.Ibu mertua tersenyum dan mengkode lewat mata, agar aku bisa berakting di depan Mas Teguh. Berakting seolah sedang baik-baik saja."Sudah, mau peluk-pelukkan nanti aja, semua sudah pada datang, temui mereka y
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 8 PoV Marni."Marni, ada yang manggil kamu didepan," ungkap salah satu Ibu-ibu rewang. Aku pun menajamkan pendengaran, suara yang tak asing sedang berteriak memanggil namaku.Gegas aku berlari keluar dari pintu samping. Bajuku menjadi basah sebagian karena mencuci piring yang tidak ada habisnya. Wanita tua itu sudah membuatku sangat tersiksa.Terkejut sekali melihat kehadiran wanita yang tidak ingin kulihat lagi di dunia ini. Ya, dia Ibuku, kenapa dia bisa sampai ke sini? Geram sekali melihatnya, aku menyeretnya pergi menjauh dari halaman. Tak kupedulikan tatap mata para tamu yang keheranan melihatku."Kamu ngapain ke sini? Dari mana kamu mendapatkan alamat rumah ini?" tanyaku langsung. Setelah membawa Ibu menjauh dari rumah Eyang. Aku khawatir kalau Mas Teguh sampai menyusul. Sebab, aku mengatakan kalau aku sudah tidak punya keluarga lagi."Riska sedang sakit, Marni, apa kamu tidak ingin melihatnya?" kata Ibuku."Ke mana ayahnya?"
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBab 30PoV Suci."Apa kalian sudah menemukan ibunya Marni?" tanya Mas Teguh sesaat aku dan Mas Azka baru sampai di lobby rumah sakit."Kami belum menemukannya, menurut informasi dari mantan suaminya dulu, ibunya Marni sudah pindah dari kampungnya, setelah menjual rumah dan tanahnya," jelas Mas Azka sesuai dengan apa yang dikatakan laki-laki yang mengaku mantan suaminya Marni."Kalau tidak salah, namanya Azril," lanjut Mas Azka."Iya, namanya Azril, Mas." Aku membenarkan ucapan Mas Azka."Di mana kalian bertemu dengan Azril?" tanya Mas Teguh, sepertinya Mas Teguh sudah mengenal pria itu, dari pertanyaannya saja sudah bisa kutebak."Di kampung Marni, itu pun ketemunya tidak sengaja, saat kami menanyakan ibunya Marni, kamu sudah kenal?""Ya, aku sudah kenal. Jadi, gimana ini?" tanya Mas Teguh dengan gelisah."Tidak punya cara lain, kita sebar foto Marni ke sosmed, siapa tahu ada tetangga baru ibunya yang melihat postingan itu," usul Azka.
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 29Teguh bersahur dan berbuka puasa pertama tanpa Bu Sukma, teguh sedih melihat kursi yang selalu Bu Sukma duduki. Sebak di dada Teguh saat mengingat Ibunya yang sudah pergi meninggalkannya.Tiada siapa yang menemaninya sahur dan berbuka puasa. Teguh sendiri menyiapkan segala sesuatu.Sudah beberapa hari ini Teguh tidak pergi ke rumah Azka. Teguh hanya tidak mau menambahkan masalah, bila Ia terus datang ke rumah Azka untuk melihat anak-anaknya.Tok!Tok!Tok!Suara ketukan dan bel berbunyi membuat Teguh urung untuk menyuap nasi ke dalam mulutnya. Entah siapa yang datang disaat hari sudah magrib? Teguh berlalu ke depan untuk membukakan pintu utama."Mas Teguh." "Marni! Ngapain kamu datang ke sini lagi!" bentak Teguh saat melihat Marni sudah berdiri di ambang pintu rumahnya."Mas, bantu aku, aku sudah disiksa sama calon suamiku dan anak buahnya," ucap Marni mengiba kepada Teguh."Kau pergi dari sini! Kita tidak punya urusan apa-apa l
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 28PoV Author."Sari, kamu masuk dan tolong mandiin Zulaikha, ya, jangan beri Bu Suci melakukan pekerjaan sendirian, saya takut Istri saya sakit karena kecapek'an," ucap Azka pada Sari yang sedang menyirami bunga di teras."Baik, Pak," sahut Sari sambil mematikan keran air dan menggulung selangnya."Oh, ya, Sari. Ini uang, kamu belikan sayur katuk dan ayam kampung ya, katuknya dibening dan ayam kampungnya di sop seperti biasa," pesan Azka pada Sari. Sari mengangguk sambil menerima dua lembar uang merah dari Azka.Azka pernah mendengar dari almarhumah Bu Sukma, bahwa sayur katuk bisa memproduksi Asi lebih banyak, begitu juga dengan sop ayam kampung. Itulah sebabnya, Azka selalu mengusahakan untuk menyediakan makanan itu, ditambah Suci harus menyusui dua anak sekaligus."Sudah mau berangkat kerja, ya, Pak?" tanya Sari. Azka mengangguk dan berlalu untuk pergi ke pabrik."Mbok, Pak Azka perhatian sekali ya, aku kepengen suami seperti pa
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 27PoV Suci."Masak apa, hm? Bau masakan istriku enak sekali," ucap Mas Azka sambil menarik kursi meja makan. Lalu memperhatikan satu persatu hidangan yang sudah tersedia di atas meja makan."Cumi asam manis sama sop ayam kampung," sahutku. Menu favorit sewaktu Ibu mertuaku masih ada di dunia ini. Aku sangat merindukannya.Aku menyendokkan nasi dan lauk untuknya. Kemudian aku duduk untuk menemaninya makan."Sebelum bulan puasa nanti, kita ziarah ke makam Ibu, ya, Mas." "Iya, Sayang, nanti kita ziarah dan malam bangun sahurnya kita tidur di rumah Eyang, Kok cuma ngeliatin? Nggak ikut makan?""Aku sudah makan, sambil masak sambil makan.""Ini kamu masak sendirian?" "Dibantu sama Sari," jawabku sambil menuangkan air putih untuknya."Jangan kecapek'an, Sayang, Yusuf lagi aktif-aktifnya itu, kamu fokus ke anak kita aja, urusan dapur dan rumah biar menjadi tugas Mbok Nem dan Sari aja," ucap Mas Azka seraya mengusap punggung tanganku.Ob
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 26PoV Author."Berikan saja anak itu pada ayahnya, aku tidak mau kamu membawa anakmu itu tinggal denganku, kamu tahu sendiri kan, kalau aku tidak mau direpotkan atau mendengarkan suara tangisan anak bayi, kepalaku bisa sakit kalau mendengarnya menangis," ucap Pria yang bernama Danu, yang menjalin hubungan dengan Marni."Bagaimana caranya? Mantan suamiku itu pasti tidak mau bertemu denganku, lalu? Bagaimana caranya aku memberikan anaknya ini." "Tenang saja, sepulang dari rumah sakit, kita ke rumah mantan suamimu, setelah itu, baru kita pergi ke luar kota menemui orang tuaku dan kita menikah di sana," ucap Danu, terdengar meyakinkan namun diiringi dengan senyum miring."Baik." Marni tersenyum senang.________"Rumahnya sepi, sepertinya tidak ada orang," ucap Marni sambil melihat ke arah rumah yang ada di seberang jalan.Rumah yang pernah memberikan kehidupan yang nyaman sewaktu Marni berpura-pura menjadi pembantu."Pintu pagarnya ka
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 25PoV Teguh.Suara orang terdengar ramai, karena malam ini banyak anak yatim-piatu yang datang. Para tetangga juga datang untuk mendoakan ibuku. Aku memilih berada di dalam kamar. Malas bila harus keluar kamar dan mendengar pembicaraan orang-orang terhadapku.Tok!Tok!Tok!"Teguh, orang-orang sudah pada datang, kamu harus keluar untuk bantu-bantu mengangkat makanannya." Aku menutup kuping ketika mendengar suara Eyang.Aku tetap tidak mau keluar.________"Bawa saja semua yang ada di dalam rumah ini, jangan tinggalkan satu barang apa pun, biar Teguh mencarinya sendiri kalau dia butuh!" Suara Tante Erni terdengar saat aku baru membuka pintu kamar. Semua tamu dan tetangga sudah pulang ke rumah mereka masing-masing."Tidak usah Tante, di rumah kami sudah lengkap semuanya. Kami hanya membawa isi yang ada di dalam kamar Azka dan Suci saja," sahut Azka."Oh, ya? Baguslah kalau begitu, kalau gitu aku mau minta perhiasan Ibu, aku mau menju
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 24PoV Suci.Hari ini, setelah berziarah ke makam Ibu mertua, aku dan Mas Azka menuju ke perumahan yang sudah kami beli untuk tempat tinggal kami nanti.Setelah menempuh perjalanan cukup jauh. Akhirnya, kami tiba di kawasan perumahan elit di Jakarta. Awalnya aku sempat protes. Sebab, tempatnya terlalu jauh kalau ingin pergi ke rumah Eyang. Ya, tempat berlabuh kami sekarang adalah ke rumah Eyang. Setelah kami keluar dari rumah Ibu, mungkin akan jarang kami berkunjung ke sana, bisa jadi tidak akan pernah berkunjung karena Ibu tidak ada lagi di sana.Karena keinginan Mas Azka yang sudah memimpikan ingin memiliki rumah mewah hasil dari keringatnya sendiri, membuatku menyetujui untuk membelinya."Bagus kan?" tanya Mas Azka, yang kini lekat memandangku."Bagus, tapi, jauh juga ya, kalau harus bolak balik pergi ke pabrik," jawabku, dan kembali mengucapkan kata jauh."Tidak masalah, yang penting kamu suka, kamu suka, 'kan?""Iya, aku suka
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 23PoV Author."Suci 'kan sangat dekat sekali dengan Bu Sukma. Makanya, Suci sangat terpukul dengan meninggalnya Bu Sukma, bisa dikatakan meninggalnya mendadak begini, saya juga kaget pas Pak Tejo memberitahu tentang meninggalnya Bu Sukma," ucap seorang tetangga pada Eyang dan beberapa tetangga yang lainnya.Para tetangga berdatangan ke rumah Bu Sukma untuk mendoakan almarhumah Bu Sukma."Iya, saya juga kaget kok. Bu Sukma itu terkenal baiknya sama menantu, beliau juga sering bilang kalau sudah menganggap Suci sebagai anak bukannya menantu, Suci juga sangat dekat dengan Bu Sukma, sudah seperti Ibu dan anak, pokoknya klop banget kalau melihat mereka berdua. Jaman sekarang sangat susah untuk melihat mertua dan menantu akur seperti almarhumah dan Suci.""Mertua seperti Bu Sukma itu langka. Benar kata Pak ustadz, yang baik pasti akan pergi lebih dulu. Ibaratnya bunga, mana yang cantik pasti itu yang akan dipetik dulu.""Mau bagaimana
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 22"Masak apa Suci? Baunya enak sekali, bikin Tante lapar mencium baunya.""Masak cumi asam manis Tante, Ibu minta dibuatin, kepengen katanya.""Baguslah, Tante senang mendengarnya, Tante minta dikit ya cuminya." Tante Erni menyendok nasi dan mengambil lauk yang masih berada di dalam wajan."Banyak itu Tante, ambil aja lagi, sengaja masak lebih biar semua bisa makan siang sekalian," kataku."Ambilkan Ibu makan juga Er, ngiler liat cuminya." Aku mengambil piring untuk Ibu makan dan Eyang. Aku bersyukur sebab Ibu sudah mau meminta makan, itu artinya Ibu sudah mulai sembuh."Apa itu, Sari?" tanyaku, saat melihat Sari memasukkan sesuatu ke dalam plastik hitam yang dibawanya dari dalam kamar Ibu mertua."Itu ... Tadi Nyonya muntah lagi.""Muntah lagi?" "Iya, dan Nyonya bilang tidak mau makan karena selera untuk makannya jadi hilang," jelas Sari, aku langsung berlari menuju kamar Ibu mertua.Ibu mertua tampak lesu, terbaring lemas sambi