KSIBP 89 Harun kembali bangkit dan menatap pamannya. "Sungguh, ternyata Paman berani menamparku untuk hal-hal yang sama sekali tidak terjadi?" "Jadi, kau pikir saya akting? Sungguh kau adalah sutradara yang buruk karena tidak bisa membedakan maka yang akting palsu dan asli." Pak Malik duduk di sofa dengan mengangkat kaki kanannya, lalu dinaikkan ke paha sebelah kiri. "Aku akan tutup mata, jadi kalian bisa memeriksa luka yang ada di tubuhnya." Pak Malik sungguhan menutup matanya dengan sapu tangan yang dia keluarkan dari saku. Tuan Yu juga ikut duduk. "Kau sendiri saja yang periksa sama kepala maid. Aku juga akan tutup mata, karena aku tahu dia memang sedang terluka baik jiwa, ataupun Raga," tandasnya, lalu menutup kedua matanya dengan sehelai kain yang ada di meja. Harun menatap geram Mala yang lagi-lagi berhasil membuat orang-orangnya percaya padanya. "Apa yang kau lakukan pada mereka sampai berani melakukan hal ini?" Kepala maid yang mendengar perintah Tuan Yu segera mendekat
KSIBP 90 Diko tersenyum lebar ke arah Qiera tanpa angin tanpa hujan. Di antara mereka memang tidak terlalu banyak kata-kata romantis semenjak menikah. Terlalu banyak masalah yang menyelimuti rumah tangga dan kehidupannya."Kenapa? Apa wajahku belepotan?" Qiera bertanya gugup. Dia tidak tahu sebab senyuman Diko yang penuh arti. Diko menggeleng pelan, lalu kembali fokus dengan ponselnya. Hal itu membuat Qiera sangat kesal."Apa sih, yang sedang kamu lakuin, Mas?" tanyanya, lalu mendekat sambil membawa buku cerita yang sedang dibacakan kepada anak-anak. Qiera terperanjat ketika melihat suaminya mengirimkan video dari nomor baru yang dibelinya. "Kenapa harus pakai nomor itu, Mas?" Diko menepuk tempat yang ada di sampingnya dan meminta Qiera duduk. "Akan aku jelaskan!" Karena penasaran, Qiera langsung duduk tanpa bertanya lagi. Seusai janji, Diko langsung menjelaskan kalau dirinya berpikir Harun akan lebih percaya dengan video yang dikirim oleh orang lain daripada dirinya sendiri. "S
KSIBP 91 "Bukan dia yang tidak waras, tapi kau." Tuan Yu tidak sabar untuk memarahi keponakannya yang menanamkan kecewa di relung hati banyak orang. "Namanya suami harusnya bela istri, bukan orang lain. Apalagi istrimu terluka begitu parah."Harun kembali diam. Apa yang dikatakan Tuan Yu memang benar. Dialah yang sudah membuat Mala sampai seperti ini, hanya saja dia tidak bisa menerima kenyataan itu."Apa ada hal yang bisa aku lakukan agar dia mau bicara padaku?" tanya Harun tulus."Bawa dia ke psikolog."Harun menggeleng cepat. Dia tidak mau rekan bisnis dan anak buahnya tahu kalau Mala sedang sakit. Oleh karena itu dia juga hanya meminta dokter ke rumah, tidak pergi ke periksa ke rumah sakit.Tuan Yu berdecih, dia tahu apa yang ada di pikiran keponakannya itu. "Jika diibaratkan burung, kau adalah rajawali yang punya cakar dan tatapan tajam serta menakutkan. Sekali bertindak, mereka semua akan langsung terjatuh," ucapnya memperingati. "Lantas, kenapa kau masih takut dengan pikiran o
KSIBP 92Sesampainya di rumah, Mala menangis untuk menumpahkan segala sesak yang tersimpan dalam dada, segala sakit yang semula tidak dia rasa, dan kekecewaan terbesar yang dialaminya selama hidup.Mala menangis di atas pangkuan mamanya dengan tersedu-sedu. Bahkan, semua orang yang melihat dan mendengarnya juga akan ikut menangis merasakan bagaimana pedihnya kehidupan yang dialami oleh seorang Mala.Selama ini saudara Mala pun selalu mengira kalau dia adalah orang yang kuat dan tidak mudah goyah terhadap apapun, tapi mereka lupa kalau Mala juga manusia yang butuh semangat juga kepercayaan dari orang-orang terdekatnya.Pak Bagas dan istrinya ikut menitikkan air mata melihat mendengar isakan yang tidak kunjung terhenti. Padahal, jam dinding sudah menunjukkan pukul tiga pagi."Kamu gak mau tidur, Sayang?" tanya Mama sambil menghapus air matanya.Mala tidak menjawab, dia terus saja menangis sambil memukul-mukul dadanya pelan. Semakin dipikirkan, semuanya malah membuat Mala semakin sakit.
KSIBP 93 Melihat mobil Harun, orang itu bergegas naik ke mobilnya, dan berkendara dengan kecepatan tinggi. Harun sudah bisa menebak kalau dia tidak mungkin datang ke sini tanpa alasan. Pasti ada yang dia sembunyikan, pikirnya.Harun mengikuti laju mobil yang ada di depannya tanpa membuat orang itu curiga. Dia bahkan mengemudikan mobilnya tanpa ragu ke sebuah restoran yang tempatnya sangat ramai.Sekilas, tapi Harun bisa melihat dengan jelas siapa perempuan yang ditemui orang itu. Seorang wanita yang tidak lain adalah Laras. Harun memilih untuk mendekat tanpa menimbulkan rasa curiga kedua orang yang sedang diselidikinya."Bagaimana? Apa kamu berhasil melakukannya?" tanya Laras penuh pengharapan.Harun semakin penasaran dengan kalimat Laras yang terdengar ambigu.Pria itu terlihat jelas menggeleng."Kenapa? Bukankah kau sudah aku kasih tahu di mana rumahnya? Kau hanya perlu memberikan dia beberapa kali pelajaran. Kenapa melakukan hal seperti ini saja tidak bisa?" Laras mulai berbicara
KSIBP 94 Sang putra membantu Mala untuk istirahat di kamar yang sudah siapkan oleh kepala maid. Sungguh, dia hanya ingin memeluk Mala dan mereka kembali melantun sholawat bersama daripada melihat seorang ayah yang kasar satu atap dengannya."Jangan benci padamu, Sayang. Bagaimanapun dia adalah orang yang harus kamu hormati," pinta Mala dengan suara yang sangat pelan."Aku tidak benci, Ma. Hanya saja aku butuh waktu agar rasa jijik yang ada di dalam hatiku hilang," jawab sang anak yang kemudian duduk di sampingnya. "Ma, sebenarnya aku tahu masalah Papa dengan Mbak Laras," ungkapnya membuat Mala kehilangan kata-kata."Sayang ...." Mala tidak bisa melanjutkan perkataannya. Semuanya terasa sangat berat dan begitu menyakitkan.Kejadian beberapa waktu lalu bukanlah yang pertama. Sejak Laras hadir di dalam hidupnya, dia langsung mendominasi Harun, dan selalu membuat Mala kesusahan. Bahkan, tidak jarang dia tiba-tiba dibuatkan makanan oleh Mala di tengah padatnya jadwal."Aku gak bisa, Mas.
KSIBP 95Harun tertegun. Selama ini dia memang tidak pernah kepikiran kalau usia pernikahannya dengan Mala putus di tengah jalan. Ada banyak hal yang ingin Harun lalui bersama dengan keluarga kecilnya."Aku tidak ingin kedua pilihan itu," ucapnya pelan."Tapi sikap yang kau tunjukkan seolah memperlihatkan kalau kau memang menginginkan satu satu dari keduanya terjadi," sahut Pak Malik. "Sudahlah, kau pulang dulu saja dan buat kepalamu dingin.""Betul. Aku harus berpikir dengan keras bagaimana caranya agar bisa membujuk mereka untuk mau memaafkan aku," lirihnya, lalu bangkit dan keluar. Om Dion yang mendengar perkataannya itu hanya bisa menggelengkan kepala. "Aku sungguh tidak menyangka kalau Harun yang dulu cerdas dan tidak tertandingi, sekarang menjadi kebalikannya.""Makanya nanti kamu jangan melakukan kesalahan itu karena wanita diciptakan bukan untuk dilukai perasaannya." Pak Malik duduk berdampingan dengan adiknya sambil membahas masa lalu, juga masa depan.Putra Mala yang memper
KSIBP 96"Kenapa jangan berpisah? Bukankah Harun sudah sangat keterlaluan?" Om Dion menatap Qiera kesal."Lah, memangnya kenapa? Ini obrolan di antara kami. Kalian tidak harus tahu, terutama Om." Qiera mendelik. "Apa jangan-jangan Om memang sudah tidak sabar untuk segera menjadi ayahnya Zayyan?" godanya."Apa yang kau katakan itu, hei?" Om Dion sungguh tidak percaya keponakannya tanpa ragu mengatakan hal itu di hadapan banyak orang."Memangnya kenapa? Bukankah semua orang juga sudah tahu kalau Om suka sama Mahal." Dengan polosnya, Qiera mengatakan hal itu. Ingin Om Dion marah, tapi Diko dan Pak Malik sudah menatapnya tajam. Tanda, kalau dia tidak bisa bertentangan dengan Qiera."Ya sudahlah, aku mengaku kalah," ucapnya kemudian.Semua orang tertawa renyah, seperti tidak terjadi apapun yang membuat marah, apalagi membahayakan nyawa. Begitupun dengan putra Mala. Dia terlihat sangat bahagia hanya dengan obrolan yang biasa."Bagaimana?" Qiera kembali menatap Mala dengan penuh harap bahwa