Share

Punya pacar belum?

“H-Hah pacar?” Tanya Lia kembali dengan wajah heran.

“Kamu kenapa bertanya Lia dengan seperti itu?” Cerca Fia.

Arsen sedikit melotot karna dia secara reflek mengeluarkan pertanyaannya tadi. Dia tidak menyangka pertanyaan konyol seperti itu bisa terlontar didalam bibirnya.

“M-maksud aku ya agar kami lebih dekat begitu, kamu juga Gatau kam adikmu sudah punya kekasih atau belum?” Tanya Arsen kembali kepada Fia.

Memang Fia yang dasarnya mudah percaya pun hanya menggangguk sembari berkata “eh Iyah juga, selama ini aku tidak tahu bahwa adikku perna memiliki kekasih atau tidak.”

Lia sedari dulu paling malas jika ada yang menanya tentang kisah percintaan nya. Karna kisah percintaan Lia sangat jauh berbeda dengan kisah sang kakak. Lia selalu dikecewakan oleh pria pria hingga Lia malas untuk membuka hati kembali.

Mendapatkan pelukan dari Arsen tadi membuat Lia merasakan nyaman bahkan dia tidak pernah mendapatkan pelukan ternyaman tadi, rasanya Lia ingin lagi namun Lia sadar diri.

“Aku tidak memiliki kekasih, waktu itu sempat memiliki cowo beberapa kali namun rasanya menyakitkan jika harus berakhir dengan kecewa terus menerus,” ujar Lia dengan tenang sambil memakan makanannya.

“Jadi aku memutuskan untuk tidak berpacaran lagi dan mungkin tidak akan perna,” sahutnya lagi

Lia ini sedikit berbeda dengan Fia karna Lia adalah anak yang cendrung menutupi kehidupan pribadinya dari kedua orang tuanya. Berbeda dengan Fia yang selalu meminta saran kedua orang tuanya.

“Emang bener Lia, kamu tidak perlu membuang waktu untuk pacaran. Karna menurut mas nih yah ketika kamu pacaran sama saja dengan mengorbankan perasaan untuk terluka berkali kali,” sahut Arsen dengan semangat. Entah mengapa Arsen merasa bahwa dirinya senang ketika mendengar Lia tidak memiliki kekasih.

“Terus kalo ga pacaran kapan nikahnya? Kaka ga setuju dengan prinsip kalian. Karna menurut Kaka tiap pribadi orang itu berbeda beda.”

Fia memang tidak menilai semua manusia itu sama ratanya, bahkan dia sering diselingkuhi dahulu tapi ketika mengenal Arsen, Fia jadi merasakan ketulusan. Maka dari itu dia menganggap bahwa sering disakiti bukan berati tidak pantas bahagia.

“Kayanya pembahasan nya sudah cukup melenceng dan aku juga sudah selesai sarapan, kalau begitu aku pamit mau kekamar.” Ujar Lia lalu pergi meninggalkan pasangan suami istri tersebut.

Seraya jalan menuju kamarnya, Lia sedikit mendumel simpel karna Kaka iparnya dan kakanya itu sangatlah menyebalkan karna membahas masalah personal Lia sehingga menjadi perdebatan.

Disisi lain setelah sarapan, Fia segera bergegas mencuci piring dan memandikan sang anak. Berbeda dengan suaminya yang sibuk dengan dirinya sendiri.

“mas tolong ambilkan Pampers Kinara,” titah Fia, karna Fia sedang kerepotan mengurus Kinara yang sedang menangis kencang sementara Arsen sedang memakai dasinya.

“Duh sama kamu dong, aku lagi sibuk.” Ujar Arsen membenarkan dasinya dan Fiapun menoleh kearah Arsen betapa jelasnya Fia melihat bahwa Arsen hanya sedang memakai dasi saja dibandingkan Kinara yang mencoba menghadapi anaknya yang rewel.

“Mas!!! Akutuh lagi urusin anak kita yang lagi nangis kencang, kenapasi jamu gamau diajak kerja sama banget.” Ujar Fia dengan nada yang cukup tinggi.

Arsen sedari dulu memang susah diajak kerja sama untuk mengurus anak bahkan semua pekerjaan rumah pun Fia yang menghandle sendirian, pasti banyak rasa tekanan batin yang Fia rasakan ditambah lagi menjadi ibu diusia 24 tahun adalah pengorbanan besar yang harus merelakan masa mudanya Fia dan tentu saja karir Fia.

Arsen yang mendengar bentakan Fiapun sangat geram, bagi Arsen suami adalah raja yang harus dilayani dengan baik dan untuk masalah pekerjaan rumah tangga itu diserahkan kepada istrinya karna Arsen sudah lelah mencari uang untuk menghidupi keluarga kecilnya.

“Kalau aku lelah bekerja apakah aju perna meminta bantuan kamu Fia? Tidak perna, aku tidak perna mengeluh ketika lelah bekerja,” ujar Arsen dengan kesal.

“Kamu tidak perna merasa lelah bekerja karna kamu setiap pulang dari kantor selalu ada acara party tidak jelas denhan temanmu itu, dibanding kamu harus family time bahkan kamu lebih memilih mabuk dengan temanmu itu!!!”

Emosi Fia benar benar pecah bahkan Liapun benar benar mendengar ucapan teriakan dari kamar Arsen dan Fia hingga akhirnya Lia memutuskan untuk mendekati kamar tersebut.

“KAMU BILANG APA HAH?” Teriak Arsen dengan lantang karna dia paling tidak suka jika ada yang menjelek jelekan temannya itu.

Arsen benar benar lelah dengan tingkah Fia yang selalu saja merasa cape dan mengeluh padahal Fia selalu saja dirumah dan tidak perna bekerja semenjak menikah dengan Arsen.

Berbanding balik dengan Fia yang merasa kecewa karna Arsen tidak perna menghargai usahanya sebagai istri yang baik untuk Arsen, Arsen selalu menganggap Fia sebelah mata hanya karna Fia hanya seorang ibu rumah tangga.

“Banyak yang aku korbankan di pernikahan ini termasuk meruksak tubuhku. Aku melepaskan karirku, masa muda ku bahkan tubuhku yang semula langsing menjadi berisi hanya karna melahirkan dan memberi asi sesuai keinginan kamu mas,”

Fia tidak perna menyesal menikah dengan Arsen dan memiliki anak cantik seperti Kinara namun Fia hanya perlu sedikit diberi apresiasi oleh Arsen dan sayang sekali Arsen tidak perna mengerti kondisi Fia.

“Jadi kamu mau seperti apa? Seperti gadis kembali? Atau menyesal menikah dengan itu? Terserah saja bahkan aku sangat tidak betah dirumah karna kamu selalu terus mengeluh membuatku muak.” Tekan Arsen.

Air mata Fia sudah sangat luruh sedari tadi ditambah tangisan anaknya yang tak kunjung reda, sedangkan diluar kamar Lia merasa senang dengan nasib sang Kaka karna tidak sesempurna apa yang Lia bayangkan.

“Gue kira hidup dia tuh sempurna, ternyata ancur juga tuh.” Lirih Lia, ternyata apa yang Lia bayangkan tentang hubungan pernikahan kakanya tidak sesuai dengan yang Lia lihat.

Saat Lia sedang melamun tiba tiba Lia dikagetkan dengan suara pintu yang dibanting secara kasar, Lia melihat bahwa itu adalah Arsen. Tentu saja Lia tidak bisa menghindar karna Arsen menyadari keberadaan Lia yang tidak jauh dari kamarnya.

“Lia maaf yah kamu jadi terganggu karna keributan aku dan Fia,” ujar Arsen meminta

Maaf karna tidak merasa enak hati kepada Lia.

“E-eh Gapapa mas namanya juga suami istri pasti ada cekcok nya,” ujar Lia. Namun mata Lia salah fokus terhadap dasi Arsen yang sedikit kurang rapih, dengan tangan yang cekatan Lia pun mendekati Arsen lalu membenarkan dasi nya agar rapih.

Arsen yang menerima perlakuan Lia pun sedikit tercengang karna Lia seperhatian itu kepada Arsen, “nah sudah rapih dasinya.”

“Terimakasi Lia, bagaimana kalau malam ini kita pergi ke cafe? Aku sangat mumet dirumah,” ajak Arsen

“Tap-“

“Tidak ada penolakan, aku tunggu di cafe *** pukul 8nmalam.” ujar Arsen lalu mengecup kening Lia sekilas dan langsung pergi meninggalkan Lia yang mematung sendirian

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status