"Kami menyerah! Jangan bunuh kami!" ucap salah satu pimpinan dengan syal merah. "Jika Tuan bersedia melepaskan kami, maka Raja Malaka akan memberikan hadiah yang setimpal. Apalagi jika mengetahui tentang adanya Pohon Kehidupan?" ucap Pimpinan Orang-orang Berjubah dengan syal emas. Lelaki itu sadar satu-satunya cara lepas dari Bajak Laut adalah menyerah. Juga memberikan hadiah sebagai iming-iming kebebasan atas kesalahan yang telah diperbuat. "Bagaimana pendapatmu?" tanya Sagara kepada Zhang Hao yang mendekati dirinya. Jelas membuat lelaki itu terdiam, bingung apa yang harus dilakukannya mengingat sebelumnya hanya menaati perintah Ratu Bajak Laut. Meskipun sebagai seorang tangan kanan Ratu Bajak Laut, dia juga terkadang memberikan masukan. "Tidak ada salahnya untuk menerimanya, sepertinya kita kehilangan banyak anggota!" ucap Zhang Hao yang sudah tahu bahwa jangan memberitahu tentang kematian Sang Ratu Bajak Laut. Perlu beberapa orang sebagai awak tambahan dalam mengurus kapal yang
Sosok yang memakai syal emas sudah berusia dewasa, sekitar empat puluh tahunan yang memakai tanda seorang Pimpinan prajurit di kepalanya. Sedangkan yang memakai syal merah satu lagi adalah seorang pemuda yang dari wajahnya jauh lebih muda daripada Sagara. Ketiganya tampak pasrah dengan apa yang terjadi di tempat itu, Orang-orang berjubah dari Malaka betul-betul tertekan. Sadar jika mereka justru terjebak oleh Bajak Laut Bendera Darah yang kini menyandera mereka. "Tuan Putri?" keluh Lelaki yang berjubah dengan syal emas yang malah keceplosan. Jelas membuat situasi semakin berbahaya, dimana seorang Putri kini dalam bahaya besar. "Ternyata ada seorang Putri dari Malaka di balik Orang-orang Berjubah, sungguh mengejutkan!" ucap Sagara yang kini berdiri sambil membalikkan badan. Dia tampaknya menatap Mei Ling dan Zhang yang berada di belakangnya. Sepertinya dia ingin mengetahui apa yang diinginkan oleh kedua orang yang menjadi rekannya tersebut. Mei Ling tampak mengangkat bahu tanda ter
"Lelaki dengan Kaki Besi itu bernama Zhang Hao, sedangkan wanita bermata satu itu bernama Mei Ling!" Jawab Sagara yang terus berjalan meskipun pelan. "Sedangkan dirimu sendiri?""Sagara Byakta!" Mendengar ucapan itu jelas membuat semua kaget ketika mendengar nama tersebut mengingat arti nama tersebut. "Lautan yang Nyata?" ucap Panglima Mandurareja dengan bahasa Tionghoa yang membuat Zhang Hao dan Mei Ling terkejut. Baru tahu arti nama dari Sagara Byakta, mengingat mereka hanya memanggil Saga saja. Jelas nama Sagara Byakta adalah nama sansekerta sama seperti orang-orang Kerajaan Malaka, jelas Sagara bukan orang dari Han Zhou. Hal itu setidaknya dapat mengurangi ketidakpercayaan Panglima Mandurareja. Namun lamunan tentang nama asli Sagara cepat berlalu mengingat semua sudah berangkat menuju ke dalam kapal Bajak Laut Bendera Darah. ***"Apa kau yakin akan membantu mereka?" tanya Mei Ling ketika di atas kapal, Zhang Hao berdiri tak jauh dari tempat tersebut. Tuan Putri Ayu Lestari, P
Meskipun Tuan Putri Ayu Lestari, Parameswara dan Panglima Mandurareja dianggap sebagai Sekutu bukan anggota tetap. Namun sepertinya hari itu sebagai awal Kembali Raja Bajak Laut, penerus Bajak Laut Tangan Besi sekaligus Bajak Laut Bendera Darah. Dimana Bajak Laut Bendera Tengkorak telah muncul dengan tujuan berbeda dari Bajak Laut lainnya.***Kapal Bajak Laut Bendera Darah yang kini sudah dengan penampilan yang berbeda, dimana tanda pengenal kapal sudah berubah. Bendera yang awalnya hanya kain berwarna Merah Darah kini diganti dengan kain hitam dengan gambar tengkorak berbentuk tangan di tengahnya, orang yang membuat bendera itu tak lain adalah Zhang Hao. Orang yang bertanggung jawab atas hal itu adalah Sang Navigator Mei Ling dibantu oleh Tuan Putri Ayu Lestari.Sedangkan Sagara sendiri s
"Semua tentang dokumen biasanya di simpan di kamar Ratu Bajak Laut. Kita bisa melihatnya ke sana?""Baiklah, ayo kita ke sana!" ucap Sagara sambil membetot tangan dari Mata Satu untuk masuk ke ruangan Ratu Bajak Laut. Ruangan yang sebelumnya tempat mengurung Sagara ketika diserang. Meninggalkan empat orang lain yang hanya bisa melihat tanpa berani untuk mengikuti Sagara dan Mei Ling.Namun ketika masuk ke dalam ruangan, Mei Ling tampak heran dengan apa yang terjadi di dalam kamar Sang Ratu. Jelas membuat perempuan itu menatap Sagara yang mengetahui apa yang terjadi."Kenapa kau menatapku?"Mei Ling langsung kaget dengan apa yang didengarnya dari Sagara dengan apa yang terjadi. Hingga langsung menatap arah lain selain wajah dari Sagara sendiri.
Jelas membuat Mei Ling juga tersenyum melihat apa yang sebenarnya terjadi. Ada petunjuk tentang apa yang sebenarnya terjadi di Lautan luas di sekitar Pulau Kupu-kupu. Meskipun wanita itu cukup menyesal karena kejadian yang diinginkannya tidak terjadi. Perempuan itu juga tak sadar jika sebelumnya ruangan itu terkunci, namun anehnya bisa terbuka tanpa tahu yang melakukan, jelas bukan mereka berdua.***Kapal Bajak Laut Bendera Tengkorak sudah mencapai tujuan, yaitu sebuah Pulau berpenghuni. Nama Pulau itu tidak diketahui oleh seluruh awak kapal, satu yang pasti ada banyak informasi yang bisa dicari di tempat tersebut.Awak kapal memilih untuk berbagi tugas di Pulau tersebut agar orang Pulau tidak ada yang curiga dengan maksud mencari Pohon Kehidupan. Mereka harus menyamar sebagai pedagang yang mencari pembeli ba
"Apa Tuan yakin bahwa awak Kapal Bajak Laut Bendera Darah ada di tempat ini?" tanya seseorang yang berada di belakang orang dipanggil Tuan. Ternyata benar, mereka sedang mencari awak Bajak Laut karena tidak kembali ke Pelabuhan Yangshan. Mereka menyadari bahwa Feng Go dan lainnya gagal menjalankan tugas dari Panglima Jiang Yi."Aku yakin pasti mereka ada di tempat ini, terlebih ada Kapal besar mirip Bendera Darah di Pelabuhan!" ucap lelaki tinggi besar tersebut. Lelaki itu bernama Panglima Chen Xu, salah satu kaki tangan Jiang Yi."Cepat geledah mereka!"Semua langsung memberi komando untuk memeriksa semua orang yang berada di tempat tersebut. Mereka paham ciri-ciri anggota Bajak Laut Bendera Darah, pasti ada anggota tubuhnya tidak lengkap. Seperti Sagara dengan tangan jerangkong, Si mata satu Mei
“Kalian banyak bicara, terima akibatnya!” bentak Prajurit tersebut langsung menyerang Sagara yang sedang cengengesan.Pertarungan satu lawan satu tak dapat dihindari, Sagara pada akhirnya garuk-garuk kepala karena tak ingin bertarung. Namun ada orang yang menahan serangan dari Prajurit tersebut, tak membiarkan Sagara bertarung.“Aku lawanmu!” ucap Tuan Putri Ayu Lestari yang hanya diam. Berbicara bahasa Sansekerta bertarung melawan prajurit tersebut. Hingga pertarungan keduanya saling beradu pedang satu sama lain dengan keadaan berimbang.Panglima Chen Xu memilih diam dengan apa yang terjadi, sedangkan Pimpinan Prajurit masih menunggu situasi yang terjadi. Dimana seharusnya pertarungan akan bisa terjadi lebih keras jika tidak membiarkan situasi memanas.“Kenapa Aku bisa lupa tidak membawa Pedang Tengkorak?” keluh Sagara yang kesal bisa melupakan hal penting. Paham jika situasi di tempat tersebut akan ada bahaya besar sehingga membutuhkan Pedang Tengkorak dalam situas
Kening si pemuda sudah berkeringat, dia seperti diinterogasi oleh seorang hakim ketika dituduh maling ayam.Adipati Mandalagiri mengangguk-angguk kepala sambil mengelus jenggot yang tak ada. Terus berpikir apa yang sebenarnya terjadi pemuda di depannya."Kau harus bersyukur diberi kemampuan itu," ucap Adipati Mandalagiri sambil mangut-mangut.Sagara hanya bisa mengangguk, walau sebenarnya sudah tahu apa yang dibicarakan lelaki di depannya. Datuk Rambut Merah sudah menjelaskan semuanya kepadanya."Baiklah. Ayo dimakan, pasti kamu lapar," ucap Adipati Mandalagiri memutuskan untuk tidak bertanya lagi.Keduanya kemudian makan malam bersama sambil saling bercerita apa yang sebenarnya terjadi di Negeri
Sosok pertama yang menyerang Sagara terjatuh ketika kepalanya terkena pukul sarung Pedang milik Samurai dari Selatan yang belum diketahui namanya itu. Sosok serba hitam tersebut malah tak sadar diri akibat pukulan yang sangat telak.Melihat hal tersebut, sosok serba hitam yang bicara menjadi gugup. Jika kawannya ketahuan, maka dia akan dicurigai. Sehingga dia mencari cara untuk bisa membawa kawannya meloloskan diri dari Mandalagiri."Teknik Pedang Bulan? Jurus itu sudah puluhan tahun menghilang," ucap Adipati Mandalagiri mengenal jurus yang diperagakan oleh Sagara."Ada hubungan apa dia dengan Bajak Laut yang hilang puluhan tahun lalu dari Tanah Jawa itu?"Sementara itu pertarungan terus terjadi, sosok serba hitam malah kepayahan. Namun dia terpaksa men
BRUKK!Namun sebelum nyawa Adipati Mandalagiri akan melayang akibat serangan lawannya. Ada seseorang yang menolongnya dengan menggebuk sosok serba hitam menggunakan sarung pedang.Melihat siapa yang ada di depannya, sosok serba hitam itu terkejut."Kenapa dia ada disini? Bukankah seharusnya dia...?" tanya sosok tersebut dalam hatinya. Namun tak menyelesaikan ucapannya karena lawannya keburu menerima serangan. Padahal serangan tersebut hanya memakai warangka pedang yang dipegang secara menyilang dengan dua tangan.Pertarungan aneh terjadi ketika sosok serba hitam menyerang lawannya. Hal itu terjadi karena lawannya hanya menggunakan warangka pedang tanpa olah kanuragan.Namun yang lebih aneh lagi,
Betul saja apa yang dilihat oleh Sagara sebelumnya. Ada orang berpakaian serba hitam lengkap dengan topeng kayu yang dicat hitam. Persis seperti orang sebelumnya yang mencegat Sagara dan Putri Dara Murti dalam perjalanan pulang.Namun kini tampak aneh, mereka menyerang sore hari. Serta hanya dua orang saja yang datang ke Kediaman Adipati yang tidak memiliki orang dengan kedigdayaan tinggi itu.Sagara kemudian segera menuju ke pusat Kadipaten Mandalagiri untuk menyimpan kudanya. Beruntung meskipun sudah sore namun ada jasa penitipan kuda yang masih buka, sehingga dapat bergerak dengan mudah.Tujuan Sagara adalah kediaman Adipati Mandalagiri, dia yakin bahwa lelaki tua itu yang diincar. Namun ketika dia sampai di kediaman Adipati Mandalagiri, justru dicegat oleh prajurit kadipaten yang bertugas berja
"Justru karena aku bagian dari mereka, sehingga paham apa yang direncanakan. Terutama tentang tertua Istana, sepertinya dia yang punya rencana menyingkirkanmu, Randu Pandega!"."Bukankah semua ini dari Sepasang Iblis Tongkat Emas?" tanya Sagara lagi yang heran dengan ucapan Ratu Bajak Laut."Betul tentang itu, tetapi dia terlibat dengan pimpinan di Istana Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi, seperti mendukung ucapan Sang Ratu."Apa tujuannya berbuat seperti itu?""Menguasai dunia kedigdayaan, yang pertama adalah Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi."Jika begitu, berarti dia ingin merebut kekuasaan Negeri Perak juga?" tanya Sagara."Bukankah diri
"Sekarang giliran dirimu, Randu Pandega!" seru Datuk Rambut Merah. "Meskipun ini luka luar, tetapi akan kucoba menyembuhkannya," ucap guru Dara Murti."Terima kasih sebelumnya, Datuk!""Tidak usah sungkan, itu sudah kewajibanku untuk menolong orang yang sakit," tambah Datuk Rambut Merah.Pada akhirnya Sagara dan Randu Pandega sudah merasa mendingan. Kini mereka hanya butuh istirahat serta perlu meminum ramuan untuk mempercepat penyembuhan.Ketika sudah selesai, Sagara punya pertanyaan kepada Datuk Rambut Merah."Apa Datuk paham dengan Pedang milik Samurai dari Selatan ini?" tanya Sagara sambil menjelaskan kenapa senjata itu ada di tangannya."Tentu sa
Tuan Putri itu akhirnya mengambil beberapa harta, lalu memasukkan ke dalam kain hitam. Setelah itu membiarkan harta sisa yang jumlahnya masih sangat banyak."Ini kamu ambil saja, untukmu secukupnya. Sedangkan sisanya kau bagikan ke rakyat kecil yang ada di Negeri Perak ini," ucap Tuan Putri Dara Murti. Meskipun punya niat baik dia tak punya niatan untuk mengembalikan harta ke Negeri Perak.Perempuan itu paham jika rakyat Negeri Perak memang sedang kesulitan sehingga membutuhkan uluran tangan. Hal itu terjadi akibat ulah para pejabat mereka yang terkenal tamak. Pajak yang dari masyarakat kadang tidak sampai ke pusat dengan tarif yang cukup mahal."Terima kasih, saya berjanji tidak akan merampok lagi," ucap pimpinan begal tersebut."Itu terserah kau, namu
Setelah itu para begal terkejut dengan kedatangan dua orang pemuda yang kini berada di belakang si gadis. Keduanya tampak tersenyum kepada gadis yang akan ditolongnya tersebut."Kalian? Kenapa bisa ke sini?" ucap gadis berpakaian hijau corak tersebut. "Sagara, dari mana saja?" tanya gadis itu lagi yang jelas adalah orang yang dikenalnya."Simpan saja pertanyaan itu Tuan Putri, nanti kami Jawab," ucap pemuda yang tak lain Sagara yang sedang berada di samping kanan sang gadis yang ternyata adakah Tuan Putri Dara Murti."Lebih baik kita cepat selesaikan pertarungan, lalu kita pergi dari sini!" seru pemuda satunya yang tak lain Randu Pandega, dia berada di samping kiri Tuan Putri.Lalu menatap lawan dengan posisi waspada. Ketiganya saling membelakangi
“Tentu saja, aku berjanji,” ucap Randu Pandega. “Lagi pula kita bisa bekerja mengungkap tabir di Negeri Perak, kan?”Mendengar hal itu, Sagara kemudian menatap Randu Pandega ternyata tersenyum kepadanya. Tak ada salahnya jika dilakukan bersama, apalagi mereka adalah sahabat sedari kecil. Meskipun Sagara selalu menjadi korban ejekan dari Randu Pandega karena menjadi anak yang sangat lemah.“Sepakat?” tanya Sagara.“Sepakat!”Keduanya lalu bersalaman, pertanda mereka sudah baikkan. Keduanya memang saling segan sehingga timbul prasangka yang tidak baik. Kini semua sudah beres ketika keduanya berani jujur.“Aduh, aku melupakan sesuatu?” keluh Sagara yan