Setiap hari Azmi mencekoki Deandra dengan kasih sayang yang berbeda. Ia memperlakukan gadis itu seperti perempuan dewasa. Tidak menganggapnya anak kecil. Membuat Dea merasa nyaman dan sangat disayangi. Ia seperti mendapatkan rumah untuk tempat berlindung dan bermanja-manja.Dea menganggap itu kasih sayang yang sama seperti yang kedua daddy-nya berikan. Tidak mengerti kalau Azmi menganggapnya berbeda."Kapan Dea boleh pulang Om?" Tanya Dea saat makan, "Dea kangen sekolah.""Kapanpun kamu mau pulang Baby," Azmi tersenyum menemani gadis itu makan. Bersama Dea dia merasa sangat bahagia."Hari ini boleh?"Azmi mengangguk, takut kebablasan kalau menahan gadis itu terlalu lama. Lebih baik dia kembalikan saja. Perusahaan Erfan juga sudah berhasil ia lumpuhkan selama satu minggu ini."Setelah makan Om antar pulang."Gadis itu terlihat tidak senang mendengar Azmi akan memulangkannya. "Kenapa sedih?" Azmi membawa Dea ke kamarnya setelah selesai makan."Kalau Dea kangen Om gimana?" Rengek gadis
Tian mengangguk memeluk putrinya bergantian dengan sang istri. Netranya menemukan tanda yang seperti masih baru dibuat. Ressa mengikuti padangan Tian, dan matanya langsung membelalak lebar.“Ini apa Sayang?” tanya Tian sedikit menekan bekas kissmark itu dengan hati yang nyeri. Inikah balasan dari masa lalunya yang suka menggagahi perempuan.“Ini hadiah dari Om,” jawab Dea sumringah. Tian menatap Erfan yang mendekat ke arahnya diikuti Jeri dan Denis.“Om ngapain Dea lagi?” tanya Tian lesu. “Apa Om itu menyakiti Dea?”Putri Tian itu menggeleng, “Om nggak nyakiti Dea, Om sayang sama Dea. Om itu menemani makan, tidur, berenang, bermain. Dea senang tinggal di sana.” Jawab Deandra dengan senyuman sangat bahagia.Hati Tian semakin teriris mendengar apa yang diucapkan putrinya. Apa selama ini dia kurang memberikan cinta dan perhatian untuk putrinya itu.“Om ada bilang apa sebelum Dea pulang?” Denis berjongkok membelai rambut putri sambungnya.“Om bilang, kalau Dea kangen bisa kapan pun bertem
“Maksud Daddy, Om itu jahat?”“Kalau gak jahat, Om itu gak akan nyulik Dea Sayang.” Denis menepuk puncak kepala Dea sebelum menjalankan mobil.“Tapi Om itu gak nyatikin aku.” Bela Dea, dia tetap yakin kalau lelaki dewasa yang bersamanya itu orang baik.“Musuh yang paling berbahaya itu yang terlihat baik di depan korbannya, Honey. Kita tidak tau niat terselubung di hati mereka.” Ucap Denis singkat, tidak ingin membuat Dea berpikir terlalu banyak. “Berjanjilah sama Daddy jangan temui orang itu lagi.”“Tapi Daddy…”“Karena orang itu menculik Dea, nenek jadi sakit dan mommy terus menangis mengkhawatirkan kamu Sayang. Dea lebih sayang sama mommy atau Om itu?”Deandra tidak menjawab, sejak pulang tadi dia memang belum menemui mommy dan neneknya itu.Denis menghela napas berat, sangat terlihat jelas kalau putrinya ini sedang bimbang. Apa rasa sayang bisa muncul secepat itu di hati gadis kecil ini. Sedang ia saja bertahun tahun tidak bisa move on dari mommy-nya. Jangankan untuk memberikan ha
"Mommy...!!" Pekik Dea melihat Aruna yang meringkuk di atas tempat tidur. Ibunya itu tidak berhenti menangis."Mommy kenapa jadi seperti ini," lirih Dea langsung memeluk sang ibu."Dea kamu pulang Sayang?" Aruna meraba pipi sang putri."Iya, Dea sudah pulang Mom." Katanya menghapus sisa air mata di pipi Aruna. Orang yang paling dicintainya ini terlihat sekali sangat kacau dengan tubuh yang lebih kurus dan lingkar mata yang menghitam. Padahal Dea cuma satu minggu meninggalkannya.“Sayang, kenapa kamu tinggalin Mommy,” Aruna memeluk Dea dengan tangisan sendu.“Maafin Dea sudah membuat Mommy khawatir. Kenapa Mommy gak mau makan?" Deandra melirik nasi yang tak tersentuh di atas nakas."Mommy gak lapar," jawab Aruna pelan."Mommy memang gak lapar, tapi tubuh mommy yang perlu nutrisi. Lihat, Mommy sekarang sangat kurus." Deandra menarik sang mommy untuk bangun. Ressa terharu melihat putrinya itu, Dea memang terlihat sangat dewasa. Namun tetap saja dia anak remaja yang belum mengerti kehidu
["Baby, ada apa?" Azmi merentangkan tangan yang disambut Dea dengan senyuman bahagia. "Kangen," jawab Dea sambil tersenyum. Layaknya orang dewasa yang sedang dimabuk cinta. Gadis yang dilanda virus merah jambu itu tidak berhenti menampakkan senyumannya.] "Oh Tuhan, manjanya duplikat sang mommy." Komentar Denis yang tidak berkedip menatap layar. Mereka layaknya komentator di ajang pencarian bakat ["Dea punya hadiah buat Om," gadis itu mengeluarkan kotak segi empat berwarna biru dari tasnya. "Ini buat Om?" Tanya Azmi membuka kotak yang berisi jam tangan. Yang ia tahu harganya sangat mahal, masih lengkap dengan label dan garansinya.] Di ruang tengah Denis tertawa gelak melihat jam tangan yang baru Tian beli diberikan Dea pada Azmi. "Anak siapa sih itu, cerdas banget." Komentar Jeri yang ikut mentertawakan. Tian meringis, "itu limited edition Sayang. Kenapa dikasihkan, kalau mau ngasih yang KW aja," gumamnya. Seolah Dea bisa mendengar apa yang diucapkannya. "Jam masih bisa beli yan
"Sayang, maafin Om please." Mohon Azmi mersimpuh di hadapan gadis itu. Deandra membuang wajahnya dengan air mata yang terus berjatuhan. "Azmi lepaskan putriku!!" Teriak Tian, mereka sudah mengepung Azmi bersama pihak kepolisian.Dea mematung melihat sudah banyak orang di sekitarnya. "Om cepat pergi, sebelum polisi menangkap Om." Ucap Dea pelan yang hanya di dengar Azmi."Om gak papa di tangkap asal kamu memaafkan Om, Sayang." Azmi membelai lembut rambut Deandra."Rupanya kau sudah tergila-gila dengan putriku, Azmi!!" Tian tersenyum miring, menarik pelan putrinya dalam pelukan.Azmi tidak menjawab. Dia terjebak, karena perasaannya pada gadis kecil ini kebebasannya dipertaruhkan. Dua orang polisi membawanya berdiri dan memegang di masing-masing tangannya."Daddy jangan tangkap Om please," mohon Deandra pada sang ayah dengan air mata yang tidak berhenti mengalir."Dia pantas mendapatkannya Sayang, jangan bela penjahat yang
Ressa mengejar Deandra yang berlari ke kamar sambil menangis. Gadis remaja itu merasakan patah hati disaat cintanya mulai bersemi."Sayang," Ressa memeluk putrinya yang menangis sesenggukan di sudut kamar."Saat kita jatuh cinta, kadang semuanya tidak berjalan mulus. Ada yang bertepuk sebelah tangan, ada yang terhalang jarang, ada yang tidak direstui. Dea masih sangat muda untuk mengalami semua itu dan menangisi semua ini.""Buba, apa yang Dea rasakan ini cinta? Dada Dea sesak," lirih gadis remaja itu."Mungkin itu cinta, tapi bukan cinta yang seperti daddy berikan pada Dea. Itu cinta antar lawan jenis, Dea masih terlalu muda untuk merasakan semua itu Sayang.""Honey," Tian ingin marah pada putrinya yang sangat berani mengekspresikan perasaan pada orang dewasa. Tapi dia tidak tega memarahinya."Maaf Dea ambil jam tangan Daddy," aku Deandra."Jangan dipikirkan Honey, tapi nanti kalau mau ngasih orang hadiah tanya Daddy du
"Sayang, makan dulu." Bujuk Tian pada putrinya yang hari ini tidak mau keluar kamar. Gadis itu jadi lebih pendiam selama semingguan ini."Mommy sedih kalau Dea terus seperti ini," Tian membawa Deandra dalam pelukan. "Apa kasih sayang yang Daddy berikan kurang buat Dea. Daddy akan turuti apapun yang Dea minta.""Dea mau menjenguk Om ke penjara," pinta Dea. Dia hanya ingin melihat pria dewasa yang sudah membuat hatinya berbunga-bunga itu."Sayang!""Daddy bilang mau menuruti apa yang Dea maukan, Om gak pernah menolak apa yang Dea mau. Om gak pernah jahat sama Dea," sebut Dea."Baiklah, ayo kita jenguk Om." Ucap Tian menyetujui. Dia akan membuat Azmi dipindahkan dari kota ini setelahnya.Deandra segera bangkit mencuci wajahnya ke kamar mandi. Tian menarik napas lelah, putrinya ini tidak bisa dibantah. Ressa menepuk bahu sang suami, "sabar Sayang.""Aku gak bisa melihat wajahnya Honey, biar Denis yang menemani Dea