KSIBP 119 "Aku rasa mereka akan segera bertindak jika tidak kunjung ada kabar tentang Laras karena mereka sepertinya sudah tidak sabar untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan!" tegas Diko. Bukan hanya Pak Aryo dan Pak Dandi yang sedang mengadakan pertemuan resmi, tapi Pak Malik, Diko, dan Harun pun sedang melakukan hal yang sama. Di antara mereka sudah sepakat tidak akan ada yang memberitahu siapapun, termasuk Om Dion. Untuk saat ini mereka tidak boleh mengikutsertakan wanita dan pria yang sedang tergila-gila oleh wanita, karena ini bukan masalah sepele dan nyawa taruhannya. "Saya sudah menduga hal itu." Pak Malik menatap lekat ke arah Harun." Kamu juga harus lebih memperketat keamanan dan pengawasan lagi. Boleh orang luar tahu kalau lemah, tapi jangan sampai kamu kecolongan!" Harun mengangguk mengerti. Setelah pertemuan pembicaraan selesai, Harun keluar dari rumah Pak Malik dengan jalan yang sudah siapkan. Setelah kasus dengan Mala, dia memang tidak diperbolehkan untuk kelua
KSIBP 120 Kepala penjaga mendekat ke ruangan tempat Laras berada dengan satu nampan makanan yang terlihat sangat enak. Laras mencium aroma makanan yang tidak biasa membuatnya seketika menjadi lapar. Dia berlari ke arah jeruji besi untuk melihat siapa yang membawa makanan enak itu. Namun, tidak terlihat apapun di sana. Kedua mata Laras jatuh kepada sebuah penutup makanan yang biasa digunakan di meja makan. "Aku mau makan!" teriaknya sambil berlarian kecil karena tidak menemukan satu pun penjaga di luar. Melihat ada kesempatan untuk keluar dari tempat ini, Laras berusaha mencari kunci ruangan ini di tempat para penjaga. Namun, setelah beberapa saat mengintai, dia baru saja kalau gembok di besi ini hanya pajangan. Jadi, meski gembok itu terbuka, tetap saja dia tidak bisa keluar. "Di mana gemboknya?" Laras masih mencari. Dia yakin kalau pas dimasukkan ke sini, dia melihat Harun memasang gembok, lalu pergi begitu saja. Setelah beberapa saat, kepala penjaga keluar dengan membawa ma
KSIBP 121 Harun menatap tajam ke arah orang yang selama ini dia percaya. "Tangkap penghianat itu!" titahnya kepada para pengawal yang sedari tadi memang ada di dekatnya. Para pengawal pergi ke arah tangga yang menuju ruangan bawah tanah karena pria yang dimaksud Harun ada di bawah. Pria itu berusaha untuk melepaskan Laras dan mencari tahu apa yang sedang dilakukan Diko di bawah. Sebagai seorang tangan kanannya Harun, dia tentu mengetahui apa saja yang ada di rumah ini. Hanya saja dia tidak bisa bergerak dengan leluasa karena Diko juga menempatkan mata-mata di sini. "Apa yang kalian lakukan? Cepat lepaskan aku!" teriaknya geram. Dia baru saja mau bergerak atas perintah bapaknya Yasa, tapi sekarang dia malah tertangkap sebelum melepaskan Laras. Para pengawal Harun tidak bicara, mereka membawa orang kepercayaan Harun itu ke atas, tepat ke hadapan Harun. "Aku sungguh tidak menyangka kalau mengkhianatiku! Berarti, dulu kau punya andil besar sampai Mala disiksa Laras si rumahnya send
KSIBP 122 Terciduk Pak Malik menceritakan kepada adiknya siapa sebenarnya Pak Hasan atau bapaknya Yasa yang selama ini selalu berkesan polos dan baik hati. Namun, Om Dion masih saja tidak bisa mempercayainya. "Kalau hal seperti ini saja kau tidak tahu, sebaiknya kau jangan menikah dengan Mala, karena kalian tidak akan pantas!" geram Pak Malik. "Iya, aku tahu, Mas. Yang aku tidak percaya dia, kok, bisa selama ini berpura-pura seperti malaikat," elak Om Dion. "Alah, alesan!" Pak Malik meninggalkan adiknya sendiri dengan penuh emosi. Meski Mala bukan anaknya dan Om Dion adalah adiknya, dia tetap menginginkan yang terbaik untuk Mala karena dia sudah menyayanginya seperti anak sendiri. Pak Malik juga ingin adiknya itu memantaskan diri karena Mala bukan perempuan biasa. "Apa yang dikatakan Papa Malik ada benarnya. Aku tidak mungkin cocok jika bersanding dengan orang yang di bawahku." Mala mendekat dengan kata-katanya yang begitu menusuk. "Bukan karena aku merendahkan pasangan, bukan.
KSIBP 123 Tidak Terima "Pertunjukkan apa?" Qiera dan Mala bertanya bersamanya. "Ada, deh. Pokoknya nanti kalian akan menyaksikannya sendiri dengan kedua mata kalian dan aku yakin semua orang akan tersenyum jika melihatnya," jelas Diko, tapi tidak mengatakan apapun terkait pertunjukkan yang dimaksudnya. "Huh, dasar licik." Qiera melipat tangan di dada. Melihat sahabatnya yang merajuk, Mala tahu apa yang akan terjadi. Dia lebih memilih pergi ke luar untuk memperhatikan anak-anak bermain daripada harus melihat kemesraan kedua sahabatnya.Benar saja, Diko langsung memeluk Qiera erat. "Mana ada. Aku tidak pernah bersikap licik padamu, Sayang. Percayalah, aku adalah orang yang sangat mencintaimu ... setelah ayahnya," ucapnya lembut, tapi berhasil membuat Pak Malik emosi dan hampir melayangkan tinjunya. Untung saja dirinya kembang diikut sertakan, jadi amarahnya langsung hilang. "Iya, aku percaya, tapi tetap saja lebih baik kamu mengatakan semuanya karena aku sangat penasaran." Qiera t
KSIBP 124 Harun berjalan ke arah wanita yang didatangkan Tuan Yu dari sebuah pondok. Wanita salihah yang sempurna dengan sikap juga kepribadiannya. Bahkan, wanita ini tidak pernah berpacaran dan dekat dengan pria. Makanya Tuan Yu meminta Harun untuk segera membiarkan dia pergi kalau sifat buruk dalam dirinya sendiri muncul. Tuan Yu tidak mau Harun mengotori apalagi sampai menyakiti hati dan perasaan murid kesayangan dari keluarga gurunya. Wanita ini yang paling patuh dan mengajar sambil belajar juga. "Sudah lama menunggu?" tanya Harun. Dia berusaha untuk mengenal calon istrinya dengan lebih baik. Harun juga memang sengaja mengundangnya sendirian ke sini. Bukan karena ingin membuatnya tidak tenang, tapi Tuan Yu sudah memberitahu kalau di rumah Harun ada banyak orang, jadi mereka tidak akan berduaan. "Tidak begitu lama." Wanita itu menjawab dengan suara yang lembut. "Kau pasti tahu kalau saat ini aku belum siap menikah karena aku tidak ingin bahagia lebih awal dari istri pertama
KSIBP 125 "Kenapa kau ke sini? Aku tidak butuh dikunjungi oleh bocah tengik seperti dirimu?" Bapaknya Yasa menatap tajam ke arah Diko. Setelah tidak ada kabar selama dua bulan, Diko, Qiera, dan Yasa mengatur waktu untuk mengunjungi Pak Hasan. "Pak, berhenti bicara seperti itu!" Yasa ikut menampakkan dirinya. "Kenapa kalian datang bersamaan? Bukankah di sini aturannya hanya boleh satu orang saja yang jenguk?" tanya Pak Hasan tanpa rasa malu sedikit pun karena sudah memakai topeng di depan anaknya sendiri. "Ada aku. Apa yang tidak bisa terjadi, maka akan terjadi." Diko tersenyum bangga. "Sekarang kau boleh bangga, tapi lihatlah nanti. Aku akan melakukan hal yang lebih menyakitkan!" ancamnya. "Memangnya apa yang bisa anda lakukan lagi? Tidak ada. Jangan pernah berharap akan ada orang yang menolong karena anda terkena pasal perencanaan pembunuhan dan akan dipenjara seumur hidup," jelas Diko. Namun, Pak Hasan malah tertawa. "Lihat saja, aku akan keluar tidak lama lagi," ucapnya
KSIBP 126 Melihat kedua anaknya bermain dengan riang bersama para maid dan mamanya, Diko menatap Qiera lekat, dan membawanya ke kamar. "Sekarang kita sudah bisa bernapas lega, Sayang. Apa hadiah yang akan kamu berikan?" tanya Diko dengan tatapan menggoda. "Belum." Qiera melipat tangan di dada. "Aku tidak akan bahagia kalau Harun sudah punya pasangan sementara Mala belum menetapkan pilihan." Diko mengelus dadanya pelan. "Kenapa kamu lebih mengutamakan sahabat daripada suamimu sendiri?" tanyanya frustasi. "Karena di saat orang lain tidak ada di sampingku, dia yang selalu ada untukku. Katakan padaku, apa ada sahabat yang lebih baik daripada Mala?" tanyanya dan Diko hanya bisa memberikan pelukan terbaiknya. "Aku akan selalu ada di sini, di sisimu dalam suka ataupun duka. Kalau ada yang ingin kamu inginkan atau lakukan, jangan segan untuk mengatakannya langsung padaku." Diko berbisik pelan membuat wajah Qiera memerah. Qiera menjauhkan dirinya dari Diko. "Aku harus melihat anak-anak,