Share

KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG
KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG
Author: Farid-ha

Dia kembali

Author: Farid-ha
last update Last Updated: 2025-01-04 08:13:56

Bab 1

“Assalamualaikum."

Aku yang sedang menyiram tanaman spontan mendongak, menatap pemilik suara tersebut.

Aku mematung, tubuhku membeku ketika melihat siapa yang menyapaku. Detak jantungku berdetak dua kali lipat dari biasanya. Tubuhku terpaku, alat siram tanaman yang ada dalam genggaman jatuh ke tanah tanpa aku sadari. Bibirku kelu untuk sekedar menyapanya.

Ternyata dia pemilik suara bariton itu. Suara yang dulu sangat aku rindukan di awal-awal kepergiannya.

Seharusnya aku senang dia kembali setelah menghilang bertahun-tahun lamanya. Seharusnya aku bahagia laki-laki itu muncul kembali. Tapi, sayangnya rasa bahagia itu tidak ada sama sekali di dalam sini. Berganti dengan rasa b3nci dan amarah yang bergulung-gulung di dalam dada.

“Ratih? Apa kabar?” tanya manusia di hadapanku itu tanpa rasa bersalah sama sekali. Ia mengulurkan tangannya, tapi aku enggan menyambutnya meskipun masih berstatus suami. Kubiarkan tangan itu mengambang di udara.

Suaranya masih sama, lembut. Tapi, sudah tak mampu menyihirku seperti sepuluh tahun lalu.

Kupindai laki-laki di hadapan itu dengan seksama dari atas hingga bawah. Aku akui kini penampilannya terlihat lebih keren di usianya yang sudah tidak lagi muda tersebut. Menandakan adanya perempuan lain yang sudah berhasil merawatnya. Siapa pun bisa menebak status sosial Damar selamat dari penampilannya.

“Iya, ini aku. Untuk apa kamu datang ke sini?” tanyaku datar. Kedua tangan kusilangkan di depan dada. Tidak berminat memintanya masuk ke dalam rumah.

Dia tidak pantas disuruh masuk ke dalam kediaman kami. Sungguh, aku tidak bisa beramah tamah dengan laki-laki yang dengan sengaja meninggalkan kami sepuluh tahun silam.

“Ak—aku kangen dengan kalian. Kamu dan anak-anak kita, Bu.” Damar menjawab dengan suara terbata.

Sungguh, tidak tahu malu sekali, masih bisa mengucapkan kata rindu padaku. Dia pikir aku masih yang seperti dulu, mudah terkena bujuk rayunya?

Aku menarik salah satu sudut bibir hingga membentuk lengkungan sinis. Detik berikutnya aku mengalihkan pandangan, menatap lurus ke depan.

“Sayangnya, kami tidak merindukan kamu sama sekali. Lebih baik segera pergi dari sini!" tukasku tanpa melihat wajahnya. Jari telunjukku terulur ke arah jalan.

Menatapnya hanya akan mengingatkan luka di masa lalu yang mati-matian kucoba kubur dalam-dalam.

Enak sekali mengaku kangen dengan kami setelah menelantarkan bertahun-tahun lamanya.

Memang, laki-laki itu bapak biologis anak-anak, tapi dia tidak pantas disebut seorang bapak. Mana ada seorang bapak yang dengan sengaja meninggalkan anaknya dalam keadaan sakit dan meninggalkan bayi dalam kandunganku saat itu. Dan yang lebih menyakitkan lagi, meninggalkan kami di sebuah kontrakan yang telah habis masa kontraknya, tanpa diperpanjang terlebih dahulu. Hingga hidup kami nyaris terlunta-lunta.

Damar masih bergeming di tempatnya. Dari ekor mata, aku dapat menangkap senyumnya yang getir. Entah apa yang Damar rasakan saat ini? Aku juga tidak peduli.

Aku membalikkan badan, hendak meninggalkan laki-laki tersebut. Namun, langkahku surut setelah mendengar suaranya.

“Aku minta maaf, Bu. Maaf karena telah meninggalkan kalian waktu itu. Maaf, telah menyia-nyiakan kalian.Tapi, Mereka tetap anak-anakku, Bu. Kita juga masih suami istri.” Damar masih memiliki keberanian untuk menjawab.

Aku terdiam, dia benar. Kami masih suami istri sekalipun ia sudah meninggalkan kami tanpa kabar dan nafkah. Pernikahan kami masih sah, sebab belum pernah ada kata talak yang keluar dari bibirnya. Dan aku pun belum pernah mengajukan gugatan cerai.

Masalah tidak memberikan nafkah itu adalah bentuk kedzaliman, tapi tidak membatalkan pernikahan.

Aku mengangkat dagu, menatapnya dengan tajam.

"Kalau begitu, ucapan kata talak sekarang juga! Sebab aku tidak ingin meneruskan pernikahan ini. Aku sudah terbiasa hidup sendiri tanpa kamu. Tidak butuh laki-laki di sisiku." tegasku

Raut kecewa jelas terpatri di wajahnya. Mungkin, dia sudah menaruh ekspektasi yang tinggi, mengira aku masih mau menerimanya kembali setelah mencampakkan hidup kami. Ah, bukan lagi mencampakkan tapi membuang kami dengan terang-terangan. Dan aku tahu alasannya.

“Aku tidak akan pernah menceraikanmu, Bu. Kedatanganku ke sini justru ingin meminta minta maaf dan memperbaiki semua. Untuk itu aku mencari kalian ke sana ke sini sejak dua bulan lalu dan ingin menebus semua kesalahan di masa lalu.” Damar menunduk. Suaranya terdengar berat. Mungkin seberat beban hidupnya.

“Siapa yang menyuruhmu mencari kami? Kami tidak butuh kamu! kami baik-baik saja dan sangat bahagia tanpa kamu. Jadi, jangan pernah muncul lagi di hadapan kami," tegasku dengan suara yang datar dan wajah tanpa ekspresi.

Aku menoleh ke arahnya dengan tatapan yang masih sama, penuh rasa b3 n c!.

“Apa yang harus aku lakukan agar kamu mau memaafkan aku, Bu?”

Damar menatapku penuh permohonan, suaranya pun terdengar sangat memelas. Tapi, sungguh hatiku tidak tersentuh sama sekali.

“Pergi dari sini sekarang juga. Jangan pernah mencari kami lagi. Dan satu lagi, jangan panggil aku dengan sebutan bu. Karena aku bukan ibumu,” tegasku sembari membalikkan badan, hendak kembali melanjutkan pekerjaan.

“Tapi, aku ingin bertemu dengan mereka? Biar bagaimanapun kamu tidak bisa memisahkan kami, Ratih. Ingat, di dalam tubuh mereka mengalir darahku. Aku bapak mereka, kamu tidak bisa menghapuskan kenyataan itu. Rafi pasti sangat bahagia jika melihat kedatanganku.” Damar tidak menyerah.

Aku terdiam. Dia benar, tidak ada yang bisa menghapuskan ikatan darah di antara mereka. Tapi, aku tidak rela jika tiba-tiba ia datang dan mengaku-ngaku di depan Rafa secepat ini.

Aku kembali membalikkan badan, menghadap ke arahnya.

“Sayangnya Rafi sudah tidak berminat untuk bertemu denganmu! Dia sudah tidak menginginkan kamu lagi!"

Ingatanku kembali pada sepuluh tahun silam. Di mana Rafi, anak sulungku pada saat itu merintih memanggil-manggil ayahnya di rumah sakit, tapi laki-laki itu tidak pernah hadir sama sekali meski sedetik pun.

Dia terdiam membeku di tempatnya.

Segera kubawa langkah kaki ini menuju rumah. Tidak ingin lagi berbicara dengannya.

“Izinkan aku bertemu dengan Rafi sekali saja. Aku sangat merindukannya. Anak itu pun pasti sangat rindu dengan ayahnya. Please, izinkan aku menemui Rafi, Tih.” Suara Damar terdengar memohon.

Aku yang hendak masuk ke dalam rumah pun menoleh ke arahnya kembali.

"Kalau kamu mau menemui Rafi, silakan datang ke makamnya!" tegasku.

Damar terlihat syok mendengar jawabanku. Kilatan penyesalan terlihat jelas dari sorot matanya. Tapi, aku tak peduli. Semoga penyesalan itu dibawa seumur hidupnya.

Bersambung

Related chapters

  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 2

    Di balik pintu aku menjatuhkan diri ke lantai. Memeluk lutut sambil menahan isak yang menyesakkan dada. Kedatangannya Damar yang tiba-tiba kembali membuka luka lama.Kejadian sepuluh tahun silam kembali berputar di kepala tanpa diminta. Malam itu di tengah gerimis hati ini mulai diliputi cemas. Tak biasanya Mas Damar pulang selarut ini. Bahkan jika ia lembur, selalu memberi kabar terlebih dahulu. Tetapi, hari itu berbeda. Sejak sore, aku tidak bisa menghubungi nomornya. Berkali-kali aku menekan nomornya, tapi hanya ada suara operator yang mengatakan nomor tersebut tidak aktif. "Di mana kamu, Mas?" Aku mulai memejamkan mata sejenak, berusaha menenangkan pikiran yang telah dipenuhi berbagai prasangka buruk. Takut-takut terjadi sesuatu dengan Mas Damar.Mungkinkah Mas Damar kecelakaan di jalan? Atau mungkin suamiku mengalami sesuatu yang buruk di tempat kerja?"Tidak mungkin. Mas Damar pasti baik-baik saja. Mungkin ponselnya hanya rusak atau baterainya habis,” Aku berusaha menenangka

    Last Updated : 2025-01-04
  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 3

    Tubuhku lunglai seketika mendengar penuturan dari Doni. Bagaimana tidak, ternyata Mas Damar sudah menyiapkan kepergiannya secara matang. Buktinya, ia sudah resign dari tempatnya kerja tanpa berkompromi dengan aku terlebih dahulu.“Berarti dia mengundurkan diri di hari kemarin, ya, Mas?” tanyaku sembari mengerjap, menghalau turunnya air mata. “Iya, Mbak. Saya sendiri tidak tahu hal ini. Kemarin dia tidak menceritakan apapun pada saya. Dan tidak berpamitan kepada siapa pun. Hanya bilang mau ada urusan pribadi makanya izin pulang awal." Allah ….Air mataku luruh. Pertahananku akhirnya jebol. Tubuhku jatuh di kursi tunggu. Aku menangis di sana. Hatiku benar-benar hancur. Bagaimana aku menjalani hari tanpa Mas Damar di sisi kami? Sementara, aku hanya seorang ibu rumah tangga yang tidak punya penghasilan sendiri.Apa yang sedang kamu rencanakan, Mas Damar? Kenapa kamu tega meninggalkan kami? Apa salahku? Padahal, rumah tangga kita tampak baik-baik saja. Kamu tidak pernah mengeluhkan apa

    Last Updated : 2025-01-04
  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 4

    [Mbak Ratih, karena sudah menunggak tiga bulan, Silakan mencari tempat tinggal yang lainnya. Besok tgl 1, sudah ada penghuni baru.] Pesan dari pemilik kontrakan masuk ke handphoneku setelah aku siuman usai mengetahui kepergian Rafi. Menunggak tiga bulan? “Allah … jadi Mas Damar tidak memperpanjang kontrakan? Bahkan menunggak tiga bulan lamanya? Kenapa aku tidak tahu? Di kemanakan jatah untuk kontrakan?” Aku hanya bisa bertanya di dalam hati. Tega sekali kamu, Mas! Padahal, uang itu sudah dipersiapkan setiap bulannya. Dada ini terasa semakin sebak. Masalah seolah sedang menghujani aku dari berbagai sisi. Tanpa terasa, air mata menetes kembali tanpa permisi. Allah …berat sekali ujian ini. Entah apa yang ada di pikiran Damar waktu itu sehingga tega meninggalkan aku yang sedang hamil, mengurus anak yang sedang sakit seorang diri tanpa tabungan. K3j’m nya lagi tempat tinggal pun yang telah habis masa kontraknya tidak diperpanjang lagi. Bahkan menunggak tiga bulan lamanya. Padahal

    Last Updated : 2025-01-04
  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 5

    “Nduk, bukankah itu Damar?” Jari telunjuk Bude Murni mengarah tepat ke arah teras rumah milik orang tuanya Damar.Dadaku bergemuruh hebat saat melihat laki-laki yang masih sah bergelar suamiku itu bercengkrama dengan keluarganya. Mereka tampak tertawa lepas. Di rumah mati-matian aku mengkhawatirkan dia, ternyata di sini Damar bahagia. “Benar apa yang Bude pikirkan, Nduk. Suami kamu pulang ke rumah orang tuanya. Sesuai dengan mimpi Bude." Allah.... Kenapa keluarganya tega mengatakan tidak tahu tentang kepergiannya Damar? Mengapa mereka kompak membohongi aku? Apa yang sebenarnya sedang mereka rencanakan? Aku memukul-mukul dada yang terasa sesak. Meraup oksigen sebanyak-banyaknya agar paru-paru bisa bernapas dengan lega. Sakit? Tentu saja. Hati istri mana yang tidak sakit dibohongi oleh suami dan keluarga besarnya. Sungguh, aku tak menyangka Damar tega melakukan ini semua kepadaku. Ternyata dalam diam dia sudah menyusun rencana ini secara matang-matang. Sewaktu di rumah, ia sibuk

    Last Updated : 2025-01-04
  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 6

    “Mari masuk, Mbak. Maaf sudah merepotkan Mbak Sakinah.” Meskipun heran dengan kehadirannya, penasaran apa tujuan perempuan tersebut, tapi aku berusaha untuk menerimanya dengan ramah. Aku mendahuluinya masuk ke dalam ruang tamu setelah membuka pintunya lebar-lebar. Rafa yang telah melepaskan sepatunya mengikuti langkahku, disusul oleh Sakina di belakangnya. Aku mempersilahkan perempuan itu duduk, lalu pamit ke belakang untuk mengambilkan air minum. Beberapa menit kemudian aku kembali ke depan dengan membawa nampan yang berisi tiga gelas minuman beserta satu piring bolu ketan hitam buatanku tadi pagi, sebelum kedatangan Damar. “Diminum dan silakan dicicipi bolu ketannya, Mbak.” Aku tersenyum seraya meletakkan nampan di atas meja di hadapan tamu tersebut.Perempuan itu tampak mengangguk setelah mengucapkan kata terima kasih dan maaf telah merepotkan. “Terima kasih banyak sudah mengantarkan Rafa pulang, Mbak. Tapi, kalau boleh tahu, apa yang membuat Mbak Sakina penasaran dengan say

    Last Updated : 2025-01-04
  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 7. Kenyataan Baru

    Jantungku berdetak kencang. Tangan ini gemetar tanpa kusadari. Aku menggigit bibir bawah berusaha menahan sesuatu di dalam sini. Kenapa dunia sesempit ini? Penglihatanku tidak salah, itu benar-benar Damar. Laki-laki yang paling kubenci itu baru saja keluar dari rumah nomor 30, tetangga sebelah yang order seblak tadi. Gegas kuturunkan kaca helm agar seluruh wajah ini tertutup, aku tidak ingin Damar melihat keberadaanku di sini. Jantungku berdegup semakin kencang. Kakiku seakan terpaku di tempat, namun pikiranku terus berteriak agar laki-laki itu segera pergi dari perumahan ini. Aku sengaja tidak segera turun dari atas motor. Membiarkan dia berlalu dulu dari perumahan ini. Dari balik spion motor, aku melihat mobil Damar yang melaju pergi meninggalkan perumahan ini. Beberapa detik kemudian, aku berdiri mengetuk pintu rumah nomor 31, mengantarkan seblak untuk tetangganya Damar. “Assalamualaikum, Bu. Kami dari warung Seblak ECO.” Aku tersenyum ramah pada perempuan setengah baya yang s

    Last Updated : 2025-01-07
  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 8

    “Bu, ada tamu sepertinya. Ada yang mengetuk pintu,” ucap Rafa yang hendak sarapan. Bocah sembilan tahunan itu sudah duduk manis di depan meja makan dengan seragam sekolahnya saat aku menoleh ke arahnya. “Oke, biar ibu yang membukakan pintunya. Rafa lanjut sarapannya, ya.” Aku mengelap tangan sebelum meninggalkan wastafel. Aku tersentak kaget saat membuka pintu, tamu yang sangat tidak aku inginkan. Setelah mengetahui siapa yang datang, kembali menutup pintu. “Ratih, aku hanya ingin bicara," kata Damar dari luar pintu.Damar, laki-laki yang telah kuhapus namanya kini dia datang kembali. Membuka luka lama, seolah tak pernah ada penyesalan di balik kepergiannya. Bagiku, dia sudah m4 ti. Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan.Aku berdiri di balik pintu, tidak berniat membukanya. "Kita ada hal yang perlu dibicarakan. Pergilah! Dan jangan pernah kembali ke rumah ini, Damar!” Sudah tidak ada lagi panggilan Mas seperti sepuluh tahun silam. Terlalu berharga sebutan tersebut untuknya. "Aku

    Last Updated : 2025-01-08

Latest chapter

  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 8

    “Bu, ada tamu sepertinya. Ada yang mengetuk pintu,” ucap Rafa yang hendak sarapan. Bocah sembilan tahunan itu sudah duduk manis di depan meja makan dengan seragam sekolahnya saat aku menoleh ke arahnya. “Oke, biar ibu yang membukakan pintunya. Rafa lanjut sarapannya, ya.” Aku mengelap tangan sebelum meninggalkan wastafel. Aku tersentak kaget saat membuka pintu, tamu yang sangat tidak aku inginkan. Setelah mengetahui siapa yang datang, kembali menutup pintu. “Ratih, aku hanya ingin bicara," kata Damar dari luar pintu.Damar, laki-laki yang telah kuhapus namanya kini dia datang kembali. Membuka luka lama, seolah tak pernah ada penyesalan di balik kepergiannya. Bagiku, dia sudah m4 ti. Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan.Aku berdiri di balik pintu, tidak berniat membukanya. "Kita ada hal yang perlu dibicarakan. Pergilah! Dan jangan pernah kembali ke rumah ini, Damar!” Sudah tidak ada lagi panggilan Mas seperti sepuluh tahun silam. Terlalu berharga sebutan tersebut untuknya. "Aku

  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 7. Kenyataan Baru

    Jantungku berdetak kencang. Tangan ini gemetar tanpa kusadari. Aku menggigit bibir bawah berusaha menahan sesuatu di dalam sini. Kenapa dunia sesempit ini? Penglihatanku tidak salah, itu benar-benar Damar. Laki-laki yang paling kubenci itu baru saja keluar dari rumah nomor 30, tetangga sebelah yang order seblak tadi. Gegas kuturunkan kaca helm agar seluruh wajah ini tertutup, aku tidak ingin Damar melihat keberadaanku di sini. Jantungku berdegup semakin kencang. Kakiku seakan terpaku di tempat, namun pikiranku terus berteriak agar laki-laki itu segera pergi dari perumahan ini. Aku sengaja tidak segera turun dari atas motor. Membiarkan dia berlalu dulu dari perumahan ini. Dari balik spion motor, aku melihat mobil Damar yang melaju pergi meninggalkan perumahan ini. Beberapa detik kemudian, aku berdiri mengetuk pintu rumah nomor 31, mengantarkan seblak untuk tetangganya Damar. “Assalamualaikum, Bu. Kami dari warung Seblak ECO.” Aku tersenyum ramah pada perempuan setengah baya yang s

  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 6

    “Mari masuk, Mbak. Maaf sudah merepotkan Mbak Sakinah.” Meskipun heran dengan kehadirannya, penasaran apa tujuan perempuan tersebut, tapi aku berusaha untuk menerimanya dengan ramah. Aku mendahuluinya masuk ke dalam ruang tamu setelah membuka pintunya lebar-lebar. Rafa yang telah melepaskan sepatunya mengikuti langkahku, disusul oleh Sakina di belakangnya. Aku mempersilahkan perempuan itu duduk, lalu pamit ke belakang untuk mengambilkan air minum. Beberapa menit kemudian aku kembali ke depan dengan membawa nampan yang berisi tiga gelas minuman beserta satu piring bolu ketan hitam buatanku tadi pagi, sebelum kedatangan Damar. “Diminum dan silakan dicicipi bolu ketannya, Mbak.” Aku tersenyum seraya meletakkan nampan di atas meja di hadapan tamu tersebut.Perempuan itu tampak mengangguk setelah mengucapkan kata terima kasih dan maaf telah merepotkan. “Terima kasih banyak sudah mengantarkan Rafa pulang, Mbak. Tapi, kalau boleh tahu, apa yang membuat Mbak Sakina penasaran dengan say

  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 5

    “Nduk, bukankah itu Damar?” Jari telunjuk Bude Murni mengarah tepat ke arah teras rumah milik orang tuanya Damar.Dadaku bergemuruh hebat saat melihat laki-laki yang masih sah bergelar suamiku itu bercengkrama dengan keluarganya. Mereka tampak tertawa lepas. Di rumah mati-matian aku mengkhawatirkan dia, ternyata di sini Damar bahagia. “Benar apa yang Bude pikirkan, Nduk. Suami kamu pulang ke rumah orang tuanya. Sesuai dengan mimpi Bude." Allah.... Kenapa keluarganya tega mengatakan tidak tahu tentang kepergiannya Damar? Mengapa mereka kompak membohongi aku? Apa yang sebenarnya sedang mereka rencanakan? Aku memukul-mukul dada yang terasa sesak. Meraup oksigen sebanyak-banyaknya agar paru-paru bisa bernapas dengan lega. Sakit? Tentu saja. Hati istri mana yang tidak sakit dibohongi oleh suami dan keluarga besarnya. Sungguh, aku tak menyangka Damar tega melakukan ini semua kepadaku. Ternyata dalam diam dia sudah menyusun rencana ini secara matang-matang. Sewaktu di rumah, ia sibuk

  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 4

    [Mbak Ratih, karena sudah menunggak tiga bulan, Silakan mencari tempat tinggal yang lainnya. Besok tgl 1, sudah ada penghuni baru.] Pesan dari pemilik kontrakan masuk ke handphoneku setelah aku siuman usai mengetahui kepergian Rafi. Menunggak tiga bulan? “Allah … jadi Mas Damar tidak memperpanjang kontrakan? Bahkan menunggak tiga bulan lamanya? Kenapa aku tidak tahu? Di kemanakan jatah untuk kontrakan?” Aku hanya bisa bertanya di dalam hati. Tega sekali kamu, Mas! Padahal, uang itu sudah dipersiapkan setiap bulannya. Dada ini terasa semakin sebak. Masalah seolah sedang menghujani aku dari berbagai sisi. Tanpa terasa, air mata menetes kembali tanpa permisi. Allah …berat sekali ujian ini. Entah apa yang ada di pikiran Damar waktu itu sehingga tega meninggalkan aku yang sedang hamil, mengurus anak yang sedang sakit seorang diri tanpa tabungan. K3j’m nya lagi tempat tinggal pun yang telah habis masa kontraknya tidak diperpanjang lagi. Bahkan menunggak tiga bulan lamanya. Padahal

  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 3

    Tubuhku lunglai seketika mendengar penuturan dari Doni. Bagaimana tidak, ternyata Mas Damar sudah menyiapkan kepergiannya secara matang. Buktinya, ia sudah resign dari tempatnya kerja tanpa berkompromi dengan aku terlebih dahulu.“Berarti dia mengundurkan diri di hari kemarin, ya, Mas?” tanyaku sembari mengerjap, menghalau turunnya air mata. “Iya, Mbak. Saya sendiri tidak tahu hal ini. Kemarin dia tidak menceritakan apapun pada saya. Dan tidak berpamitan kepada siapa pun. Hanya bilang mau ada urusan pribadi makanya izin pulang awal." Allah ….Air mataku luruh. Pertahananku akhirnya jebol. Tubuhku jatuh di kursi tunggu. Aku menangis di sana. Hatiku benar-benar hancur. Bagaimana aku menjalani hari tanpa Mas Damar di sisi kami? Sementara, aku hanya seorang ibu rumah tangga yang tidak punya penghasilan sendiri.Apa yang sedang kamu rencanakan, Mas Damar? Kenapa kamu tega meninggalkan kami? Apa salahku? Padahal, rumah tangga kita tampak baik-baik saja. Kamu tidak pernah mengeluhkan apa

  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 2

    Di balik pintu aku menjatuhkan diri ke lantai. Memeluk lutut sambil menahan isak yang menyesakkan dada. Kedatangannya Damar yang tiba-tiba kembali membuka luka lama.Kejadian sepuluh tahun silam kembali berputar di kepala tanpa diminta. Malam itu di tengah gerimis hati ini mulai diliputi cemas. Tak biasanya Mas Damar pulang selarut ini. Bahkan jika ia lembur, selalu memberi kabar terlebih dahulu. Tetapi, hari itu berbeda. Sejak sore, aku tidak bisa menghubungi nomornya. Berkali-kali aku menekan nomornya, tapi hanya ada suara operator yang mengatakan nomor tersebut tidak aktif. "Di mana kamu, Mas?" Aku mulai memejamkan mata sejenak, berusaha menenangkan pikiran yang telah dipenuhi berbagai prasangka buruk. Takut-takut terjadi sesuatu dengan Mas Damar.Mungkinkah Mas Damar kecelakaan di jalan? Atau mungkin suamiku mengalami sesuatu yang buruk di tempat kerja?"Tidak mungkin. Mas Damar pasti baik-baik saja. Mungkin ponselnya hanya rusak atau baterainya habis,” Aku berusaha menenangka

  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Dia kembali

    Bab 1“Assalamualaikum." Aku yang sedang menyiram tanaman spontan mendongak, menatap pemilik suara tersebut. Aku mematung, tubuhku membeku ketika melihat siapa yang menyapaku. Detak jantungku berdetak dua kali lipat dari biasanya. Tubuhku terpaku, alat siram tanaman yang ada dalam genggaman jatuh ke tanah tanpa aku sadari. Bibirku kelu untuk sekedar menyapanya. Ternyata dia pemilik suara bariton itu. Suara yang dulu sangat aku rindukan di awal-awal kepergiannya.Seharusnya aku senang dia kembali setelah menghilang bertahun-tahun lamanya. Seharusnya aku bahagia laki-laki itu muncul kembali. Tapi, sayangnya rasa bahagia itu tidak ada sama sekali di dalam sini. Berganti dengan rasa b3nci dan amarah yang bergulung-gulung di dalam dada.“Ratih? Apa kabar?” tanya manusia di hadapanku itu tanpa rasa bersalah sama sekali. Ia mengulurkan tangannya, tapi aku enggan menyambutnya meskipun masih berstatus suami. Kubiarkan tangan itu mengambang di udara. Suaranya masih sama, lembut. Tapi, su

DMCA.com Protection Status