Ressa mengejar Deandra yang berlari ke kamar sambil menangis. Gadis remaja itu merasakan patah hati disaat cintanya mulai bersemi.
"Sayang," Ressa memeluk putrinya yang menangis sesenggukan di sudut kamar."Saat kita jatuh cinta, kadang semuanya tidak berjalan mulus. Ada yang bertepuk sebelah tangan, ada yang terhalang jarang, ada yang tidak direstui. Dea masih sangat muda untuk mengalami semua itu dan menangisi semua ini.""Buba, apa yang Dea rasakan ini cinta? Dada Dea sesak," lirih gadis remaja itu."Mungkin itu cinta, tapi bukan cinta yang seperti daddy berikan pada Dea. Itu cinta antar lawan jenis, Dea masih terlalu muda untuk merasakan semua itu Sayang.""Honey," Tian ingin marah pada putrinya yang sangat berani mengekspresikan perasaan pada orang dewasa. Tapi dia tidak tega memarahinya."Maaf Dea ambil jam tangan Daddy," aku Deandra."Jangan dipikirkan Honey, tapi nanti kalau mau ngasih orang hadiah tanya Daddy du"Sayang, makan dulu." Bujuk Tian pada putrinya yang hari ini tidak mau keluar kamar. Gadis itu jadi lebih pendiam selama semingguan ini."Mommy sedih kalau Dea terus seperti ini," Tian membawa Deandra dalam pelukan. "Apa kasih sayang yang Daddy berikan kurang buat Dea. Daddy akan turuti apapun yang Dea minta.""Dea mau menjenguk Om ke penjara," pinta Dea. Dia hanya ingin melihat pria dewasa yang sudah membuat hatinya berbunga-bunga itu."Sayang!""Daddy bilang mau menuruti apa yang Dea maukan, Om gak pernah menolak apa yang Dea mau. Om gak pernah jahat sama Dea," sebut Dea."Baiklah, ayo kita jenguk Om." Ucap Tian menyetujui. Dia akan membuat Azmi dipindahkan dari kota ini setelahnya.Deandra segera bangkit mencuci wajahnya ke kamar mandi. Tian menarik napas lelah, putrinya ini tidak bisa dibantah. Ressa menepuk bahu sang suami, "sabar Sayang.""Aku gak bisa melihat wajahnya Honey, biar Denis yang menemani Dea
"Kalian ini ya mau datang sesuka hati, gak bilang-bilang dulu. Bibi bisa masak banyak kalau kalian mau ke sini." Sesampainya di rumah ibu Jeri, mereka di sambut celotehan perempuan paruh baya itu. "Siapa Bu, ada tamu malah diomeli?" Teriak Jeri dari ruang tengah. "Kakakmu datang gak bilang-bilang," katanya seraya mengajak tamunya masuk. "Dea cuma mau numpang berenang Bi, Jeri temani keponakanmu ini berenang!!" Perintah Tian pada adik sepupunya. "Sini dulu Sayang, kita nyemil yang banyak baru berenang, biar gak kelaparan." Jeri menarik Deandra duduk di sampingnya lalu mencium di pipi. "Apa rasanya sama seperti Om Azmi menciummu?" Pancing Jeri sambil berbisik, Dea menggeleng pelan. Fix keponakannya ini sudah jatuh cinta dengan lelaki brengsek itu. "Suatu hari nanti Dea akan menemukan laki-laki yang tulus mencintai Dea tanpa memandang siapa Dea, seperti Daddy Tian mencintai Buba. Atau Daddy Denis mencintai Mommy." Nasehat Jeri
"Gak boleh nolak," Denis menarik gadis itu lalu membawanya berenang ke tengah sambil tertawa."Daddy curang!!" Teriak Dea ikut tertawa.Tian jadi semakin risau atas apa yang Jeri ucapkan tadi."Ada apa?" Tanya Ressa yang dapat merasakan kegelisahan suaminya."Aku mau cerita tapi kamu janji jangan marah," ucap Tian pelan."Emang ada apa?" Ressa mengernyit mendengar kalimat yang Tian ucapkan."Aku takut," lirih Tian. "Dea bukan anak kecil lagi Sayang. Pantas saja Azmi tergila-gila padanya.""Kita tidak bisa membawanya tidur bersama lagi," lanjut Tian. Ressa bisa mengerti, Tian tidak pernah menemani Dea dari kecil. Jadi ingin memperlakukannya seperti anak kecil. Tapi ternyata putrinya itu lebih cepat dewasa sebelum waktunya."Bagaimana aku memberitahunya agar tidak merasa diabaikan.""Kita kasih tau pelan-pelan Sayang," Ressa menenangkan suaminya. Tian menarik Ressa dalam pelukan. "Kamu
"Sayang, apa Dea marah kalau Daddy gak menemani Dea tidur?" Tanya Tian hati-hati saat mendatangi kamar putrinya sendirian."Kenapa, Daddy mau tidur sama Buba?" Tanya Dea sedikit tersentil, karena harus dia yang selalu mengalah. Apalagi sejak mommy menikah dengan Dad Denis, dia jarang ditemani."Daddy baru membaca satu hadist, yang bunyinya begini. Perintahkanlah anak-anakmu untuk shalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah jika enggan melakukan shalat bila telah berusia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur di antara mereka. Dea mau bantu Daddy, agar bisa menjadi Daddy yang baik dan membawa kalian ke surga kelak." Ucap Tian dengan bahasa halus agar putrinya tidak merasa terabaikan."Daddy sadar, putri Daddy ini bukan anak kecil lagi. Kalau Daddy gak menemani Dea tidur, bukan berarti Daddy gak sayang sama Dea. Daddy sayang banget sama Dea." Tian mengusap-usap belakang kepala Deandra dan mengecupnya.Dea mengangguk pelan, percuma membantah. Dia rindu lelaki dewasa yang tanpa
"Ayo duduk, tunggu Daddy masakin dulu," Tian menarik kursi untuk putrinya lalu melanjutkan memasak.Meskipun tidak secekatan chef restoran bintang lima, tapi bolehlah seorang Ardiya Tiandra memasak di dapur. Setelah selesai, ia memindahkan nasi ke piring lalu duduk di antara anak dan istrinya. "Bubamu lagi manja Sayang, jangan cemburu ya." Tian menegakkan tubuh Ressa, menepuk-nepuknya di pipi. "Sayang, ayo makan."Ressa membuka makan sedikit, menyandarkan kepala di bahu suaminya. Tian menyuapi Dea lebih dulu. Sambil memberikan usapan di kepala."Wah, wah. Lagi manja dua-duanya nih," seloroh Denis yang mencium aroma nasi goreng di dapur."Buka mulutnya Sayang," Tian tidak menanggapi ucapan Denis, sibuk mengurus istrinya. Ressa membuka mulut sedikit, lelaki itu berdecak menyuapkan nasi goreng dengan pelan ke mulut istrinya."Lagi," gumam Ressa masih dengan mata terpejam. Tian menyuapi sampai habis setengah piring baru Ressa minta berhenti. Lelaki itu kembali menyandarkan Ressa ke bahun
"Sayang minum dulu ini tehnya biar perutnya hangat." Tian membantu Ressa bangun dan minum teh, lalu menyuapi roti. Baru tertelan satu suapan Ressa sudah mual. Perempuan itu berlari ke kamar mandi. Tian mengikuti, memijati tengkuknya. Ia sangat yakin kalau istrinya ini sedang berbadan dua."Mau tinggal berdua dulu Sayang, biar aku bisa fokus sama kamu." Ressa menggeleng pelan, "kasihan Dea Mas. Dia butuh kamu selalu di sampingnya," jawabnya pelan. Tian memeluk tubuh Ressa yang lemas sambil mengelus di perut. "Sayang pintar-pintar sama Mommy di dalam ya," gumamnya."Kamu yakin banget aku hamil," Ressa menyandarkan kepalanya dengan nyaman. Posisi seperti ini membuatnya lebih tenang."Siapa lagi yang suka membuat Mommy selalu lapar kalau bukan adek, Sayang." Jawab Tian dengan binar bahagia."Jangan terlalu berlebihan menunjukkan kebahagiaanmu di depan Dea, Sayang. Jangan sampai dia berpikir kamu lebih mencintai anak kita ini." Gumam Ressa lemah.Tian mengangguk mengecup bibir Ressa sin
“Kalau lihat kamu gemesin gini, aku tuh jadinya pengen karungin kamu deh. Aku ajak honeymoon keliling dunia.” Ujar Tian gemas melihat istrinya yang tidak berhenti senyam-senyum sepulang dari rumah sakit. Ia sengaja memperlambat laju mobilnya agar lama sampai ke kantor. Walaupun terlihat pucat tapi kondisi Ressa dan janinnya baik-baik saja. Istrinya itu hanya kelelahan.“Aku gak ngapa-ngapain Mas, gak godain kamu juga. Aku cuma senyum masa salah?” Ressa mengerling genit.“Tuh, katanya gak godain tapi matanya genit banget.” Tian mengusap wajah Ressa dengan tangan kirinya. “Salahin mata aku, jangan salahin aku.” Ujar Ressa manja menangkap tangan Tian menempelkannya di pipi. “Makasih ya Sayang sudah ngasih aku buah hati lagi. Aku gak sabar pengen gendong baby kita. Sayang banget deh sama istri aku yang nakal ini.” Katanya mencubit gemas pipi Ressa.“Daddy yang nakal, makanya jadi ini.” Ressa menunjuk perutnya dengan menggembungkan pipi.Tian mendelik lalu tertawa, “seriously itu karena
“Sayang, Daddy gak misahin Dea sama Mommy.” Denis memeluk Deandra untuk menenangkan. Orang tuanya mendesak agar dia pulang membawa istrinya. Jadilah ia memberi tahu Dea mendadak.“Jangan cari Dea lagi, bawa saja Mommy!!” Sarkasnya melepaskan diri dari pelukan Denis. Tian mengejar putrinya itu, lalu menggendong sang bayi besar.“Mommy cuma menginap di rumah orang tua Daddy Denis Sayang. Dea bisa ikut kalau memang mau ikut. Gak ada yang misahin Dea dari Mommy,” Tian menjelaskan dengan lembut. Membenamkan kepala putrinya di bahu.“Kenapa orang dewasa itu selalu egois, melakukan apa yang mereka mau tanpa memikirkan kami yang masih kecil.” Denis menenangkan Aruna yang ikut sedih karena putrinya mengamuk.“Apa kami egois memaksa Dea melakukan sesuatu yang Dea tidak suka?” tanya Tian lembut.Deandra tidak menjawab, walau hatinya protes karena dipaksa berpisah dengan orang yang sudah membuatnya bahagia. Tapi orang itu juga sudah membuat keluarganya menderita. Tiba-tiba Dea menangis karena t