Share

Part 2

Penulis: Ai Sheeka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-17 14:06:30

"Aru kembali ke Indonesia," lapor Denis, menunjukkan foto perempuan cantik yang sedang bersama seorang anak perempuan.

Tian mengamati dengan lekat foto anak perempuan yang sangat mirip dengannya. Kata orang, anak perempuan cenderung lebih mirip dengan sang ayah, apakah itu benar.

"Aru membohongiku, dia bilang sudah menggugurkan anak itu. Tapi kenapa anak gadis ini sangat mirip denganku, apa tujuannya kembali kesini?"

Rentetan pertanyaan keluar dari mulut Tian, di tengah resah hatinya. Ia takut Ressa mengetahui semua tentang masa lalu yang selama ini ditutupnya rapat. Hanya Denis yang tahu dengan semua rahasianya.

"Entahlah, aku akan mengirim orang untuk mengawasi mereka."

"Jangan sampai dia tahu keberadaanku, apalagi bertemu dengan Ressa. Aku takut semua yang baru kumulai ini akan berakhir lagi, Denis." Tian mendesah frustasi.

Segala yang terjadi di masa lalu itu sangat menggores hatinya, hingga membekas sampai sekarang. Luka itu belumlah sembuh, hanya kering di bagian luarnya saja. Sulit untuk Tian melupakan segala luka yang pernah digoreskan oleh cinta pertamanya.

Denis menganggukkan kepala. "Baik, kamu tidak ingin bertemu dengan anakmu?" tanyanya.

Tian berdiri menatap ke luar jendela, dengan tatapan kosong. "Sangat ingin, bahkan dulu aku sangat mencintai Aru, dia yang membuatku jadi bajingan seperti sekarang ini. Ressa akan pergi meninggalkanku jika tahu aku memiliki anak dari perempuan lain."

Asisten sekaligus sahabat Tian itu tidak tahu harus mengatakan apa, dia ikut bingung memikirkannya. "Apa perlu kita melakukan tes DNA?"

"Tidak perlu," Tian menggeleng lemas. "Sudah pasti dia anakku Denis, dilihat dari wajahnya pun sudah ketahuan. Umurnya pasti sekarang sudah menginjak dua belas tahun. Selama itu juga dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah."

Laki-laki itu tersenyum miris, mengejek dirinya sendiri. Memikirkan Ressa akan murka dan pergi meninggalkannya saat tahu dia memiliki seorang anak, itu membuatnya semakin frustasi. Tian dilema.

"Kalau begitu kita tutup rapat semua ini," putus Denis.

"Berikan apa yang Aru dan anaknya butuhkan. Jangan biarkan mereka kekurangan apapun, semoga suatu saat nanti aku bisa memeluk anakku dan menyampaikan maaf padanya. Dan semoga saat itu terjadi, Ressa mau menerima masa laluku dengan berbesar hati. Atau aku akan kehilangan semuanya," gumamnya lirih dengan mata terpejam. Semua kejadian di masa lalu sekarang sedang berputar di kepalanya.

***

Netra perempuan hamil itu menerawang kosong ke arah langit-langit sambil mengelus perut datarnya. Apa yang dilihatnya tadi siang membuatnya banyak berpikir. Ia terjebak pada pernikahan yang rumit. Baru satu minggu menikah sudah mendapatkan cobaan seperti ini.

Mungkin ini karma untuknya yang membangkang pada orang tua. Kalau ia menurut untuk dijodohkan, tidak akan hamil diluar nikah dan menjadi istri dari pria yang memiliki banyak wanita.

Namun ini adalah pilihannya sendiri. Ia yang memutuskan untuk memilih hidup dengan neraka pernikahannya sendiri, dibanding menikah dengan pria yang sama sekali tidak dikenalnya.

Ceklek

Ressa melirik sekilas saat suara pintu berderit didorong dari luar, suaminya telah pulang dari kantor.

"Miss you, Honey." Sapa Tian, mengecup pipi istrinya dari belakang sofa lalu mengambil posisi duduk di samping kepala Ressa dan memindahkannya ke pangkuan.

"Lesu banget, tadi gak makan siang?" Ressa mengangkat sedikit kepalanya, mengecup balik pipi Tian. Lelaki itu tersenyum simpul padanya. Untuk sementara ia akan menyembunyikan apa yang diketahuinya.

"Makan, cuma lagi banyak kerjaan aja. Baby ngidam apa hari ini?" Tanya Tian seraya mengusap perut istrinya, meskipun pikirannya saat ini sedang bercabang.

Ressa mengangguk kecil, bangun dari pangkuan suaminya. Ternyata sesulit itu mengkondisikan perasaan. Ia marah, benci, kecewa dan rasanya ingin mengamuk saat ini juga. Ingin sekali mencecar Tian dengan berbagai pertanyaan.

"Aku mandi dulu ya," Tian menyempatkan mengecup kening istrinya sebelum beranjak ke kamar. Berharap setelah diguyur air pikirannya tidak berserabut lagi.

"Iya," jawab perempuan hamil itu seadanya, beranjak ke dapur untuk menyiapkan makan malam.

***

"Makan dulu yuk, baru lanjut istirahatnya." Ajak Ressa, membangunkan suaminya yang sedang tiduran.

"Kamu aja makan duluan Sa, aku masih kenyang." Jawab Tian, memiringkan tubuhnya dan memeluk guling membelakangi Ressa. Melihat wajah istrinya itu membuat kepalanya bertambah sakit karena merasa bersalah.

"Capek sama kerjaan gak gitu juga nyuekin aku. Aku udah capek-capek masak buat kamu tahu," kesal Ressa lalu keluar dari kamar.

Harusnya dia yang mengabaikan tapi kenapa malah sebaliknya. Apa sebenarnya Tian sudah tahu kalau Aru kembali dan sedang berencana menikahinya karena permintaan Dea. Memikirkan itu membuat perutnya langsung kenyang dan tidak berselera makan lagi. Namun ia harus tetap makan untuk kebutuhan bayi dalam kandungannya.

"Maaf," Tian memeluk istrinya dari belakang. Memberikan kecupan di pipi kanan dan kiri, karena Aruna pikirannya jadi kacau dan tidak fokus begini. Ressa bisa curiga kalau dia bersikap cuek seperti ini.

"No problem, udah biasa makan sendiri." Sahut perempuan hamil itu ketus, menyelesaikan makannya dengan cepat.

"Makannya pelan-pelan, Honey." Tian tersenyum melihat cara makan istrinya yang berantakan karena kesal. Membersihkan sudut bibirnya dengan jempol. "Nasinya gak lari kalau kamu makannya pelan, gak ikhlas banget lihat aku disini," godanya dengan kekehan.

"Nasinya emang gak lari, tapi hati aku yang terlanjur lari," sahut Ressa asal saja.

Tian menghela napas. Belum juga mengetahui semua tentangnya, istrinya ini sudah mengamuk. Apalagi kalau tahu, apa yang harus dilakukannya agar semua tetap baik-baik saja.

"Ya sudah, aku saja yang pergi, kamu selesaikan makannya pelan-pelan ya." Ujar Tian menepuk kepala istrinya beberapa kali kemudian beranjak ke ruang tengah.

Tarikan napas Ressa terdengar berat, menatap suaminya yang meninggalkan ruang makan dengan perasaan gundah gulana. Biasanya Tian dengan suka cita menggodanya agar berhenti marah, namun hari ini tidak lagi.

Apakah semua ini karena kembalinya Aruna dan putrinya? Sehingga Tian mengabaikannya.

Bab terkait

  • KEPONAKANKU ANAK DARI SUAMIKU    Part 3

    Usai makan perempuan hamil itu langsung masuk ke kamar. Hingga malam Ressa tidak mendapati sang suami menyusul ke kamar. Bahkan ia sempat ketiduran. Dengan langkah malas kakinya beranjak ke ruang tengah. Tidak ada Tian disana, di kamar sampingnya pun juga tidak ada. Kemana perginya sang suami. Biasanya Tian akan selalu merayu saat dia marah. Ressa memeriksa garasi, kosong. Mobil Tian tidak ada. Hatinya mencelos, kemana Tian pergi tanpa berpamitan padanya. Apakah menemui Aru? Paginya Ressa hanya sarapan roti, tidak memasak karena perutnya sedang tidak bersahabat. Lagian suaminya juga tidak ada di rumah. Makan malam kemarin masih utuh dan berakhir di tempat sampah. Telinganya mendengar suara derit langkah kaki, Tian sudah kembali. Ia harus tetap berakting biasa saja, tidak boleh terlihat kecewa. Biar dia yang menanggung semua luka ini sendirian tanpa perlu orang lain tahu. "Aku gak masak, mau sarapan roti?" Tawar Ressa basa-basi, mulutnya sudah gatal ingin marah-marah tapi ditahanny

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-17
  • KEPONAKANKU ANAK DARI SUAMIKU    Part 4

    "Maaf Honey," lirih Tian tanpa membuka mata, menggenggam tangan sang istri yang masih duduk di sisinya, deru napasnya sudah mulai beraturan. "Aku takut kamu pergi, seperti dia yang dulu pergi meninggalkanku. Bahkan aku tidak diberi kesempatan untuk melihat anakku sendiri. Aku sudah mengubur dalam semua tentangnya. Baru aku ingin memulai semuanya denganmu, dia malah muncul di kehidupanku lagi." Tian mengungkapkan isi hatinya, setakut itu ditinggalkan oleh Ressa dan calon anaknya.Ressa membawa membawa tangannya mengusap rambut sang suami. Selemah itu dia kalau Tian sudah mengeluarkan kata-kata manisnya."Jika kamu sangat takut kehilanganku, maka aku sangat takut kamu kembali pada kehidupanmu yang dulu, Tian. Ingin aku mempercayaimu, tapi lagi-lagi dunia mengecohku, aku tidak berdaya, aku bisa apa." Lelaki itu membuka mata lalu tersenyum membelai pipi istrinya. "Kalau kamu ingin pergi, pergilah sekarang, mumpung aku berubah pikiran. Aku menyayangimu, Ressa, titip anakku." Setelah mer

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-17
  • KEPONAKANKU ANAK DARI SUAMIKU    Part 5

    "Aku harus apa, jika Dea menginginkan ayahnya." Ressa berujar setelah mereka cukup lama saling diam dengan pikiran masing-masing. Tian hanya bisa membisu, dia bahkan tidak tahu tindakan apa yang akan dipilihnya nanti jika itu terjadi. "Jika kamu pikir aku tidak cemburu dengan Aru, kamu salah. Aku bahkan tahu kamu sangat mencintai Aru waktu itu. Mungkin cintamu untuknya itu melebihi cintamu padaku. Lepaskan aku jika nanti kamu sulit untuk memilih." Ressa tersenyum menepuk pipi Tian di tengah serpihan hatinya yang berantakan. "Beri aku waktu memikirkan semuanya Sa, agar apa yang aku putuskan terbaik untuk kita semua. Aku akan bicara dengan Aru dan meminta maaf padanya karena sudah menelantarkan anakku." Tian memeluk Ressa dari belakang, membenamkan wajah di ceruk leher sang istri. Dia sangat takut kehilangan Ressa dan calon anaknya. Tapi jika memaksa mereka bertahan di sisinya itu juga menyakitkan untuk Ressa. Apakah ia harus melepaskan. Sesuatu yang di genggam sangat erat bisa jadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-17
  • KEPONAKANKU ANAK DARI SUAMIKU    Part 6

    "Daddy, kita akan ketemu nenek dan kakek sama mommy kan? Setelah itu kalian menikah, kita akan hidup bahagia bersama. Tidak akan terpisah lagi." "Dea, Daddy sudah me—" "Tian," potong Aruna sambil menggeleng pelan. Berharap Tian tidak mengecewakan putrinya di pertemuan pertama. "Tapi aku gak bisa Aru," lirih Tian sangat pelan. "Please kita bahas itu nanti, Tian. Jangan buat Dea sedih sekarang," mohon Aruna. Tian hanya diam, tidak menolak juga tidak mengiyakan keinginan Deandra yang diartikan gadis kecil itu sebagai persetujuan. Ressa sudah menyiapkan kopernya, mendatangi Tian yang masih melamun di halaman belakang. "Jangan cari aku dulu, setelah melahirkan aku akan mengabarimu dimana tinggal. Kamu bisa bertemu anakmu nanti. Bahagiakan Aru dan Dea, mereka keluarga impianmu Tian, aku pamit." Ressa memeluk Tian untuk terakhir kalinya. "Maafkan aku, Sayang." Tian memejamkan mata, satu tetes cairan bening terjatuh di sana. "Maaf aku selalu membuatmu terluka, bawa ATM ini," katanya me

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-17
  • KEPONAKANKU ANAK DARI SUAMIKU    Part 7

    Untuk menghilangkan pusing, Tian menemui putrinya, menyempatkan waktu mengajaknya bermain. Mereka terlihat seperti keluarga kecil yang sangat bahagia. "Kapan Daddy menikahi mommy?" Tanya Dea saat mereka makan siang di sebuah restoran. Tian tersenyum lembut menepuk puncak kepala putrinya, "sabar ya Sayang. Gak bisa secepat itu, Daddy lagi banyak kerjaan yang harus diselesaikan." "Yes Daddy, Mommy gak usah balik, oke. Kita akan sama-sama di sini," ucap Dea ceria. Aruna hanya tersenyum menanggapi. Ia merasa Tian tidak nyaman berada di dekatnya, mereka harus bicara empat mata nanti untuk menghindari masalah kedepannya. "Makan yang banyak, biar putri Daddy cepat besar." Raga Tian memang ada di sini, tapi jiwanya sedang mengkhawatirkan keadaan Ressa. Belum satu hari dia sudah dibuat hampir gila oleh istrinya itu. *** Ressa membuka surat yang berlogo pengadilan agama. Tian mengirimkan untuknya. "Secepat ini," gumamnya sambil tersenyum. Padahal pernikahan mereka baru berjalan satu mi

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-17
  • KEPONAKANKU ANAK DARI SUAMIKU    Part 8

    Tian memarkirkan mobilnya di depan rumah Erfan. Saat memencet bel, dia mendapati sahabatnya itulah yang membuka pintu. "Erfan benarkan?" Tanya Aruna pangling, "kalian masih bersahabat sampai sekarang?" Perempuan itu menatap Erfan dan Tian bergantian. Erfan mengangguk sambil tersenyum tipis mengajak Aruna dan Tian masuk. "Sayang, ada tamu." Panggilnya pada sang istri yang sedang membuat kue di dapur bersama Ressa. "Sa, boleh minta tolong buatkan minum, penuh tepung nih." Hira mengerling genit pada sahabatnya. "Iya, mau minum apa? Kopi manis, kopi pahit, susu atau darah segar?" Sahut Resa diikuti dengusan. "Lo kira dukun yang datang." Hira terkekeh geli, sahabatnya itu tidak terlihat seperti sedang patah hati atau frustasi. "Mungkin, siapa tau dukun yang datang buat bantu aku mengirim santet pada Tian." Jawab Ressa dengan kekehan. "Apa yang lo bisa aja deh. Asal jangan air comberan," sinis Hira. "Baiklah, jangan salahkan gue kalau mereka gue kasih air jampi-jampu dan jadi ke pel

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-17
  • KEPONAKANKU ANAK DARI SUAMIKU    Part 9

    "Gue gak mau lihat lo bersikap seperti itu pada Ressa lagi. Lo gak mikir bagaimana terlukanya Ressa dengan semua masa lalu yang lo sembunyikan!" Ucap Erfan emosi. Aruna yang ada di tempat itu hanya diam, tidak bisa mengatakan apapun. "Ya, gue salah." Desis Tian, "Aru masih mau bicara sama Ressa. Kalau nggak kita pulang." "Aku pamit sama Ressa dulu," izin Aruna yang diangguki Tian. Ressa duduk di balkon sambil menatap langit. Sebenarnya dia ini apa bagi Tian, jika tetap Aruna lah yang terpilih. Aruna, Aruna dan Aruna. Dari dulu selalu saja Aruna yang jadi kebanggaan. Nikahnya cuma satu minggu, kepikirannya entah sampai kapan. Ressa menepis semua perkataan Tian yang bisa membuatnya klepek-klepek. "Mau makan sesuatu, biar gue buatin?" Tawar Hira sambil tersenyum. Sahabatnya ini sangat kuat. Ressa menggelengkan kepala. "Dunia ini sempit banget ya Ra, kenapa harus Tian yang menghamili Aru." Ressa tersenyum simpul, "untung pernikahan ini tidak diketahui banyak orang. Jadi gue masih

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-17
  • KEPONAKANKU ANAK DARI SUAMIKU    Part 10

    "Honey, mau ya?" Tian meringsek dalam pelukan Ressa tidak mempedulikan ada Erfan dan Hira di sana. Sungguh urat malunya sudah putus "Aku gak niat berbagi suami, Tian! Aku tidak sedang main sinetron, tidak niat dengan ajakanmu." Desis Ressa kesal. "Demi Dea, demi anak kita, demi aku Honey. Please, aku gak kuat jauh dari kalian." Mohon Tian dengan memelas. "Itu bukan urusanku, masalah kita sudah selesai, kamu yang memilih Aru dan menceraikanku. Jangan meminta aku yang berkorban demi kebahagiaan kalian," sahut Ressa tegas. Ia tidak ingin ada produser sinetron yang meliriknya dan menjadikannya pemain sinetron dadakan karena cocok berakting menjadi istri yang rela berbagi suami. "Aku memilih Aru demi Dea, Ressa." Bela Tian lemas. Ressa tersenyum getir sekarang saja dia harus mengalah demi Dea. Apalagi anaknya nanti pasti akan selalu tersingkirkan oleh anak Aruna itu. "Aku gak bisa, Tian. Titik, gak pake koma! Erfan yang memanggilmu ke sini. Jadi silahkan kalian bicara." Ujarnya ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-17

Bab terbaru

  • KEPONAKANKU ANAK DARI SUAMIKU    Part 52C (TAMAT)

    "Haid," jawabnya pelan."Oh, ayo Mommy temani ganti di kamarmu."Deandra mengangguk kecil. Aruna paham, putrinya itu baru kedatangan tamu pertama kali tidak memiliki persiapan apapun."Mas, aku temani Dea ke kamar dulu." Ijin Aruna, setelah mengambil stok pembalut di lemarinya.Denis mengangguk, setelah ibu dan anak itu pergi ia menghela napas panjang. Mereka harus memperhatikan Deandra lebih ekstra lagi. Ia takut Azmi tiba-tiba datang menemui Dea lagi dan melakukan hal yang di luar batas."Mommy, perutku sakit." Rengek Dea setelah keluar dari kamar mandi. Ia langsung berbaring di tempat tidur."Mommy ambilkan obat pereda nyeri ya Sayang." Baginya mungkin hal seperti itu sudah biasa setiap tamu bulanan datang. Tapi tidak untuk gadis yang baru menginjak remaja itu."Dea kenapa Ru?" Tanya Tian yang melihat Aruna terburu-buru keluar dari kamar putrinya."Sakit perut Mas karena baru pertama haid," jawab Aruna cepat."Haid?" Tian melongo, putri kecilnya sudah haid. Itu artinya Dea bukan ana

  • KEPONAKANKU ANAK DARI SUAMIKU    Part 52B

    "Mulutnya, gak dikasih saringan!!" Seru Denis geram pada perempuan yang baru brojol itu. Salah-salah itu akan menjadi pemicu perdebatan diantara dengan Tian."Aku bukan kelapa yang harus disaring dulu untuk mendapatkan santannya Denis.""Terserah kau saja, asal kau bahagia." Gumam Denis jengkel."Kenapa jadi sewot sih, cukup ibu hamil yang sensitif. Bapaknya jangan!" Oceh Ressa semakin menjadi-jadi, seperti tidak baru selesai melahirkan."Urus istrimu itu Tian, bikin kesal aja!" Gerutu Denis keluar dari kamar."Hei, aku adik iparmu jangan semena-mena!" Teriak Ressa.Denis mengendikkan bahu tetap pergi dari kamar Tian."Sayang, mulutnya baru dijahit loh, masih bisa nyinyir aja." Tegur Tian dengan kekehan."Maass, kamu gak jelas!""Kalian semua yang gak jelas. Dea jadi pusing!!" Gumam Deandra melerai perdebatan unfaedah itu. Sebenarnya apa yang mereka permasalahkan. Hanya candaan Daddy yang tertukarkan. Kenapa Daddy-nya yang satu itu jadi sewot.***"Kenapa jadi sewot sih, Ressa cuma be

  • KEPONAKANKU ANAK DARI SUAMIKU    Part 52A

    "Daddy, Mommy sakit apa?" Sambut Deandra.Denis baru pulang memeriksa Aruna sesuai saran sang ibu mertua. Pria itu membawa Dea duduk terlebih dahulu sebelum memberitahunya. Ia khawatir anak gadisnya ini merasa terabaikan."Mommy hamil Sayang, Dea gak papa." Ucap Denis pelan menggenggam tangan putrinya."Dea gak papa, malahan senang mau punya adik lagi." Jawab Dea dengan senyuman ceria. Aruna menghela napas lega. Tadi sangat khawatir saat dokter memberitahu kalau dia positif hamil. Ia tidak ingin putrinya itu merasa terasingkan dan dibeda-bedakan kasih sayang saat memiliki anak dari Denis. Mereka sangat menjaga perasaan Deandra."Makasih Sayang, Daddy tetap sayang sama Dea kok." Denis memeluk Dea seraya mengusap punggungnya hangat."I know Daddy," jawabnya dengan senyuman manis. Sekarang ia di kelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayanginya. Hal yang hanya di dapatkannya dari sang ibu selama dua belas tahun ini.Suara bel mengalihkan atensi tiga orang itu, Aruna bergegas membuka

  • KEPONAKANKU ANAK DARI SUAMIKU    Part 51B

    "Kita berpelukannya nanti lagi ya Sayang, Mommy yang sedang butuh Dea sekarang." Tian mengusap puncak kepala anak gadisnya."Bye Daddy, jagain Buba dan adek." Ucap Dea sebelum pergi mengikuti sang nenek dan pengawal ayahnya."Of course, Honey." Tian mengacungkan jempolnya dengan senyuman menawan.***"Hei kenapa menangis?" Aruna menepuk pipi putrinya lembut. Setelah sampai rumah tadi ia langsung ketiduran. Bangun-bangun Dea sudah menangis di sampingnya."Mommy kenapa sakit?" Tanya Deandra pelan."Cuma kecapean Sayang, udah jangan nangis ah. Lihat, kamu diketawain Daddy." Tunjuk Aruna pada sang suami yang senyam senyum sendiri."Daddy emang nakal," Dea memanyunkan bibir cemberut seraya menyeka air mata. Nasib punya ayah dua-duanya usil ya begini."Daddy salah terus deh, kan Daddy gak nyubit kamu kenapa jadi dibilang nakal." Denis sangat gemas dengan putri sambungnya ini, mengunyel-unyel di pipi."Nih buktinya Daddy nakal!!""Daddy sayang sama kamu bukan nakal," Denis terkekeh geli. "M

  • KEPONAKANKU ANAK DARI SUAMIKU    Part 51A

    Denis menggiring istrinya ke kamar mandi. Aruna langsung mengeluarkan isi perutnya di sana. Lelaki itu hanya bisa membantu memijat di tengkuk."Bu, aku bawa Aru pulang dulu ya." Ijin Denis sambil menahan tubuh Aruna yang lemas keluar dari kamar mandi."Iya, kalian hati-hati. Istirahat aja di rumah," sahut Rina menatap putrinya yang sudah pucat."Mommy kenapa?" Tanya Dea khawatir. "Mommy cuma gak tahan nyium baut rumah sakit Sayang, Dea temani Daddy jaga Buba ya." Jawab Aruna sangat pelan."Mommy jangan lupa minum obat," Dea mengingatkan."Iya Sayang," sahutnya dengan anggukan kecil. "Kenapa bau obatnya sampai mobil Mas?" Rengek Aruna di dalam mobil sambil memegangi perutnya yang bergejolak lagi."Gak ada bau obat di mobil ini Sayang," Denis memberikan kresek pada Aruna untuk memudahkan saat muntah lagi."Tapi bau banget, aku tambah pusing. Tolong matiin AC-nya." Denis menurut saja mematikan AC dan membuka kaca mobil sudah seperti diangkot sedia kresek dan AC alami."Tahan sebentar S

  • KEPONAKANKU ANAK DARI SUAMIKU    Part 50C

    Sedang di dalam ruang bersalin Tian mengomel pada Ressa. Pasalnya sang istri itu berjalan bolak-balik di hadapannya. "Sayang, aku pusing lihat kamu mondar-mandir." "Ini biar dedek tau jalan keluar Mas," ujar Ressa. Pembukaannya belum lengkap, Jadi masih menunggu waktunya melahirkan."Sini aku aja yang nunjukin jalan keluarnya Sayang, aku lebih hapal." Sahut Tian, membuat perawat yang berjaga di ruangan itu tersenyum geli."Mas ngomong apaan sih, bikin malu aja." Ucap perempuan yang mau melahirkan itu ketus."Marah-marah terus, ayo tiduran aja nanti kakimu capek." Ressa tetap saja mondar-mandir. Karena tidak mempan dengan ucapan. Tian membuat istrinya itu berhenti mondar-mandir dengan memeluknya."Kamu ini bisa bikin dedek lama keluar loh, Mas.""Enggak, dedek pintar sama Daddy. Sayang cepat keluar ya, jangan bikin Mommy kesakitan." Bisik Tian di perut Ressa. Tidak berapa lama setelah itu Ressa mengeluh perutnya sangat sakit.Bayi yang ada dalam perut Ressa itu patuh pada Tian. Kelua

  • KEPONAKANKU ANAK DARI SUAMIKU    Part 50B

    Mau melangkahkan kaki masuk rumah, semakin dimarahi lagi nanti. Rumah besar juga salah, dia jadi lelah bicara sambil berteriak-teriak."Oke, Daddy Denis yang panggil Daddy. Sekarang kamu langsung ganti baju Sayang, Mommy yang lihat Buba." Sahut Aruna berjalan mendekati putrinya.Istri Denis itu berjalan cepat ke kolam renang, Ressa duduk di kursi memegangi perutnya kesakitan."Ressa tahan sebentar, Denis masih manggil Tian." Aruna mengelus-elus perut Ressa. Dia bingung harus melakukan apa untuk mengurangi rasa sakit di perut Ressa."Mules banget," lirih Ressa sampai berkeringat dingin."Sayang, kita ke rumah sakit." Tanpa babibu Tian langsung menggendong Ressa, Aruna mengikuti di belakang. Dari kolam renang cukup jauh mendatangi halaman depan. Tian membawa beban berat itu sambil ngos-ngosan."Aku bisa jalan Mas, kalau kamu capek gendongnya." Ujar Ressa kasihan melihat Tian kelelahan menggendong tubuhnya yang menggelembung."Diam Sayang, kamu bisa brojol di sini karena kebanyakan bicar

  • KEPONAKANKU ANAK DARI SUAMIKU    Part 50A

    "Daddy, ini Dea lagi sedih loh.""Oh ya, jadi putri Daddy ini lagi sedih. Sedih kenapa Sayang, ayo cerita dulu sama Daddy." Goda Tian sambil menciumi pipi Dea membawanya ke dapur. Karena tadi putrinya itu bilangnya kelaparan. Entah hanya pura-pura atau beneran."Makasih Daddy, ngerti banget kalau Dea lapar. Sekalian suapin ya," ujar gadis remaja itu usil setelah didudukkan Tian di kursi."Of course Honey, Daddy suapin pake centong biar cepat besar." "Boleh di coba," Deandra menarik kedua sudut bibirnya sambil menganga. Gelak tawa keluar dari mulut Tian melihat kelakuan putrinya itu. Tian memasukkan centong ke mulut Dea yang digigit gadis itu. "Astaga, nasi dibuat mainan!!" Tegur Aruna. Deandra cepat melepaskan centong dari mulutnya lalu ikut tertawa bersama sang Daddy."Mas, anaknya diajarin yang baik toh. Masa disuapin pake centong," omel Aruna."Putrimu yang mau disuapin pake centong Ru, sebagai Daddy yang baikkan aku nurut aja." Tian membela diri."Daddy kok Dea sendiri sih yan

  • KEPONAKANKU ANAK DARI SUAMIKU    Part 49C

    "Bukan dedek yang nakal Sayang, tapi Buba-mu yang minta dimanja." Tian mengerling jahil pada sang istri."Buba nangis terus daddy tinggal, terus puasa makan sama bicara juga. Mulai sekarang Daddy gak boleh tinggalin Buba lagi.""Daddy juga gak mau ninggalin Buba, tapi gimana. Gak mungkin Daddy bawa Buba perjalanan jauh Sayang." Tian memberikan pengertian pada anak gadisnya."Apa yang membuat Daddy sangat cinta sama Buba?" Tanya Dea serius. Dia sering cemburu melihat daddy-nya sangat menyayangi ibu sambungnya itu."Cinta kadang tanpa alasan Sayang, kenapa Dea bertanya seperti itu." Tian melirik Ressa, jawaban umum yang dia berikan itu bisa menjebaknya."Kalau suatu saat nanti Dea mencintai seseorang tanpa alasan, apa Daddy akan merestuinya. Walau orang itu sangat Daddy benci."Tian sangat mengerti kemana arah pembicaraan itu. "Jangan pertanyakan itu sekarang Sayang, kan belum terjadi." Ucap Tian tersenyum, pura-pura tidak mengerti dengan ucapan putrinya."Of course Daddy, aku hanya is

DMCA.com Protection Status