"Mommy...!!" Pekik Dea melihat Aruna yang meringkuk di atas tempat tidur. Ibunya itu tidak berhenti menangis."Mommy kenapa jadi seperti ini," lirih Dea langsung memeluk sang ibu."Dea kamu pulang Sayang?" Aruna meraba pipi sang putri."Iya, Dea sudah pulang Mom." Katanya menghapus sisa air mata di pipi Aruna. Orang yang paling dicintainya ini terlihat sekali sangat kacau dengan tubuh yang lebih kurus dan lingkar mata yang menghitam. Padahal Dea cuma satu minggu meninggalkannya.“Sayang, kenapa kamu tinggalin Mommy,” Aruna memeluk Dea dengan tangisan sendu.“Maafin Dea sudah membuat Mommy khawatir. Kenapa Mommy gak mau makan?" Deandra melirik nasi yang tak tersentuh di atas nakas."Mommy gak lapar," jawab Aruna pelan."Mommy memang gak lapar, tapi tubuh mommy yang perlu nutrisi. Lihat, Mommy sekarang sangat kurus." Deandra menarik sang mommy untuk bangun. Ressa terharu melihat putrinya itu, Dea memang terlihat sangat dewasa. Namun tetap saja dia anak remaja yang belum mengerti kehidu
["Baby, ada apa?" Azmi merentangkan tangan yang disambut Dea dengan senyuman bahagia. "Kangen," jawab Dea sambil tersenyum. Layaknya orang dewasa yang sedang dimabuk cinta. Gadis yang dilanda virus merah jambu itu tidak berhenti menampakkan senyumannya.] "Oh Tuhan, manjanya duplikat sang mommy." Komentar Denis yang tidak berkedip menatap layar. Mereka layaknya komentator di ajang pencarian bakat ["Dea punya hadiah buat Om," gadis itu mengeluarkan kotak segi empat berwarna biru dari tasnya. "Ini buat Om?" Tanya Azmi membuka kotak yang berisi jam tangan. Yang ia tahu harganya sangat mahal, masih lengkap dengan label dan garansinya.] Di ruang tengah Denis tertawa gelak melihat jam tangan yang baru Tian beli diberikan Dea pada Azmi. "Anak siapa sih itu, cerdas banget." Komentar Jeri yang ikut mentertawakan. Tian meringis, "itu limited edition Sayang. Kenapa dikasihkan, kalau mau ngasih yang KW aja," gumamnya. Seolah Dea bisa mendengar apa yang diucapkannya. "Jam masih bisa beli yan
"Sayang, maafin Om please." Mohon Azmi mersimpuh di hadapan gadis itu. Deandra membuang wajahnya dengan air mata yang terus berjatuhan. "Azmi lepaskan putriku!!" Teriak Tian, mereka sudah mengepung Azmi bersama pihak kepolisian.Dea mematung melihat sudah banyak orang di sekitarnya. "Om cepat pergi, sebelum polisi menangkap Om." Ucap Dea pelan yang hanya di dengar Azmi."Om gak papa di tangkap asal kamu memaafkan Om, Sayang." Azmi membelai lembut rambut Deandra."Rupanya kau sudah tergila-gila dengan putriku, Azmi!!" Tian tersenyum miring, menarik pelan putrinya dalam pelukan.Azmi tidak menjawab. Dia terjebak, karena perasaannya pada gadis kecil ini kebebasannya dipertaruhkan. Dua orang polisi membawanya berdiri dan memegang di masing-masing tangannya."Daddy jangan tangkap Om please," mohon Deandra pada sang ayah dengan air mata yang tidak berhenti mengalir."Dia pantas mendapatkannya Sayang, jangan bela penjahat yang
Ressa mengejar Deandra yang berlari ke kamar sambil menangis. Gadis remaja itu merasakan patah hati disaat cintanya mulai bersemi."Sayang," Ressa memeluk putrinya yang menangis sesenggukan di sudut kamar."Saat kita jatuh cinta, kadang semuanya tidak berjalan mulus. Ada yang bertepuk sebelah tangan, ada yang terhalang jarang, ada yang tidak direstui. Dea masih sangat muda untuk mengalami semua itu dan menangisi semua ini.""Buba, apa yang Dea rasakan ini cinta? Dada Dea sesak," lirih gadis remaja itu."Mungkin itu cinta, tapi bukan cinta yang seperti daddy berikan pada Dea. Itu cinta antar lawan jenis, Dea masih terlalu muda untuk merasakan semua itu Sayang.""Honey," Tian ingin marah pada putrinya yang sangat berani mengekspresikan perasaan pada orang dewasa. Tapi dia tidak tega memarahinya."Maaf Dea ambil jam tangan Daddy," aku Deandra."Jangan dipikirkan Honey, tapi nanti kalau mau ngasih orang hadiah tanya Daddy du
"Sayang, makan dulu." Bujuk Tian pada putrinya yang hari ini tidak mau keluar kamar. Gadis itu jadi lebih pendiam selama semingguan ini."Mommy sedih kalau Dea terus seperti ini," Tian membawa Deandra dalam pelukan. "Apa kasih sayang yang Daddy berikan kurang buat Dea. Daddy akan turuti apapun yang Dea minta.""Dea mau menjenguk Om ke penjara," pinta Dea. Dia hanya ingin melihat pria dewasa yang sudah membuat hatinya berbunga-bunga itu."Sayang!""Daddy bilang mau menuruti apa yang Dea maukan, Om gak pernah menolak apa yang Dea mau. Om gak pernah jahat sama Dea," sebut Dea."Baiklah, ayo kita jenguk Om." Ucap Tian menyetujui. Dia akan membuat Azmi dipindahkan dari kota ini setelahnya.Deandra segera bangkit mencuci wajahnya ke kamar mandi. Tian menarik napas lelah, putrinya ini tidak bisa dibantah. Ressa menepuk bahu sang suami, "sabar Sayang.""Aku gak bisa melihat wajahnya Honey, biar Denis yang menemani Dea
"Kalian ini ya mau datang sesuka hati, gak bilang-bilang dulu. Bibi bisa masak banyak kalau kalian mau ke sini." Sesampainya di rumah ibu Jeri, mereka di sambut celotehan perempuan paruh baya itu. "Siapa Bu, ada tamu malah diomeli?" Teriak Jeri dari ruang tengah. "Kakakmu datang gak bilang-bilang," katanya seraya mengajak tamunya masuk. "Dea cuma mau numpang berenang Bi, Jeri temani keponakanmu ini berenang!!" Perintah Tian pada adik sepupunya. "Sini dulu Sayang, kita nyemil yang banyak baru berenang, biar gak kelaparan." Jeri menarik Deandra duduk di sampingnya lalu mencium di pipi. "Apa rasanya sama seperti Om Azmi menciummu?" Pancing Jeri sambil berbisik, Dea menggeleng pelan. Fix keponakannya ini sudah jatuh cinta dengan lelaki brengsek itu. "Suatu hari nanti Dea akan menemukan laki-laki yang tulus mencintai Dea tanpa memandang siapa Dea, seperti Daddy Tian mencintai Buba. Atau Daddy Denis mencintai Mommy." Nasehat Jeri
"Gak boleh nolak," Denis menarik gadis itu lalu membawanya berenang ke tengah sambil tertawa."Daddy curang!!" Teriak Dea ikut tertawa.Tian jadi semakin risau atas apa yang Jeri ucapkan tadi."Ada apa?" Tanya Ressa yang dapat merasakan kegelisahan suaminya."Aku mau cerita tapi kamu janji jangan marah," ucap Tian pelan."Emang ada apa?" Ressa mengernyit mendengar kalimat yang Tian ucapkan."Aku takut," lirih Tian. "Dea bukan anak kecil lagi Sayang. Pantas saja Azmi tergila-gila padanya.""Kita tidak bisa membawanya tidur bersama lagi," lanjut Tian. Ressa bisa mengerti, Tian tidak pernah menemani Dea dari kecil. Jadi ingin memperlakukannya seperti anak kecil. Tapi ternyata putrinya itu lebih cepat dewasa sebelum waktunya."Bagaimana aku memberitahunya agar tidak merasa diabaikan.""Kita kasih tau pelan-pelan Sayang," Ressa menenangkan suaminya. Tian menarik Ressa dalam pelukan. "Kamu
"Sayang, apa Dea marah kalau Daddy gak menemani Dea tidur?" Tanya Tian hati-hati saat mendatangi kamar putrinya sendirian."Kenapa, Daddy mau tidur sama Buba?" Tanya Dea sedikit tersentil, karena harus dia yang selalu mengalah. Apalagi sejak mommy menikah dengan Dad Denis, dia jarang ditemani."Daddy baru membaca satu hadist, yang bunyinya begini. Perintahkanlah anak-anakmu untuk shalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah jika enggan melakukan shalat bila telah berusia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur di antara mereka. Dea mau bantu Daddy, agar bisa menjadi Daddy yang baik dan membawa kalian ke surga kelak." Ucap Tian dengan bahasa halus agar putrinya tidak merasa terabaikan."Daddy sadar, putri Daddy ini bukan anak kecil lagi. Kalau Daddy gak menemani Dea tidur, bukan berarti Daddy gak sayang sama Dea. Daddy sayang banget sama Dea." Tian mengusap-usap belakang kepala Deandra dan mengecupnya.Dea mengangguk pelan, percuma membantah. Dia rindu lelaki dewasa yang tanpa