KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 49PoV Author "Paman," panggil Rindu, sambil berjalan di lorong rumah sakit dengan perasaan cemas."Rindu, kamu pulang?" tanya Paman Doni yang melihat ke belakang."Gimana keadaan Kak Jelita, Paman? Apa dia baik-baik saja?" Rindu balik bertanya sambil menatap Paman Doni."Apa abang iparmu belum menceritakannya?" "Rindu belum pulang ke rumah, Paman. Rindu dari bandara langsung ke sini, Ibu yang memberitahu kalau Kak Jelita dirawat di rumah sakit ini," ucap Rindu."Dokter bilang, kakakmu mengalami gegar otak, tapi jangan khawatir, dia pasti baik-baik saja.""Apa Zahra sudah dipenjara?" Paman Doni langsung menunduk saat mendengar pertanyaan Rindu."Zahra belum ditemukan, dia melarikan diri." jawab Paman Doni.Rindu berlalu dan masuk ke dalam kamar rawat inap. Rindu mengusap air matanya saat melihat sang Kakak tercinta terbaring diatas ranjang rumah sakit."Jangan lama-lama sakitnya, jangan bikin semua orang khawatir, Kakak harus cep
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 50"Ya Allah, Rindu." lirih Riswan.Riswan sangat terkejut saat pulang dari membeli nasi bungkus untuk Ridwan, dan mendapati keadaan istri yang sangat dicintainya itu sudah terbaring di ranjang rumah sakit dengan tangan yang terpasang selang infus."Jangan kabari Ibu tentang hal ini, Abang takut Ibu syok mendengar nya," ucap Ridwan yang duduk di kursi sambil memijit pelipisnya. Ia sangat tidak menyangka dengan kebrutalan Zahra yang sudah merenggut nyawa calon keponakannya."Kita harus cepat bergerak, Bang. Aku tidak rela kalau pembunuh calon anakku hidup bebas di luaran sana!" Riswan mengepalkan tangannya seolah ingin meninju pembunuh calon anaknya."Assalamualaikum!" Bu Jeni baru tiba di rumah sakit. Air matanya yang belum kering menangisi nasib anak sulungnya, kini kembali ditambah lagi dengan kesedihan melihat keadaan Rindu."Wa'alaikumsallam, Ibu datang dengan siapa?" tanya Ridwan."Ibu naik angkot, apa kata dokter? Rindu baik-
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 51PoV Dwi.Jam sudah menunjukkan angka tiga pagi. Aku belum bisa tidur karena terus memikirkan langkah yang akan kuambil besok. Nyawa kedua orang tuaku berada di dalam ancaman Zahra. Aku tidak mau melakukan hal yang membuat keselamatan orang tuaku terancam.Aku tidak menyangka kalau Zahra sejahat itu. Dia begitu ingin membuat Jelita menderita. Jujur, aku memang sangat kecewa dan marah dengan Jelita. Karena dia mengabaikanku saat aku meminta bantuan, bayiku sampai kehilangan nyawa karena terlambat mendapatkan pertolongan medis. Tapi, aku tidak bisa untuk membalas perbuatan Jelita dengan melenyapkan bayinya.Tapi, bagaimana caranya mengatasi Zahra? Dia sudah mengancamku dan memperlihatkan kepadaku foto orang suruhannya yang sudah berada di halaman rumah orang tuaku.Jika aku nekad melawan atau pun membantah perintahnya, maka, orang suruhannya akan langsung melakukan perintah Zahra untuk menghabisi nyawa orang tuaku.Tidak, aku tidak
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 52PoV Author.Zahra tersenyum manis saat melihat motor yang dikendarai Dwi masuk ke halaman rumah ibunya Dwi. Dia duduk di kursi teras dengan menaikkan kedua kaki ke atas meja."Di mana ibuku?" tanya Dwi dengan tatapan dingin melihat Zahra."Lagi masak di dapur, kedatanganku sangat disambut dengan hangat oleh ibumu, dia pergi ke pasar dengan membeli bahan makanan untuk di masak, lihat ini, ini buah yang dia belikan untukku makan sembari menunggumu pulang." Dwi langsung masuk ke dalam rumah untuk memastikan bahwa ibu dan ayahnya baik-baik saja."Sudah pulang kamu, Nak? Zahra sudah lama menunggumu, kita makan sama-sama ya? Ibu sudah masak banyak ini," ucap ibunya Dwi. Dia tidak tahu bahwa orang yang di jamunya dengan makanan adalah orang yang ingin menjadikannya umpan, agar Dwi mau menuruti perintahnya."Lauk dan sayurnya di pisah ya, Bu? Zahra sukanya begitu, Dwi juga mau dipisah, mau kuah sopnya yang banyak, Dwi ke depan sebentar
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 53Setelah hampir dua bulan aku pulang dari rumah sakit. Hari ini aku berniat mau melihat Zahra di penjara dengan ditemani sahabatku Dwi.Tin!Klakson motor dari luar pagar yang di tekan oleh Dwi. Dia sudah membeli motor hasil dari menjual rumahnya, sekarang dia tinggal di rumah orang tuanya.Aku berpamitan sama Ibu yang tengah mengajak Putra bermain. Setelah itu, aku berjalan menuju ke arah Dwi yang tersenyum semringah sambil menepuk stang motornya."Bawain ya? Arah pulang nanti baru aku yang bawa," ujarnya. Aku mengangguk dan memakai helm yang diberikan Dwi padaku.Sepanjang perjalanan kami terus bercerita. Mengingat masa-masa kecil sampai kami sama-sama lulus SMA. Sesekali kami tertawa geli mengingat kenangan masa lalu.Sesampainya di depan pagar kantor polisi. Aku memarkirkan motor. Seorang polisi yang sudah mengenalku langsung tahu tentang kedatanganku yang ingin melihat Zahra.Polisi itu meminta kami duduk dan menunggu. Beber
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 54Drtt ... Drrtt ...Ponselku yang berada diatas ranjang bergetar. Aku yang sedang duduk di depan cermin untuk berhias langsung bergerak menyambar ponsel."Assalamualaikum," ucapku setelah mengangkat panggilan telpon video dari adikku Rindu."Rapi bener, mau ke mana?" tanyanya."Mau ke acara lamarannya sahabat, Kakak." Aku menjawab sembari menyenderkan ponselku ke tempat tisu yang ada di hadapanku. Lalu melanjutkan untuk mengaplikasikan bedak tabur."Kak, Mbak Mayang hamil lho," katanya yang memperhatikanku sedang memakai lipstik."Alhamdulillah, Mbak Mayang sudah kasih tahu kok sama Kakak," "Aku sedih nih." Aku menatap wajah Rindu yang wajahnya memenuhi layar ponselku."Kok sedih? Memangnya ada apa? Apa yang kamu pikirkan, Sayang? Cerita sama Kakak, mikirin apa hm?" tanyaku. Aku memasang jilbab segi empat dan menyematkan jarum pentul diatas kepala, aku beranjak duduk di sofa untuk mendengarkan keluh kesah yang sedang adikku ras
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 55"Saya tidak melihatnya, Bu. Sepulangnya saya dari rumah anak saya, saya dan suami saya nonton tv, jam sepuluh kami sudah tidur. Kami tidak mendengar apa pun saat kami masih terjaga," jelas Bu Romlah yang datang ke rumah. Beberapa tetangga datang pagi-pagi ke rumah ibuku. Tante Nur pasti sudah heboh memberitahu kejadian tadi malam kepada mereka semua."Kok ngeri ya? Kampung kita sebelumnya tidak pernah kejadian seperti ini, ini kali pertamanya maling masuk ke daerah kita," ucap salah satu tetangga yang rumahnya berada dekat dengan rumah Tante Nur."Kampung kita tidak aman, kita harus waspada dan memperketat keamanan di rumah. Amit-amit, jangan sampai rumahku di malingin isinya, mau ganti pakai apa?""Jelita," panggil Paman Doni. "Kata Tante Nur, rumah kalian kemalingan ya? Apa sudah tahu siapa malingnya?" tanya Paman Doni."Mereka semua pakai topeng, Paman. Mas Ridwan juga ikut mencari informasi bersama polisi hari ini, pasti ma
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKUBAB 56"Sudah lama kita tidak makan di luar, malam ini kita makan di luar yuk?" ucap Mas Ridwan sambil bermain dengan Putra."Makan di rumah saja, Mas. Aku tidak mau kalau rumah ini kemalingan lagi," sahutku tanpa menoleh ke arahnya karena lagi fokus mengupas buah mangga."Temboknya 'kan sudah dipasang beling, bukan hanya beling, bahkan besi runcing juga sudah terpasang, jadi jangan khawatir lagi untuk meninggalkan rumah, tidak mungkin 'kan kalau maling itu tetap nekat juga menerobos beling dan besi itu?""Namanya juga maling, Mas. Pasti tetap nekat lah, tapi, kalau mau makan di luar juga ya terserah, aku ikut ke mana pun kamu mau," ucapku sambil melempar senyum genit ke arahnya yang kebetulan menatapku.Mas Ridwan mendekatiku dan menarik hidungku pelan.Dering ponsel menghentikan candaan kami. Mas Ridwan beranjak untuk mengambil ponselnya yang sedang dicas diatas meja tv."Baik, Pak, sekarang saya akan ke sana," ucapnya, entah bicara