Share

KEMBALINYA ISTRI  YANG TERBUANG
KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG
Penulis: Reinee

PART 1

Penulis: Reinee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Pak Adjie, ini sekretaris baru Anda, Nona Livia. Dia ini rekomendasi dari Pak Bondan, sahabat Anda, Pak" jelas Pak Wisnu, memperkenalkanku pada Adjie Suseno Dipo Atmojo, direktur utama Signara Saint Group. 

 

Aku sedikit membungkuk untuk memberi hormat pada atasan baruku itu, yang juga adalah suamiku sendiri, dan menurut dugaanku ikut andil dalam upaya menyingkirkanku waktu itu. Entahlah, meskipun aku belum terlalu yakin, tapi untuk tujuan itulah aku datang ke tempat ini dengan identitas yang berbeda. Yaitu untuk mencari kebenaran dan merebut kembali apa yang menjadi milikku.

 

Sejenak kulihat mata tajam itu memicing ke arahku, memperhatikanku dari ujung rambut sampai kaki. Kurasakan kakiku sedikit gemetar saat tiba tiba muncul kekhawatiran, jangan jangan dia mengenaliku?

 

"Oke, Good! Dia bisa mulai bekerja hari ini. Tunjukkan ruangannya, Pak Wisnu," katanya kemudian. 

 

Ah, syukurlah. Sepertinya dia tidak mengenaliku. Dokter Okan benar, aku memang tidak boleh gugup dan harus lebih percaya diri untuk menunjang penampilanku yang sudah sangat sempurna ini. 

.

.

.

"Ini ruangan Anda, Nona Livia," ucap Pak Wisnu, kepala HRD itu, saat tiba di meja kerjaku. Dulu dia lumayan akrab denganku, saat aku sering datang ke kantor ini mengantarkan makan siang untuk suamiku, kami sering saling sapa. Tapi sepertinya, dalam jarak sedekat ini pun, dia sudah tidak bisa mengenaliku lagi.

 

"Terima kasih, Pak." jawabku dengan sikap seprofesional mungkin. Dan itu memang tidak terlalu sulit. Karena sebelum menikah dengan Mas Adjie, aku sudah terbiasa bekerja di kantor ini membantu papaku, sebelum akhirnya perusahaan diserahkan pada suamiku oleh almarhum papa waktu itu, saat  kelahiran anakku, Joe. 

 

Setelah menjelaskan padaku tugas-tugasku di kantor itu, bagaimana aku harus selalu siap kapanpun sang direktur memanggil dan membutuhkan, termasuk saat dia menginginkan untuk ditemani bertemu klien pada malam hari. 

 

Oh, pantas saja. Jadi rupanya seperti ini kerjaan Mas Adjie selama ini. Membawa-bawa sekretarisnya kemanapun dia pergi tak kenal waktu. Mustahil jika sampai tak terjadi affair dengan para sekretaris-sekretarisnya yang cantik dahulu. 

 

Mungkin, itu juga yang terjadi pada sekretarisnya yang satu itu, Afika Kusuma Dewi, yang akhirnya bisa menduduki posisiku sebagai istri Mas Adjie setelah berhasil menyingkirkanku dengan caranya yang luar biasa licik. 

 

Saat Pak Wisnu menyelesaikan tugasnya dan meninggalkanku, telepon internal di meja kerjaku mendadak berdering. Sedikit ragu aku mengangkatnya.

 

"Dengan sekretaris pribadi Direktur Signara Saint Group, Ada yang bisa Saya bantu?" sapaku.

 

Sejenak tak ada suara dari seberang. Lalu tak lama kemudian terdengar suara yang sudah sangat aku kenal itu.

 

"Nona Livia, tolong ke ruangan saya sebentar," kata suara itu dengan nada sangat berwibawa.

 

Seandainya saja aku bukan sekretaris gadungan saat ini, mungkin jantungku sudah berdebar-debar tak karuan menerima panggilan dari suara seksi dan maskulin di seberang sana itu. 

 

Mas Adjie memang sosok lelaki yang mempesona, hingga membuat siapapun akan rela bertekuk lutut di hadapannya. Apalagi ditunjang dengan jabatan direktur yang disandangnya itu. Siapa wanita yang tak akan rela melakukan apa saja untuk mendapatkannya?

.

.

.

Dengan langkah pasti, kumasuki kembali ruang kerja suamiku. Dan kali ini aku benar-benar melakukannya sangat percaya diri. 

 

"Bapak memanggil saya?" tanyaku saat telah berada di dalam ruangannya, setelah sebelumnya mengetuk pintu ruangannya tiga kali.

 

Dia yang sedang berkutat dengan berkas di mejanya pun menoleh. Dan lagi lagi, mengamatiku dari atas sampai bawah dengan mata tajamnya. Bahkan kali ini sedikit lebih berani daripada saat ada Pak Wisnu bersama kami tadi. Nampaknya lelaki di depanku ini sudah mulai masuk dalam perangkapku sekarang. Dalam hati, aku tersenyum senang.

 

"Pak," panggilku kemudian karena Mas Adjie masih hanya terdiam saja menatapku dari kursi kebesarannya.

 

"Eh, iya. Silahkan duduk, Nona ... Livia," katanya sedikit gugup. Mungkin karena aku memergokinya sedang mengamatiku tadi.

 

Menuruti perintahnya, aku pun mendudukkan diri dengan anggun di depannya.

 

"Apa yang bisa saya kerjakan, Pak?" tanyaku lagi.

 

"Duduk saja dulu. Aku ingin Kamu temani aku di sini sebentar," katanya.

 

Wow, ternyata ada lagi pekerjaan lain suamiku yang baru kutahu. Menyuruh sekretarisnya untuk duduk saja menemaninya di ruang kerja. Hebat, Mas! Selama bertahun-tahun menjadi istrimu, aku baru tahu semua kebiasaan-kebiasaanmu yang ternyata seperti ini saat sedang di kantor.

 

Beberapa menit dia hanya membiarkanku duduk diam menungguinya sibuk dengan laptop di depannya, sambil dia sesekali menanyai hal yang bersifat lebih pribadi padaku. Apakah aku sudah menikah? Apa aku punya pacar? Bagaimana keluargaku? Dimana kuliahku dulu? Dan hal-hal yang sama sekali tak berhubungan dengan pekerjaan. 

 

Meskipun semua itu membuatku jengah, tapi memang inilah tujuanku sebenarnya. Membuatnya tertarik dan akhirnya jatuh hati padaku. Sehingga dengan mudah aku mengendalikannya.

.

.

.

Tak lama berselang, tiba-tiba pintu ruangannya dibuka oleh seseorang dari luar. Lalu seorang wanita berjalan dengan anggunnya ke dalam ruangan. Aku sedikit kaget, namun tentu saja aku masih ingat siapa dia. Aku takkan pernah lupa dengan wajah culas itu, yang telah membuat hidupku menjadi seperti ini sekarang. Berpisah dari suami dan anakku, kehilangan harta keluargaku, dan jauh dari orang-orang yang mengenaliku. 

 

Dialah Afika, sekretaris yang berhasil merebut suamiku dengan caranya yang kejam, yaitu membunuh dan membuangku. 

 

Melihat kedatangan istri direktur, aku segera bangkit dan membungkuk hormat. Sekilas Afika melirikku, nampak sekali raut tidak suka di wajahnya. Mungkin dia takut aku akan melakukan hal sama yang pernah dia lakukan pada istri sah direktur pada waktu itu. 

 

Tapi tunggu, Afika ternyata datang ke kantor ini tidak sendirian. Semenit setelah dia masuk, tiba tiba seorang bocah laki-laki berusia 6 tahun masuk dengan setengah berlari.

 

"Papa!" teriaknya memanggil Mas Adjie dan segera saja menghambur ke kursi kerjanya. 

 

Anak itu adalah Joe, putra kami.

 

"Kamu sama Mama dari mana, Sayang. Tumben mengunjungi Papa di kantor?" tanya Mas Adjie terlihat senang melihat putranya datang.

 

"Tante Fika ngajakin belanja baju, Pah," kata anak itu dengan gaya yang khas.

 

"Hei, kenapa selalu panggil "Tante Fika"? Panggil mama dong, Sayang," protes Mas Adjie. 

 

"Tante Fika kan bukan mamaku, Pah," kata anak itu, hampir membuatku berkaca-kaca. 

 

Jika saja saat ini aku tidak sedang dalam sandiwara, ingin rasanya kupeluk Joe dan mengungkapkan kerinduanku padanya. Tapi tidak, aku harus bertahan sesakit apapun, demi tujuanku. 

 

"Oya Livia. Kenalkan, ini istri tercintaku, Afika," kata Mas Adjie kemudian, memperkenalkan istri yang belum genap setahun dinikahinya itu.

 

Aku pun segera mengulurkan tangan ke Afika.

 

"Selamat siang, Bu. Saya Livia, sekretaris Pak Adjie," kataku memperkenalkan diri. Afika menerima jabat tanganku dengan acuh. 

 

"Dan ini putra kami, Joe. Joe, ini Tante Livia, dia bekerja di sini untuk papa," kata Mas Adjie memperkenalkan aku pada Joe.

 

Tak disangka, Joe justru berjalan mendekatiku. Jantungku berdetak makin keras saat dia mengulurkan tangan mungilnya padaku. 

 

Tubuhnya yang lebih pendek membuatku harus membungkuk untuk menerima uluran tangan itu. 

 

"Ganteng sekali. Namanya siapa, Sayang?" tanyaku basa-basi. Susah payah menahan air mataku agar tak jatuh.

 

Joe nampak tak menyahut. Dia justru memandang wajahku dengan lekat. Lalu aku kaget saat tiba-tiba dia menyentuh pipiku dengan tangan kirinya.

 

"Mama," katanya tiba tiba. Seketika jantungku seperti berhenti berdetak. Anakku mengenaliku? Bagaimana ini? Padahal ini baru permulaanku melancarkan aksiku. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang? 

 

Bab terkait

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 2

    "Mama," katanya tiba tiba. Seketika jantungku seperti berhenti berdetak. Anakku mengenaliku? Bagaimana ini? Padahal ini baru permulaanku melancarkan aksiku. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang?...Suasana mendadak tegang. Dibalik meja kerjanya kulihat Mas Adjie memperhatikanku tak berkedip, sementara wanita licik di sebelahnya mengerutkan dahinya, menatap bergantian ke arahku dan Mas Adjie.Sejenak kupejamkan mata untuk menata hatiku. Kutahan untuk tak menghela nafas berat agar tak terlihat gurat frustasi di wajahku. Senyum tetap kupasang dengan sempurna."Tante mirip sama Mamanya Joe ya?" tanyaku sedikit berani sambil balik mengusap pipi halusnya. "Terima kasih ya, Sayang, pujiannya untuk Tante. Tapi kan ... Mama Joe jauuuh lebih cantik dari Tante. Itu!" Aku membalikkan badan bocah kecil itu menghadap ke arah Afika. "Cantik kan Mamanya Joe?" k

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 3

    Sepulang dari kantor, aku langsung menuju ke rumah Mas Bondan. Dia adalah sahabat suamiku. Tapi entah kenapa, justru dia lah yang waktu itu menyelamatkanku dari kecelakaan yang telah direncanakan oleh Afika dan Mas Adjie itu.Turun dari taksi online, aku bergegas masuk ke dalam rumah seperti biasa. Aku tak perlu khawatir jika ada orang yang melihatku di rumah ini, bahkan jika itu Mas Adjie sekalipun. Karena setahu orang-orang di kompleks ini, aku adalah saudara jauh Mas Bondan yang datang dari luar kota.Saat mobilku disabotase waktu itu dan aku mengalami kecelakaan dalam perjalananku menuju tempat Mas Adjie mengajakku untuk bertemu, Mas Bondan yang pernah secara tidak sengaja mendengar percakapan rahasia antara suamiku dan Afika pun ternyata membuntutiku.Tepat saat mobilku hilang kendali di jalanan pegunungan lalu jatuh ke jurang hingga membuatku terluka parah, Mas Bondan yang tela

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 4

    Aku sudah tidak heran ketika mobil yang dikendarai Mas Adjie ternyata berhenti di depan sebuah hotel. Seorang petugas valet segera menyambut kami dan menggantikan posisi Mas Adjie yang segera turun, lalu mengulurkan tangannya ke arahku yang juga sudah keluar dari mobil beberapa saat sebelumnya."Kita ketemu klien di sini, Pak?" tanyaku basa-basi."Iya, Livia. Aku sudah siapkan ruangan untuk meeting kita. Ayo!" ajaknya kemudian. Lalu kami pun beriringan menuju lobby hotel.Saat aku dan Mas Adjie sampai di depan counter receptionist, seorang petugas cantik segera menyambut suamiku dengan ramah. Dan ternyata benar, Mas Adjie segera menerima kartu akses yang disodorkan petugas itu padanya.Tak berapa lama kemudian, kami pun telah berada di sebuah ruangan kamar presiden suite di hotel tersebut. Aku sedikit ragu ketika tadinya Mas Adjie membuka kamar dan

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 5

    "Mas Bondan?"Lelaki bertubuh atletis di depanku itu tersenyum sedikit aneh."Kamu di sini rupanya, Liv?" tanyanya seperti sedang berpura-pura, karena kulihat kedua matanya seperti mengisyaratkan sesuatu padaku. "Apa memangnya yang dilakukan bos kamu tengah malam gini di kamar hotel?" tanyanya lagi sambil terkekeh pelan dan berjalan memasuki ruangan."Jangan bikin gosip. Kemarilah, Dan!" ujar Mas Adjie dari sofanya. Perlahan akupun menutup pintu kamar dan bergabung bersama mereka."Kupikir penyakitmu udah sembuh, Ji. Ternyata belum." Mas Bondan nampak kembali terkekeh. Kini lebih keras."Ngomong apa sih kamu?" Wajah Mas Adjie kulihat bersemu merah. Aku tahu kelakar apa yang sedang diucapkan Mas Bondan itu. Dia pasti sedang menyindir Mas Adjie karena ternyata sampai sekarang masih saja bermain-main dengan para sekretaris di bel

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 6 (AUTHOR'S P.O.V)

    "Kok baru pulang sih jam segini, Pa?" Afika menyambut suaminya dengan wajah cemberut di pintu kamar tamu. Hampir semalaman dia tidak bisa tidur menunggu suaminya itu pulang. "Kan sudah kubilang aku lagi sama Bondan bahas proyek baru, Ma." "Iya, tapi apa nggak bisa siang aja. Kenapa mesti malem-malem gini sih meeting? Sampai hampir pagi." Afika makin cemberut. "Jangan curigaan terus dong, Sayang. Aku jadi nggak nyaman kerja kalau terus dicurigai seperti ini." Adjie mulai protes. Kebiasaan Afika jika dia pulang telat memang seperti itu, curiga dan selalu mengomel. "Bukan sama sekretaris baru kamu itu kan?" sindir Afika. "Siapa? Livia?" "Nggak tau lah siapa namanya itu." Afika melengos. Lalu mengikuti suaminya berjalan menuju kamar mereka.

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 7 (AUTHOR'S P.O.V)

    Lega akhirnya ketika Ana berhasil mengembalikan kembali rekaman CCTV kantor itu ke tempat penyimpanannya. Dengan langkah pasti wanita itu pun kembali ke ruangannya.Beberapa staf yang menempati satu ruangan dengannya nampak menyapanya ramah saat dia datang. Itu pemandangan yang sudah biasa di kantor itu. Sekretaris pribadi direktur, apalagi dengan status masih single dan memiliki paras cantik akan jadi sasaran karyawan lain untuk berlomba mendekati. Dekat dengan sekretaris kesayangan bos, artinya punya akses lebih ke atasan mereka. Setidaknya mereka bisa mengandalkannya untuk menyampaikan segala keinginan lewat wanita kesayangan itu.Tapi ini baru hari kedua Ana memulai pekerjaannya. Sepertinya masih terlalu dini bagi mereka untuk mengatakan bahwa dia akan menjadi kesayangan seperti desas-desus yang beredar."Livia, pulang kerja kita mau hangout di White Park Cafe. Kamu mau gab

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 8 (AUTHOR'S P.O.V)

    Afika memasuki ruang kerja Bondan dengan langkah cepat. Bahkan sekretaris lelaki itu pun dengan sangat tak enak hati harus mengejarnya sampai ke depan meja kerja atasannya.Bondan yang sedang sibuk dengan layar laptop di depannya terlihat begitu kaget melihat kedatangan Afika. Dengan refleks di tutupnya benda pipih di depannya seolah takut sesuatu akan diketahui oleh wanita cantik istri dari sahabatnya itu."Maaf, Pak Bondan. Saya sudah mencegah ibu ini masuk, tapi dia memaksa," kata sang sekretaris dengan rasa bersalahnya."It's okay. Kamu boleh kembali," ucap Bondan tenang. Andai saja dia tidak ingin membuat Afika tidak bertambah curiga dengan sikap paniknya atas kehadirannya, mungkin Bondan akan benar-benar sangat marah dengan sekretaris cantiknya itu."Silakan duduk, Afika. Ada apa? Tumben?" kata lelaki itu mempersilakan istri sahabatnya saat di

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 9 (AUTHOR'S P.O.V)

    Malam sudah kian larut saat Livia memasuki ruang apartemennya. Tubuhnya lelah, tapi ketiga teman barunya tadi lumayan menghiburnya. Mereka tidak begitu buruk, mungkin hanya sedikit kekanakan. Livia yakin diantara ketiganya belum ada yang pernah mengalami nasib tragis seperti yang dialaminya. Hidup mereka terlihat sangat baik-baik saja.Sejenak bersama ketiganya tadi, nyaris membuat Livia lupa bahwa dia memiliki tujuan berada di tempat ini. Dia tidak sedang bekerja untuk sekedar bertahan hidup atau hanya mencari pengalaman seperti apa yang dilakukan oleh teman-temannya. Bahkan hidup dan matinya sekarang dipertaruhkan di sini. Di perusahaan yang dulunya merupakan peninggalan orang tuanya untuknya, namun dengan mudahnya sekarang beralih ke tangan orang lain.Di bawah guyuran air hangat dari shower di kamar mandinya, Livia bisa sedikit rileks. Selepas mandi dia masih punya waktu beberapa jam untuk beristirahat, sebelum ke

Bab terbaru

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 25

    Aku baru saja turun dari mobil yang membawaku pulang malam itu. Seperti biasa, sopir pribadiku, pak Hilman, langsung kusuruh membawa mobil itu pulang ke rumahnya."Besok jangan lupa ke sini pagi-pagi ya, Pak. Saya ada meeting lebih awal," ujarku mengingatkannya. Lelaki paruh baya itu pun mengangguk paham."Baik, Bu Ana. Siap," katanya patuh.Hari ini adalah tepat satu tahun setelah putusan hukuman 18 tahun penjara untuk mas Adjie dan Afika. Sebulan setelah sidang keputusan itu, mas Bondan pun seperti hilang ditelan bumi.Terakhir kami bertemu saat Joe berulang berulang tahun ke 7. Waktu itu dia datang dengan setelan celana abu dan kemeja linen warna putih yang membuatnya terlihat begitu gagah. Dia menghadiahi Joe sebuah jam tangan branded dengan harga fantastis.Berbulan-bulan kemudian Joe bahkan tak pernah m

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 24

    Beberapa hari setelah penangkapan mas Adjie dan Afika, mas Bondan membuktikan janjinya. Dia datang ke apartemen siang itu menemuiku dan anakku dengan membawa banyak kabar baik, tentang perusahaan dan juga tentang kabar terbaru kasus mas Adjie dan Afika."Aku sudah menunjuk pengacara untuk mengurus pemindahtanganan kekayaanmu dari suamimu, An. Juga masalah perceraian kalian.""Perceraian?" Aku mengerutkam dahi mendengar kata perceraian. Aku ingat, sebagai istri mas Adjie, statusku memang bukan janda, tapi meninggal."Iya, karena identitas kamu nantinya akan kembali ke identitasmu yang dulu. Bagaimanapun kamu tetap masih istri dari Adjie. Surat kematianmu waktu itu juga akan dihapuskan. Tapi kamu tenang saja, semua sudah ada yang mengurusnya. Aku sudah menunjuk beberapa orang untuk mengurus semuanya.""Terima kasih, Mas. Maaf aku selalu merepotkanmu."

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 23 (AUTHOR'S P.O.V)

    "Bu, Pak Adjie dan Bu Afika dibawa polisi," suara wanita di seberang sana dengan nada tergesa. Bondan yang menerima panggilan telepon itu pun menghela nafas lega."Ini aku, Bondan. Sebentar lagi aku dan Ana akan ke sana, Bi," kata lelaki itu pada wanita di seberang telepon."Oh Pak Bondan, maaf pak saya kira bu Ana, eh maksud saya bu Livia," wanita itu mendadak gugup saat menyadari salah menyebutkan nama.Bondan pun terkekeh kecil mendengarnya."It's okay. Nggak apa-apa, Bi. Ana atau Livia sama saja," kata lelaki itu, masih dengan kekehannya yang khas."Jadi pak Bondan juga sudah tau kalau bu Livia itu ..." Murni tak segera melanjutkan kalimatnya."Tentu saja aku tau. Ya sudah, tunggu ya, kami segera datang.""Baik, terima kasih, Pak." 

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 22 (AUTHOR'S P.O.V)

    "Semua bukti sudah lengkap, Pak Bondan. Para tersangka juga sudah mengakui siapa dalang dibalik semua ini. Kita akan segera limpahkan ke pengadilan setelah kita memeriksa Pak Adjie dan Istrinya."Itu kalimat terakhir yang terus terngiang di telinga Livia. Bahkan sampai dia kembali ke apartemen lagi setelah menyelesaikan semua urusannya di kantor polisi.Merebahkan tubuh lelahnya di sofa usai menyelesaikan rutinitas mandi malamnya, Livia dikejutkan dengan ketukan di pintu apartemen. Dengan gerakan refleks, wanita itu bangkit dengan kewaspadaan tinggi. Nampaknya rasa takutnya dengan peristiwa yang baru saja dialaminya bersama bondan beberapa jam yang lalu masih begitu membekas dalam dirinya.Masih dengan sikap waspada, Livia mendekat ke arah pintu, mengintip sebentar dari layar kamera, dan segera bernafas lega saat dilihatnya wajah lelaki yang sangat dikenalnya itu ternyata yang

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 21 (AUTHOR'S P.O.V)

    Entah kenapa Livia merasa dirinya sedang diawasi malam itu. Di pusat perbelanjaan dimana dia berencana membeli beberapa potong pakaian, sedari tadi gerakannya terlihat tidak tenang. Ada beberapa orang yang seperti mengikutinya terus kemana pun dia melangkah.Berhenti sejenak di salah satu stand pakaian dalam, diliriknya arloji mungil di pergelangan tangannya. Tepat jam 9 malam. Dia menarik nafas sebentar sebelum akhirnya memutuskan untuk menghubungi seseorang di ponselnya."Mas Bondan dimana?" ucapnya lirih di telepon."Ada apa?" Suara berat Bondan dari seberang nampak sedikit khawatir."Bisa jemput aku di mall nggak? Aku agak takut, kayak ada yang ngikutin aku dari tadi, Mas," ucapnya lirih sambil menutup mulutnya yang menempel di ponselnya."Oke, kalau gitu kamu tetap di dalam mall saja, An. Jangan keluar dulu, aku dat

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 20 ( AUTHOR'S P.O.V )

    Dengan bantuan salah satu orang kepercayaannya, Adjie berhasil membuat kesepakatan dengan orang bayaran yang lumayan bernama besar di kota itu."Serahkan semuanya pada kami, anda tidak perlu khawatir, Pak Adjie. Semua perkembangan akan Kami laporkan sesegera mungkin pada anda," kata lelaki tinggi besar yang baru saja menerima sejumlah uang dengan nominal tak main-main dari Adjie itu."Oke, tapi jangan terlalu sering menghubungiku jika itu bukan kabar yang terlalu penting. Kamu tahu kan maksudku?" ujar Adjie."Tentu, Pak. Anda jangan ragukan kerja kami. Semuanya akan beres tanpa jejak," ujar lelaki itu dengan sombongnya."Oke kalau begitu aku tunggu kabar baik dari kalian secepatnya."Usai berkata seperti itu, Adjie pun segera meninggalkan tempat bertemunya dia dengan orang bayarannya itu. Kini dia bisa sedikit bernafas lega te

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 19 (AUTHOR'S P.O.V)

    Mobil mewah Adjie melaju menembus jalanan malam yang sudah mulai agak lengang. Sedari sore sejak Livia pulang dari rumahnya, dia sudah menunggu Afika di rumah mereka. Namun istrinya itu tak kunjung datang. Entah dimana dia sekarang. Mungkin sedang berada di rumah salah satu teman sosialitanya atau di hotel untuk bersenang-senang dengan siapa, entahlah, Adjie sudah tak begitu peduli lagi.Adjie menghentikan mobilnya tepat di sebuah bangunan rumah yang tentu masih sangat dia ingat. Afika mengenalkan seorang lelaki bernama Dito itu padanya kira kira setahun yang lalu. Dialah yang akhirnya menghabisi nyawa istrinya, Ana, waktu itu."Apa kabar, Pak Adjie?" Dito ternyata menyambutnya dengan baik dan masih sangat mengingatnya. Mereka berdua memang sudah lost contact sejak rencanyanya menyingkirkan Ana berhasil. Keduanya tak lagi saling berhubungan setelah Adjie menyelesaikan pembayarannya untuk tugas lelaki itu. "Tumben Anda

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 18 (AUTHOR'S P.O.V)

    Livia turun dengan percaya diri dari taksi online yang membawanya menuju rumah Adjie. Kali ini tidak ada alasan dia untuk berpura-pura takut pada wanita bernama Afika itu."Eh, Bu Livia. Silakan masuk," Murni menyambutnya di teras bersama Joe yang langsung saja menggandeng tangan Livia akrab.Hari minggu ini Livia memang sengaja berkunjung ke rumah keluarga itu. Sebenarnya Adjie semalam sudah berkata akan menjemputnya, namun Livia lebih memilih untuk datang sendiri.Sampai di ruang tamu, Adjie sudah menyambutnya dengan semangat. Wajahnya nampak sumringah melihat wanita yang dinantinya datang. Sementara itu dari tangga lantai atas, Afika memperhatikan adegan dibawahnya dengan senyum kecut."Sudah datang, Sayang?" Tangan kokoh itu segera merengkuh tubuh langsing Livia, membuat wanita itu sedikit risih karena matanya segera tahu ada sosok yang me

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 17 (AUTHOR'S P.O.V)

    Pagi itu saat mobil sang majikan sudah meninggalkan halaman rumah untuk berangkat ke kantor, disusul si nyonya rumah yang terburu-buru pergi dengan sopir pribadi keluarga itu, Murni bergegas memasuki kamar utama rumah tersebut dengan membawa alat kebersihannya seperti biasa.Namun saat berada di dalam kamar, bukannya membersihkan ruangan yang dia lakukan, namun justru mengambil benda kecil yang dia letakkan hari sebelumnya di sebuah sudut yang diq yakin tak akan pernah disadari oleh pemilik kamar.Buru-buru disimpannya benda kecil yang rupanya adalah alat perekam itu ke dalam saku seragam kerjanya. Lalu dia baru mengerjakan apa yang menjadi kewajibannya untuk membersihkan kamar majikannya itu....Hari sudah menjelang siang saat Murni telah bersiap pergi dengan membawa kertas berisi daftar belanjaan yang panjang.Hari ini haru

DMCA.com Protection Status