Betul saja apa yang dilihat oleh Sagara sebelumnya. Ada orang berpakaian serba hitam lengkap dengan topeng kayu yang dicat hitam. Persis seperti orang sebelumnya yang mencegat Sagara dan Putri Dara Murti dalam perjalanan pulang.
Namun kini tampak aneh, mereka menyerang sore hari. Serta hanya dua orang saja yang datang ke Kediaman Adipati yang tidak memiliki orang dengan kedigdayaan tinggi itu.
Sagara kemudian segera menuju ke pusat Kadipaten Mandalagiri untuk menyimpan kudanya. Beruntung meskipun sudah sore namun ada jasa penitipan kuda yang masih buka, sehingga dapat bergerak dengan mudah.
Tujuan Sagara adalah kediaman Adipati Mandalagiri, dia yakin bahwa lelaki tua itu yang diincar. Namun ketika dia sampai di kediaman Adipati Mandalagiri, justru dicegat oleh prajurit kadipaten yang bertugas berja
BRUKK!Namun sebelum nyawa Adipati Mandalagiri akan melayang akibat serangan lawannya. Ada seseorang yang menolongnya dengan menggebuk sosok serba hitam menggunakan sarung pedang.Melihat siapa yang ada di depannya, sosok serba hitam itu terkejut."Kenapa dia ada disini? Bukankah seharusnya dia...?" tanya sosok tersebut dalam hatinya. Namun tak menyelesaikan ucapannya karena lawannya keburu menerima serangan. Padahal serangan tersebut hanya memakai warangka pedang yang dipegang secara menyilang dengan dua tangan.Pertarungan aneh terjadi ketika sosok serba hitam menyerang lawannya. Hal itu terjadi karena lawannya hanya menggunakan warangka pedang tanpa olah kanuragan.Namun yang lebih aneh lagi,
Sosok pertama yang menyerang Sagara terjatuh ketika kepalanya terkena pukul sarung Pedang milik Samurai dari Selatan yang belum diketahui namanya itu. Sosok serba hitam tersebut malah tak sadar diri akibat pukulan yang sangat telak.Melihat hal tersebut, sosok serba hitam yang bicara menjadi gugup. Jika kawannya ketahuan, maka dia akan dicurigai. Sehingga dia mencari cara untuk bisa membawa kawannya meloloskan diri dari Mandalagiri."Teknik Pedang Bulan? Jurus itu sudah puluhan tahun menghilang," ucap Adipati Mandalagiri mengenal jurus yang diperagakan oleh Sagara."Ada hubungan apa dia dengan Bajak Laut yang hilang puluhan tahun lalu dari Tanah Jawa itu?"Sementara itu pertarungan terus terjadi, sosok serba hitam malah kepayahan. Namun dia terpaksa men
Kening si pemuda sudah berkeringat, dia seperti diinterogasi oleh seorang hakim ketika dituduh maling ayam.Adipati Mandalagiri mengangguk-angguk kepala sambil mengelus jenggot yang tak ada. Terus berpikir apa yang sebenarnya terjadi pemuda di depannya."Kau harus bersyukur diberi kemampuan itu," ucap Adipati Mandalagiri sambil mangut-mangut.Sagara hanya bisa mengangguk, walau sebenarnya sudah tahu apa yang dibicarakan lelaki di depannya. Datuk Rambut Merah sudah menjelaskan semuanya kepadanya."Baiklah. Ayo dimakan, pasti kamu lapar," ucap Adipati Mandalagiri memutuskan untuk tidak bertanya lagi.Keduanya kemudian makan malam bersama sambil saling bercerita apa yang sebenarnya terjadi di Negeri
Langit seketika mendung di tengah lautan luas, bahkan boleh dikatakan mulai gelap mengingat semua sudah menguning. Padahal hari ini adalah siang hari, pertanda cuaca tidak baik-baik saja. Dimana tanda akan adanya badai yang menerjang, tantangan terberat bagi orang-orang yang menyeberangi lautan. Namun suasana muram itu seakan sama dengan seorang Pemuda yang sedang tergeletak di kapal menatap langit yang suram. Pemuda bernama Sagara Byakta itu hanya bisa mengeluh dengan keadaan yang dimilikinya. Dapat dikatakan keadaannya sangat menyedihkan, terlihat dari keadaan dirinya yang semua orang melihatnya pasti tahu korban penyiksaan.Kini, keadaannya sangat menyedihkan akibat sebuah kejadian yang menimpanya. Nasib orang terkadang tidak seindah yang dibayangkan oleh dirinya sebelumnya. "Seandainya aku dulu menurut apa yang dikatakan Ayah dan Ibu. Mungkin situasinya tidak seperti ini!" keluh Sagara setiap dia merenung dengan apa yang telah dilakukannya hampir lima tahun yang lalu. Keadan Sa
"Aku tidak membelanya, tetapi kau mengganggu konsentrasi dengan teriakanmu tadi!" ucap seorang anggota Bajak Laut wanita yang umurnya kurang lebih sama dengan Sagara. Satu hal yang membedakan, dia menjadi anggota Bajak Laut dengan kemampuan yang mumpuni sebagai seorang Navigator. Mendengar hal itu, jelas membuat lelaki dengan jenggot panjang itu terdiam, mengingat perempuan itu adalah atasannya. Melawan wanita yang kini di hadapannya adalah sama saja dengan melawan pimpinan kapal. "Tetapi dia tidak bekerja, kita bisa tak akan makan jika dia seperti ini!" bentak lelaki Jenggot panjang itu tak mau disalahkan. "Tugas memasak itu tanggung jawabmu, dia hanya membantu!" ucap perempuan tersebut lebih keras lagi. "Dia sedang bekerja membersihkan dek kapal!" "Dia hanya melamun disini, Mei Ling!" bentak Jenggot Panjang tak terima dibentak oleh seorang wanita bersuara cempreng tersebut. "Kau juga demikian, Feng Go!" bentak perempuan tersebut juga tak ingin kalah. Membuat keduanya saling
Perempuan dewasa menggoda tersebut kini berada di belakang Sagara dengan posisi memeluk. Persis bicara di telinga yang membuat pemuda tangan jerangkong itu menggidik. Sepertinya Ratu Bajak Laut tergoda dengan ketampanan Sagara yang memang luar biasa, jika dia bersih tak ada yang mengalahkannya di kapal. Hidung mancung, kulit putih dengan mata yang lebih besar dari kebanyakan orang Negeri Tirai Bambu. Warisan ketampanan dari para Legenda seperti ayahnya yang memang tampan dan rupawan khas keturunan orang-orang Arya. "Bukankah Ratu ingin mengatakan sesuatu yang penting?" tanya Sagara mencoba untuk membuat Sang Ratu tidak mengajaknya berbuat yang tidak-tidak. Apalagi hatinya sedang gusar, dia merasakan akan ada sesuatu yang tidak beres di kapal. "Kau memang pemuda yang sangat pintar, Putra Bajak Laut Tangan Besi!" Setelah bicara perlu beberapa waktu agar wanita itu kembali bicara, malah menuangkan minuman ke gelas. Seperti ada tanda kekhawatiran luar biasa yang dialami oleh pimpin
"Aku tidak tahu persis, namun ada sebuah lambang bintang emas di kapal tersebut!""Kapal Angkatan Laut Kekaisaran Han Zhou!" teriak Ratu Bajak Laut yang sadar bahwa kekhawatiran benar adanya. Bendera Darah sedang dikejar oleh orang Kekaisaran yang menginginkan dirinya hidup-hidup. "Cepat tabuh lonceng, semua harus bersiap!" bentak Sang Ratu. "Ba… baik!" ucap Mei Liang yang memberi hormat dan langsung bergegas untuk pergi dari kamar tersebut. Memberitahu situasi yang terjadi dalam kapal dan semua orang harus segera bersiap untuk sesuatu yang buruk terjadi. Sedangkan Ratu Bajak Laut kembali ke dalam kamar untuk memakai Pakaian kebesaran Bajak Laut Bendera Darah. Tidak lupa sebuah topi khas Bajak Laut serta sebuah pedang dengan gambar tengkorak. Tidak lupa memakai kembali topeng yang menutupi setengah wajahnya. "Ada apa, Ratu?" ucap Sagara yang heran dengan apa yang terjadi. Dimana lonceng keras juga terdengar bahwa di kapal ada situasi yang tidak beres. Pemuda itu juga berusaha menu
Sementara itu, Sagara Byakta tampak gundah mendengar apa yang terjadi di luar lewat jendela. Paham jika di luar sana ada pertempuran sengit tanda bahwa kapal memang sedang tidak baik-baik saja. "Ada mayat mengambang?" keluh Sagara Byakta yang melihat ada mayat terapung di lautan persis di bawah jendela. Jelas bahwa itu adalah pertanda tidak baik dengan situasi yang ada di tempat tersebut, mengingat dia mengenal mayat tersebut, salah satu awak kapal. "Kenapa aku harus terkurung di sini?" keluh Sagara Byakta tampak kesal. Sambil memegang kitab yang sama sekali tidak dimengertinya, dia terus mondar mandir mencoba memahami kitab apa yang ada padanya sekarang ini. "Sial, kenapa aku harus di sekap di tempat ini pula!" bentak Sagara yang kesal tidak bisa membuka pintu yang terbuat dari baja tersebut. Ruangan tersebut memang sangat aman, tidak ada yang bisa masuk dan membobol tempat tersebut. Sehingga orang yang ada di dalam juga sangat sulit keluar dari tempat tersebut, selain aman dapat
Kening si pemuda sudah berkeringat, dia seperti diinterogasi oleh seorang hakim ketika dituduh maling ayam.Adipati Mandalagiri mengangguk-angguk kepala sambil mengelus jenggot yang tak ada. Terus berpikir apa yang sebenarnya terjadi pemuda di depannya."Kau harus bersyukur diberi kemampuan itu," ucap Adipati Mandalagiri sambil mangut-mangut.Sagara hanya bisa mengangguk, walau sebenarnya sudah tahu apa yang dibicarakan lelaki di depannya. Datuk Rambut Merah sudah menjelaskan semuanya kepadanya."Baiklah. Ayo dimakan, pasti kamu lapar," ucap Adipati Mandalagiri memutuskan untuk tidak bertanya lagi.Keduanya kemudian makan malam bersama sambil saling bercerita apa yang sebenarnya terjadi di Negeri
Sosok pertama yang menyerang Sagara terjatuh ketika kepalanya terkena pukul sarung Pedang milik Samurai dari Selatan yang belum diketahui namanya itu. Sosok serba hitam tersebut malah tak sadar diri akibat pukulan yang sangat telak.Melihat hal tersebut, sosok serba hitam yang bicara menjadi gugup. Jika kawannya ketahuan, maka dia akan dicurigai. Sehingga dia mencari cara untuk bisa membawa kawannya meloloskan diri dari Mandalagiri."Teknik Pedang Bulan? Jurus itu sudah puluhan tahun menghilang," ucap Adipati Mandalagiri mengenal jurus yang diperagakan oleh Sagara."Ada hubungan apa dia dengan Bajak Laut yang hilang puluhan tahun lalu dari Tanah Jawa itu?"Sementara itu pertarungan terus terjadi, sosok serba hitam malah kepayahan. Namun dia terpaksa men
BRUKK!Namun sebelum nyawa Adipati Mandalagiri akan melayang akibat serangan lawannya. Ada seseorang yang menolongnya dengan menggebuk sosok serba hitam menggunakan sarung pedang.Melihat siapa yang ada di depannya, sosok serba hitam itu terkejut."Kenapa dia ada disini? Bukankah seharusnya dia...?" tanya sosok tersebut dalam hatinya. Namun tak menyelesaikan ucapannya karena lawannya keburu menerima serangan. Padahal serangan tersebut hanya memakai warangka pedang yang dipegang secara menyilang dengan dua tangan.Pertarungan aneh terjadi ketika sosok serba hitam menyerang lawannya. Hal itu terjadi karena lawannya hanya menggunakan warangka pedang tanpa olah kanuragan.Namun yang lebih aneh lagi,
Betul saja apa yang dilihat oleh Sagara sebelumnya. Ada orang berpakaian serba hitam lengkap dengan topeng kayu yang dicat hitam. Persis seperti orang sebelumnya yang mencegat Sagara dan Putri Dara Murti dalam perjalanan pulang.Namun kini tampak aneh, mereka menyerang sore hari. Serta hanya dua orang saja yang datang ke Kediaman Adipati yang tidak memiliki orang dengan kedigdayaan tinggi itu.Sagara kemudian segera menuju ke pusat Kadipaten Mandalagiri untuk menyimpan kudanya. Beruntung meskipun sudah sore namun ada jasa penitipan kuda yang masih buka, sehingga dapat bergerak dengan mudah.Tujuan Sagara adalah kediaman Adipati Mandalagiri, dia yakin bahwa lelaki tua itu yang diincar. Namun ketika dia sampai di kediaman Adipati Mandalagiri, justru dicegat oleh prajurit kadipaten yang bertugas berja
"Justru karena aku bagian dari mereka, sehingga paham apa yang direncanakan. Terutama tentang tertua Istana, sepertinya dia yang punya rencana menyingkirkanmu, Randu Pandega!"."Bukankah semua ini dari Sepasang Iblis Tongkat Emas?" tanya Sagara lagi yang heran dengan ucapan Ratu Bajak Laut."Betul tentang itu, tetapi dia terlibat dengan pimpinan di Istana Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi, seperti mendukung ucapan Sang Ratu."Apa tujuannya berbuat seperti itu?""Menguasai dunia kedigdayaan, yang pertama adalah Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi."Jika begitu, berarti dia ingin merebut kekuasaan Negeri Perak juga?" tanya Sagara."Bukankah diri
"Sekarang giliran dirimu, Randu Pandega!" seru Datuk Rambut Merah. "Meskipun ini luka luar, tetapi akan kucoba menyembuhkannya," ucap guru Dara Murti."Terima kasih sebelumnya, Datuk!""Tidak usah sungkan, itu sudah kewajibanku untuk menolong orang yang sakit," tambah Datuk Rambut Merah.Pada akhirnya Sagara dan Randu Pandega sudah merasa mendingan. Kini mereka hanya butuh istirahat serta perlu meminum ramuan untuk mempercepat penyembuhan.Ketika sudah selesai, Sagara punya pertanyaan kepada Datuk Rambut Merah."Apa Datuk paham dengan Pedang milik Samurai dari Selatan ini?" tanya Sagara sambil menjelaskan kenapa senjata itu ada di tangannya."Tentu sa
Tuan Putri itu akhirnya mengambil beberapa harta, lalu memasukkan ke dalam kain hitam. Setelah itu membiarkan harta sisa yang jumlahnya masih sangat banyak."Ini kamu ambil saja, untukmu secukupnya. Sedangkan sisanya kau bagikan ke rakyat kecil yang ada di Negeri Perak ini," ucap Tuan Putri Dara Murti. Meskipun punya niat baik dia tak punya niatan untuk mengembalikan harta ke Negeri Perak.Perempuan itu paham jika rakyat Negeri Perak memang sedang kesulitan sehingga membutuhkan uluran tangan. Hal itu terjadi akibat ulah para pejabat mereka yang terkenal tamak. Pajak yang dari masyarakat kadang tidak sampai ke pusat dengan tarif yang cukup mahal."Terima kasih, saya berjanji tidak akan merampok lagi," ucap pimpinan begal tersebut."Itu terserah kau, namu
Setelah itu para begal terkejut dengan kedatangan dua orang pemuda yang kini berada di belakang si gadis. Keduanya tampak tersenyum kepada gadis yang akan ditolongnya tersebut."Kalian? Kenapa bisa ke sini?" ucap gadis berpakaian hijau corak tersebut. "Sagara, dari mana saja?" tanya gadis itu lagi yang jelas adalah orang yang dikenalnya."Simpan saja pertanyaan itu Tuan Putri, nanti kami Jawab," ucap pemuda yang tak lain Sagara yang sedang berada di samping kanan sang gadis yang ternyata adakah Tuan Putri Dara Murti."Lebih baik kita cepat selesaikan pertarungan, lalu kita pergi dari sini!" seru pemuda satunya yang tak lain Randu Pandega, dia berada di samping kiri Tuan Putri.Lalu menatap lawan dengan posisi waspada. Ketiganya saling membelakangi
“Tentu saja, aku berjanji,” ucap Randu Pandega. “Lagi pula kita bisa bekerja mengungkap tabir di Negeri Perak, kan?”Mendengar hal itu, Sagara kemudian menatap Randu Pandega ternyata tersenyum kepadanya. Tak ada salahnya jika dilakukan bersama, apalagi mereka adalah sahabat sedari kecil. Meskipun Sagara selalu menjadi korban ejekan dari Randu Pandega karena menjadi anak yang sangat lemah.“Sepakat?” tanya Sagara.“Sepakat!”Keduanya lalu bersalaman, pertanda mereka sudah baikkan. Keduanya memang saling segan sehingga timbul prasangka yang tidak baik. Kini semua sudah beres ketika keduanya berani jujur.“Aduh, aku melupakan sesuatu?” keluh Sagara yan