Beranda / Romansa / KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU / 3. SUASANA HATI YANG BURUK

Share

3. SUASANA HATI YANG BURUK

last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-17 21:45:40

PLAAAKKKKKK ...

Tamparan keras mendarat di pipi Rania. Saking kencangnya, sampai meninggalkan bekas merah di sana.

Rania menyentuh pipinya yang terasa nyeri, seraya menyeringai kecil.

"Sudah, Jeng Vera, cukup. Jangan, dilanjutkan. Kasian Rania, Jeng." kata wanita itu, mencoba untuk melerai pertikaian antara Vera dan Rania. Dia merasa tidak enak hati, melihat pasangan ibu dan anak itu saling melukai.

Lagi-lagi Rania tersenyum miring. "Enggak usah masang muka polos kayak gitu, Tan. Aku udah tahu, pikiran kotor kalian. Tante, membeliku, untuk dijadikan budak di club malam kan? Iya kan, Tante?" sungutnya, memberi tuduhan yang tidak dilandasi bukti kuat.

"RANIA! CUKUP!" teriak Vera kembali.

Lama-lama dia muak dengan perkataan Rania yang kurang ajar.

"Berhenti berpikir yang bukan-bukan! Minta maaf cepat, ke Tante Desi!" Vera meninggikan suaranya.

Alih-alih menuruti perintah Vera, Rania malah menyelengos, memasang wajah tidak sedap dipandang. Setelah itu, dia lari begitu saja dari ruangan tersebut, tanpa mengatakan apa-apa.

"Rania! Kembali kamu! Dasar anak tidak tahu diuntung!" teriak Vera, sampai urat-urat lehernya menegang saking kesal dan marah kepada putri sambungnya itu.

"Sudah, Jeng. Jangan marah lagi. Biarkan Rania menenangkan dirinya dulu. Mungkin, Rania belum siap dengan perjodohan ini," kata Desi, berusaha menenangkan Vera yang emosinya sedang meluap-luap itu.

Dada Vera naik turun. Dia benar-benar malu di depan Desi, atas sikap Rania yang keras kepala itu.

"Maafin aku ya, Jeng. Kamu harus lihat kejadian kayak gini. Padahal niat kamu baik, cuma ingin menjodohkan dia dengan anakmu." Vera mulai tenang, setelah berhasil mengendalikan pikirannya, yang sempat kehilangan ketenangan itu.

"Iya, Jeng. Enggak apa-apa. Aku bisa maklumin kok. Bukan kamu aja, Jeng, yang ngadepin sikap keras kepala anak-anak. Aku pun sering berdebat dengan anakku," tutur Desi, yang juga mulai enjoy kembali, setelah sempat ikut merasakan ketegangan tadi.

Vera menarik napasnya dalam-dalam, lalu membuangnya perlahan-lahan. "Makasih ya, Jeng, atas pengertiannya. Rania memang gitu, sifat keras kepalanya susah dihilangkan. Dia juga susah diatur. Makanya, saya sering marah-marah, kalau ngomong sama dia."

Vera tidak ragu untuk mengungkapkan kelakuan Rania di hadapan Desi.

"Santai aja, Jeng. Jangan buru-buru. Aku sudah melihat Rania. Dia anak yang baik sebenarnya. Perjodohan ini tetap dilanjutkan, Jeng. Kamu tenang aja. Sekarang, kita tinggal mengatur waktu, supaya Rania bisa bertemu dengan anakku."

Perkataan Desi, membawa angin segar bagi Vera. Dia sempat cemas, Desi akan mengubah keputusannya, setelah melihat sikap tidak dewasa Rania.

"Aduh, makasih banget, Jeng Desi. Aku sebagai walinya Rania sekarang, merasa sangat senang dan bersyukur. Jeng Desi, masih mau melanjutkan perjodohan ini."

Desi mengulas senyuman kecil. "Tenang aja, Jeng. Perjodohan ini tetap dilanjutkan dan pernikahan keduanya akan tetap berjalan, sesuai yang kita sepakati bersama. Aku yakin, Rania akan menerima semua ini, cepat atau lambat."

"Amiin. Semoga aja ya, Jeng dan anakmu bisa menerima Rania."

***

Hari berikutnya. Rania pergi sekolah lebih awal dari biasanya. Bahkan dia tidak sarapan. Alasannya karena malas harus kontak mata dengan Vera.

Rania turun dari angkot. Padahal di rumahnya ada mobil serta supir. Namun, Rania enggan menikmati pasilitas tersebut, setelah Ayahnya tiada.

Vera selalu mengungkit soal gaji supir dan ART, kalau dirinya menikmati pasilitas.

Gadis beli berseragam putih abu-abu itu, lantas mengayunkan kakinya melewati gerbang, memasuki halaman sekolah.

"Woi, Rania tralalala!" panggil seseorang dari arah belakang.

Dari cara panggilan itu, Rania langsung mengenali sosok yang baru saja menyapanya.

Dia berbalik badan dan memasang wajah datar, lantaran suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja sejak kemarin.

"Apaan si? Enggak usah pake tralalala gitu. Nama gue, Rania Mikaila Putri!" tegas gadis mungil delapan belas tahun itu, sedikit protes dan kesal, sebab temannya memanggilnya dengan seenak jidat.

"Hahaha, iya, iya. Enggak usah sewot kayak gitu juga kali. Gue juga tahu, nama lu tuh, Rania Mikaila Putri."

"Nah, itu tempe," jawab Rania masih dengan nada ketus. Kemudian, dia kembali mengayunkan kakinya.

"Gue, tebak. Lu, pasti lagi bad mood ya?"

"Hooh. Biasalah. Si Nenek Sihir itu, selalu aja bikin bad mood," aku Rania dengan nada malas.

Malas berkata panjang lebar.

"Kali ini, apa lagi yang dilakuin tuh si Nenek Sihir, ke lu? Sampai-sampai mood lu kayak gini?" tanya Eva, penasaran.

Ya, gadis belia berseragam putih abu-abu dan usianya sebaya dengan Rania itu, bernama Eva Sari. Biasa dipanggil Eva.

Rania pun menghela napas panjang, "dia ngajak Tante-tante ke rumah. Terus, tuh si Tante-tante bilang. Kalau dia mau jadiin gue menantu ..."

"Lah, gue langsung marah dong. Emang dia kira gue cewek apaan, semudah itu buat dijadiin menantu? Terus gue debat, akhirnya gue kena tampar si Nenek Sihir," beber Rania diiringi helaan napas.

"Seriusan? Dia nampar lu?" Eva menghentikan langkahnya, tidak mampu menyembunyikan keterkejutannya.

Rania mengangguk satu kali, sebelum akhirnya mengayunkan kakinya kembali.

"Wah, parah itu. Bisa kena pasal kekerasan dalam rumah tangga. Lu bisa nuntut tuh. Apa lagi, tuh Tante-tante niat buat jadiin lu menantunya. Jangan-jangan, lu udah dijual tuh sama si Nenek Sihir ke Tante-tante itu. Makanya dia bilang kayak gitu. Dih, ngeri amat ya," cerocos Eva, ke sana kemari.

"Gue yakin, si Nenek Sihir sama Tante-tante itu, udah ngerencanain sesuatu buat lu ..."

Suasana hati Rania sudah terbakar sejak kemarin, kemudian ditambah Eva menyiraminya dengan minyak tanah. Alhasil, makin menjadi-jadi luapan emosi Rania.

"Woi, Rania tralalala! Tunggu gue!"

Rania memilih untuk mengayunkan kakinya saja, dari pada harus terus-menerus mendengarkan ocehan Eva yang semakin ngawur.

TIIITTT!

Seseorang dengan sepeda motornya, tiba-tiba mengerem mendadak, tepat di depan Rania. Jaraknya hanya beberapa sentimeter saja.

"Rania awas!" teriak Eva sangat keras.

Rania terkejut bukan main. Hanya kurang beberapa detik saja, dia hampir berakhir di rumah sakit.

"Woi, bangsat! Punya mata enggak lu!" Rania yang memang sudah emosi, kini semakin menjadi-jadi.

Dia membusungkan dada serta wajahnya, saat berbicara dengan pengendara motor yang masih mengenakan helm itu.

"Lu, mau bikin gue mati ah! Dasar bangsat lu!" Selain berteriak dan memaki, Rania juga memukul body depan motor itu cukup keras.

Remaja belia yang ada di atas motor itu, lantas membuka helmnya. Dia mengibaskan rambutnya, sehingga terlihat keren di mata para cewek-cewek yang kebetulan berada di area tersebut.

"Ran, liat deh. Ganteng banget dia," bisik Eva sambil bergelayut di tangan Rania.

"Apaan si, enggak usah lebay deh!" Rania mendorong Eva, sehingga temannya itu tidak lagi menempel seperti anak monyet.

"Dih, jangan marah gitu. Kenyataannya dia emang ganteng banget, Ran. Masa si, lu enggak bisa lihat?"

"Enggak!" tegas Rania, tidak bisa diganggu gugat.

"Tadi lu bilang apa? Gue, mau bikin lu mati?" Pemuda itu akhirnya angkat bicara. Dia menanyai Rania, yang sempat marah-marah tadi.

"Hooh! Kan emang benar. Lu pengen gue mati di sini!" sungut Rania seraya berkacak pinggang.

Remaja ganteng yang belum diketahui namanya itu, menyelengos. Sorot matanya terlihat jeles dan menganggap perkataan lawan bicaranya hanyalah bualan semata.

"Alah ... Engga usah lebay lah. Lu sendiri yang jalan enggak pake mata. Udah, tahu gue mau lewat sini, masih aja lu jalan. Dalam hal ini, bukan gue salah. Sudah jelas, lu yang salah!" tegas pemuda itu, membela dirinya sendiri.

Tentu ia mengelak dan tidak mau disalahkan

Rania semakin murka. Wajahnya yang semula merah padam, kini menjadi kelabu. Dia mengepalkan kedua tangannya, sangat-sangat marah.

BRUK!

Rania mendorong helm itu, sehingga jatuh berguling-guling di tanah.

"Woi! Lu punya masalah apa si sama gue, ah?" teriaknya sewot.

Rania menjulurkan lidahnya, balik meledek remaja belia itu. Setelahnya, Rania melenggang pergi.

"Woi, cewek aneh! Minta maaf enggak lu!" Pemuda itu kembali berteriak. Namun, Rania tidak menggubrisnya.

Dia hanya menoleh, sebelum akhirnya kembali berjalan.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
heheheee kyknya ini nih calon suami dingin bak es kutub ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    4. PERTEMUAN DENGAN CALON SUAMI?

    Di dalam kelas 12 A."Ran, cowok tadi kayaknya anak baru deh. Soalnya dari seragam sekolahnya itu loh, beda sama seragam sekolah kita," bisik Eva pada teman sebangkunya, yang tidak lain adalah Rania."Terus, gue harus bilang wow gitu?" jawab Rania dengan tatapan malas.Eva menyunggingkan bibir bagian atasnya. "Teriak aja sekalian, Ran. Gue ikhlas. Enggak bakalan gue cegah lu, seandainya lu suka sama tuh cowok," celetuknya mencoba menghibur Rania supaya tidak jeles.Alih-alih mengubah suasana hati temannya, Rania malah semakin ngamuk. Dia menjatuhkan tatapan horor, yang mengerikan."Dih, najis! Ogah, gue suka sama cowok kayak dia. Berandalan kayak gitu. Malas banget gue. Mending gue jomblo seumur hidup, dari pada harus suka sama dia. Ih ...""Hust, jangan ngomong kayak gitu, Ran. Entar, Tuhan, denger doa lu gimana? Bukannya jomblo seumur hidup, lu malah nikah sama tuh cowok, terus bucin akut. Gimana, Ran?"Eva mencoba menakut-nakuti. Namun, Rania tidak semudah itu terhasut dengan ucap

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17
  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    5. KEPUTUSAN DESI

    "Jadi, kalian sudah saling kenal?" tanya Desi sambil menatap bergantian Erlan dan Rania."Bukan kenal lagi, tapi sangat kenal, Mom. Dia itu, cewek ngeselin di sekolah," adu Erlan seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan menatap sinis Rania."Maksudnya ngeselin apa, Sayang? Mommy enggak paham deh." Desi begitu penasaran dengan arti ucapan Erlan. Ditatapnya dua remaja belia yang usianya tidak terpaut jauh itu."Dia hampir nabrak aku, Tan," timpal Rania cepat, sebelum Erlan sempat menjawab pertanyaan Desi. Dia sedikit mengangkat bahunya, menunjukkan kesan tantangan kepada Erlan secara terbuka."Apa?" Desi cukup terkejut mendengar pengakuan Rania."Woi, cewek ngeselin. Mana ada seperti itu. Lu nya aja yang jalan enggak pake mata," tunjuk Erlan dengan nada kesal dan kasar."Erlan! Jaga bicaramu!" bentak Desi sedikit keras."Apa, Mom? Aku enggak salah, dia yang salah! Udah tahu, ada motor mau lewat, tetap aja dia jalan!" Erlan meninggikan suaranya, membela dirinya di hadap

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    6. SETELAH RESMI

    SATU BULAN KEMUDIAN.Erlan dan Rania pun telah resmi menikah. Namun, pernikahan tersebut dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan dihadiri dua keluarga inti serta Ketua KUA saja. Hal itu dilakukan semata-mata agar pihak luar tidak mengetahui pernikahan tersebut, terutama dari pihak sekolah dan teman-teman Rania maupun Erlan.."Lu tidur di lantai, gue tidur di kasur!" tegas Erlan dengan tatapan serius. Rania menganga, tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Lu tenang aja. Gue punya kasur cadangan di lemari. Pake aja tuh, biar lu enggak kedinginan," sambung Erlan masih dengan gaya arogannya. Kendati demikian dari kalimat yang digunakan, ada makna perhatian di baliknya. Rania menghela napas panjang, sebelum akhirnya dia mengangguk pelan.Kamar ini telah dihias selayaknya taman. Ada kelopak bunga mawar menghiasi lantai serta tempat tidur. Kata orang, ini adalah malam pertama, malam yang sangat indah bagi sepasang pengantin baru. Namun, bagi Rania, ini adalah malam yang menjadi awal

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    7. ERLAN IDOLA DI KELAS

    Hari berikutnya. Rania pun telah sampai di sekolah lebih dulu. Sedangkan Erlan beberapa menit setelahnya. Keduanya datang dengan kendaraan berbeda. Rania turun dari angkutan umum, sedangkan Erlan dengan motornya. Ketika berpapasan pun, baik Rania maupan Erlan sama-sama bersikap seolah tidak saling melihat. Keduanya sudah sama-sama sepakat, untuk tidak saling menyapa, meskipun status yang dijalani sekarang telah sah menjadi suami istri."Rania tralalala!" Rania menghentikan langkahnya. Suara serta panggilan itu, sangat ia kenali. Ya, siapa lagi kalau bukan Eva. "Gue udah bilang. Jangan panggil gue dengan sebutan Rania tralalala," dengusnya kesal.Rania kembali mengayunkan kakinya. Mengabaikan Eva yang mengekor di belakangnya Sementara itu, Erlan telah memarkirkan motornya di temlat seharusnya. Kedua matanya sempat menangkap pergerakan Rania di sana."Erlannn!!!" Dua gadis centil menghampiri Erlan yang baru saja melepaskan helmnya.Remaja tampan yang selalu bersikap dingin itu, men

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    8. KESENANGAN RANIA

    JAM KEDUA PELAJAR."Lan, lu mau kemana?" tanya Andri, salah satu murid kelas 12 A, menegur Erlan yang berjalan berlawanan arah.Erlan menoleh."Lu enggak mau ke lapangan? Ada pertandingan voli tuh, kelas kita lawan kelas sebelah." Andri menjelaskan dengan antusias.Erlan tidak berkomentar."Udah, enggak usah banyak mikir!" Andri langsung saja menarik tangan Erlan, mengajaknya untuk pergi ke lapangan, tempat para murid berkumpul untuk menyaksikan pertandingan bola voli, kelas A melawan kelas B.Erlan tidak menolak. Namun, dia cukup kesal lantaran orang lain menyentuh tangannya seenak jidat."Lu harus lihat pertandingan ini. Kelas kita enggak pernah kalah dari kelas manapun," kata Andri begitu semangat."Rania paling jago di kelas kita," tambahnya terdengar begitu membanggakan Rania, yang tidak lain adalah istrinya Erlan. Mendengar nama Rania disebut, Erlan pun langsung menarik tangannya. Andri cukup terkejut. "Kenapa, Lan" tanya Andri penasaran."Gue enggak suka voli." Erlan berkata

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    9. KE BIOSKOP

    "Mau pergi kemana, Sayang?" tegur Desi, ketika melihat Rania menuruni anak-anak tangga. Terlihat penampilan Rania begitu rapih dan berdandan cantik.Biasanya Rania hanya berdandan biasa, polesan make up tipis-tipis saja. Malam ini, sepertinya ada hal spesial. "Itu, Tan ... Aku mau pergi sama teman," jawab Rania beralasan."Kok masih panggil Tante si? Panggil Mommy dong. Sekarang kan, kamu udah jadi anak Mommy." Desi memprotes sikap Rania yang menurutnya masih saja formal dan kaku."Heum ... I-ya, Mommy, maaf."Rania mengangguk dan canggung, merasa kikuk karena sebenarnya dia belum terbiasa menggigil Desi dengan sebutan 'Mommy," sebagaimana seharusnya. "Iya, Sayang. Enggak apa-apa. Jangan diulangi ya. Kamu harus sudah terbiasa, dengan panggilan itu. Sekarang kan kita sudah berkeluarga. Anggap saja, Mommy adalah Ibu kandung kamu."Desi meraih kedua tangan Rania, menggenggamnya erat dan tersenyum hangat."Iya, Mommy."Lagi-lagi Rania hanya bisa tersenyum canggung. Sungguh keadaan yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    10. BALAPAN

    "Woi, Bro!" teriak seseorang dari kejauhan, sambil melambaikan tangan.Erlan yang baru memasuki tempat hiburan malam itu, lantas menghampiri rekannya yang ada di sana."Gimana kabar lu?" tanya Aldo, sambil melakukan tos persahabatan, yang biasa dilakukannya bersama Erlan.Biasa lah, anak muda. ABG zaman sekarang. "Enggak ada baik-baiknya kabar gue," jawab Erlan sedikit malas. Dia lantas duduk di sofa, menyandarkan punggungnya ke titik ternyaman. Kepalanya mendongak, pikirannya kacau balau. Hari-harinya semakin ruwet, dengan kehadiran Rania. Semakin membuatnya tidak betah berada di rumah. "Iya, kah? Apa nyokap lu maksa buat ngelakuin sesuatu lagi?" tanya Aldo penasaran seraya duduk menemani rekannya yang sedang gundah gulana itu."Hooh. Pusing kepala gue, pengen pecah rasanya." Erlan tidak menutupi kekesalannya. Kendati demikian , dia tidak akan mau membahas soal Rania di depan Aldo. Bisa kacau semua rahasianya.Aldo mengelus dagunya, sedang memikirkan sebuah rencana yang mampu meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    11. CINTA DESI

    "Kamu ada di sini, Rania? Saya sangat cemas mencari kamu kemana-mana." Rania tergagap, ketika pria yang mengajaknya untuk nonton di bioskop, tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya sekarang."Ah, heum iya Pak Ravi. Maafkan aku karena pergi tanpa memberitahu Anda," ungkap Rania sedikit gugup. Wajahnya terlihat pucat dan berkeringat. Ravi sedikit menerka situasi yang sedang Rania alami. Kendati demikian, dia tidak mau asal berucap. Rania tertunduk, merasa bersalah, tapi hatinya sedang dongkol karena ulah suaminya yang pergi begitu saja tanpa meminta maaf. "Apa ada sesuatu yang terjadi? Apa kau baik, Rania?" tanya Ravi kembali. Gadis mungil itu mengangkat kepalanya, "bukan apa-apa, Pak. Mendadak kepikiran almarhum Ayah. Kalau gitu, aku pulang duluan ya Pak Ravi. Maaf sudah membuat Anda cemas."Rania sedikit menunduk disertai senyuman kecil yang terkesan terpaksa, setelahnya dia melenggang pergi tanpa menoleh lagi. Ravi hendak mengejarnya. Namun, kedua kakinya tidak mampu untuk melangka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18

Bab terbaru

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN DAN RANIA [25]

    "RANIA! JAGA UCAPAN LU!" teriak Erlan sambil mengangkat tangan kanannya, siap untuk melayangkan pukulan. Namun, tangannya tertahan di udara. Erlan menunjukkan tatapan nanar, garis bawah matanya merah. Dia tidak menyembunyikan kemarahannya di depan Rania."Kenapa diam? Lu mau tampar gue? Sini. Tampar gue. Pukul gue. Kenapa lu berhenti, Lan?" Rania menurunkan tangan Erlan, menekan-nekan di pipinya, memudahkan suaminya untuk melakukan kekerasan.Erlan tidak melanjutkan tindakannya. Dia menarik tangannya dengan kasar, sehingga terlepas dari genggaman Rania.Erlan berdengus kesal, mengepalkan tangan kanannya kuat-kuat, menunjukkannya di depan Rania. Namun, dia menahan diri untuk tidak memukul maupun menampar. "Sitt!!!" umpatnya kesal, setelah itu melenggang pergi tanpa kata.Erlan tak melanjutkan emosinya, memilih pergi dari pada harus berlama-lama di dekat Rania. Isi kepalanya terlalu panas dan sewaktu-waktu bisa meledak kapan pun

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    24. PERDEBATAN RANIA DAN ERLAN

    "Kamu mau makan, Sayang?" tanya Desi seraya berjalan menghampiri putra satu-satunya itu.Erlan menghentikan langkahnya, lalu menoleh pada Desi. "Mommy, urus aja tuh, menantu kesayangan, Mommy. Erlan bisa urus diri sendiri," tuturnya dengan nada dingin.Setelah berkata demikian, Erlan langsung mengayunkan kakinya kembali, mengacuhkan perhatian Desi. Dia sempat melirik Rania sekilas. Hanya sekilas karena dirinya enggan menyia-nyiakan waktu hanya untuk memandangi istrinya. Erlan menaiki anak-anak tangga, tanpa sedetik pun dia menoleh ke belakang. Sementara Desi yang masih berdiri di posisinya, tampak bersedih. Sorot kedua matanya enggan berpaling dari Erlan. Hati kecilnya berharap, suatu saat nanti putra semata wayangnya itu, bisa berubah menjadi sosok pemuda yang mampu membawa nama baik keluarga.Rania pun menghela napas panjang, tepat saat Erlan berkata tadi. Sungguh suaminya itu benar-benar tidak memiliki hati nurani. Di saat yang lain

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    23. KISAH ERLAN

    Malam itu, seperti biasa. Erlan baru saja keluar dari salah satu tempat hiburan malam favoritnya. Dia hanya datang bersama Aldo, sahabat yang paling dipercayainya. "Lan, lu yakin bakalan balapan? Lu tadi minum lebih dari enam gelas. Gue enggak yakin, lu bakalan bisa balapan," ucap Aldo cukup cemas. "Lu ngomong apaan si, Do? Enam gelas tidak akan membuat seorang Erlan mabok, hahaha."Alih-alih berterima kasih, Erlan malah tertawa cukup keras sambil menepuk bahu Aldo. "Gue, bisa melakukan lebih dari balapan. Lu enggak usah cemas berlebihan kayak gitu. Gue bakalan pastiin ke lu, balapan kali ini gue yang jadi pemenangnya," tambahnya disertai senyuman penuh kemenangan. Aldo hanya bisa geleng-geleng kepala. "Ya dah, gue percaya, tapi kalau sampai kenapa-kenapa di jalan, gue enggak mau tanggung jawab," lanjut Aldo sambil mengacungkan jari telunjuknya. Mewanti-wanti Erlan supaya berhati-hati.Erlan mengacuhkan peringatan itu dan mem

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    22. PERTANDINGAN BOLA VOLI

    "Selamat pagi semuanya. Hari ini Bapak ada pengumuman penting untuk kalian," ucap Agus, berstatus Wali Kelas di sini. Dia memperhatikan semua murid-muridnya. "Pengumuman penting apa, Pak?" tanya salah satu murid, menimpali.Bukan hanya dia saja yang bertanya-tanya, tetapi murid-murid lainnya pun memiliki pertanyaan yang sama.Rania dan Eva menyimak dengan serius. Sedangkan Erlan tampak memalingkan wajahnya melihat ke luar jendela. Hal seperti ini, tidak akan membuatnya penasaran. Tidak peduli, sepenting apa pengumuman itu."Pengumuman pentingnya. Dinas Pendidikan, mengadakan pertandingan Bola Voli antar sekolah tingkat kecamatan. Jadi, akan ada dua puluh sekolah di lima kecamatan yang akan bertanding, salah satunya sekolah kita. Setiap sekolah yang masuk pertandingan ini, akan mengirimkan satu tim bola voli terbaik mereka ...""Sekolah kita memiliki satu Tim terbaik. Kepala sekolah dan guru-guru lainnya telah sepakat untuk mengirimkan Tim tersebut untuk pertandingan ini.""Rania ..."

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    21. KESEDIHAN RANIA

    'Maafin Mommy. Sebenarnya Mommy sudah mengetahui masalah ini sejak beberapa hari yang lalu. Mommy tidak ingin memberitahumu karena Mommy taku, masalah ini akan mempengaruhi kesehatan kamu. Mommy minta maaf. Kamu mau kan maafin, Mommy.''Seperti apa pun Vera, kamu tetap putri kesayangannya, Mommy.''Ini cobaan dari, Allah. Kamu harus kuat, Sayang. Mommy akan ada terus di sisi kamu.'Perkataan Desi sangat membekas di benang Rania. Dia duduk di tepi ranjang. Menatap nanar objek di depannya. Kedua tangannya mengepal erat siap untuk meninjau sesuatu yang ada di sana. "Aaaaaaa!!!!" teriaknya sangat kencang. Bersamaan dengan itu.BRAK!!!Rania menyapu bersih barang-barang yang ada di atas meja rias. Parfum, bedak dan lainnya jatuh berserakan di lantai. Benda yang berbahan kaca, langsung pecah. Rania melihat pantulan dirinya yang kacau dari balik cermin. Garis bawah matanya merah. Napasnya memburu. "Aaaaaa!!!" Dia kembali berteriak, penuh rasa frustasi."Ayah! Inikah perempuan yang Ayah an

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    20. KENAPA?

    'RUMAH INI TELAH DISITA. RUMAH INI SUDAH MILIK TUAN ALEXANDER.'Tertulis di papan yang terpasang di depan pintu. "Mommy," ucap Rania lirih. Sepasang mata indahnya mulai berkaca-kaca. Desi meraih tangan Rania, menggenggamnya, memberi sentuhan hangat yang sangat diperlukan Rania sekarang."Kenapa ada tulisan kayak gitu, Mom? Apa maksudnya?" Rania bertanya-tanya. Dia menggenggam daun pintu, mencoba untuk membuka pintu itu. Namun, pintu itu terkunci."Bu! Buka pintunya, Bu!" Rania menggedor-gedor pintu, berteriak memanggil Ibu tirinya yang dalam beberapa hari terakhir hilang kontak dengannya."Bu, ini Rania! Buka pintunya, Bu! Rania pengen masuk, Bu!" Dia terus berusaha untuk minta dibukakan pintu, tanpa ia pedulikan papan tulis yang terpajang itu.Desi membuang napas berat. Bibirnya membisu. Hatinya menjerit sakit. "Buka pintunya, Bu! Ini rumah Ayah. Rania berhak masuk! Rumah ini milik Rania, Bu! Buka pintunya!"Rania berpikir, rumah ini terkunci dari dalam. Vera pasti ada di dalam, e

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    19. ADA APA?

    Rania masuk ke kamar. Dia berlari menuju lemari yang berada di sudut ruangan ini. Dia buru-buru mengeluarkan koper yang disimpan di dalam lemari.Rania meletakkan koper itu di lantai, dia membuka resleting koper tersebut, kemudian dia mengeluarkan baju-baju yang ada di dalam lemari.Rania melakukannya dengan langkah terburu-buru. Tak ada lagi tangisan. Pikirannya telah dipenuhi kalimat hinaan yang dilontarkan Erlan beberapa saat lalu."Sayang." Desi termangu dari jarak lima meter. Dilihatnya sang menantu yang sedang mengemas pakaiannya. Desi berlari, mengikis jarak antara keduanya. Kedua mata tidak mampu membendung air mata yang terus memaksa untuk keluar."Apa-apaan ini, Sayang? Kamu mau kemana? Ini rumah kamu, Sayang. Rumah ini milik kamu." Dia mencoba untuk membujuk Rania agar mau mengubah keputusannya itu."Enggak, Mom. Ini bukan rumah Rania. Rania di sini cuma jadi cewek pembawa sial, seperti yang Erlan katakan."Rania menarik tumpukan pakaiannya dari dalam lemari, lalu memasukk

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    18. HINAAN ERLAN

    "Pak, bukannya banyak kasus ya. Dia yang suaranya paling besar, ternyata pelaku sebenarnya." Dia menyunggingkan bibirnya, penuh kemenangan. Erlan langsung membalikkan suasana. Secara tidak langsung, dia menyerang gadis belia itu dengan kalimatnya barusan."Kenapa Bapak tidak tanyakan ke dia? Mungkin saja, dia lah yang sudah membuat Rania sakit?" cecar Erlan lagi. "Saya bukan seseorang yang akan melakukan hal licik hanya untuk menjatuhkan lawan. Jika, saya mau, saya akan menjatuhkannya dari depan, bukan sembunyi-sembunyi seperti pengecut."Mereka yang mendengar pun termangu. Takjub dengan Erlan. Namun, tidak dengan gadis belia yang tadi menyerang Erlan. Dia tampak sangat kesal. Mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, seolah siap untuk melayangkan pukulan pada wajah Erlan."Tenang dulu semuanya. Jangan ada keributan di sini," ucap pria setengah baya itu, berusaha untuk melerai kehebohan yang terjadi di dalam kelas.Erlan dan gadis belia itu, saling menjatuhkan tatapan tajam. Entah ada

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    17. ADA APA DENGAN ERLAN?

    Dikarenakan kondisi Rania yang sudah membaik, Dokter pun sudah memperbolehkan Rania untuk pulang tentu dengan pengawasan ketat dari Desi. "Apa Mommy sudah dapat kabar soal Ibu?" tanya Rania cukup cemas, terpancar dari raut wajahnya yang tampak gelisah lantaran sampai detik ini nomor Vera belum bisa dihubungi sama sekali.Desi menggeleng, "belum, Sayang. Kenapa ya, kok nomornya enggak bisa dihubungi kayak gini? Mommy juga ikut cemas sama keadaan Ibu kamu." Dia duduk di samping Rania, membelai kepala menantu kesayangannya itu. "Rania juga bingung, kenapa tiba-tiba nomor Ibu enggak aktif gini? Apa sudah terjadi sesuatu sama Ibu?" tebak Rania menduga-duga. "Ushh, jangan ngomong gitu, enggak baik, Sayang. Kita harus tetap berpikir positif. Mungkin aja hp Ibu kamu lagi rusak atau ada hal lain yang membuat nomor Ibu kamu tidak aktif ...""Kita berdoa yang terbaik untuk Ibu kamu, Sayang. Kita berdoa, supaya dia baik-baik saja di sana."Desi mengulas senyuman kecil, sedangkan Rania mengang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status