"Aku tidak tahu persis, namun ada sebuah lambang bintang emas di kapal tersebut!"
"Kapal Angkatan Laut Kekaisaran Han Zhou!" teriak Ratu Bajak Laut yang sadar bahwa kekhawatiran benar adanya. Bendera Darah sedang dikejar oleh orang Kekaisaran yang menginginkan dirinya hidup-hidup.
"Cepat tabuh lonceng, semua harus bersiap!" bentak Sang Ratu.
"Ba… baik!" ucap Mei Liang yang memberi hormat dan langsung bergegas untuk pergi dari kamar tersebut. Memberitahu situasi yang terjadi dalam kapal dan semua orang harus segera bersiap untuk sesuatu yang buruk terjadi.
Sedangkan Ratu Bajak Laut kembali ke dalam kamar untuk memakai Pakaian kebesaran Bajak Laut Bendera Darah. Tidak lupa sebuah topi khas Bajak Laut serta sebuah pedang dengan gambar tengkorak. Tidak lupa memakai kembali topeng yang menutupi setengah wajahnya.
"Ada apa, Ratu?" ucap Sagara yang heran dengan apa yang terjadi. Dimana lonceng keras juga terdengar bahwa di kapal ada situasi yang tidak beres. Pemuda itu juga berusaha menutupi tubuhnya dengan baju yang sudah robek, dipaksa oleh Ratu Bajak Laut.
"Ambil ini, kamu pelajari apa yang ada dalamnya!" ucap Sang Ratu sambil memberikan sebuah kitab lusuh dengan gambar peta di luarnya.
"Kamu tinggal disini, jangan keluar dari tempat ini!" ucap Sang Ratu yang akan bergegas pergi dari tempat tersebut.
"Tetapi aku juga akan membantu jika di kapal ini ada masalah besar?" tanya Sagara yang heran kenapa Sang Ratu menyuruhnya untuk berdiam di tempat yang semuanya terbuat dari baja kelas satu itu.
"Jika kau menganggap Aku adalah Ratu Bajak Laut, diamlah di sini!"
Tanpa mendengar ucapan dari Sagara, Ratu Bajak Laut keluar dari tempat tersebut dengan mengunci kamarnya dari luar. Langsung menuju ke dek kapal di mana ada suara tembakan dan adu senjata dari tempat tersebut. Jelas itu adalah sebuah pertarungan antara awak Kapal Bendera Darah melawan musuh yang sangat kuat.
Namun ketika sampai ke dek kapal, alangkah terkejutnya melihat apa yang terjadi. Satu hal yang membuatnya kaget adalah melihat siapa orang yang berpakaian Panglima Bajak Laut.
"Kau?" keluh Ratu Bajak Laut sambil mengepalkan tinju, ada rasa dendam kepada orang di depannya.
Sorot mata Sang Ratu tampak nanar melihat apa yang terjadi ketika banyak orang yang sudah tergeletak di dek kapal. Bahkan ada yang sudah terlempar ke lautan dengan kondisi yang sudah tak bernyawa, Kapal Bendera Darah sudah jadi tempat pembunuhan massal.
Sedangkan beberapa orang seperti Mei Liang dalam keadaan diborgol dengan anggota lain bernama Zhang Hao. Keduanya tak bisa berbuat apa-apa, seperti dia tidak dibunuh menunggu kedatangan Ratu Bajak Laut.
"Lama tak berjumpa, Pimpinan Bajak Laut Bendera Darah!" ucap orang yang berpakaian Panglima Angkatan Laut Kekaisaran Han Zhou. Tersenyum licik karena menganggap apa yang terjadi di tempat tersebut sudah berhasil.
"Jiang Yi, keparat kau!" bentak Sang Ratu kepada lelaki tersebut. Sadar jika orang tersebut adalah mantan anggotanya yang menghilang setelah kematian dari suaminya.
"Aku bukan anak buahmu lagi, Panggil Aku Panglima Angkatan Laut Jiang Yi! Hahaha." ucap lelaki tersebut sambil mengarahkan kedua tangan ke atas. Tanda menunjukkan bahwa dia orang paling hebat karena berhasil membunuh hampir seluruh anggota Bajak Laut Bendera Darah.
"Setan Laut, jadi sekarang kau menjadi antek-antek Kekaisaran!?" bentak Ratu Bajak Laut yang tidak bisa menyembunyikan kekesalan. Tahu bahwa sekarang dia harus dikhianati oleh orang yang dulu pernah menjadi orang kepercayaannya.
"Kau benar, ini lebih baik daripada menjadi anak buahmu!" ucap Panglima Angkatan Laut Jiang Yi sambil mengepalkan tinju akan sakit hati yang dia terima. "Aku yang lebih pantas menjadi Pimpinan Bajak Laut Bendera Darah!"
Jiang Yi adalah wakil pimpinan Bajak Laut Bendera Darah ketika masih dipimpin oleh suami Ratu Bajak Laut. Dia memutuskan pergi dari Kapal setelah Sang Ratu menjadi pemimpin, dia tak terima dipimpin oleh seorang wanita. A
Bagi Jiang Yi, dia lebih pantas menjadi pimpinan daripada seorang wanita yang dulunya adalah seorang penghibur di tempat hiburan malam. Menjadi Bajak Laut karena diambil oleh Sang Bajak Laut terdahulu, jelas tak lebih tinggi daripada dirinya.
"Sepertinya mendiang suamiku sudah paham tentang watakmu. Makanya memilihku daripada dirimu!" ucap Sang Ratu tak mau kalah. Baginya dia pantas menjadi pimpinan sesuai wasiat dari suaminya sebelum tewas di tiang gantungan. Meskipun Sang Ratu belum tahu siapa yang nantinya akan menggantikannya ketika tewas. Sang Ratu paham anggota Bajak Laut tinggal lima orang saja, dirinya, Zhang Hao, Mei Liang, Sagara dan Si Pengkhianat.
"Wanita jalang, aku habisi kau!" bentak Panglima Angkatan Laut Jiang Yi yang langsung membuka pedang besar mirip golok miliknya.
Pertarungan tak dapat dihindarkan, dimana Ratu Bajak Laut harus mengeluarkan senjata paling kuat miliknya, Pedang Tengkorak.
TRANG!
Kapal Bajak Laut Bendera Darah menjadi arena pertarungan dua orang kedigdayaan tingkat tinggi. Keduanya ingin membunuh satu sama lain demi menebus kekesalan yang mereka alami, intrik bertahun-tahun yang pada akhirnya saling meluapkan.
Sementara itu, Sagara Byakta tampak gundah mendengar apa yang terjadi di luar lewat jendela. Paham jika di luar sana ada pertempuran sengit tanda bahwa kapal memang sedang tidak baik-baik saja. "Ada mayat mengambang?" keluh Sagara Byakta yang melihat ada mayat terapung di lautan persis di bawah jendela. Jelas bahwa itu adalah pertanda tidak baik dengan situasi yang ada di tempat tersebut, mengingat dia mengenal mayat tersebut, salah satu awak kapal. "Kenapa aku harus terkurung di sini?" keluh Sagara Byakta tampak kesal. Sambil memegang kitab yang sama sekali tidak dimengertinya, dia terus mondar mandir mencoba memahami kitab apa yang ada padanya sekarang ini. "Sial, kenapa aku harus di sekap di tempat ini pula!" bentak Sagara yang kesal tidak bisa membuka pintu yang terbuat dari baja tersebut. Ruangan tersebut memang sangat aman, tidak ada yang bisa masuk dan membobol tempat tersebut. Sehingga orang yang ada di dalam juga sangat sulit keluar dari tempat tersebut, selain aman dapat
Dimana dia melemparkan Pedang Tengkorak tepat di hadapan Sagara yang sudah dalam posisi setengah berdiri. Entah keajaiban apa yang terjadi ketika Pedang itu langsung sampai ke tangan Sagara. "Apa yang kau tunggu?""Cepat habisi Pengkhianat itu!"Sagara Byakta lalu melihat tubuh lemah seorang wanita yang terduduk dengan luka di dada yang menganga. Dimana seluruh tubuhnya telah bersimbah darah tanda lukanya sangat parah. "Ratu?" keluh Sagara yang melihat kondisi dari pimpinan Bajak Laut Bendera Darah tersebut. Diikuti oleh suara Mei Ling dan Zhang Hao yang hanya bisa mengeluh melihat apa yang terjadi. Kedua orang tersebut juga harus pasrah karena akan mati juga di tiang gantungan bersama kepala Sang Ratu. Jelas hampir tidak ada kesempatan untuk mereka bisa selamat dari kejadian tersebut. Semua orang tak mungkin berharap kepada Sagara yang merupakan orang lemah dan seorang musuh. Meskipun pemuda itu justru malah mau membantu untuk menyelamatkan orang yang tersisa. Jelas bahwa ada ses
Namun situasi yang aneh terjadi ketika Zhang Hao justru tidak bisa memegang pedang tersebut, pedang itu seperti menjadi sangat berat. Justru jatuh seperti sebuah benda dengan massa yang besar hingga tak bisa dipegang. Zhang Hao mencoba untuk mengangkat Pedang tengkorak sekuat tenaga. Namun hasilnya sama saja, dia seakan mengangkat beban yang sangat berat. Namun ketika melihat situasi yang terjadi dengan Mei Ling terdesak oleh lawannya. Terlebih dia kini dibuat tak berdaya oleh Feng Go yang memegang tangannya sangat kuat, jelas membuat wanita itu sangat murka. "Pengkhianat tak tahu diri, aku tak sudi dekat denganmu!" bentak Mei Ling dengan tatapan yang sangat tajam. "Kau masih bisa membentak dengan situasi seperti ini. Matilah kau Wanita jahanam!" Feng Go langsung akan mengarahkan Pedang miliknya ke batok kepala dari Mei Ling. TRANG! Namun beruntung ada pedang lain yang menahan serangan dari Feng Go, itu tak lain adalah Zhang Hao. Lelaki itu terpaksa menggunakan pedang miliknya u
Setelah selesai bertarung, Sagara pada akhirnya terduduk di moncong kapal sambil menatap lautan. Seakan lega dengan apa yang sebenarnya terjadi dengannya di Kapal Bajak Laut Bendera Darah. "Sang Ratu telah meninggal!" keluh Mei Ling yang langsung memeriksa apa yang terjadi kepada Ratu Bajak Laut. Dimana sudah tak ada lagi denyut nadi dari Perempuan paling ditakuti di Kekaisaran Han Zhou tersebut. Sambil menutup tubuh wanita yang memakai topeng tengkorak setengah wajah tersebut dengan kain yang ada. Memberikan penghormatan kepada legenda yang membuat Kekaisaran Han Zhou sampai turun tangan. Kini Ratu Bajak Laut telah gugur, namun seorang Bajak Laut lain telah lahir. Kembalinya seorang pemuda dengan potensi ilmu kedigdayaan paling mengerikan di Laut Utara."Hanya kita bertiga yang tersisa di tempat ini!" jawab Sagara sambil terus menatap lautan yang kini sudah berwarna kuning. Tanda hari semakin sore dan Kapal masing-masing terombang-ambing di tengah Lautan. "Apa yang akan kita lakuk
"Zhang Hao yang akan memimpin Kapal akan pergi ke mana!" jawab Sagara yang jelas membuat Zhang Hao semakin kesal dengan sikap dari Sagara yang merasa dipermainkan. "Kita akan kemana?" tanya Mei Ling penuh tanda tanya. Ketika mendengar Mei Ling yang bicara, Zhang Hao tidak bisa menyanggah ucapannya. Mau tak mau dia harus mengambil keputusan apa yang sekarang harus dijalani oleh mereka. Jika sikapnya seperti Sagara, harga dirinya sebagai orang paling tua jelas dipertaruhkan."Tentu saja kita harus ke Kekaisaran Han Zhou, membalas apa yang telah terjadi!" ucap Zhang Hao sambil mengepalkan tinju. "Bagaimana?""Baiklah, kita akan pergi ke sana. Zhang Hao sendiri yang memimpin dalam perjalanan ini!" ucap Sagara yang akan naik ke atas kapal yang ada di Pelabuhan kecil di Pulau tersebut. Pulau sepi itu seperti tak bernyawa, jelas ada bahaya yang mengintai di Pulau."Ada apa?" tanya Mei Ling yang heran ketika Sagara dan Zhang Hao tiba-tiba berhenti bergerak. Alangkah terkejut ketika melihat
Orang yang syok dengan kejadian tersebut bukan hanya kedua orang anggota Bajak Laut Bendera Darah tersebut. Tetapi orang-orang yang memperhatikan ketiganya hingga dihinggapi kecemasan, musuh kuat muncul dihadapannya. Bahkan orang-orang yang berlindung di balik Batu yang hancur sudah tergeletak tak bergerak lagi. Jelas membuat semua dihinggapi ketakutan bukan main dengan serangan dahsyat dari pimpinan baru Bajak Laut Bendera Darah. "Bajak Laut Bendera Darah?" keluh seorang lelaki yang ada di balik pohon, paham dengan senjata yang dipegang oleh Sagara. "Kenapa senjata itu ada pada anak muda itu?" keluh salah seorang lagi dengan nada penuh kecemasan. "Bukankah seharusnya dimiliki oleh Ratu Bajak Laut?" tambah seorang lagi. Tampak mereka menggunakan bahasa yang berbeda dengan apa yang dikatakan oleh kru Kapal Bajak Laut Bendera Darah. Mereka menggunakan Bahasa orang mandarin karena anggota Bajak Laut banyak yang berasal dari daerah Kekaisaran Han Zhou. Termasuk Sagara sendiri yang seb
Ternyata itu adalah lima orang yang tersungkur secara bersamaan oleh Sagara Byakta akibat serangan Pedang Tengkorak. Jelas membuat semua orang di depannya dibuat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Sagara. "Apa kalian akan terus menyerangku sambil bersembunyi, Orang-orang Berjubah!?" bentak Sagara yang sudah kesal dengan apa yang terjadi. Dimana orang-orang di depannya memilih bersembunyi kemudian menyerang menggunakan pisaunya. Meskipun ada juga orang yang menyerang secara langsung, namun sepertinya kalah sekali pukul. Jelas membuat mereka harus melakukan segala cara agar dapat melumpuhkan Sagara dengan segenap tenaga yang dimilikinya. Namun mereka jelas terkejut ketika Sagara Byakta menggunakan Bahasa Malaka yang merupakan bahasa mereka sendiri. Jelas membuat mereka saling pandang satu sama lain, menunggu perintah dari atasan mereka. "Kau telah datang ke Pulau Kupu-kupu, pertanda jika kalian berniat tidak baik!" ucap salah seorang lelaki yang memakai jubah berwarna coklat ge
"Kami menyerah! Jangan bunuh kami!" ucap salah satu pimpinan dengan syal merah. "Jika Tuan bersedia melepaskan kami, maka Raja Malaka akan memberikan hadiah yang setimpal. Apalagi jika mengetahui tentang adanya Pohon Kehidupan?" ucap Pimpinan Orang-orang Berjubah dengan syal emas. Lelaki itu sadar satu-satunya cara lepas dari Bajak Laut adalah menyerah. Juga memberikan hadiah sebagai iming-iming kebebasan atas kesalahan yang telah diperbuat. "Bagaimana pendapatmu?" tanya Sagara kepada Zhang Hao yang mendekati dirinya. Jelas membuat lelaki itu terdiam, bingung apa yang harus dilakukannya mengingat sebelumnya hanya menaati perintah Ratu Bajak Laut. Meskipun sebagai seorang tangan kanan Ratu Bajak Laut, dia juga terkadang memberikan masukan. "Tidak ada salahnya untuk menerimanya, sepertinya kita kehilangan banyak anggota!" ucap Zhang Hao yang sudah tahu bahwa jangan memberitahu tentang kematian Sang Ratu Bajak Laut. Perlu beberapa orang sebagai awak tambahan dalam mengurus kapal yang
Kening si pemuda sudah berkeringat, dia seperti diinterogasi oleh seorang hakim ketika dituduh maling ayam.Adipati Mandalagiri mengangguk-angguk kepala sambil mengelus jenggot yang tak ada. Terus berpikir apa yang sebenarnya terjadi pemuda di depannya."Kau harus bersyukur diberi kemampuan itu," ucap Adipati Mandalagiri sambil mangut-mangut.Sagara hanya bisa mengangguk, walau sebenarnya sudah tahu apa yang dibicarakan lelaki di depannya. Datuk Rambut Merah sudah menjelaskan semuanya kepadanya."Baiklah. Ayo dimakan, pasti kamu lapar," ucap Adipati Mandalagiri memutuskan untuk tidak bertanya lagi.Keduanya kemudian makan malam bersama sambil saling bercerita apa yang sebenarnya terjadi di Negeri
Sosok pertama yang menyerang Sagara terjatuh ketika kepalanya terkena pukul sarung Pedang milik Samurai dari Selatan yang belum diketahui namanya itu. Sosok serba hitam tersebut malah tak sadar diri akibat pukulan yang sangat telak.Melihat hal tersebut, sosok serba hitam yang bicara menjadi gugup. Jika kawannya ketahuan, maka dia akan dicurigai. Sehingga dia mencari cara untuk bisa membawa kawannya meloloskan diri dari Mandalagiri."Teknik Pedang Bulan? Jurus itu sudah puluhan tahun menghilang," ucap Adipati Mandalagiri mengenal jurus yang diperagakan oleh Sagara."Ada hubungan apa dia dengan Bajak Laut yang hilang puluhan tahun lalu dari Tanah Jawa itu?"Sementara itu pertarungan terus terjadi, sosok serba hitam malah kepayahan. Namun dia terpaksa men
BRUKK!Namun sebelum nyawa Adipati Mandalagiri akan melayang akibat serangan lawannya. Ada seseorang yang menolongnya dengan menggebuk sosok serba hitam menggunakan sarung pedang.Melihat siapa yang ada di depannya, sosok serba hitam itu terkejut."Kenapa dia ada disini? Bukankah seharusnya dia...?" tanya sosok tersebut dalam hatinya. Namun tak menyelesaikan ucapannya karena lawannya keburu menerima serangan. Padahal serangan tersebut hanya memakai warangka pedang yang dipegang secara menyilang dengan dua tangan.Pertarungan aneh terjadi ketika sosok serba hitam menyerang lawannya. Hal itu terjadi karena lawannya hanya menggunakan warangka pedang tanpa olah kanuragan.Namun yang lebih aneh lagi,
Betul saja apa yang dilihat oleh Sagara sebelumnya. Ada orang berpakaian serba hitam lengkap dengan topeng kayu yang dicat hitam. Persis seperti orang sebelumnya yang mencegat Sagara dan Putri Dara Murti dalam perjalanan pulang.Namun kini tampak aneh, mereka menyerang sore hari. Serta hanya dua orang saja yang datang ke Kediaman Adipati yang tidak memiliki orang dengan kedigdayaan tinggi itu.Sagara kemudian segera menuju ke pusat Kadipaten Mandalagiri untuk menyimpan kudanya. Beruntung meskipun sudah sore namun ada jasa penitipan kuda yang masih buka, sehingga dapat bergerak dengan mudah.Tujuan Sagara adalah kediaman Adipati Mandalagiri, dia yakin bahwa lelaki tua itu yang diincar. Namun ketika dia sampai di kediaman Adipati Mandalagiri, justru dicegat oleh prajurit kadipaten yang bertugas berja
"Justru karena aku bagian dari mereka, sehingga paham apa yang direncanakan. Terutama tentang tertua Istana, sepertinya dia yang punya rencana menyingkirkanmu, Randu Pandega!"."Bukankah semua ini dari Sepasang Iblis Tongkat Emas?" tanya Sagara lagi yang heran dengan ucapan Ratu Bajak Laut."Betul tentang itu, tetapi dia terlibat dengan pimpinan di Istana Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi, seperti mendukung ucapan Sang Ratu."Apa tujuannya berbuat seperti itu?""Menguasai dunia kedigdayaan, yang pertama adalah Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi."Jika begitu, berarti dia ingin merebut kekuasaan Negeri Perak juga?" tanya Sagara."Bukankah diri
"Sekarang giliran dirimu, Randu Pandega!" seru Datuk Rambut Merah. "Meskipun ini luka luar, tetapi akan kucoba menyembuhkannya," ucap guru Dara Murti."Terima kasih sebelumnya, Datuk!""Tidak usah sungkan, itu sudah kewajibanku untuk menolong orang yang sakit," tambah Datuk Rambut Merah.Pada akhirnya Sagara dan Randu Pandega sudah merasa mendingan. Kini mereka hanya butuh istirahat serta perlu meminum ramuan untuk mempercepat penyembuhan.Ketika sudah selesai, Sagara punya pertanyaan kepada Datuk Rambut Merah."Apa Datuk paham dengan Pedang milik Samurai dari Selatan ini?" tanya Sagara sambil menjelaskan kenapa senjata itu ada di tangannya."Tentu sa
Tuan Putri itu akhirnya mengambil beberapa harta, lalu memasukkan ke dalam kain hitam. Setelah itu membiarkan harta sisa yang jumlahnya masih sangat banyak."Ini kamu ambil saja, untukmu secukupnya. Sedangkan sisanya kau bagikan ke rakyat kecil yang ada di Negeri Perak ini," ucap Tuan Putri Dara Murti. Meskipun punya niat baik dia tak punya niatan untuk mengembalikan harta ke Negeri Perak.Perempuan itu paham jika rakyat Negeri Perak memang sedang kesulitan sehingga membutuhkan uluran tangan. Hal itu terjadi akibat ulah para pejabat mereka yang terkenal tamak. Pajak yang dari masyarakat kadang tidak sampai ke pusat dengan tarif yang cukup mahal."Terima kasih, saya berjanji tidak akan merampok lagi," ucap pimpinan begal tersebut."Itu terserah kau, namu
Setelah itu para begal terkejut dengan kedatangan dua orang pemuda yang kini berada di belakang si gadis. Keduanya tampak tersenyum kepada gadis yang akan ditolongnya tersebut."Kalian? Kenapa bisa ke sini?" ucap gadis berpakaian hijau corak tersebut. "Sagara, dari mana saja?" tanya gadis itu lagi yang jelas adalah orang yang dikenalnya."Simpan saja pertanyaan itu Tuan Putri, nanti kami Jawab," ucap pemuda yang tak lain Sagara yang sedang berada di samping kanan sang gadis yang ternyata adakah Tuan Putri Dara Murti."Lebih baik kita cepat selesaikan pertarungan, lalu kita pergi dari sini!" seru pemuda satunya yang tak lain Randu Pandega, dia berada di samping kiri Tuan Putri.Lalu menatap lawan dengan posisi waspada. Ketiganya saling membelakangi
“Tentu saja, aku berjanji,” ucap Randu Pandega. “Lagi pula kita bisa bekerja mengungkap tabir di Negeri Perak, kan?”Mendengar hal itu, Sagara kemudian menatap Randu Pandega ternyata tersenyum kepadanya. Tak ada salahnya jika dilakukan bersama, apalagi mereka adalah sahabat sedari kecil. Meskipun Sagara selalu menjadi korban ejekan dari Randu Pandega karena menjadi anak yang sangat lemah.“Sepakat?” tanya Sagara.“Sepakat!”Keduanya lalu bersalaman, pertanda mereka sudah baikkan. Keduanya memang saling segan sehingga timbul prasangka yang tidak baik. Kini semua sudah beres ketika keduanya berani jujur.“Aduh, aku melupakan sesuatu?” keluh Sagara yan