Share

BAB 3

Author: Rora Aurora
last update Last Updated: 2024-08-16 07:41:46

Kreess!

Ada semut yang menggigit kakiku dan aku terpaksa bergerak hingga menimbulkan suara gesekan. Megan refleks berbalik dan matanya sampai melotot begitu saat melihatku. Sekaget itu dia.

"Nyo-nyonya?"

"Iya. Aku mau gabung duduk. Gabut di dalam," ujarku salah tingkah juga. Aku menggaruk kakiku yang tersengat semut. Gatal sekali. Sepertinya ada lubangnya yang kuinjak. Sial betul.

"Saya ambilkan minyak kayu putih dulu, Nyonya. Tunggu sebentar!"

Aku berniat mencegahnya tapi Megan langsung berlari masuk rumah dengan hpnya yang masih menyala tentunya. Tak lama dia kembali dan aku langsung mengobati bentol-bentol di kakiku.

"Rupanya ada juga lubang semut di sini," ucapku meringis masih menahan gatal.

"Besok saya semprot pakai baygon biar mati semuanya, Nyonya."

Aku langsung menoleh padanya. Kalimat itu cukup kejam di telingaku. Bahkan setahuku, semut adalah salah satu hewan yang spesial di dalam Al Quran. Sampai diabadikan dalam sebuah surat AN-NAML. Jadi tidak boleh dibunuh begitu saja tanpa asbab.

"Tidak perlu. Tanah memang tempat tinggal mereka dan aku yang sudah mengganggu kehidupan mereka. Jadi sebenarnya akulah yang harus menyingkir bukan semut-semut itu," ucapku menekan.

Megan hanya diam saja sembari melihat kakiku yang sedang kuelus-elus lembut agar tidak meninggalkan bekas luka. Jika dia cerdas, dia pasti bisa menangkap ucapanku. Bahwa di sini dia harus tahu diri. Dia adalah pembantu, jangan coba-coba sedikit saja memposisikan diri sebagai nyonya di sini. Sama seperti sikapnya yang meminta anak-anakku memanggilnya dengan sebutan Mama adalah fatal bagiku.

"Jadi kamu sudah menikah?" tanyaku datar.

Meski cukup banyak detik yang terlewat, terdengar juga suara Megan.

"Iya, Nyonya. Saya sudah menikah."

"Masyalloh. Kenapa kamu tidak memberitahuku sejak awal? Lalu ... Mbok Mar juga, kenapa tak ada undangan atau sekedar pemberitahuan? Ini mengejutkan, Megan!" seruku antusias karena benar-benar kaget.

"Ma-maaf, Nyonya. Sa-saya sungkan. Acara kecil-kecilan," ucapnya terbata-bata.

"Duh, tak perlu sungkan begitu. Aku sama Mbokmu sudah sangat dekat. Jadi, suamimu tidak masalah kamu kerja di sini? Menjalani LDM?"

Megan mengerutkan alisnya seperti bingung.

"LDR maksud Nyonya?"

"Kalau LDR itu biasanya untuk yang belum menikah, Long Distance Relationship. Kalau LDM buat yang sudah Merried, nikah," jelasku.

"Oh, iya, Nyah," ujarnya seperti masih sungkan padaku.

Mungkin Megan takut aku memecatnya karena dia sudah menikah. Tapi justru aku sedikit lebih lega karena rupanya dia wanita bersuami. Meskipun tidak menjamin tapi ada sedikit ruang kelegaan.

"Ya sudah, lanjut aja. Aku ke kamar, ya," ujarku.

Megan mengangguk. Aku melenggang masuk meninggalkannya. Sempat aku menoleh ke belakang hanya sekejap, sekedar tersenyum, rupanya dia sedang menatapku kaku. Wanita itu aneh sekali.

Nomor yang Anda tuju sedang dalam panggilan lain ....

Bibirku berlipat, menatap nomor WA suamiku yang gagal kuhubungi. Jam 10 malam begini, dia bicara dengan siapa?

Mungkin ibu mertua kali, ya. Biasanya sebelum tidur, Mama mertua sering menelpon. Aku memutuskan ke dapur untuk mengambil salad buah. Kulihat Megan masih di taman sembari menelpon.

Hemm ....

Sambil scrolling i*******m, tak terasa salad buahku habis. Aku berniat kembali ke kamar bersamaan Megan pun masuk rumah. Dia hanya tersenyum kecil padaku lalu menghilang dari padangan. Tiba-tiba ponselku berdering. Mas Danang menelpon.

"Mas, tadi ngomong sama siapa? Gak bisa masuk panggilanku," tanyaku.

"Sama teman, Bun. Besok janjian mau berangkat bareng," jawab Mas Danang tanpa ada keraguan.

"Ooh, iya."

Obrolan kami pun berlanjut sekedar menanyakan kondisi anak-anak. Hingga sampai ...

"Aku kayaknya selama di sini gak bisa telpon full, Bun. Mau fokus kerja karena proyeknya ini cukup besar," ujar Mas Danang.

"Ooh gitu. Gak apa-apa, Mas. Kalau ada kendala, aku bisa bantu," sambutku.

Memang aku sering membantunya menyelesaikan pekerjaan kantornya. Sebagai sekretaris, aku selalu dia bisa andalkan dalam pekerjaannya sebagai kepala staf administrasi. Tumben-tumben ini dia tidak konsultasi denganku tentang pekerjaannya.

"Iya, Sayang. Aku bisa melakukannya sendiri, kok. Masa setiap ada pekerjaan, kamu saja yang repot," ucapnya terdengar manis.

"Aku kan istrimu, Sayang," ucapku manja.

"Iya. Istriku yang paaaaling kusayang."

"Iiiih 'paling?!' memangnya ada istri lain apa?" ucapku mengerucutkan mulut seolah dia di depanku. Aku hanya menggodanya.

"Eeeh, Bunda. Bisa aja," ucapnya terdengar tertawa kecil.

Aku pun tersenyum. Kami sedikit berbincang lalu memutuskan untuk tidur. Aku bahagia sekali memiliki suami seperti Mas Danang. Dia nyaris sempurna menjadi suami dan sosok ayah. Mas Danang banyak mengalah dan menuruti semua keputusanku.

Keesokannya, sebelum Rio dan Amira bangun tidur, Megan rupanya sudah menungguku selesai sholat subuh. Rumahku memiliki satu space khusus untuk sholat. Mas Danang sering memimpinku dan dua anak kami untuk sholat. Seperti potret keluarga kencil impian setiap wanita, keluarga cemara, tak memiliki cela.

"Kenapa, Megan? Sudah sholat?" tanyaku sembari melipat mukenahku.

"Sudah, Nyonya."

"Syukurlah. Kenapa? Katakan."

"Saya minta izin 3 hari saja buat pulang ke kampung. Mbok lagi kumat parah."

"Ooh ya, Allah."

Aku tidak bisa berkata apa pun. Pasalnya bagaimana aku mengurus rumah dan dua anakku tanpa art? Apalagi Mas Danang tugas ke luar kota. Tapi mendengar keadaan Mbok Mar parah, aku jadi tak tega.

"Kamu bisa menemani Mbok Mar sampai sembuh, Megan. Lama-lama juga tak masalah. Mungkin nanti aku cari asisten yang baru saja."

"Nyonya, saya hanya minta waktu 3 hari saja. Bukan berarti saya mau berhenti. Saya butuh uang buat pengobatan Mbok."

Megan sepertinya panik.

"Hemmm ... ya sudah. Jangan lebih, ya."

Megan mengangguk antusias. Berbinar kedua bola matanya bagai bulan purnama.

"Terimakasih banyak, Nyonya. Nanti setelah siapkan anak-anak sekolah, saya langsung pamit."

"Oke," jawabku berusaha santai.

Amira dan Rio satu sekolah meski beda jenjang. Setiap pagi ada mobil yang datang menjemput mereka. Khusus kusewa setiap hari untuk mengantar dan menjemput mereka. Sedangkan urusan dapur, aku sering masak karena aku suka, kadang juga beli online. Megan juga kerap masak karena itu memang tugasnya. Masak dan menjaga anak-anakku adalah tugas utamanya. Kalau laundry, setiap sekali dua hari orang datang menjemput dan mengantarkan pakaian. Sedangkan untuk kebersihan rumah, sesantai kami saja. Kadang aku yang menyapu setelah aku sholat subuh. Bahkan Mas Danang sering juga menyapu. Aku juga tak jarang memanggil jasa bersih-bersih rumah yang hitungan jam.

Tiga hari kujalani hari tanpa Megan dan tentu saja aku keteteran. Mempersiapkan dua anak itu cukup menyita waktuku untuk mempersiapkan diriku sendiri menuju kantor. Dan pada hari keempat, sore hari saat aku menyisir rambut Amira.

Terdengar ....

"Assalamu'alaikum!"

"Waalaikumsalam!" jawabku.

Mas Danang pulang. Karena suara tivi, aku tidak mendengar suara mobilnya. Amira langsung menghambur memeluk ayahnya. Rio yang sedang bermain game di tabku langsung mencium punggung tangan ayahnya takzim. Tak ketinggalan aku juga memeluk dan menyambut kedatangan suamiku dengan senyum kebahagiaan. Serasa tiga hari itu begitu lama dan berat tanpanya.

Masih suasana riuh gembira kedua anakku yang membuka hadiah dari ayahnya, tiba-tiba Megan membuka gerbang, memasuki halaman. Hatiku tiba-tiba berdesir aneh ....

Kok bisa kedatangan Megan hampir bersamaan dengan suamiku?

Related chapters

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 4

    Aku mendekati Megan, yang sedang berjalan ke arah pintu samping. Pasti dia ingin masuk lewat samping. "Megan!" seruku menyapanya. "Saya, Nyonya. Maaf, saya gak lewat depan, takut ganggu kebersamaan Nyonya dan Tuan yang baru saja sampai," jawab Megan seperti gugup. "Kok kamu tahu, Mas Danang barusan pulang?" tanyaku menyelidik. "Oooh, barusan kan kedengaran suaranya, Nyonya," jawab Megan mengulum senyum. Oh ya? Memangnya tadi Mas Danang bersuara, ya? Perasaanku dia sedang memainkan hpnya. Yang ada suara Amira yang heboh. Aku menatap tajam pada wanita muda di depanku ini. Agak lain perasaanku ini. "Tidak ada yang kamu sembunyikan dariku, kan Megan?" "Apa maksud pertanyaan Nyonya? Maaf, saya gak paham. Oh ya, salamnya Mbok, Nyah. Terimakasih, saya sudah dikasih cuti." Aku hanya bergeming. Pasalnya aku pun menelpon Mbok Mar dan memang dia mengakui sangat berterimakasih karena memperkenankan putrinya pulang. Tapi Mbok Mar terdengar tidak sakit parah. Suaranya segar menurut te

    Last Updated : 2024-08-16
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 5

    "Sudah kerjain PR dari bu guru Indri belum?" tanya Arini pada kawan sekelasnya, Rio. Mereka sedang duduk di taman sekolah dasar swasta. Sekolah yang dikatakan elit. Hanya beberapa anak dari kalangan biasa seperti Arini yang justru diundang mendapatkan beasiswa dan dituntut harus memberikan konstribusi positif pada sekolah. "Aku lagi gak mood.""Idii, anak SD kelas enam susahin apa sih? Aku aja yang harus bantu ibuku kerja di kebun, masih semangat," sanggah Arini sedang menulis. "Ayahku selingkuh," ujar Rio menatap kosong pada rumput taman itu. Arini langsung meletakkan polpennya. Dia langsung menelan salivanya. Arini paham arti kata selingkuh. Lebih dari kata paham. Tiba-tiba saja jantungnya berdebar-debar dan dingin tangannya. Dia adalah korban dari kata 'selingkuh.'"Oh My God! Rio?! Are you sure? Selingkuh?!"Rio dan Arini menoleh bersamaan. Pricilia, tetangga Rio sekaligus teman sekelas. Cantik, gaul adalah image yang disematkan pada Pricilia. Anak itu langsung duduk menggeser

    Last Updated : 2024-08-16
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 6

    "Kamu yang kurang ajar, Mas! Kamu yang setan! Beraninya kamu mengatakan kalimat itu pada putraku! Apa hubunganmu dengan perempuan itu sehingga kamu sampai membelanya seperti itu, ha?!"Rio langsung berlari menghambur di pelukan ibunya. Safira mengelus kepala putranya agar lebih tenang. Suaminya tak pernah semurka itu sebelumnya. Ia membuatnya benar-benar sangat marah. "Bukan begitu, Bun. Kasihan lo, Megan. Sampai pucat begitu," ucap Danang gelagapan. "Heleh! Hamster segede anak tikus aja sampai peluk suami orang," cerocos Safira. Nampak Megan sedang memeluk dirinya di dekat dinding. Yang barusan itu benar-benar menakutkan. Hatinya cukup panas mendengar tanggapan Nyonya. Ingin rasanya ia berbuat melebihi batasannya sebagai pembantu rumah itu. Namun dia masih menahannya. Belum waktunya, desis hatinya menahan amarah. "Kamu jangan memudahkan semua perihal. Ini sudah masuk kasus pembulian. Banyak orang yang takut sama kecoa, ulat, cacing!""Terus saja kamu belain dia, Mas. Kamu membuat

    Last Updated : 2024-08-22
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 7

    "Kamu jangan nangis lagi, Rio. Ada banyak anak yang sudah pernah mengalami yang seperti kamu alami. Bahkan, di tengah kemiskinan," ujar Arini dengan nada berat. Itu curahan hatinya. "Kamu tenang aja. Mbak pelakor itu akan mendapatkan ganjarannya," tambah Pricillia optimis. "Kamu jangan memberikan ide gila lagi. Gara-gara idemu itu, kita semua kena getahnya," ketus Arini. Dia sedih sekali melihat Rio dimarah bahkan hampir mau dipukul. Memang persis seperti yang ayahnya lakukan dulu padanya. Tapi beruntung, Rio punya bunda yang punya kekuatan. Kalau ibunya, justru ikut dipukul. Mengingat itu, Arini hanya bisa menahan sakit batinnya yang masih mungil. Bahkan bekas pukulan tangan ayahnya masih ada. Belum sempat Pricilia menimpali, Rio sudah membuka mulut untuk membelanya. "Sudah, kamu jangan salahin Pricilia. Papaku memang jahat. Aku bahkan ingin dia benar-benar memukulku agar aku makin benci padanya," timpal Rio. "Rio ...." desis Arini dan Pricilia bersamaan, merasa ikut sedih. To

    Last Updated : 2025-02-07
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 8

    "Kamu harus hati-hati, Sayang. Bundanya anak-anak sudah mulai curiga," ujar Danang menelpon Megan dengan nomor lain dan tentu saja ponsel lain. Ponsel itu selalu dia simpan di kantornya, tak pernah dia bawa pulang. Memang akal bulus buaya muara."Iya, Sayang. Aku akan hati-hati. Untung saja kan aku melihat orang yang pasang cctv. Dikira aku bodoh apa. Katanya tukang rumput, tau-taunya malah masang kamera tersembunyi di ruang tamu. Aku gak tahu di mana lagi istrimu itu memasang kamera tersembunyi. Jadinya sekarang kita gak bisa dekat-dekatan lagi. Iiih Mama kangen, Yank! Sayangku! Kangen!""Sabar, sayang. Papa juga kangen Mama. Kan tiap hari kita ketemu.""Tapi kan gak bisa peluk dan cium apalagi itu itu lagi sama Sayangku ini. Memangnya gak kangen apa sama ini ini ini kesukaanmu?" gerutu Megan mendesah sendiri di dalam selimut.Dia tahu, Danang pasti mengerti arah ucapannya. Pria itu hanya mengecap menahan hasrat. Benar, Safira itu masih cantik dan mandiri tapi yang baru dan ranum itu

    Last Updated : 2025-02-07
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 9

    FLASH BACK! "Nyonya, saya rindu sekali dengan Megan," ujar Mbok Mar pada Safira. "Megan? Anaknya Mbok itu kan?""Iya, Nyonya. Boleh gak dia ke sini dan tinggal di sini seminggu aja? Mumpung dia libur semester.""Ooh, boleh dong, Mbok. Gak apa-apa," ujar Safira rela. Mbok Mar tersenyum senang. Selang dua hari, seorang gadis manis dengan kulit kuning langsat sudah hadir di rumah itu. Semua menyambut dengan suka rela termasuk Nyonya rumah."Makan apa yang ada, ya Megan. Jangan sungkan," ujar Safira saat duduk makan malam bersama suami dan anak-anaknya. "Terimakasih banyak, Nyonya," jawab Megan sungkan apalagi melihat ibunya juga ikut duduk di meja makan. "Mbok Mar sudah saya anggap seperti ibu saya sendiri jadi dia memang makan bersama dengan kami seperti ini," tambah Safira. Danang yang berada di sampingnya hanya diam. Dia tak terlalu memperhatikan gadis desa yang baru sampai di rumahnya itu. Criiing! Sendok Megan jatuh. Refleks gadis itu menunduk. Sendok itu berada di dekat kak

    Last Updated : 2025-02-07
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 10

    "Kok bengong?" cecar Bu Andin. "Maaf, Bu. Hanya Nyonya Safira yang berhak memecat saya," timpal Megan lalu berbalik menjauhi Bu Andin. Eh?! Terdengar suara deruman mobil dari arah gerbang. Bu Andin menoleh. Itu menantunya. Wanita berhijab lebar itu mengerucutkan mulutnya kesal. Dia bahkan tidak menunggu menantunya masuk rumah. Dengan cepat langkahnya mendekati Safira yang sedang keluar dari mobil. "Mama? Kapan sampainya? MasyaAllah, aku rindu sekali," sapa Safira menutup pintu mobil. Bu Andin baru pulang dari menemai putrinya yang melahirkan di luar provinsi selama empat bulan lebih. Itu mengapa dia baru mengunjungi rumah Danang. "Kamu ya. Kok ada wanita muda tinggal di rumah ini? Apa gak takut Danang digoda, hah?!""Takutlah, Ma. Cuma gini ceritanya, Ma. Jangan emosi dulu, ah.""Gimana Mama gak emosi. Mama gak suka, Safira."Safira meraih tangan mertuanya, menatapnya dengan senyuman. Jika banyak mengatakan mertua adalah saingan, bagi Safira, mertuanya adalah sudah seperti ibunya

    Last Updated : 2025-02-08
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 11

    "Aaaakh!!! Sakit, Nyai!!!""Karena belas kasihanku pada ibumu makanya aku terus merayu putriku agar tetap menerimamu bekerja di sini. Tapi kamu rupanya menjelma menjadi pagar makan tanaman."Safira tersenyum sinis melihat Megan dijambak ibunya. Ia merasa memang ibunya adalah yang paling berhak sebab ibunya itulah tempat asal Mbok Mar mengabdi. Karena desakan ibunya pula ia masih mempertahankan Megan lebih-lebih hasutan suaminya. Ia mengira Danang tulus rupanya .... "Tolong lepaskan saya, Nyai! Lepaskan!"Megan memberontak dan mendorong Bu Sartini. Ia berhasil melepaskan dirinya dan menghentak angkuh. "Apa pun kesalahanku, kalian tidak berhak untuk memperlakukanku seperti ini. Karena tidak hanya aku yang melakukan perselingkuhan tapi juga Mas Danang! Kami sama-sama mau!""Ya, sebelum dia kucincang, kau yang akan lebih dulu kumutilasi!" seru Bu Sartini terengah-engah. "Tak perlu, Mbak! Biar aku yang cincang anak laki-lakiku yang tak guna ini! Bagaimana bisa dia tergoda wanita rendaha

    Last Updated : 2025-02-13

Latest chapter

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 50

    Sedangkan di sisi lain, Danang sedang berbinar senang karena proyek yang dia kejar bersama teamnya akhirnya berhasil goal. Ia tersenyum puas melihat secarik kertas pemberitahuan atas keberhasilan perusahaan. Ini artinya, uang puluhan juta akan segera masuk ke rekening barunya. "Aku akan segera membawa Megan keluar dari rumah agar tidak terjadi konflik dengan Safira," lirihnya membayangkan semua akan baik-baik saja. Saat dia asik dengn khayalannya, tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Diana muncul dengan wajah tegang. "Permisi, Pak." "Ya, Diana. Masuk saja. Bagaimana? Apa acara menyambut kesuksesan kita di proyek kali ini?" Makin tegang wajah Diana melihat pendar binar kebahagiaan terpancar dari atasannya itu. "Pak, maaf, ini titipan dari Pak Boss." "Baiklah. Letakkan saja di situ. Oh ya, atur saja aca

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 49

    "Apa katamu, Mas?!!!" Memilih tak menjawab, Danang mendengkus dan membawa Amira ke kamar Megan. Dengan wajah merah padam, Safira sudah melangkah satu langkah berniat mengejar, tapi ia menarik kembali kakinya. Ia melihat Amira tersenyum pada Megan, saat wanita itu meraih Amira dari pelukan suaminya. 'Amira ...," desis hatinya sedih bersamaan dengab emosinya yang langsung mereda. Pandangan Safira berkeliling karena gelisah tak tahu harus berkata dan berbuat apa. Ia mengusap wajahnya kasar lalu menghembuskan napasnya berkali-kali. "Ini gila. Setelah mengambil suamiku, wanita itu mengambil putriku. Ini tidak bisa dibiarkan," lirih Safira sendirian. Tiba-tiba sesuatu terpikirkan di dalam otaknya. Segera dia menelpon nomor mertuanya. "Kenapa, Fir?" "Mama gak ke Cemara Indah?" "Ka

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 48

    "Kalau kamu menentangku, kita bisa bicara di pengadilan biar jelas. Ibu bapakmu sudah menganggapku anak jadi jangan macam-macam kamu. Aku masih bertahan dalam pernikahan ini karena mereka. Tapi jika aku sudah tak sanggup, tak ada seorang pun bisa mencegahku. Aku wanita merdeka, Mas. Ingat itu." Safira meraih handuk yang bersusun di laci tempel di dinding dekat kamar mandi. Ia lalu meletakkannya di atas dada suaminya dengan sentakan hingga pria itu sedikit terdorong. Danang hanya bisa menangkap handuk itu dan berusaha berdiri tegak. Pria itu menoleh pada Safira yang melenggang keluar kamar. 'Ooh Allah, seharusnya semua berjalan mulus. Aku memilih poligami daripada berzina. Aku memilih yang halal tapi kenapa makin dipersulit?' batin Danang mengerutu masih mematung. Pria itu tidak sadar bahwa pertanyaan hatinya itu bukan hanya dua itu yang menjadi pilihan. Tapi ada yang ke-tiga. Mengapa tidak menundukkan pandangan?

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 47

    "Safira!" seru Danang tak terima dengan ucapan istri pertamanya itu. "Jangan berteriak memanggil namaku, Mas. Kalau kamu tidak setuju dengan perintahku, silahkan bawa dia pergi dari sini." "Jangan asal kamu bicara. Ini juga rumahku dan aku berhak untuk menentukan siapa saja yang boleh tinggal di sini." "Ooh jelas. Tapi ingat, ada uangku di rumah ini juga. Posisiku lebih kuat di sini karena aku lah istri pertamamu dan sudah 13 tahun berada di rumah ini. Kamu mau bawa ke pengadilan? Ayo. Aku jabanin." "Pakailah hatimu, Safira," desis Danang berusaha melembut. Dia sungguh nelangsa. "Kan kamu yang mengajariku tak punya hati, Mas. Andai kamu punya hati, tak akan kamu seperti ini. Dan satu lagi, jika kamu menentangku maka aku akan mengadukan ini pada kedua orang tuamu. Menurutmu bagaimana?" Danang kikuk kebingungan. Melawan Safira saat

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 46

    Rio langsung menggeret tangan adiknya agar mau masuk ke dalam kamar. Meski terpaksa, Amira mau mengikuti langkah Abangnya. Bell rumah berdenting dan Safira sudah berada di depan pintu. Ia menarik napasnya kuat-kuat. Safira membuka pintu dengan wajah yang datar. "Assalamu'alaikum, Bun." "Waalaikumsalam." Danang menoleh ke belakang, ke arah mobil. "Bun ...." "Tak ada tempat dia di sini. Pergi bawa gundikmu dari sini, Mas." "Aku minta tolong, Bun. Aku gak pegang uang sama sekali dan semua uang, kamu yang pegang. Aku gak bisa sewain Megan tempat tinggal." "Ya itu urusanmu. Kamu yang punya istri, kok bebani aku?" Safira langsung menutup pintu. Danang segera menahannya dengan tangannya. "Bund ... Jangan gini apa, Bun. Please." "Pergi kamu, Mas! Jangan mentang-mentang kemarin kita tidur bersama, kamu merasa aku nerima kamu apalagi nerima pelacur itu. Tidak seperti yang kamu pikirkan." "Ya. Aku sudah tahu. Kamu gak tulus layanin aku. Kamu sengaja, hanya buat manasin Megan. Dia

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 45

    "Jangan pergi Safira. Papa mohon. Bertahanlah demi Rio dan Amira. Mereka butuh orang tua yang utuh. Melihat kamu dan Danang satu kamar lagi, mereka senang sekali. Tidur mereka pun nyenyak." "Tapi aku tak pernah tidur nyenyak sejak Mas Danang ketahuan menikah lagi, Pa." Safira menengadah menatap langit-langit ruang tamu. Dia sedang di rumah mertuanya, menjemput kedua anaknya yang ingin bermain di rumah mbah. "Kami paham perasaanmu, Nak. Mungkin kalau Mama di posisimu tak akan setegar kamu. Bisa langsung gila, Mama. Tapi Mama minta banget sama kamu, Safira. Pertahankan putraku jadi suamimu." Bu Andin ikut bicara menahan kesedihan. Salah satu do'anya adalah melihat anak-anaknya harmonis tapi justru doanya jadi ujiannya. Pernikahan putra kesayangannya di ambang kehancuran. Ia tahu, menjadi Safira memang sangat sulit. "Aku gak bisa, Ma. Aku akan tetap melaya

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 44

    "Kenapa kamu marah-marah padaku, Mas? Kamu yang gila! Kenapa gak peduli padaku lagi?! Sekedar menelpon atau membalas cepat WA ku kamu gak bisa. Biarkan saja aku mati. " "Sinting. Benar-benar sinting. Aku sibuk mencari nafkah! Kamu tahu kondisiku saat ini. Uangku di Safira, sekarang aku harus mendapatkan uang baru untuk memenuhi kebutuhan kita semua. Kamu malah seperti anak kecil begini!" Sekali lagi, Danang meraih kursi plastik hijau itu lalu melemparkannya ke arah dinding lagi hingga menimbulkan suara yang cukup memekak. Sekarang, dia baru ingat, dia telah meninggalkan rapat yang penting dan dia tahu, banyak konsekuensi buruk yang sedang dia timbulkan. Hanya karena istri mudanya yang merajuk tanpa pikir. Danang frustasi dan dia merasa sangat nelangsa. "Kamu tega sama aku, Mas. Teganya kamu mengabaikanku!" "Aku kerja! Paham bahasa tidak?" "Tidak! Kamu sibuk tidur sama Mbah Safira. Ini fotomu! Apa maksudnya i

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 43

    Bergetar bibir Megan membaca pesan itu. Dia langsung membuang hp itu, bersamaan dengan jantungnya yang bergemuruh hebat. Hanya gemeletuk giginya yang terdengar karena menahan amarah. Bagaimana bisa Mas Danangnya bisa sepulas itu tidur? Servis seperti apa yang kakak madunya telah berikan. "Kurang ajar. Tak ada malu. Perempuan sialan!" Hati Megan benar-benar seperti dibakar hidup-hidup. Panas luar biasa. Sakit luar biasa sakit, sampai-sampai merah matanya. Menggenang air mata Megan menahan sakit hati. Logikanya tahu bahwa Safira adalah istri Danang, tapi melihat pria itu telanjang begitu membuatnya membara. Dia merasa sedang dikhianati, sedang dipermainkan dan diejek. "Seharusnya aku tak perlu sesakit ini. Seharusnya ...." Megan berusaha mengafirmasi dirinya bahwa semua itu bukan menjadi masalah namun susah sekali baginya. Kelebat bayangan saat Danang sangat bernafsu mencumbunya tanpa jeda, membuat M

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 42

    "Abang jangan mikir yang aneh-aneh. Abang fokus sembuh aja ya, Nak. Biar cepat bisa main sama teman-temannya lagi," ucap Safira sekuat tenaga menahan perasaannya yang hancur. "Kami baik-baik saja, Nak. Tidak ada yang berubah," tambah Danang. "Kalian tidur bersama-sama lagi. Jangan pisah kamar lagi." "Iya. Nanti Papa tidur sama Bundamu. Kamu tenang saja." "Tidur di sini," ucap Rio lagi. "Bunda harus temani adek, kan, Nak? Adek juga lagi sakit." Safira menyanggah dengan cepat. Sama sekali tak ada minatnya seranjang lagi dengan suaminya. Malah ia merasa jijik karena tubuh Danang sudah tersentuh Megan. Bahkan membayangkan dirinya disentuh suaminya lagi, itu cukup membuatnya mual. "Adek bawa ke sini. Kita tidur sama-sama lagi." Tak punya pilihan, Danang dan Safira mengikuti keinginan putra mereka. Mereka menggelar hamb

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status