Share

Bab 2

Author: Farid-ha
last update Last Updated: 2025-01-04 08:15:05

Di balik pintu aku menjatuhkan diri ke lantai. Memeluk lutut sambil menahan isak yang menyesakkan dada. Kedatangannya Damar yang tiba-tiba kembali membuka luka lama.

Kejadian sepuluh tahun silam kembali berputar di kepala tanpa diminta.

Malam itu di tengah gerimis hati ini mulai diliputi cemas. Tak biasanya Mas Damar pulang selarut ini. Bahkan jika ia lembur, selalu memberi kabar terlebih dahulu. Tetapi, hari itu berbeda. Sejak sore, aku tidak bisa menghubungi nomornya. Berkali-kali aku menekan nomornya, tapi hanya ada suara operator yang mengatakan nomor tersebut tidak aktif.

"Di mana kamu, Mas?" Aku mulai memejamkan mata sejenak, berusaha menenangkan pikiran yang telah dipenuhi berbagai prasangka buruk. Takut-takut terjadi sesuatu dengan Mas Damar.

Mungkinkah Mas Damar kecelakaan di jalan? Atau mungkin suamiku mengalami sesuatu yang buruk di tempat kerja?

"Tidak mungkin. Mas Damar pasti baik-baik saja. Mungkin ponselnya hanya rusak atau baterainya habis,” Aku berusaha menenangkan pikiran.

Tubuhku lelah, baik fisik maupun mental. Sejak pagi, aku sudah disibukkan mengurus rumah, menjaga anak yang sedang sakit, dan melawan rasa mual yang kerap menyerang karena kehamilan trimester pertama. Terlebih Mas Damar yang tidak ada kabar.

"Ayah ... Ayah. Ayah di mana, Bu?" Rintihan Rafi yang memanggil ayahnya dari dalam kamar semakin menyayat hati.

Dengan hati yang cemas, aku menghampiri anak sulungnya yang berbaring lemah di atas kasur.

"Ayah belum pulang, Sayang. Ayah sedang lembur." Terpaksa aku berbohong. Tangan ini sibuk mengelus pucuk Kepala Rafi dengan kepala mendongak, mengerjap berulang-ulang, menahan air mata yang mulai memenuhi pelupuk.

Tubuh Rafi kembali panas, padahal satu jam yang lalu baru diberikan obat. Dia butuh penanganan dokter. Pagi sebelum berangkat kerja Mas Damar berjanji akan membawa Rafi berobat ke dokter spesialis anak. Tapi, janji tinggal janji. Buktinya sampai saat ini ia belum kembali.

Aku tidak boleh menangis di depan Rafi.

"Kapan ayah pulangnya, Bu? Rafi pengen tidur dengan ayah." Rafi menatapku dengan penuh permohonan. Matanya berkaca-kaca.

Segera kupalingan wajah ke arah lain.

Sungguh, aku tak sanggup melihat Rafi begini. Dia begitu merindukan ayahnya. Akhir-akhir ini Mas Damar selalu lembur. Tidak memiliki banyak waktu untuk sekedar bermain dengan Rafi. Pulang kerja langsung tidur karena kelelahan di tempat kerja. Begitu alasannya.

"Sabar, ya, Sayang. Ayah sebentar lagi pasti pulang. Sekarang tidur sama ibu dulu, ya." Rafi hanya bisa mengangguk pasrah meski terlihat jelas kekecewaan dari wajah polosnya.

Aku mendekapnya dengan erat setelah memasang kompres di atas keningnya.

Tidak butuh waktu lama, Rafi kembali terlelap.

Lekas, aku kembali ke rumah tamu.

Dengan tangan gemetar, aku membuka daftar kontak di ponsel, mencari nomor salah teman kerja Mas Damar. Aku memilih untuk menghubungi Doni.

Setelah beberapa dering, akhirnya panggilan terjawab.

“Halo, Mbak Ratih? Tumben menelpon, ada apa?” Suara Doni terdengar menyapa di ujung telepon.

“Maaf mengganggu, Mas. Saya ingin bertanya, apakah Mas Damar masih di kantor? Dia belum pulang sampai sekarang, dan saya tidak bisa menghubunginya. Nomornya tidak aktif.”

Doni terdiam sejenak, seperti sedang memikirkan sesuatu. “Hmm, tadi siang dia pulang lebih awal, Mbak. Sebelum jam pulang malah. Katanya ada urusan pribadi.”

“Pulang lebih awal? Urusan pribadi apa ya, Mas?” Otakku berusaha keras mencerna jawaban Doni.

“Wah … kurang tahu kalau itu, Mbak. Tadinya saya pikir itu urusan keluarga kalian.”

Apa urusan pribadimu yang tidak aku ketahui, Mas? Sejak kapan kamu mulai merahasiakan sesuatu dari aku?

“Baik, terima kasih, Mas Doni.” Aku mengakhiri panggilan dengan tangan yang gemetar.

Aku mencoba menghubungi beberapa teman Mas Damar yang lain, tetapi jawaban yang mereka berikan sama, tidak ada yang tahu di mana suamiku berada. Mereka semua mengatakan hal yang sama, Mas Damar meninggalkan kantor lebih awal karena alasan pribadi.

Waktu terus berlalu. Malam semakin larut dan aku semakin tidak tahu harus berbuat apa. Anak yang sakit, suami yang hilang tanpa kabar, dan diriku yang tengah hamil muda membuat segalanya terasa begitu berat.

Di mana Mas Damar? Apa yang terjadi dengannya?

Di tengah pencarianku, tiba-tiba terdengar suara dari dalam kamar. Gegas aku berlari kembali ke kamar, hatiku mencelos melihat Rafi yang kejang. Suhu tubuhnya semakin panas.

Di tengah kekalutan, aku membopong Rafi yang sudah mulai tenang. Berlari ke rumah tetangga untuk meminta bantuan. Rafi harus segera dilarikan ke rumah sakit.

"Kamu akan baik-baik saja, sayang. Ibu ada di sini," bisikku lembut, meskipun dalam hati ini merasa putus asa.

Sepanjang jalan menuju rumah sakit aku terus memohon pertolongan kepada Allah. Memohon kesembuhan untuk putra sulungku. Air mata menggenang di pelupuk mata, tetapi aku mencoba menahannya agar tidak menangis. Rafi membutuhkan kekuatan dariku. Kalau aku lemah bagaimana dengan dirinya?

Di mana kamu Mas saat anakmu sakit seperti ini? Hatiku benar-benar hancur ditinggal suami saat anak sakit seperti ini.

Bu RT dan Pak RT mengantarkan kami menuju rumah sakit. Butuh waktu lima belas menit menuju rumah sakit.

Setengah jam kemudian Rafi mendapatkan kamar. Kebetulan ruang rawat anak ada yang kosong. Aku menunggu Rafi di temani Bu RT dan suaminya.

Pagi-pagi sekali mereka pulang. Aku mengucapkan banyak terima kasih atas pertolongannya.

Setelah mengantarkan kepergian Bu RT, handphone dalam genggamanku berkedip-kedip, tanda adanya panggilan masuk. Dengan antusias aku menerimanya. Berharap ada kabar baik tentang suamiku.

Tapi, hatiku semakin hancur mendengar keterangan dari Doni belum lagi pesan yang masuk dari pemilik kontrakan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 3

    Tubuhku lunglai seketika mendengar penuturan dari Doni. Bagaimana tidak, ternyata Mas Damar sudah menyiapkan kepergiannya secara matang. Buktinya, ia sudah resign dari tempatnya kerja tanpa berkompromi dengan aku terlebih dahulu.“Berarti dia mengundurkan diri di hari kemarin, ya, Mas?” tanyaku sembari mengerjap, menghalau turunnya air mata. “Iya, Mbak. Saya sendiri tidak tahu hal ini. Kemarin dia tidak menceritakan apapun pada saya. Dan tidak berpamitan kepada siapa pun. Hanya bilang mau ada urusan pribadi makanya izin pulang awal." Allah ….Air mataku luruh. Pertahananku akhirnya jebol. Tubuhku jatuh di kursi tunggu. Aku menangis di sana. Hatiku benar-benar hancur. Bagaimana aku menjalani hari tanpa Mas Damar di sisi kami? Sementara, aku hanya seorang ibu rumah tangga yang tidak punya penghasilan sendiri.Apa yang sedang kamu rencanakan, Mas Damar? Kenapa kamu tega meninggalkan kami? Apa salahku? Padahal, rumah tangga kita tampak baik-baik saja. Kamu tidak pernah mengeluhkan apa

    Last Updated : 2025-01-04
  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 4

    [Mbak Ratih, karena sudah menunggak tiga bulan, Silakan mencari tempat tinggal yang lainnya. Besok tgl 1, sudah ada penghuni baru.] Pesan dari pemilik kontrakan masuk ke handphoneku setelah aku siuman usai mengetahui kepergian Rafi. Menunggak tiga bulan? “Allah … jadi Mas Damar tidak memperpanjang kontrakan? Bahkan menunggak tiga bulan lamanya? Kenapa aku tidak tahu? Di kemanakan jatah untuk kontrakan?” Aku hanya bisa bertanya di dalam hati. Tega sekali kamu, Mas! Padahal, uang itu sudah dipersiapkan setiap bulannya. Dada ini terasa semakin sebak. Masalah seolah sedang menghujani aku dari berbagai sisi. Tanpa terasa, air mata menetes kembali tanpa permisi. Allah …berat sekali ujian ini. Entah apa yang ada di pikiran Damar waktu itu sehingga tega meninggalkan aku yang sedang hamil, mengurus anak yang sedang sakit seorang diri tanpa tabungan. K3j’m nya lagi tempat tinggal pun yang telah habis masa kontraknya tidak diperpanjang lagi. Bahkan menunggak tiga bulan lamanya. Padahal

    Last Updated : 2025-01-04
  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 5

    “Nduk, bukankah itu Damar?” Jari telunjuk Bude Murni mengarah tepat ke arah teras rumah milik orang tuanya Damar.Dadaku bergemuruh hebat saat melihat laki-laki yang masih sah bergelar suamiku itu bercengkrama dengan keluarganya. Mereka tampak tertawa lepas. Di rumah mati-matian aku mengkhawatirkan dia, ternyata di sini Damar bahagia. “Benar apa yang Bude pikirkan, Nduk. Suami kamu pulang ke rumah orang tuanya. Sesuai dengan mimpi Bude." Allah.... Kenapa keluarganya tega mengatakan tidak tahu tentang kepergiannya Damar? Mengapa mereka kompak membohongi aku? Apa yang sebenarnya sedang mereka rencanakan? Aku memukul-mukul dada yang terasa sesak. Meraup oksigen sebanyak-banyaknya agar paru-paru bisa bernapas dengan lega. Sakit? Tentu saja. Hati istri mana yang tidak sakit dibohongi oleh suami dan keluarga besarnya. Sungguh, aku tak menyangka Damar tega melakukan ini semua kepadaku. Ternyata dalam diam dia sudah menyusun rencana ini secara matang-matang. Sewaktu di rumah, ia sibuk

    Last Updated : 2025-01-04
  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 6

    “Mari masuk, Mbak. Maaf sudah merepotkan Mbak Sakinah.” Meskipun heran dengan kehadirannya, penasaran apa tujuan perempuan tersebut, tapi aku berusaha untuk menerimanya dengan ramah. Aku mendahuluinya masuk ke dalam ruang tamu setelah membuka pintunya lebar-lebar. Rafa yang telah melepaskan sepatunya mengikuti langkahku, disusul oleh Sakina di belakangnya. Aku mempersilahkan perempuan itu duduk, lalu pamit ke belakang untuk mengambilkan air minum. Beberapa menit kemudian aku kembali ke depan dengan membawa nampan yang berisi tiga gelas minuman beserta satu piring bolu ketan hitam buatanku tadi pagi, sebelum kedatangan Damar. “Diminum dan silakan dicicipi bolu ketannya, Mbak.” Aku tersenyum seraya meletakkan nampan di atas meja di hadapan tamu tersebut.Perempuan itu tampak mengangguk setelah mengucapkan kata terima kasih dan maaf telah merepotkan. “Terima kasih banyak sudah mengantarkan Rafa pulang, Mbak. Tapi, kalau boleh tahu, apa yang membuat Mbak Sakina penasaran dengan say

    Last Updated : 2025-01-04
  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 7. Kenyataan Baru

    Jantungku berdetak kencang. Tangan ini gemetar tanpa kusadari. Aku menggigit bibir bawah berusaha menahan sesuatu di dalam sini. Kenapa dunia sesempit ini? Penglihatanku tidak salah, itu benar-benar Damar. Laki-laki yang paling kubenci itu baru saja keluar dari rumah nomor 30, tetangga sebelah yang order seblak tadi. Gegas kuturunkan kaca helm agar seluruh wajah ini tertutup, aku tidak ingin Damar melihat keberadaanku di sini. Jantungku berdegup semakin kencang. Kakiku seakan terpaku di tempat, namun pikiranku terus berteriak agar laki-laki itu segera pergi dari perumahan ini. Aku sengaja tidak segera turun dari atas motor. Membiarkan dia berlalu dulu dari perumahan ini. Dari balik spion motor, aku melihat mobil Damar yang melaju pergi meninggalkan perumahan ini. Beberapa detik kemudian, aku berdiri mengetuk pintu rumah nomor 31, mengantarkan seblak untuk tetangganya Damar. “Assalamualaikum, Bu. Kami dari warung Seblak ECO.” Aku tersenyum ramah pada perempuan setengah baya yang s

    Last Updated : 2025-01-07
  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 8

    “Bu, ada tamu sepertinya. Ada yang mengetuk pintu,” ucap Rafa yang hendak sarapan. Bocah sembilan tahunan itu sudah duduk manis di depan meja makan dengan seragam sekolahnya saat aku menoleh ke arahnya. “Oke, biar ibu yang membukakan pintunya. Rafa lanjut sarapannya, ya.” Aku mengelap tangan sebelum meninggalkan wastafel. Aku tersentak kaget saat membuka pintu, tamu yang sangat tidak aku inginkan. Setelah mengetahui siapa yang datang, kembali menutup pintu. “Ratih, aku hanya ingin bicara," kata Damar dari luar pintu. Damar, laki-laki yang telah kuhapus namanya kini dia datang kembali. Membuka luka lama, seolah tak pernah ada penyesalan di balik kepergiannya. Bagiku, dia sudah m4 ti. Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Aku berdiri di balik pintu, tidak berniat membukanya. "Kita ada hal yang perlu dibicarakan. Pergilah! Dan jangan pernah kembali ke rumah ini, Damar!” Sudah tidak ada lagi panggilan Mas seperti sepuluh tahun silam. Terlalu berharga sebutan tersebut untuk

    Last Updated : 2025-01-08
  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 9

    Bab 9 POV Damar Aku berdiri di depan gerbang sekolah, menunggu Rafa keluar. Dari kejauhan, aku melihat bocah itu berjalan riang bersama teman-temannya. Wajahnya bersinar, mirip sekali dengan wajah Rafi dulu. Dadaku sesak, emosi bergulung seperti ombak yang siap menghantam. Ini adalah kesempatan pertamaku mendekati anakku, dan aku tak boleh menyia-nyiakannya. Maafkan ayah yang telah menyia-nyiakan kamu, Nak. “Rafa,” panggilku ketika bocah itu melewati gerbang. Suaraku bergetar saat menyebut namanya. Rafa berhenti dan menoleh, matanya menatap heran padaku, pria asing yang sejak kemarin mencarinya. Pria asing yang selama ini tidak pernah hadir dalam hidupnya. “Siapa, ya?” Rafa bertanya sopan, langkahnya ragu. Jantungku berdetak tak karuan saat jarak kami semakin dekat. Aku tersenyum, ingin rasanya berkata, aku ayahmu, Nak. Tapi, aku tahu ini belum saatnya. “Om, siapa? Om kenal aku?” Pertanyaan Rafa menyadarkanku. “Aku … teman Ibumu. Om ingin bicara sebentar, boleh?

    Last Updated : 2025-01-14
  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 10

    Bab 10“Bu, apa benar Om tadi itu teman Ibu dan Ayah?” tanya Rafa begitu kami sampai di rumah.Aku yang hendak mengambil air minum sejenak menghentikan langkah. Otakku berpacu mencari jawaban yang tepat. Bibir ini terasa berat untuk mengakui siapa sebenarnya laki-laki itu. Luka yang ditinggalkan Damar terlalu dalam.“Memangnya Om tadi bilang apa saja, Sayang?” tanyaku sembari menuang air dari dispenser, mencoba mengulur waktu. Rafa mengangkat bahu kecilnya. “Om itu bilang dia kenal Ibu dan Ayah dulu. Terus, dia tanya apakah Rafa suka main bola.”Suara bocah itu terdengar polos, tak menyadari badai yang kembali mengoyak hati ibunya. Tanganku sedikit gemetar saat meletakkan gelas di meja. Luka yang selama ini kukubur dalam-dalam kini kembali menganga.Aku meneguk ludah. Tanganku yang sedang memegang gelas sedikit gemetar. Luka yang selama ini kukubur dalam-dalam kembali menganga.Aku menarik kursi dan duduk, berusaha tetap terlihat biasa saja.“Terus, Rafa jawab apa?” tanyaku, pura-pur

    Last Updated : 2025-02-27

Latest chapter

  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Untuk apa dia datang ke sini?

    Bab 11Aku pikir malam itu akan berakhir dengan tenang setelah telepon dari Damar terputus. Tapi ternyata, gelisah ini tak kunjung pergi. Aku berbalik, memandangi Rafa yang masih lelap dalam pelukanku. Wajahnya damai, polos… belum ternoda oleh kenyataan hidup yang rumit dan menyakitkan.Bagaimana jika suatu hari nanti dia tahu?Bagaimana jika dia menuntut penjelasan? Kenapa ayahnya pergi? Kenapa aku tak pernah menceritakan apa-apa? Kenapa aku sembunyikan kebenaran?Tiba-tiba air mata itu datang lagi, jatuh tanpa bisa dicegah.******Pagi harinya, aku menyimpan semua kekacauan hati itu di balik senyum yang dipaksakan. Rafa harus sekolah. Aku harus bekerja. Dunia tidak berhenti hanya karena hatiku yang sedang berantakan.Tapi saat membuka pintu depan aku langsung tertegun. Di sana ada setangkai bunga rose kesukaanku. Tidak ada kartu ucapan. Hanya setangkai bunga, aku bisa menebak siapa pengirimnya. Damar. Laki-laki tahu betul bunga kesayanganku. Alih-alih bahagia menerima bunga ini, j

  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 10

    Bab 10“Bu, apa benar Om tadi itu teman Ibu dan Ayah?” tanya Rafa begitu kami sampai di rumah.Aku yang hendak mengambil air minum sejenak menghentikan langkah. Otakku berpacu mencari jawaban yang tepat. Bibir ini terasa berat untuk mengakui siapa sebenarnya laki-laki itu. Luka yang ditinggalkan Damar terlalu dalam.“Memangnya Om tadi bilang apa saja, Sayang?” tanyaku sembari menuang air dari dispenser, mencoba mengulur waktu. Rafa mengangkat bahu kecilnya. “Om itu bilang dia kenal Ibu dan Ayah dulu. Terus, dia tanya apakah Rafa suka main bola.”Suara bocah itu terdengar polos, tak menyadari badai yang kembali mengoyak hati ibunya. Tanganku sedikit gemetar saat meletakkan gelas di meja. Luka yang selama ini kukubur dalam-dalam kini kembali menganga.Aku meneguk ludah. Tanganku yang sedang memegang gelas sedikit gemetar. Luka yang selama ini kukubur dalam-dalam kembali menganga.Aku menarik kursi dan duduk, berusaha tetap terlihat biasa saja.“Terus, Rafa jawab apa?” tanyaku, pura-pur

  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 9

    Bab 9 POV Damar Aku berdiri di depan gerbang sekolah, menunggu Rafa keluar. Dari kejauhan, aku melihat bocah itu berjalan riang bersama teman-temannya. Wajahnya bersinar, mirip sekali dengan wajah Rafi dulu. Dadaku sesak, emosi bergulung seperti ombak yang siap menghantam. Ini adalah kesempatan pertamaku mendekati anakku, dan aku tak boleh menyia-nyiakannya. Maafkan ayah yang telah menyia-nyiakan kamu, Nak. “Rafa,” panggilku ketika bocah itu melewati gerbang. Suaraku bergetar saat menyebut namanya. Rafa berhenti dan menoleh, matanya menatap heran padaku, pria asing yang sejak kemarin mencarinya. Pria asing yang selama ini tidak pernah hadir dalam hidupnya. “Siapa, ya?” Rafa bertanya sopan, langkahnya ragu. Jantungku berdetak tak karuan saat jarak kami semakin dekat. Aku tersenyum, ingin rasanya berkata, aku ayahmu, Nak. Tapi, aku tahu ini belum saatnya. “Om, siapa? Om kenal aku?” Pertanyaan Rafa menyadarkanku. “Aku … teman Ibumu. Om ingin bicara sebentar, boleh?

  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 8

    “Bu, ada tamu sepertinya. Ada yang mengetuk pintu,” ucap Rafa yang hendak sarapan. Bocah sembilan tahunan itu sudah duduk manis di depan meja makan dengan seragam sekolahnya saat aku menoleh ke arahnya. “Oke, biar ibu yang membukakan pintunya. Rafa lanjut sarapannya, ya.” Aku mengelap tangan sebelum meninggalkan wastafel. Aku tersentak kaget saat membuka pintu, tamu yang sangat tidak aku inginkan. Setelah mengetahui siapa yang datang, kembali menutup pintu. “Ratih, aku hanya ingin bicara," kata Damar dari luar pintu. Damar, laki-laki yang telah kuhapus namanya kini dia datang kembali. Membuka luka lama, seolah tak pernah ada penyesalan di balik kepergiannya. Bagiku, dia sudah m4 ti. Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Aku berdiri di balik pintu, tidak berniat membukanya. "Kita ada hal yang perlu dibicarakan. Pergilah! Dan jangan pernah kembali ke rumah ini, Damar!” Sudah tidak ada lagi panggilan Mas seperti sepuluh tahun silam. Terlalu berharga sebutan tersebut untuk

  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 7. Kenyataan Baru

    Jantungku berdetak kencang. Tangan ini gemetar tanpa kusadari. Aku menggigit bibir bawah berusaha menahan sesuatu di dalam sini. Kenapa dunia sesempit ini? Penglihatanku tidak salah, itu benar-benar Damar. Laki-laki yang paling kubenci itu baru saja keluar dari rumah nomor 30, tetangga sebelah yang order seblak tadi. Gegas kuturunkan kaca helm agar seluruh wajah ini tertutup, aku tidak ingin Damar melihat keberadaanku di sini. Jantungku berdegup semakin kencang. Kakiku seakan terpaku di tempat, namun pikiranku terus berteriak agar laki-laki itu segera pergi dari perumahan ini. Aku sengaja tidak segera turun dari atas motor. Membiarkan dia berlalu dulu dari perumahan ini. Dari balik spion motor, aku melihat mobil Damar yang melaju pergi meninggalkan perumahan ini. Beberapa detik kemudian, aku berdiri mengetuk pintu rumah nomor 31, mengantarkan seblak untuk tetangganya Damar. “Assalamualaikum, Bu. Kami dari warung Seblak ECO.” Aku tersenyum ramah pada perempuan setengah baya yang s

  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 6

    “Mari masuk, Mbak. Maaf sudah merepotkan Mbak Sakinah.” Meskipun heran dengan kehadirannya, penasaran apa tujuan perempuan tersebut, tapi aku berusaha untuk menerimanya dengan ramah. Aku mendahuluinya masuk ke dalam ruang tamu setelah membuka pintunya lebar-lebar. Rafa yang telah melepaskan sepatunya mengikuti langkahku, disusul oleh Sakina di belakangnya. Aku mempersilahkan perempuan itu duduk, lalu pamit ke belakang untuk mengambilkan air minum. Beberapa menit kemudian aku kembali ke depan dengan membawa nampan yang berisi tiga gelas minuman beserta satu piring bolu ketan hitam buatanku tadi pagi, sebelum kedatangan Damar. “Diminum dan silakan dicicipi bolu ketannya, Mbak.” Aku tersenyum seraya meletakkan nampan di atas meja di hadapan tamu tersebut.Perempuan itu tampak mengangguk setelah mengucapkan kata terima kasih dan maaf telah merepotkan. “Terima kasih banyak sudah mengantarkan Rafa pulang, Mbak. Tapi, kalau boleh tahu, apa yang membuat Mbak Sakina penasaran dengan say

  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 5

    “Nduk, bukankah itu Damar?” Jari telunjuk Bude Murni mengarah tepat ke arah teras rumah milik orang tuanya Damar.Dadaku bergemuruh hebat saat melihat laki-laki yang masih sah bergelar suamiku itu bercengkrama dengan keluarganya. Mereka tampak tertawa lepas. Di rumah mati-matian aku mengkhawatirkan dia, ternyata di sini Damar bahagia. “Benar apa yang Bude pikirkan, Nduk. Suami kamu pulang ke rumah orang tuanya. Sesuai dengan mimpi Bude." Allah.... Kenapa keluarganya tega mengatakan tidak tahu tentang kepergiannya Damar? Mengapa mereka kompak membohongi aku? Apa yang sebenarnya sedang mereka rencanakan? Aku memukul-mukul dada yang terasa sesak. Meraup oksigen sebanyak-banyaknya agar paru-paru bisa bernapas dengan lega. Sakit? Tentu saja. Hati istri mana yang tidak sakit dibohongi oleh suami dan keluarga besarnya. Sungguh, aku tak menyangka Damar tega melakukan ini semua kepadaku. Ternyata dalam diam dia sudah menyusun rencana ini secara matang-matang. Sewaktu di rumah, ia sibuk

  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 4

    [Mbak Ratih, karena sudah menunggak tiga bulan, Silakan mencari tempat tinggal yang lainnya. Besok tgl 1, sudah ada penghuni baru.] Pesan dari pemilik kontrakan masuk ke handphoneku setelah aku siuman usai mengetahui kepergian Rafi. Menunggak tiga bulan? “Allah … jadi Mas Damar tidak memperpanjang kontrakan? Bahkan menunggak tiga bulan lamanya? Kenapa aku tidak tahu? Di kemanakan jatah untuk kontrakan?” Aku hanya bisa bertanya di dalam hati. Tega sekali kamu, Mas! Padahal, uang itu sudah dipersiapkan setiap bulannya. Dada ini terasa semakin sebak. Masalah seolah sedang menghujani aku dari berbagai sisi. Tanpa terasa, air mata menetes kembali tanpa permisi. Allah …berat sekali ujian ini. Entah apa yang ada di pikiran Damar waktu itu sehingga tega meninggalkan aku yang sedang hamil, mengurus anak yang sedang sakit seorang diri tanpa tabungan. K3j’m nya lagi tempat tinggal pun yang telah habis masa kontraknya tidak diperpanjang lagi. Bahkan menunggak tiga bulan lamanya. Padahal

  • KEMBALINYA SUAMI YANG HILANG    Bab 3

    Tubuhku lunglai seketika mendengar penuturan dari Doni. Bagaimana tidak, ternyata Mas Damar sudah menyiapkan kepergiannya secara matang. Buktinya, ia sudah resign dari tempatnya kerja tanpa berkompromi dengan aku terlebih dahulu.“Berarti dia mengundurkan diri di hari kemarin, ya, Mas?” tanyaku sembari mengerjap, menghalau turunnya air mata. “Iya, Mbak. Saya sendiri tidak tahu hal ini. Kemarin dia tidak menceritakan apapun pada saya. Dan tidak berpamitan kepada siapa pun. Hanya bilang mau ada urusan pribadi makanya izin pulang awal." Allah ….Air mataku luruh. Pertahananku akhirnya jebol. Tubuhku jatuh di kursi tunggu. Aku menangis di sana. Hatiku benar-benar hancur. Bagaimana aku menjalani hari tanpa Mas Damar di sisi kami? Sementara, aku hanya seorang ibu rumah tangga yang tidak punya penghasilan sendiri.Apa yang sedang kamu rencanakan, Mas Damar? Kenapa kamu tega meninggalkan kami? Apa salahku? Padahal, rumah tangga kita tampak baik-baik saja. Kamu tidak pernah mengeluhkan apa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status