KSIBP 91 "Bukan dia yang tidak waras, tapi kau." Tuan Yu tidak sabar untuk memarahi keponakannya yang menanamkan kecewa di relung hati banyak orang. "Namanya suami harusnya bela istri, bukan orang lain. Apalagi istrimu terluka begitu parah."Harun kembali diam. Apa yang dikatakan Tuan Yu memang benar. Dialah yang sudah membuat Mala sampai seperti ini, hanya saja dia tidak bisa menerima kenyataan itu."Apa ada hal yang bisa aku lakukan agar dia mau bicara padaku?" tanya Harun tulus."Bawa dia ke psikolog."Harun menggeleng cepat. Dia tidak mau rekan bisnis dan anak buahnya tahu kalau Mala sedang sakit. Oleh karena itu dia juga hanya meminta dokter ke rumah, tidak pergi ke periksa ke rumah sakit.Tuan Yu berdecih, dia tahu apa yang ada di pikiran keponakannya itu. "Jika diibaratkan burung, kau adalah rajawali yang punya cakar dan tatapan tajam serta menakutkan. Sekali bertindak, mereka semua akan langsung terjatuh," ucapnya memperingati. "Lantas, kenapa kau masih takut dengan pikiran o
KSIBP 92Sesampainya di rumah, Mala menangis untuk menumpahkan segala sesak yang tersimpan dalam dada, segala sakit yang semula tidak dia rasa, dan kekecewaan terbesar yang dialaminya selama hidup.Mala menangis di atas pangkuan mamanya dengan tersedu-sedu. Bahkan, semua orang yang melihat dan mendengarnya juga akan ikut menangis merasakan bagaimana pedihnya kehidupan yang dialami oleh seorang Mala.Selama ini saudara Mala pun selalu mengira kalau dia adalah orang yang kuat dan tidak mudah goyah terhadap apapun, tapi mereka lupa kalau Mala juga manusia yang butuh semangat juga kepercayaan dari orang-orang terdekatnya.Pak Bagas dan istrinya ikut menitikkan air mata melihat mendengar isakan yang tidak kunjung terhenti. Padahal, jam dinding sudah menunjukkan pukul tiga pagi."Kamu gak mau tidur, Sayang?" tanya Mama sambil menghapus air matanya.Mala tidak menjawab, dia terus saja menangis sambil memukul-mukul dadanya pelan. Semakin dipikirkan, semuanya malah membuat Mala semakin sakit.
KSIBP 93 Melihat mobil Harun, orang itu bergegas naik ke mobilnya, dan berkendara dengan kecepatan tinggi. Harun sudah bisa menebak kalau dia tidak mungkin datang ke sini tanpa alasan. Pasti ada yang dia sembunyikan, pikirnya.Harun mengikuti laju mobil yang ada di depannya tanpa membuat orang itu curiga. Dia bahkan mengemudikan mobilnya tanpa ragu ke sebuah restoran yang tempatnya sangat ramai.Sekilas, tapi Harun bisa melihat dengan jelas siapa perempuan yang ditemui orang itu. Seorang wanita yang tidak lain adalah Laras. Harun memilih untuk mendekat tanpa menimbulkan rasa curiga kedua orang yang sedang diselidikinya."Bagaimana? Apa kamu berhasil melakukannya?" tanya Laras penuh pengharapan.Harun semakin penasaran dengan kalimat Laras yang terdengar ambigu.Pria itu terlihat jelas menggeleng."Kenapa? Bukankah kau sudah aku kasih tahu di mana rumahnya? Kau hanya perlu memberikan dia beberapa kali pelajaran. Kenapa melakukan hal seperti ini saja tidak bisa?" Laras mulai berbicara
KSIBP 94 Sang putra membantu Mala untuk istirahat di kamar yang sudah siapkan oleh kepala maid. Sungguh, dia hanya ingin memeluk Mala dan mereka kembali melantun sholawat bersama daripada melihat seorang ayah yang kasar satu atap dengannya."Jangan benci padamu, Sayang. Bagaimanapun dia adalah orang yang harus kamu hormati," pinta Mala dengan suara yang sangat pelan."Aku tidak benci, Ma. Hanya saja aku butuh waktu agar rasa jijik yang ada di dalam hatiku hilang," jawab sang anak yang kemudian duduk di sampingnya. "Ma, sebenarnya aku tahu masalah Papa dengan Mbak Laras," ungkapnya membuat Mala kehilangan kata-kata."Sayang ...." Mala tidak bisa melanjutkan perkataannya. Semuanya terasa sangat berat dan begitu menyakitkan.Kejadian beberapa waktu lalu bukanlah yang pertama. Sejak Laras hadir di dalam hidupnya, dia langsung mendominasi Harun, dan selalu membuat Mala kesusahan. Bahkan, tidak jarang dia tiba-tiba dibuatkan makanan oleh Mala di tengah padatnya jadwal."Aku gak bisa, Mas.
KSIBP 95Harun tertegun. Selama ini dia memang tidak pernah kepikiran kalau usia pernikahannya dengan Mala putus di tengah jalan. Ada banyak hal yang ingin Harun lalui bersama dengan keluarga kecilnya."Aku tidak ingin kedua pilihan itu," ucapnya pelan."Tapi sikap yang kau tunjukkan seolah memperlihatkan kalau kau memang menginginkan satu satu dari keduanya terjadi," sahut Pak Malik. "Sudahlah, kau pulang dulu saja dan buat kepalamu dingin.""Betul. Aku harus berpikir dengan keras bagaimana caranya agar bisa membujuk mereka untuk mau memaafkan aku," lirihnya, lalu bangkit dan keluar. Om Dion yang mendengar perkataannya itu hanya bisa menggelengkan kepala. "Aku sungguh tidak menyangka kalau Harun yang dulu cerdas dan tidak tertandingi, sekarang menjadi kebalikannya.""Makanya nanti kamu jangan melakukan kesalahan itu karena wanita diciptakan bukan untuk dilukai perasaannya." Pak Malik duduk berdampingan dengan adiknya sambil membahas masa lalu, juga masa depan.Putra Mala yang memper
KSIBP 96"Kenapa jangan berpisah? Bukankah Harun sudah sangat keterlaluan?" Om Dion menatap Qiera kesal."Lah, memangnya kenapa? Ini obrolan di antara kami. Kalian tidak harus tahu, terutama Om." Qiera mendelik. "Apa jangan-jangan Om memang sudah tidak sabar untuk segera menjadi ayahnya Zayyan?" godanya."Apa yang kau katakan itu, hei?" Om Dion sungguh tidak percaya keponakannya tanpa ragu mengatakan hal itu di hadapan banyak orang."Memangnya kenapa? Bukankah semua orang juga sudah tahu kalau Om suka sama Mahal." Dengan polosnya, Qiera mengatakan hal itu. Ingin Om Dion marah, tapi Diko dan Pak Malik sudah menatapnya tajam. Tanda, kalau dia tidak bisa bertentangan dengan Qiera."Ya sudahlah, aku mengaku kalah," ucapnya kemudian.Semua orang tertawa renyah, seperti tidak terjadi apapun yang membuat marah, apalagi membahayakan nyawa. Begitupun dengan putra Mala. Dia terlihat sangat bahagia hanya dengan obrolan yang biasa."Bagaimana?" Qiera kembali menatap Mala dengan penuh harap bahwa
KSIBP 97Setelah pertemuan semalam, kini semua orang mendapatkan tugasnya masing-masing. Terutama Mala, kali ini dia bertugas untuk mengambil nomor ponsel teman misterius papanya itu. Mala memang sudah curiga sejak awal. Hanya saja dia tidak punya waktu untuk mempermasalahkan hal ini, tapi tidak untuk sekarang. Karena kini, dia punya rencana sendiri. Dering ponsel tidak berhenti berbunyi sampai tengah malam. Dengan malas, Mala mengambil ponselnya dan melihat siapa yang melakukan panggilan tanpa kenal lelah, dan waktu. Harun. Nama itu yang sudah menelponnya puluhan kali. Bukannya menjawab, Mala lebih memilih untuk mematikan ponselnya."Bisa kasihkan aku, Ma?" Zayyan menatap ponsel yang berada di tangan mamanya dengan mata berbinar. "Buat apa, main game atau nonton video?" tanya Mala serius. Dia tidak ingin anaknya nyaman dengan benda pipih itu sampai menggadaikan waktunya yang berharga. "Em, aku mau bicara sama Papa." Zayyan berkata jujur. Mala terdiam beberapa saat sebelum membe
KSIBP 98Laras kehilangan kendali ketika Harun mematikan teleponnya. Padahal, sudah lama dia menantikan saat-saat seperti ini dari sejak lama. Laras ingin memiliki Harun sendirian untuk selamanya."Mengapa? Bukankah wanita seperti Laras memang cocok untukmu?" Kepala maid ikut geram dengan sikap Harun yang selalu semaunya. Harun memilih tidak bicara. Saat ini dia hanya ingin ketenangan dan pergi ke tempat yang seharusnya tidak dia datangi. Harun memasukkan banyak minum ke dalam mulutnya sampai kepalanya terasa sangat pusing. Melihat ada kesempatan, Laras membantu Harun untuk pulang. Hanya saja, dia tidak membawa Harun pulang ke rumahnya sendiri, tapi malah ke rumah pribadinya. Yani yang memang belum tidur, begitu terkejut ketika melihat Laras memasukkan Harun ke dalam kamarnya. Yani memang anak nakal, dia akui kebenaran itu, tapi tetap saja Yani tidak bisa melakukan sesuatu yang terlalu jauh. Terlebih, dia trauma dengan laki-laki setelah mendapatkan teror dari Angkasa yang marah ka