Share

KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU
KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU
Penulis: Rora Aurora

BAB 1

Penulis: Rora Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-16 07:40:40

"Bunda, aku mau pakai jepit rambut yang kuda poni pink ungu!" seru Amira, putri kecilku yang baru berusia enam tahun.

"Ya Allah, Mira. Bunda takut terlambat ini, Nak. Sudah mepet waktunya. Minta tolong Mbak Megan, ya. Bunda berangkat dulu. Jadi anak baik di sekolah, jangan ganggu teman," ucapku mengecup kening putriku.

Aku ada rapat penting di kantorku. Aku adalah sekretaris di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang fashion.

"Mama! Mama!"

Langkahku yang semula terburu-buru jadi seketika berhenti. Mama? Sejak kapan aku dipanggil Mama oleh putriku sendiri? Aku berbalik dengan senyum. Pastilah karena mendengar temannya di sekolah TK memanggil Mama jadilah ikut-ikutan panggil Mama.

"Bekalnya dihabisin ya, Dek!" seruku sembari tersenyum lebar.

Putriku hanya menolehku sekejap lalu pandangannya ke arah kamar abangnya, Rio yang berusia 12 tahun, kelas 6 SD. Putraku itu agak lama tadi mandinya, jadinya sekarang dia sedang disiapkan oleh Megan, art-ku yang sudah dua bulan bekerja di sini. Terlihat dia keluar menggandeng Rio sembari menenteng tas putraku itu. Aku tadi sudah pamit sama Rio, tapi ingin rasanya aku mencium pipinya yang putih bersih itu. Pastilah sekarang aromanya harum segar. Meski aku sebenarnya sangat buru-buru, tak mampu kutahan kakiku untuk tidak melangkah mendekati putraku yang tampan.

"Mama Megan kok lama banget, sih?!" sungut Amira yang membuat aku langsung berhenti karena amat terkejut. Mama Megan? Jadi dari tadi, putriku memanggil Mama itu untuk Megan, pembantuku?

Megan tersenyum salah tingkah, menoleh ke arahku lalu kembali tersipu.

"Maaf, Nyonya. Kebawa-bawa pas main drama kemarin. Ceritanya saya jadi mama dalam skenario."

Aku yang semula tegang jadi langsung tenang. Ooh ternyata begitu.

"Amira! Kalau lagi gak main drama, tidak perlu panggil Mama sama Mbak Megan, ya."

"Tapi kemarin kan Mbak Megan suruh aku sama Abang Rio panggil Mama," sambung Amira seperti tak mau disalahkan.

"Iya, kan lagi main," sanggah Megan salah tingkah.

"Pas lagi gak main juga kan, Abang ya?!"

Amira masih tak mau disalahkan. Rio sendiri tidak bicara. Putraku itu memang pendiam, so cool memang pembawaannya. Dia tak akan bicara kalau tidak penting menurut dia. Aku melihat jam di tanganku sudah sangat mepet sekali. Kalau sampai benar-benar terlambat, bos galakku pasti tak akan ragu memecatku.

"Ya sudah, main yang aman ya. Mama pergi dulu."

Sekali lagi aku mengecup pipi kedua anakku dan kali ini benar-benar kakiku melangkah cepat.

Di kantor aku langsung disambut wajah kecut Tasya. Dia sahabat kentalku.

"Boss sudah mencarimu, mampuslah kamu sekarang."

"Ya Allah, serius? Ini baru jam 8 kurang 5 menit lo. Belum terlambat," sungutku melihat jam tanganku.

"Oh ya? Lihat saja."

Baru saja aku duduk, boss sudah keluar.

"Safira, masuk ruangan saya!"

Rupanya benar saja, aku ditegurnya dan ditumpuki beberapa pekerjaan yang menurutku tidak urgent. Dengan wajah masam aku keluar dari ruangannya. Padahal meeting masih 30 menit lagi dan menurutku semua bahan sudah siap. Dasar bos gila.

"Kamu kenapa sih bisanya terlambat?" tanya Tasya.

"Aku gak terlambat, loh! Masih lima menit lagi menuju jam 8!" sungutku kesal.

"Bagi boss itu sama saja. Lagian tahu kalau ada rapat gini, boss itu pengennya kita standbye 1 jam sebelumnya. Ada apaan? Tumben juga kamu agak mepet."

"Gak ada sih. Cuma tadi aku sempat tersita waktu karena kaget dengar Amira panggil Mama. Kukira dia panggil aku karena pengaruh temannya, tapi ternyata dia panggil Megan, ART-ku."

"Yang dulu pernah nginep di rumahmu, jenguk ibunya itu?"

"Iya. Megan, anaknya Mbok Mar."

"Aduh ... yang serius kamu?"

Wajah Tasya langsung tegang berlipat gitu. Aneh sekali responnya. Terlalu berlebihan.

"Iya. Rupanya kebawa pas cosplay gitu. Mereka main sandiwara," ujarku santai membuka laptop, memastikan batrai laptopku full.

"Kamu harus hati-hati, lo."

"Hati-hati gimana?"

"Ya, kita gak tahu. Takutnya nanti jadi Mama beneran."

Pluuuk!

Aku langsung melempari Tasya dengan bola-bola kertas yang belum kubuang kemarin.

"Ucapan adalah doa!" seruku melotot padanya gemas.

"Aku cuma ingetin kamu buat hati-hati aja."

"Ya," timpalku dengan senyum dan kembali fokus mempersiapkan file yang akan kugunakan untuk presentasi. Tasya ada-ada saja.

Aku tidak mengindahkan ucapan Tasya. Megan itu anak dari pembantu lama yang sudah mengabdi di keluargaku sudah puluhan tahun. Sejak aku menikah, Mbok Mar ikut denganku. Karena Si Mbok sedang kumat parah asam uratnya, jadi dia pulang rehat dan digantikan anaknya untuk sementara waktu. Mbok tidak mau diberhentikan jadilah aku menerima kehadiran Megan. Katanya cukup satu bulan saja, mumpung Megan lagi libur tinggal tunggu wisuda.

"Hati-hati aja, Fir. Pokoknya hati-hati," ucap Tasya lagi saat kami berpisah di parkiran.

"Iya. InsyaAllah aman lah," ujarku santai sembari cupika cupiki.

Hari ini aku pulang lebih awal karena tugas sudah selesai sesuai target. Aku membayangkan bisa tidur siang di rumah, itu menyenangkan. Aku cukup kaget karena mobil Mas Danang sudah terparkir. Seharusnya kan dia pulang ashar.

"Assalamualaikum!" salamku langsung membuka pintu. Aku cukup kaget melihat Megan sedang di ruang tamu bersama Mas Danang. Megan duduk di lantai, tak jauh dari kaki suamiku.

"Waalaikumsalam. Tumben pulang cepat, Bun."

Megan terlihat bangkit dan langsung bergegas menjauh. Kuabaikan ucapan suamiku.

"Tunggu di sini Megan!" seruku. Wanita itu diam di tempat dengan menunduk.

"Ngapain kalian di ruang tamu berdua gini?" cecarku tajam.

"Aku minta dibuatin kopi sama Megan, Bun. Ayo kemarilah, rehat dulu. Buatin Nyonya teh hijau kesukaannya, Dik!" perintah suamiku.

Mas Danang memang memanggil Megan adik, dan aku tidak mempermasalahkannya. Menurutku itu panggilan umum. Aku diam saja dan membiarkan wanita muda itu ke dapur. Kembali terngiang ucapan Tasya tadi. Hati-hati. Kulirik kopi di atas meja. Seperti sudah tak beruap lagi. Aku sengaja pura-pura meletakkan tasku di samping cangkir itu dan tanganku sedikit menyentuhnya.

Deghh ...

Tiba-tiba saja jantungku berdegub. Kopinya dingin. Itu artinya kopi ini sudah dibuat sedari tadi, tapi kenapa Megan masih di dekat suamiku?

"Kamu belum jawab pertanyaanku. Kenapa tumben pulang siang, Sayang?"

"Kami menang tender, jadi Boss bolehkan pulang lebih awal," ujarku masih berpikir.

Sekarang ucapan Tasya seperti udara yang mengelilingiku. Aku harus hati-hati dan waspada. Segala sesuatu bisa saja terjadi, bukan?

"Terus kenapa kamu sudah di rumah jam seginian, Mas? Kamu sering ya pulang cepat gini tanpa sepengetahuanku?" cecarku balik.

Aku berusaha mencari ekspresi mencurigakan dan kaku juga gugup dari wajah suamiku tapi dia terlihat begitu tenang.

"Gaklah, Sayang. Tumben ini. Perusahaan berikan aku surat tugas buat dinas ke luar kota selama 3 hari. Jadi dikasih waktu pulang lebih awal. Aku izin besok pagi-pagi berangkatnya, ya!"

Aku sedikit mengangguk namun mulutku tetap diam. Tak mood, aku langsung ke dapur mencari air putih. Tiba-tiba di lorong dekat ruang mushola aku mendengar ....

"Adek ingat ya, kalau ada Bunda jangan panggil Mama Megan. Nanti kalau Bunda gak ada, baru panggil Mama. Oke?!"

Kulihat Amira putriku langsung mengangguk dan mereka menyilangkan jari kelingking seperti begitu akrab, membuat janji. Dadaku membuncah pecah.

"Apa maksudmu bicara begitu pada putriku, Megan?!" teriakku tanpa basa basi.

Bab terkait

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 2

    "Apa maksudmu bicara begitu pada putriku, Megan?!" teriakku tanpa basa basi. Megan langsung melepaskan tangan Amira. Putriku itu langsung berlari dan memelukku. "Bunda!""Bunda mau bicara sama Mira, tapi Mira ke kamar dulu. Tunggu bunda di sana."Kepala kecil itu mengangguk. Amira langsung melesat menuju kamarnya. Sekarang aku menatap runcing pada wanita muda di depanku itu. Dia rupanya sudah membuatkanku teh hijau tapi dia lebih mementingkan memperingati putriku agar tidak memanggilnya Mama di depanku. Apa tujuan wanita ini?! "Jawab aku, kenapa kamu meminta putriku memanggilmu Mama?""Karena ... karena Amira senang main drama sama saya, Nyonya. Dia bahagia jadi saya menjaga kebahagiaannya. Saya ... saya hanya ingin menjaga perasaan Nyonya makanya saya pesan begitu sama Amira."Suara Megan terdengar gugup, jelas aku tahu dia sedang gugup. Aku terus menatapnya dengan tatapan intimidasi. Dia harus tahu, adia coba untuk dipermainkan. "Aku tidak suka anak-anakku memanggil wanita lain

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 3

    Kreess! Ada semut yang menggigit kakiku dan aku terpaksa bergerak hingga menimbulkan suara gesekan. Megan refleks berbalik dan matanya sampai melotot begitu saat melihatku. Sekaget itu dia. "Nyo-nyonya?""Iya. Aku mau gabung duduk. Gabut di dalam," ujarku salah tingkah juga. Aku menggaruk kakiku yang tersengat semut. Gatal sekali. Sepertinya ada lubangnya yang kuinjak. Sial betul. "Saya ambilkan minyak kayu putih dulu, Nyonya. Tunggu sebentar!"Aku berniat mencegahnya tapi Megan langsung berlari masuk rumah dengan hpnya yang masih menyala tentunya. Tak lama dia kembali dan aku langsung mengobati bentol-bentol di kakiku. "Rupanya ada juga lubang semut di sini," ucapku meringis masih menahan gatal. "Besok saya semprot pakai baygon biar mati semuanya, Nyonya."Aku langsung menoleh padanya. Kalimat itu cukup kejam di telingaku. Bahkan setahuku, semut adalah salah satu hewan yang spesial di dalam Al Quran. Sampai diabadikan dalam sebuah surat AN-NAML. Jadi tidak boleh dibunuh begitu s

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 4

    Aku mendekati Megan, yang sedang berjalan ke arah pintu samping. Pasti dia ingin masuk lewat samping. "Megan!" seruku menyapanya. "Saya, Nyonya. Maaf, saya gak lewat depan, takut ganggu kebersamaan Nyonya dan Tuan yang baru saja sampai," jawab Megan seperti gugup. "Kok kamu tahu, Mas Danang barusan pulang?" tanyaku menyelidik. "Oooh, barusan kan kedengaran suaranya, Nyonya," jawab Megan mengulum senyum. Oh ya? Memangnya tadi Mas Danang bersuara, ya? Perasaanku dia sedang memainkan hpnya. Yang ada suara Amira yang heboh. Aku menatap tajam pada wanita muda di depanku ini. Agak lain perasaanku ini. "Tidak ada yang kamu sembunyikan dariku, kan Megan?" "Apa maksud pertanyaan Nyonya? Maaf, saya gak paham. Oh ya, salamnya Mbok, Nyah. Terimakasih, saya sudah dikasih cuti." Aku hanya bergeming. Pasalnya aku pun menelpon Mbok Mar dan memang dia mengakui sangat berterimakasih karena memperkenankan putrinya pulang. Tapi Mbok Mar terdengar tidak sakit parah. Suaranya segar menurut te

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 5

    "Sudah kerjain PR dari bu guru Indri belum?" tanya Arini pada kawan sekelasnya, Rio. Mereka sedang duduk di taman sekolah dasar swasta. Sekolah yang dikatakan elit. Hanya beberapa anak dari kalangan biasa seperti Arini yang justru diundang mendapatkan beasiswa dan dituntut harus memberikan konstribusi positif pada sekolah. "Aku lagi gak mood.""Idii, anak SD kelas enam susahin apa sih? Aku aja yang harus bantu ibuku kerja di kebun, masih semangat," sanggah Arini sedang menulis. "Ayahku selingkuh," ujar Rio menatap kosong pada rumput taman itu. Arini langsung meletakkan polpennya. Dia langsung menelan salivanya. Arini paham arti kata selingkuh. Lebih dari kata paham. Tiba-tiba saja jantungnya berdebar-debar dan dingin tangannya. Dia adalah korban dari kata 'selingkuh.'"Oh My God! Rio?! Are you sure? Selingkuh?!"Rio dan Arini menoleh bersamaan. Pricilia, tetangga Rio sekaligus teman sekelas. Cantik, gaul adalah image yang disematkan pada Pricilia. Anak itu langsung duduk menggeser

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 6

    "Kamu yang kurang ajar, Mas! Kamu yang setan! Beraninya kamu mengatakan kalimat itu pada putraku! Apa hubunganmu dengan perempuan itu sehingga kamu sampai membelanya seperti itu, ha?!"Rio langsung berlari menghambur di pelukan ibunya. Safira mengelus kepala putranya agar lebih tenang. Suaminya tak pernah semurka itu sebelumnya. Ia membuatnya benar-benar sangat marah. "Bukan begitu, Bun. Kasihan lo, Megan. Sampai pucat begitu," ucap Danang gelagapan. "Heleh! Hamster segede anak tikus aja sampai peluk suami orang," cerocos Safira. Nampak Megan sedang memeluk dirinya di dekat dinding. Yang barusan itu benar-benar menakutkan. Hatinya cukup panas mendengar tanggapan Nyonya. Ingin rasanya ia berbuat melebihi batasannya sebagai pembantu rumah itu. Namun dia masih menahannya. Belum waktunya, desis hatinya menahan amarah. "Kamu jangan memudahkan semua perihal. Ini sudah masuk kasus pembulian. Banyak orang yang takut sama kecoa, ulat, cacing!""Terus saja kamu belain dia, Mas. Kamu membuat

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 7

    "Kamu jangan nangis lagi, Rio. Ada banyak anak yang sudah pernah mengalami yang seperti kamu alami. Bahkan, di tengah kemiskinan," ujar Arini dengan nada berat. Itu curahan hatinya. "Kamu tenang aja. Mbak pelakor itu akan mendapatkan ganjarannya," tambah Pricillia optimis. "Kamu jangan memberikan ide gila lagi. Gara-gara idemu itu, kita semua kena getahnya," ketus Arini. Dia sedih sekali melihat Rio dimarah bahkan hampir mau dipukul. Memang persis seperti yang ayahnya lakukan dulu padanya. Tapi beruntung, Rio punya bunda yang punya kekuatan. Kalau ibunya, justru ikut dipukul. Mengingat itu, Arini hanya bisa menahan sakit batinnya yang masih mungil. Bahkan bekas pukulan tangan ayahnya masih ada. Belum sempat Pricilia menimpali, Rio sudah membuka mulut untuk membelanya. "Sudah, kamu jangan salahin Pricilia. Papaku memang jahat. Aku bahkan ingin dia benar-benar memukulku agar aku makin benci padanya," timpal Rio. "Rio ...." desis Arini dan Pricilia bersamaan, merasa ikut sedih. To

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 8

    "Kamu harus hati-hati, Sayang. Bundanya anak-anak sudah mulai curiga," ujar Danang menelpon Megan dengan nomor lain dan tentu saja ponsel lain. Ponsel itu selalu dia simpan di kantornya, tak pernah dia bawa pulang. Memang akal bulus buaya muara."Iya, Sayang. Aku akan hati-hati. Untung saja kan aku melihat orang yang pasang cctv. Dikira aku bodoh apa. Katanya tukang rumput, tau-taunya malah masang kamera tersembunyi di ruang tamu. Aku gak tahu di mana lagi istrimu itu memasang kamera tersembunyi. Jadinya sekarang kita gak bisa dekat-dekatan lagi. Iiih Mama kangen, Yank! Sayangku! Kangen!""Sabar, sayang. Papa juga kangen Mama. Kan tiap hari kita ketemu.""Tapi kan gak bisa peluk dan cium apalagi itu itu lagi sama Sayangku ini. Memangnya gak kangen apa sama ini ini ini kesukaanmu?" gerutu Megan mendesah sendiri di dalam selimut.Dia tahu, Danang pasti mengerti arah ucapannya. Pria itu hanya mengecap menahan hasrat. Benar, Safira itu masih cantik dan mandiri tapi yang baru dan ranum itu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 9

    FLASH BACK! "Nyonya, saya rindu sekali dengan Megan," ujar Mbok Mar pada Safira. "Megan? Anaknya Mbok itu kan?""Iya, Nyonya. Boleh gak dia ke sini dan tinggal di sini seminggu aja? Mumpung dia libur semester.""Ooh, boleh dong, Mbok. Gak apa-apa," ujar Safira rela. Mbok Mar tersenyum senang. Selang dua hari, seorang gadis manis dengan kulit kuning langsat sudah hadir di rumah itu. Semua menyambut dengan suka rela termasuk Nyonya rumah."Makan apa yang ada, ya Megan. Jangan sungkan," ujar Safira saat duduk makan malam bersama suami dan anak-anaknya. "Terimakasih banyak, Nyonya," jawab Megan sungkan apalagi melihat ibunya juga ikut duduk di meja makan. "Mbok Mar sudah saya anggap seperti ibu saya sendiri jadi dia memang makan bersama dengan kami seperti ini," tambah Safira. Danang yang berada di sampingnya hanya diam. Dia tak terlalu memperhatikan gadis desa yang baru sampai di rumahnya itu. Criiing! Sendok Megan jatuh. Refleks gadis itu menunduk. Sendok itu berada di dekat kak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07

Bab terbaru

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 50

    Sedangkan di sisi lain, Danang sedang berbinar senang karena proyek yang dia kejar bersama teamnya akhirnya berhasil goal. Ia tersenyum puas melihat secarik kertas pemberitahuan atas keberhasilan perusahaan. Ini artinya, uang puluhan juta akan segera masuk ke rekening barunya. "Aku akan segera membawa Megan keluar dari rumah agar tidak terjadi konflik dengan Safira," lirihnya membayangkan semua akan baik-baik saja. Saat dia asik dengn khayalannya, tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Diana muncul dengan wajah tegang. "Permisi, Pak." "Ya, Diana. Masuk saja. Bagaimana? Apa acara menyambut kesuksesan kita di proyek kali ini?" Makin tegang wajah Diana melihat pendar binar kebahagiaan terpancar dari atasannya itu. "Pak, maaf, ini titipan dari Pak Boss." "Baiklah. Letakkan saja di situ. Oh ya, atur saja aca

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 49

    "Apa katamu, Mas?!!!" Memilih tak menjawab, Danang mendengkus dan membawa Amira ke kamar Megan. Dengan wajah merah padam, Safira sudah melangkah satu langkah berniat mengejar, tapi ia menarik kembali kakinya. Ia melihat Amira tersenyum pada Megan, saat wanita itu meraih Amira dari pelukan suaminya. 'Amira ...," desis hatinya sedih bersamaan dengab emosinya yang langsung mereda. Pandangan Safira berkeliling karena gelisah tak tahu harus berkata dan berbuat apa. Ia mengusap wajahnya kasar lalu menghembuskan napasnya berkali-kali. "Ini gila. Setelah mengambil suamiku, wanita itu mengambil putriku. Ini tidak bisa dibiarkan," lirih Safira sendirian. Tiba-tiba sesuatu terpikirkan di dalam otaknya. Segera dia menelpon nomor mertuanya. "Kenapa, Fir?" "Mama gak ke Cemara Indah?" "Ka

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 48

    "Kalau kamu menentangku, kita bisa bicara di pengadilan biar jelas. Ibu bapakmu sudah menganggapku anak jadi jangan macam-macam kamu. Aku masih bertahan dalam pernikahan ini karena mereka. Tapi jika aku sudah tak sanggup, tak ada seorang pun bisa mencegahku. Aku wanita merdeka, Mas. Ingat itu." Safira meraih handuk yang bersusun di laci tempel di dinding dekat kamar mandi. Ia lalu meletakkannya di atas dada suaminya dengan sentakan hingga pria itu sedikit terdorong. Danang hanya bisa menangkap handuk itu dan berusaha berdiri tegak. Pria itu menoleh pada Safira yang melenggang keluar kamar. 'Ooh Allah, seharusnya semua berjalan mulus. Aku memilih poligami daripada berzina. Aku memilih yang halal tapi kenapa makin dipersulit?' batin Danang mengerutu masih mematung. Pria itu tidak sadar bahwa pertanyaan hatinya itu bukan hanya dua itu yang menjadi pilihan. Tapi ada yang ke-tiga. Mengapa tidak menundukkan pandangan?

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 47

    "Safira!" seru Danang tak terima dengan ucapan istri pertamanya itu. "Jangan berteriak memanggil namaku, Mas. Kalau kamu tidak setuju dengan perintahku, silahkan bawa dia pergi dari sini." "Jangan asal kamu bicara. Ini juga rumahku dan aku berhak untuk menentukan siapa saja yang boleh tinggal di sini." "Ooh jelas. Tapi ingat, ada uangku di rumah ini juga. Posisiku lebih kuat di sini karena aku lah istri pertamamu dan sudah 13 tahun berada di rumah ini. Kamu mau bawa ke pengadilan? Ayo. Aku jabanin." "Pakailah hatimu, Safira," desis Danang berusaha melembut. Dia sungguh nelangsa. "Kan kamu yang mengajariku tak punya hati, Mas. Andai kamu punya hati, tak akan kamu seperti ini. Dan satu lagi, jika kamu menentangku maka aku akan mengadukan ini pada kedua orang tuamu. Menurutmu bagaimana?" Danang kikuk kebingungan. Melawan Safira saat

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 46

    Rio langsung menggeret tangan adiknya agar mau masuk ke dalam kamar. Meski terpaksa, Amira mau mengikuti langkah Abangnya. Bell rumah berdenting dan Safira sudah berada di depan pintu. Ia menarik napasnya kuat-kuat. Safira membuka pintu dengan wajah yang datar. "Assalamu'alaikum, Bun." "Waalaikumsalam." Danang menoleh ke belakang, ke arah mobil. "Bun ...." "Tak ada tempat dia di sini. Pergi bawa gundikmu dari sini, Mas." "Aku minta tolong, Bun. Aku gak pegang uang sama sekali dan semua uang, kamu yang pegang. Aku gak bisa sewain Megan tempat tinggal." "Ya itu urusanmu. Kamu yang punya istri, kok bebani aku?" Safira langsung menutup pintu. Danang segera menahannya dengan tangannya. "Bund ... Jangan gini apa, Bun. Please." "Pergi kamu, Mas! Jangan mentang-mentang kemarin kita tidur bersama, kamu merasa aku nerima kamu apalagi nerima pelacur itu. Tidak seperti yang kamu pikirkan." "Ya. Aku sudah tahu. Kamu gak tulus layanin aku. Kamu sengaja, hanya buat manasin Megan. Dia

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 45

    "Jangan pergi Safira. Papa mohon. Bertahanlah demi Rio dan Amira. Mereka butuh orang tua yang utuh. Melihat kamu dan Danang satu kamar lagi, mereka senang sekali. Tidur mereka pun nyenyak." "Tapi aku tak pernah tidur nyenyak sejak Mas Danang ketahuan menikah lagi, Pa." Safira menengadah menatap langit-langit ruang tamu. Dia sedang di rumah mertuanya, menjemput kedua anaknya yang ingin bermain di rumah mbah. "Kami paham perasaanmu, Nak. Mungkin kalau Mama di posisimu tak akan setegar kamu. Bisa langsung gila, Mama. Tapi Mama minta banget sama kamu, Safira. Pertahankan putraku jadi suamimu." Bu Andin ikut bicara menahan kesedihan. Salah satu do'anya adalah melihat anak-anaknya harmonis tapi justru doanya jadi ujiannya. Pernikahan putra kesayangannya di ambang kehancuran. Ia tahu, menjadi Safira memang sangat sulit. "Aku gak bisa, Ma. Aku akan tetap melaya

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 44

    "Kenapa kamu marah-marah padaku, Mas? Kamu yang gila! Kenapa gak peduli padaku lagi?! Sekedar menelpon atau membalas cepat WA ku kamu gak bisa. Biarkan saja aku mati. " "Sinting. Benar-benar sinting. Aku sibuk mencari nafkah! Kamu tahu kondisiku saat ini. Uangku di Safira, sekarang aku harus mendapatkan uang baru untuk memenuhi kebutuhan kita semua. Kamu malah seperti anak kecil begini!" Sekali lagi, Danang meraih kursi plastik hijau itu lalu melemparkannya ke arah dinding lagi hingga menimbulkan suara yang cukup memekak. Sekarang, dia baru ingat, dia telah meninggalkan rapat yang penting dan dia tahu, banyak konsekuensi buruk yang sedang dia timbulkan. Hanya karena istri mudanya yang merajuk tanpa pikir. Danang frustasi dan dia merasa sangat nelangsa. "Kamu tega sama aku, Mas. Teganya kamu mengabaikanku!" "Aku kerja! Paham bahasa tidak?" "Tidak! Kamu sibuk tidur sama Mbah Safira. Ini fotomu! Apa maksudnya i

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 43

    Bergetar bibir Megan membaca pesan itu. Dia langsung membuang hp itu, bersamaan dengan jantungnya yang bergemuruh hebat. Hanya gemeletuk giginya yang terdengar karena menahan amarah. Bagaimana bisa Mas Danangnya bisa sepulas itu tidur? Servis seperti apa yang kakak madunya telah berikan. "Kurang ajar. Tak ada malu. Perempuan sialan!" Hati Megan benar-benar seperti dibakar hidup-hidup. Panas luar biasa. Sakit luar biasa sakit, sampai-sampai merah matanya. Menggenang air mata Megan menahan sakit hati. Logikanya tahu bahwa Safira adalah istri Danang, tapi melihat pria itu telanjang begitu membuatnya membara. Dia merasa sedang dikhianati, sedang dipermainkan dan diejek. "Seharusnya aku tak perlu sesakit ini. Seharusnya ...." Megan berusaha mengafirmasi dirinya bahwa semua itu bukan menjadi masalah namun susah sekali baginya. Kelebat bayangan saat Danang sangat bernafsu mencumbunya tanpa jeda, membuat M

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 42

    "Abang jangan mikir yang aneh-aneh. Abang fokus sembuh aja ya, Nak. Biar cepat bisa main sama teman-temannya lagi," ucap Safira sekuat tenaga menahan perasaannya yang hancur. "Kami baik-baik saja, Nak. Tidak ada yang berubah," tambah Danang. "Kalian tidur bersama-sama lagi. Jangan pisah kamar lagi." "Iya. Nanti Papa tidur sama Bundamu. Kamu tenang saja." "Tidur di sini," ucap Rio lagi. "Bunda harus temani adek, kan, Nak? Adek juga lagi sakit." Safira menyanggah dengan cepat. Sama sekali tak ada minatnya seranjang lagi dengan suaminya. Malah ia merasa jijik karena tubuh Danang sudah tersentuh Megan. Bahkan membayangkan dirinya disentuh suaminya lagi, itu cukup membuatnya mual. "Adek bawa ke sini. Kita tidur sama-sama lagi." Tak punya pilihan, Danang dan Safira mengikuti keinginan putra mereka. Mereka menggelar hamb

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status