Share

5. KEPUTUSAN DESI

"Jadi, kalian sudah saling kenal?" tanya Desi sambil menatap bergantian Erlan dan Rania.

"Bukan kenal lagi, tapi sangat kenal, Mom. Dia itu, cewek ngeselin di sekolah," adu Erlan seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan menatap sinis Rania.

"Maksudnya ngeselin apa, Sayang? Mommy enggak paham deh." Desi begitu penasaran dengan arti ucapan Erlan. Ditatapnya dua remaja belia yang usianya tidak terpaut jauh itu.

"Dia hampir nabrak aku, Tan," timpal Rania cepat, sebelum Erlan sempat menjawab pertanyaan Desi. Dia sedikit mengangkat bahunya, menunjukkan kesan tantangan kepada Erlan secara terbuka.

"Apa?" Desi cukup terkejut mendengar pengakuan Rania.

"Woi, cewek ngeselin. Mana ada seperti itu. Lu nya aja yang jalan enggak pake mata," tunjuk Erlan dengan nada kesal dan kasar.

"Erlan! Jaga bicaramu!" bentak Desi sedikit keras.

"Apa, Mom? Aku enggak salah, dia yang salah! Udah tahu, ada motor mau lewat, tetap aja dia jalan!" Erlan meninggikan suaranya, membela dirinya di hadapan Desi.

Dia melirik tajam ke arah Rania yang memasang wajah kesal sekaligus geram.

"Udah gitu, dia jatuhin helm aku, Mom. Terus dia pergi gitu aja, enggak pake maaf." Erlan pun menambahkan sambil memasang senyuman penuh kemenangan.

Seringai itu, mambuat Rania sangat kesal sampai-sampai dia ingin sekali menarik rambut Erlan dan mendorong pemuda itu dari atas gedung.

Vera pun menahan Rania dengan tangan kanannya, supaya anak gadisnya itu tidak mengambil tindakan balasan untuk melawan Erlan.

Gadis belia itu menatap Vera dengan raut wajah kesal, sedangkan Vera menggelengkan kepalanya beberapa kali, isyarat kepada Rania untuk tidak melakukan hal konyol seperti yang biasa Rania lakukan untuk membela dirinya.

Rania tidak menutupi kekesalannya. Kenapa harus dihentikan? Kenapa tidak dibiarkan langsung duel saja?

"Pokoknya, Erlan enggak mau nikah sama dia, Mom. Titik!" tegas Erlan sambil menatap tajam Rania. Begitu juga sebaliknya. Rania merasa jengkel dengan nasib yang sedang memainkannya sekarang.

"Kenapa enggak mau? Rania anak yang baik. Mommy tidak mungkin salah memilih calon untuk kamu, Sayang."

"Baik apanya, Mom? Mukanya aja yang kelihatan polos, tapi kelakuannya menyamai preman di jalanan," ejek Erlan secara gamblang.

Rania melebarkan matanya spontan, sedangkan Desi semakin geram dibuatnya.

"Erlan! Sudah cukup! Bicara kamu sudah sangat keterlaluan. Cepat minta maaf kepada Rania!"

"Tapi, Mom ..."

"Tidak ada tapi-tapi! Cepat, minta maaf sekarang juga!" tegas Desi dengan tatapan nyalang, yang membuat Erlan semakin jengkel kepada Rania.

"Erlan!" Desi kembali meninggikan suaranya, sebab putranya itu masih diam membisu.

"Sudah, Jeng Desi. Jangan dipaksakan." Vera pun datang mendekat, mencoba untuk meredam kemarahan Desi.

"Ini, sepenuhnya bukan salah Erlan. Rania juga salah karena tidak memperhatikan jalan saat di sekolah, sehingga tidak sengaja Erlan hampir menabraknya."

Rania hanya diam, ketika wanita berstatus ibu tirinya itu, balik menyalahkan dirinya.

"Rania tidak salah, Jeng. Sudah jelas-jelas Erlan lah yang keterlaluan. Dia berani menghina Rania dan menjelekkannya. Saya sebagai ibunya tidak senang dengan kelakuan anak yang tidak bisa menjaga ucapannya."

"Erlan! Cepat minta maaf pada Rania!" Desi mengulangi perintahnya.

Erlan membuang napas panjang, kemudian dia mendekati Rania. Selanjutnya menyodorkan tangan kanannya.

"Gue minta maaf," ungkapnya dengan nada malas.

"Pakai bahwa yang benar. Jangan lu gue! Rania itu, calon istri kamu. Jadi, kamu harus memperlakukan dia dengan baik!" tegas Desi memberi peringatan.

Lagi-lagi, Erlan membuang napas panjang. "Aku minta maaf."

Meksipun terucap kata maaf, tapi hatinya tetap dongkol. Erlan melihat Rania dari ujung rambut hingga ujung kaki, menandai gadis belia itu, sebagai seseorang yang harus dirinya buat perhitungan.

"Gimana, Sayang. Kamu mau kan maafin Erlan?"

Sekarang giliran Rania yang menjadi pusat perhatian. Desi tersenyum lembut kepada calon menantunya itu.

Ini kali kedua dirinya bertemu Rania. Entah kenapa, hatinya telah sreg dengan gadis belia itu?

"Heum ... Iya, Tan. Rania maafin kok." Gadis belia itu hanya menjawab singkat. Sedangkan Erlan sesekali membuang pandangannya dan tersenyum sinis. Tidak menutupi kekesalannya di hadapan semua orang.

"Nah, begitu dong akur, kan enak dilihatnya." Desi mendekati dua remaja belia, yang memiliki watak saling bertolak belakang itu.

"Mommy harap, kalian terus akur seperti ini bukan sekarang saja, tetapi sampai nanti-nanti pun, kalian harus tetap akur," pesan Desi kepada Rania dan Erlan. Namun, ekspresi keduanya tampak tidak bersahabat, walau keduanya sama-sama menunjukkan sedikit senyuman.

"Kalian harus bisa saling melengkapi satu sama lain, sebagai suami istri." Desi menggenggam tangan Erlan dan Rania. Kemudian dia menyatukan kedua tangan itu, sekaligus memberi restunya.

"Mommy dan Jeng Vera, sudah sama-sama sepakat. Pernikahan kalian akan dilangsungkan satu bulan dari sekarang," ungkap Desi antusias.

"A-pa?" Keduanya terkejut bukan main.

"Mom, enggak bisa gini dong." Erlan menarik tangannya dari genggaman Desi. Memikat keningnya yang tiba-tiba sakit.

"Tan, aku enggak setuju kalau pernikahannya bulan besok. Aku masih pengen sekolah. Aku enggak mau semua orang tahu, kalau aku udah nikah. Bisa enggak pernikahannya ditunda dulu gitu, sampai aku lulus sekolah atau nanti beberapa tahun lagi gitu?"

Rania lantas melayangkan penolakan secara halus, secara dirinya masih ingin menikmati masa mudanya dan terlebih lagi dirinya masih sekolah, tinggal beberapa bulan lagi untuk bisa lulus.

"Seandainya aku tahu, pernikahannya bulan besok, aku menolak permintaan Mommy. Semuanya terlalu cepat, Mom." Erlan menyahut dengan nada kesal. Tidak menyembunyikan kekecewaannya atas keputusan wanita yang telah melahirkannya itu.

Desi melihat kedua remaja belia itu bergantian.

"Terserah, apa alasan kalian, pokoknya Mommy tetap mau pernikahan ini dilakukan satu bulan dari sekarang. Titik! Tidak ada yang bisa mengubah keputusan Mommy. Kamu maupun Rania!" Desi berucap sangat tegas.

Erlan sudah membuka mulutnya. Namun, detik itu juga Desi mengangkat tangannya, mengisyaratkan bahwa tidak ada yang boleh menyela dan mengubah keputusannya.

"Mommy, sudah menyiapkan semuanya. Jadi, kalian tidak bisa mengubah keputusan Mommy. Kalian mengerti!"

Desi sekali lagi menegaskan keputusannya. Erlan dan Rania tidak bisa berkata-kata.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status