Namun situasi yang aneh terjadi ketika Zhang Hao justru tidak bisa memegang pedang tersebut, pedang itu seperti menjadi sangat berat. Justru jatuh seperti sebuah benda dengan massa yang besar hingga tak bisa dipegang.
Zhang Hao mencoba untuk mengangkat Pedang tengkorak sekuat tenaga. Namun hasilnya sama saja, dia seakan mengangkat beban yang sangat berat.
Namun ketika melihat situasi yang terjadi dengan Mei Ling terdesak oleh lawannya. Terlebih dia kini dibuat tak berdaya oleh Feng Go yang memegang tangannya sangat kuat, jelas membuat wanita itu sangat murka.
"Pengkhianat tak tahu diri, aku tak sudi dekat denganmu!" bentak Mei Ling dengan tatapan yang sangat tajam.
"Kau masih bisa membentak dengan situasi seperti ini. Matilah kau Wanita jahanam!" Feng Go langsung akan mengarahkan Pedang miliknya ke batok kepala dari Mei Ling.
TRANG!
Namun beruntung ada pedang lain yang menahan serangan dari Feng Go, itu tak lain adalah Zhang Hao. Lelaki itu terpaksa menggunakan pedang miliknya untuk menghadapi Feng Go. Mengingat dia tak mampu memakai Pedang Tengkorak yang sebenarnya ditujukan untuk Sagara.
Sementara itu, Sagara sendiri hanya terpaku di bawah tiang pancang dengan tatapan kosong. Sambil melihat situasi yang terjadi di kapal yang seakan porak poranda dengan kejadian penyerangan sebelumya.
"Apa yang harus aku lakukan?" keluh Sagara Byakta sambil tertunduk lesu, seakan tidak peduli dengan Zhang Hao dan Mei Ling yang berusaha keras melawan Feng Go.
Beberapa saat kemudian, Sagara kemudian menatap tubuh Ratu Bajak Laut yang terkapar di pinggir kapal. Namun jaraknya cukup jauh meskipun terlihat sangat jelas kondisi wanita itu seperti apa.
Ratu Bajak Laut sudah tak bergerak lagi dengan kepala terkulai tak berdaya, jelas itu pertanda kematian. Membuat Sagara tampak semakin bingung dengan apa yang harus dilakukannya.
"Jika kau tak menjalankan wasiat dariku, maka Aku akan bergentayangan seumur hidup!" bentak seorang Wanita yang jelas membuat Sagara kaget bukan main. Namun ketika melihat sekitar tak siapapun yang bicara, hanya pertarungan yang terjadi. Suara tanpa wujud tiba-tiba muncul di telinga Sagara, membuat pemuda itu semakin panik.
"Ratu?" keluh Sagara yang kembali menatap tubuh yang terkulai tersebut. Sadar jika dia yang diharapkan oleh Perempuan tersebut untuk membalaskan dendam kepada Feng Go.
"Baiklah!" keluh Sagara Byakta sambil menghela nafas panjang.
"Sepertinya Aku tak dapat menghindar lagi, menjadi Bajak Laut mungkin sudah digariskan kepadaku!"
Setelah bicara, Sagara langsung mengambil Pedang Tengkorak dengan gampangnya, tidak berat seperti sebelumnya. Langsung bersiap dengan membuat sebuah gerakan mengayunkan Pedang disertai sebuah energi yang sangat kuat.
BRUK!
Ada suara ambruk di sisi lain Kapal, tak lain adalah Zhang Hao dan Mei Ling yang terlempar cukup jauh. Dua orang itu tak menyangka jika Feng Go memiliki kemampuan yang sangat mengerikan. Tak bisa dibayangkan gimana kekuatan dari Panglima Angkatan Laut Jiang Yi yang merupakan atasan Feng Go.
Kedua pemuda pemudi itu hanya bisa mengeluh dengan tatapan nanar, sambil membasuh darah yang sudah membasahi tubuh mereka. Sadar jika hidup mereka berada di ujung tanduk, Bajak Laut Bendera Darah seperti akan segera berakhir.
"Feng Go, Terima pembalasan dariku!"
Feng Go, yang mendengar hal itu langsung berpaling ke arah Sagara yang sedang memegang Pedang Tengkorak. Wajahnya tampak berbeda dengan sebelumnya, matanya menyiratkan pandangan mengerikan.
"Apa kau ingin merasakan kembali serangan dariku?" bentak Feng Go yang kesal dengan apa yang terjadi. Hari sudah semakin sore sedangkan apa yang terjadi di Kapal Bajak Laut Bendera Merah belum bisa diselesaikan.
"Ayo serang aku!" ucap Sagara Byakta dengan suara yang berbeda dari sebelumnya. Suaranya berat seperti seseorang yang memiliki kedigdayaan sangat tinggi dengan pengalaman yang sangat lama.
Mendengar hal itu, Feng Go merasa diremehkan oleh lawannya hingga langsung bergerak menerjang. Namun anehnya Sagara tak bergerak sedikitpun dari gerakan sebelumnya yang mengayunkan pedang.
"Teknik Bayangan Paus Pembunuh!" bentak Sagara sambil bergerak sangat cepat seperti bayangan hitam.
BYAR!
Setelah bicara, tiba-tiba ada bayangan seekor ikan raksasa yang melompat menerjang Feng Go hingga terlempar jauh. Namun makhluk misterius itu langsung terjun kembali ke lautan tanpa berpamitan.
Lalu beberapa detik kemudian, Sagara kembali bergerak seperti bayangan dengan setengah melompat ke udara. Langsung mengarahkan Pedang Tengkorak ke arah Feng Go yang sudah terluka parah sebelumnya.
KRASS!
Kepala Feng Go langsung putus lewat serangan yang hanya berupa bayangan hitam tersebut. Secepat kilat langsung menyambar Lelaki dengan janggut panjang tersebut tak bisa mengelak sedikitpun. Jelas membuat siapapun yang melihatnya takjub sekaligus ngeri melihat apa yang sebenarnya terjadi.
"Siapa sebenarnya pemuda tangan jerangkong itu?" keluh Zhang Hao yang melihat kemampuan Sagara Byakta yang pada akhirnya terpaksa dikeluarkan. Teknik yang dipelajarinya ketika dididik seekor ikan lumba-lumba raksasa yang dikenal sebagai Paus Pembunuh. Hewan yang menjadi pelindung ayahnya ketika masih masih muda dulu.
Sedangkan Mei Ling yang juga tak menyangka apa yang terjadi karena menganggap Sagara orang yang lemah. Namun melihat apa yang terjadi kekaguman terhadap pemuda tampan tersebut semakin dalam.
Setelah selesai bertarung, Sagara pada akhirnya terduduk di moncong kapal sambil menatap lautan. Seakan lega dengan apa yang sebenarnya terjadi dengannya di Kapal Bajak Laut Bendera Darah. "Sang Ratu telah meninggal!" keluh Mei Ling yang langsung memeriksa apa yang terjadi kepada Ratu Bajak Laut. Dimana sudah tak ada lagi denyut nadi dari Perempuan paling ditakuti di Kekaisaran Han Zhou tersebut. Sambil menutup tubuh wanita yang memakai topeng tengkorak setengah wajah tersebut dengan kain yang ada. Memberikan penghormatan kepada legenda yang membuat Kekaisaran Han Zhou sampai turun tangan. Kini Ratu Bajak Laut telah gugur, namun seorang Bajak Laut lain telah lahir. Kembalinya seorang pemuda dengan potensi ilmu kedigdayaan paling mengerikan di Laut Utara."Hanya kita bertiga yang tersisa di tempat ini!" jawab Sagara sambil terus menatap lautan yang kini sudah berwarna kuning. Tanda hari semakin sore dan Kapal masing-masing terombang-ambing di tengah Lautan. "Apa yang akan kita lakuk
"Zhang Hao yang akan memimpin Kapal akan pergi ke mana!" jawab Sagara yang jelas membuat Zhang Hao semakin kesal dengan sikap dari Sagara yang merasa dipermainkan. "Kita akan kemana?" tanya Mei Ling penuh tanda tanya. Ketika mendengar Mei Ling yang bicara, Zhang Hao tidak bisa menyanggah ucapannya. Mau tak mau dia harus mengambil keputusan apa yang sekarang harus dijalani oleh mereka. Jika sikapnya seperti Sagara, harga dirinya sebagai orang paling tua jelas dipertaruhkan."Tentu saja kita harus ke Kekaisaran Han Zhou, membalas apa yang telah terjadi!" ucap Zhang Hao sambil mengepalkan tinju. "Bagaimana?""Baiklah, kita akan pergi ke sana. Zhang Hao sendiri yang memimpin dalam perjalanan ini!" ucap Sagara yang akan naik ke atas kapal yang ada di Pelabuhan kecil di Pulau tersebut. Pulau sepi itu seperti tak bernyawa, jelas ada bahaya yang mengintai di Pulau."Ada apa?" tanya Mei Ling yang heran ketika Sagara dan Zhang Hao tiba-tiba berhenti bergerak. Alangkah terkejut ketika melihat
Orang yang syok dengan kejadian tersebut bukan hanya kedua orang anggota Bajak Laut Bendera Darah tersebut. Tetapi orang-orang yang memperhatikan ketiganya hingga dihinggapi kecemasan, musuh kuat muncul dihadapannya. Bahkan orang-orang yang berlindung di balik Batu yang hancur sudah tergeletak tak bergerak lagi. Jelas membuat semua dihinggapi ketakutan bukan main dengan serangan dahsyat dari pimpinan baru Bajak Laut Bendera Darah. "Bajak Laut Bendera Darah?" keluh seorang lelaki yang ada di balik pohon, paham dengan senjata yang dipegang oleh Sagara. "Kenapa senjata itu ada pada anak muda itu?" keluh salah seorang lagi dengan nada penuh kecemasan. "Bukankah seharusnya dimiliki oleh Ratu Bajak Laut?" tambah seorang lagi. Tampak mereka menggunakan bahasa yang berbeda dengan apa yang dikatakan oleh kru Kapal Bajak Laut Bendera Darah. Mereka menggunakan Bahasa orang mandarin karena anggota Bajak Laut banyak yang berasal dari daerah Kekaisaran Han Zhou. Termasuk Sagara sendiri yang seb
Ternyata itu adalah lima orang yang tersungkur secara bersamaan oleh Sagara Byakta akibat serangan Pedang Tengkorak. Jelas membuat semua orang di depannya dibuat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Sagara. "Apa kalian akan terus menyerangku sambil bersembunyi, Orang-orang Berjubah!?" bentak Sagara yang sudah kesal dengan apa yang terjadi. Dimana orang-orang di depannya memilih bersembunyi kemudian menyerang menggunakan pisaunya. Meskipun ada juga orang yang menyerang secara langsung, namun sepertinya kalah sekali pukul. Jelas membuat mereka harus melakukan segala cara agar dapat melumpuhkan Sagara dengan segenap tenaga yang dimilikinya. Namun mereka jelas terkejut ketika Sagara Byakta menggunakan Bahasa Malaka yang merupakan bahasa mereka sendiri. Jelas membuat mereka saling pandang satu sama lain, menunggu perintah dari atasan mereka. "Kau telah datang ke Pulau Kupu-kupu, pertanda jika kalian berniat tidak baik!" ucap salah seorang lelaki yang memakai jubah berwarna coklat ge
"Kami menyerah! Jangan bunuh kami!" ucap salah satu pimpinan dengan syal merah. "Jika Tuan bersedia melepaskan kami, maka Raja Malaka akan memberikan hadiah yang setimpal. Apalagi jika mengetahui tentang adanya Pohon Kehidupan?" ucap Pimpinan Orang-orang Berjubah dengan syal emas. Lelaki itu sadar satu-satunya cara lepas dari Bajak Laut adalah menyerah. Juga memberikan hadiah sebagai iming-iming kebebasan atas kesalahan yang telah diperbuat. "Bagaimana pendapatmu?" tanya Sagara kepada Zhang Hao yang mendekati dirinya. Jelas membuat lelaki itu terdiam, bingung apa yang harus dilakukannya mengingat sebelumnya hanya menaati perintah Ratu Bajak Laut. Meskipun sebagai seorang tangan kanan Ratu Bajak Laut, dia juga terkadang memberikan masukan. "Tidak ada salahnya untuk menerimanya, sepertinya kita kehilangan banyak anggota!" ucap Zhang Hao yang sudah tahu bahwa jangan memberitahu tentang kematian Sang Ratu Bajak Laut. Perlu beberapa orang sebagai awak tambahan dalam mengurus kapal yang
Sosok yang memakai syal emas sudah berusia dewasa, sekitar empat puluh tahunan yang memakai tanda seorang Pimpinan prajurit di kepalanya. Sedangkan yang memakai syal merah satu lagi adalah seorang pemuda yang dari wajahnya jauh lebih muda daripada Sagara. Ketiganya tampak pasrah dengan apa yang terjadi di tempat itu, Orang-orang berjubah dari Malaka betul-betul tertekan. Sadar jika mereka justru terjebak oleh Bajak Laut Bendera Darah yang kini menyandera mereka. "Tuan Putri?" keluh Lelaki yang berjubah dengan syal emas yang malah keceplosan. Jelas membuat situasi semakin berbahaya, dimana seorang Putri kini dalam bahaya besar. "Ternyata ada seorang Putri dari Malaka di balik Orang-orang Berjubah, sungguh mengejutkan!" ucap Sagara yang kini berdiri sambil membalikkan badan. Dia tampaknya menatap Mei Ling dan Zhang yang berada di belakangnya. Sepertinya dia ingin mengetahui apa yang diinginkan oleh kedua orang yang menjadi rekannya tersebut. Mei Ling tampak mengangkat bahu tanda ter
"Lelaki dengan Kaki Besi itu bernama Zhang Hao, sedangkan wanita bermata satu itu bernama Mei Ling!" Jawab Sagara yang terus berjalan meskipun pelan. "Sedangkan dirimu sendiri?""Sagara Byakta!" Mendengar ucapan itu jelas membuat semua kaget ketika mendengar nama tersebut mengingat arti nama tersebut. "Lautan yang Nyata?" ucap Panglima Mandurareja dengan bahasa Tionghoa yang membuat Zhang Hao dan Mei Ling terkejut. Baru tahu arti nama dari Sagara Byakta, mengingat mereka hanya memanggil Saga saja. Jelas nama Sagara Byakta adalah nama sansekerta sama seperti orang-orang Kerajaan Malaka, jelas Sagara bukan orang dari Han Zhou. Hal itu setidaknya dapat mengurangi ketidakpercayaan Panglima Mandurareja. Namun lamunan tentang nama asli Sagara cepat berlalu mengingat semua sudah berangkat menuju ke dalam kapal Bajak Laut Bendera Darah. ***"Apa kau yakin akan membantu mereka?" tanya Mei Ling ketika di atas kapal, Zhang Hao berdiri tak jauh dari tempat tersebut. Tuan Putri Ayu Lestari, P
Meskipun Tuan Putri Ayu Lestari, Parameswara dan Panglima Mandurareja dianggap sebagai Sekutu bukan anggota tetap. Namun sepertinya hari itu sebagai awal Kembali Raja Bajak Laut, penerus Bajak Laut Tangan Besi sekaligus Bajak Laut Bendera Darah. Dimana Bajak Laut Bendera Tengkorak telah muncul dengan tujuan berbeda dari Bajak Laut lainnya.***Kapal Bajak Laut Bendera Darah yang kini sudah dengan penampilan yang berbeda, dimana tanda pengenal kapal sudah berubah. Bendera yang awalnya hanya kain berwarna Merah Darah kini diganti dengan kain hitam dengan gambar tengkorak berbentuk tangan di tengahnya, orang yang membuat bendera itu tak lain adalah Zhang Hao. Orang yang bertanggung jawab atas hal itu adalah Sang Navigator Mei Ling dibantu oleh Tuan Putri Ayu Lestari.Sedangkan Sagara sendiri s
Kening si pemuda sudah berkeringat, dia seperti diinterogasi oleh seorang hakim ketika dituduh maling ayam.Adipati Mandalagiri mengangguk-angguk kepala sambil mengelus jenggot yang tak ada. Terus berpikir apa yang sebenarnya terjadi pemuda di depannya."Kau harus bersyukur diberi kemampuan itu," ucap Adipati Mandalagiri sambil mangut-mangut.Sagara hanya bisa mengangguk, walau sebenarnya sudah tahu apa yang dibicarakan lelaki di depannya. Datuk Rambut Merah sudah menjelaskan semuanya kepadanya."Baiklah. Ayo dimakan, pasti kamu lapar," ucap Adipati Mandalagiri memutuskan untuk tidak bertanya lagi.Keduanya kemudian makan malam bersama sambil saling bercerita apa yang sebenarnya terjadi di Negeri
Sosok pertama yang menyerang Sagara terjatuh ketika kepalanya terkena pukul sarung Pedang milik Samurai dari Selatan yang belum diketahui namanya itu. Sosok serba hitam tersebut malah tak sadar diri akibat pukulan yang sangat telak.Melihat hal tersebut, sosok serba hitam yang bicara menjadi gugup. Jika kawannya ketahuan, maka dia akan dicurigai. Sehingga dia mencari cara untuk bisa membawa kawannya meloloskan diri dari Mandalagiri."Teknik Pedang Bulan? Jurus itu sudah puluhan tahun menghilang," ucap Adipati Mandalagiri mengenal jurus yang diperagakan oleh Sagara."Ada hubungan apa dia dengan Bajak Laut yang hilang puluhan tahun lalu dari Tanah Jawa itu?"Sementara itu pertarungan terus terjadi, sosok serba hitam malah kepayahan. Namun dia terpaksa men
BRUKK!Namun sebelum nyawa Adipati Mandalagiri akan melayang akibat serangan lawannya. Ada seseorang yang menolongnya dengan menggebuk sosok serba hitam menggunakan sarung pedang.Melihat siapa yang ada di depannya, sosok serba hitam itu terkejut."Kenapa dia ada disini? Bukankah seharusnya dia...?" tanya sosok tersebut dalam hatinya. Namun tak menyelesaikan ucapannya karena lawannya keburu menerima serangan. Padahal serangan tersebut hanya memakai warangka pedang yang dipegang secara menyilang dengan dua tangan.Pertarungan aneh terjadi ketika sosok serba hitam menyerang lawannya. Hal itu terjadi karena lawannya hanya menggunakan warangka pedang tanpa olah kanuragan.Namun yang lebih aneh lagi,
Betul saja apa yang dilihat oleh Sagara sebelumnya. Ada orang berpakaian serba hitam lengkap dengan topeng kayu yang dicat hitam. Persis seperti orang sebelumnya yang mencegat Sagara dan Putri Dara Murti dalam perjalanan pulang.Namun kini tampak aneh, mereka menyerang sore hari. Serta hanya dua orang saja yang datang ke Kediaman Adipati yang tidak memiliki orang dengan kedigdayaan tinggi itu.Sagara kemudian segera menuju ke pusat Kadipaten Mandalagiri untuk menyimpan kudanya. Beruntung meskipun sudah sore namun ada jasa penitipan kuda yang masih buka, sehingga dapat bergerak dengan mudah.Tujuan Sagara adalah kediaman Adipati Mandalagiri, dia yakin bahwa lelaki tua itu yang diincar. Namun ketika dia sampai di kediaman Adipati Mandalagiri, justru dicegat oleh prajurit kadipaten yang bertugas berja
"Justru karena aku bagian dari mereka, sehingga paham apa yang direncanakan. Terutama tentang tertua Istana, sepertinya dia yang punya rencana menyingkirkanmu, Randu Pandega!"."Bukankah semua ini dari Sepasang Iblis Tongkat Emas?" tanya Sagara lagi yang heran dengan ucapan Ratu Bajak Laut."Betul tentang itu, tetapi dia terlibat dengan pimpinan di Istana Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi, seperti mendukung ucapan Sang Ratu."Apa tujuannya berbuat seperti itu?""Menguasai dunia kedigdayaan, yang pertama adalah Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi."Jika begitu, berarti dia ingin merebut kekuasaan Negeri Perak juga?" tanya Sagara."Bukankah diri
"Sekarang giliran dirimu, Randu Pandega!" seru Datuk Rambut Merah. "Meskipun ini luka luar, tetapi akan kucoba menyembuhkannya," ucap guru Dara Murti."Terima kasih sebelumnya, Datuk!""Tidak usah sungkan, itu sudah kewajibanku untuk menolong orang yang sakit," tambah Datuk Rambut Merah.Pada akhirnya Sagara dan Randu Pandega sudah merasa mendingan. Kini mereka hanya butuh istirahat serta perlu meminum ramuan untuk mempercepat penyembuhan.Ketika sudah selesai, Sagara punya pertanyaan kepada Datuk Rambut Merah."Apa Datuk paham dengan Pedang milik Samurai dari Selatan ini?" tanya Sagara sambil menjelaskan kenapa senjata itu ada di tangannya."Tentu sa
Tuan Putri itu akhirnya mengambil beberapa harta, lalu memasukkan ke dalam kain hitam. Setelah itu membiarkan harta sisa yang jumlahnya masih sangat banyak."Ini kamu ambil saja, untukmu secukupnya. Sedangkan sisanya kau bagikan ke rakyat kecil yang ada di Negeri Perak ini," ucap Tuan Putri Dara Murti. Meskipun punya niat baik dia tak punya niatan untuk mengembalikan harta ke Negeri Perak.Perempuan itu paham jika rakyat Negeri Perak memang sedang kesulitan sehingga membutuhkan uluran tangan. Hal itu terjadi akibat ulah para pejabat mereka yang terkenal tamak. Pajak yang dari masyarakat kadang tidak sampai ke pusat dengan tarif yang cukup mahal."Terima kasih, saya berjanji tidak akan merampok lagi," ucap pimpinan begal tersebut."Itu terserah kau, namu
Setelah itu para begal terkejut dengan kedatangan dua orang pemuda yang kini berada di belakang si gadis. Keduanya tampak tersenyum kepada gadis yang akan ditolongnya tersebut."Kalian? Kenapa bisa ke sini?" ucap gadis berpakaian hijau corak tersebut. "Sagara, dari mana saja?" tanya gadis itu lagi yang jelas adalah orang yang dikenalnya."Simpan saja pertanyaan itu Tuan Putri, nanti kami Jawab," ucap pemuda yang tak lain Sagara yang sedang berada di samping kanan sang gadis yang ternyata adakah Tuan Putri Dara Murti."Lebih baik kita cepat selesaikan pertarungan, lalu kita pergi dari sini!" seru pemuda satunya yang tak lain Randu Pandega, dia berada di samping kiri Tuan Putri.Lalu menatap lawan dengan posisi waspada. Ketiganya saling membelakangi
“Tentu saja, aku berjanji,” ucap Randu Pandega. “Lagi pula kita bisa bekerja mengungkap tabir di Negeri Perak, kan?”Mendengar hal itu, Sagara kemudian menatap Randu Pandega ternyata tersenyum kepadanya. Tak ada salahnya jika dilakukan bersama, apalagi mereka adalah sahabat sedari kecil. Meskipun Sagara selalu menjadi korban ejekan dari Randu Pandega karena menjadi anak yang sangat lemah.“Sepakat?” tanya Sagara.“Sepakat!”Keduanya lalu bersalaman, pertanda mereka sudah baikkan. Keduanya memang saling segan sehingga timbul prasangka yang tidak baik. Kini semua sudah beres ketika keduanya berani jujur.“Aduh, aku melupakan sesuatu?” keluh Sagara yan