Home / Romansa / KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG / PART 7 (AUTHOR'S P.O.V)

Share

PART 7 (AUTHOR'S P.O.V)

Author: Reinee
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Lega akhirnya ketika Ana berhasil mengembalikan kembali rekaman CCTV kantor itu ke tempat penyimpanannya. Dengan langkah pasti wanita itu pun kembali ke ruangannya. 

 

Beberapa staf yang menempati satu ruangan dengannya nampak menyapanya ramah saat dia datang. Itu pemandangan yang sudah biasa di kantor itu. Sekretaris pribadi direktur, apalagi dengan status masih single dan memiliki paras cantik akan jadi sasaran karyawan lain untuk berlomba mendekati. Dekat dengan sekretaris kesayangan bos, artinya punya akses lebih ke atasan mereka. Setidaknya mereka bisa mengandalkannya untuk menyampaikan segala keinginan lewat wanita kesayangan itu. 

 

Tapi ini baru hari kedua Ana memulai pekerjaannya. Sepertinya masih terlalu dini bagi mereka untuk mengatakan bahwa dia akan menjadi kesayangan seperti desas-desus yang beredar. 

 

"Livia, pulang kerja kita mau hangout di White Park Cafe. Kamu mau gabung sama kita kan?" tanya Linda, yang meja kerjanya tepat disampingnya. 

 

Ana mengembangkan senyum terbaiknya memandang satu per satu wajah-wajah wanita yang kini menatapnya penuh pengharapan. 

 

"Apa itu acara wajib?" tanyanya berpura-pura polos.

 

"Iya lah. Kalau kamu nggak ikut, rahasia kamu dengan boss nggak akan aman di tangan kita," sahut Linda lagi dengan senyuman menggoda. 

 

"Sayangnya, aku tidak punya rahasia apapun dengan boss," kata Ana terkekeh ringan. 

 

"Livia, ayolah. Biar kamu nggak stress sama kerjaan. Aku bisa menerawang kalau sebentar lagi kamu akan jadi bintang di kantor ini. Bintangmu nggak akan mudah redup kalau kamu gabung sama kita-kita. Ingat ya? Istri boss itu bisa melakukan apa saja untuk menyingkirkan staf-staf yang dia tidak suka. Kalau kamu gabung, kita akan jagain kamu." Itu suara Tiara, wanita centik berkacamata tebal yang jika bicara mirip seorang peramal. Serius tapi justru terlihat kocak. 

 

"Oke, aku ikut kalian," Ana menjentikkan jemarinya pada ketiga wanita di ruangan itu. Dan ketiganya; Linda, Tiara, dan Sonya langsung tersenyum puas. Lalu mereka pun kembali ke meja kerja masing-masing. Sementara Ana mulai memutar otak lagi. Apa yang akan dilakukannya setelah ini? Semalam Bondan memperingatkannya untuk berhati-hati. Afika bukan lawan yang lemah. Dia memang wanita di belakang layar, tapi kendalinya sangat besar pada Adjie. 

.

.

.

Jam sudah menunjukkan waktu makan siang saat para staf di ruangan Ana mulai meninggalkan ruangan untuk menuju ke kantin. Ana sendiri sedikit heran karena sepagian Adjie sama sekali tidak menghubunginya. Padahal menurut teman-temannya, 3 jam yang lalu lelaki itu sudah sampai di kantor. 

 

Diliriknya pesawat telepon internal di atas meja kerjanya. Ditunggunya beberapa menit sampai jarum jam tepat menunjuk pukul 12 lebih 5. Dan saat akhirnya tidak ada suara apapun terdengar dari benda itu, Ana pun beranjak bangkit, mengambil dompet dari dalam tasnya dan bermaksud keluar dari ruangan. Namun sebelum sempat dia keluar dari kursi kerjanya, tiba-tiba seseorang yang sedang berdiri di ambang pintu mengagetkannya. 

 

"Pak Direktur?" Mulut Ana membulat. Mau apa lelaki itu ke ruangan staf?

 

"Ikut aku, Livia!" perintah lelaki itu tanpa basa-basi.

 

"Sekarang, Pa-ak?" tanya Ana sedikit gugup. 

 

"Iya," sahutnya cepat. Lalu bergegas meninggalkan tempatnya berdiri. 

 

Meski masih keheranan, Ana pun segera menyambar tasnya setelah mengembalikan dompet ke dalamnya. Lalu berjalan cepat menyusul sang atasan. 

 

Adjie nampak tak banyak bicara saat Ana berhasil menyusulnya saat sampai di depan lift. Bahkan di dalam lift yang hanya berisi mereka berdua, lelaki itu pun hanya membisu. Sesekali terdengar dia hanya berdehem dengan posisi tangan kanan dimasukkan ke saku celananya. Ana sedikit bingung dengan sikap suaminya itu. Namun, dia sedang berperan sebagai bawahan di sini. Dia tidak boleh terlalu lancang untuk mengurusi apa yang sedang dirasakan oleh atasannya. 

 

Saat lift membawa mereka ke lobby kantor, Adjie pun bergegas keluar dan langsung disambut security yang sudah bersiap di samping mobil mewahnya. 

 

"Masuk, Liv!" perintahnya lagi. Dan Ana pun segera masuk ke dalam mobil yang telah menunggu mereka di depan lobby itu.

 

"Apa ada acara bertemu klien, Pak?" tanya Ana saat mobil Adjie mulai meluncur meninggalkan kantor. 

 

"Apa aku harus ketemu klien dulu untuk bisa mengajakmu keluar?" 

 

"Bukan begitu maksud saya, Pak."

 

"Kita akan makan siang. Setelah itu langsung ke  tempat Donovan."

 

"Ke kantor Pak Donovan Prasetya?" Ana mengerutkan dahi. Seingatnya jadwal untuk bertemu dengan orang itu masih lumayan lama.

 

"Iya." 

 

"Tapi schedulenya masih nanti jam 15.00 Pak."

 

"Justru kita bisa menghabiskan waktu makan siang lebih lama kan?"

 

"Oooh, baiklah. Maaf kalau saya terlalu banyak bertanya," kata Livia penuh penyesalan. 

 

Hening sesaat dan kemudian terdengar helaan nafas Adjie yang begitu berat.

 

"Kamu memang benar-benar mirip Ana. Joe tidak salah."

 

"Maaf, Pak? Ana?" Livia berpura-pura tidak mengerti apa yang dikatakan sang atasan. 

 

"Istri pertamaku, yang meninggal."

 

"Oooh. Maaf, saya tidak tau dan tidak bermaksud untuk ...." ana menghentikan kalimatnya saat dilihatnya Adjie menatapnya.

 

"Dia memang terlalu penurut. Tapi persis seperti kamu, sedikit sedikit minta maaf."

 

"Itu karena saya bawahan Anda, Pak. Saya tidak seharusnya lancang. Itulah sebabnya kenapa saya harus minta maaf," sahut Ana mencoba meluruskan.

 

"Begitu ya? Hanya karena kamu bawahanku jadi kamu tidak berani padaku?" Adjie meicingka mata ke arah wanita d sampingnya.

 

"Mmmm ... maksud saya," 

 

"Bagaimana jika kamu adalah istriku? Apa kamu akan berubah jadi penentang? pembangkang?"

 

"Bukan begitu maksudnya Pak. Tentu saja seorang istri harus takut pada suaminya. Selama itu masih dalam koridor yang baik. Lain halnya jika suaminya memintanya berbuat tidak baik. Istri berhak untuk menentang."

 

"Sepertinya kamu berasal dari keluarga baik-baik, Liv."

 

"Tida juga, Pak. Hanyq saja orang tua saya selalu mengajarkan seperti itu. Seorang istri harus patuh pada suaminya, karena itu kewajiban."

 

"Lalu kenapa kamu belum menikah? Dengan pengetahuanmu tentang rumah tangga yang sebaik itu. Kamu cantik, juga cerdas. Nggak mungkin kan kamu tidak punya pacar?" 

 

"Pacar pernah, Pak. Tapi mungkin karena belum berjodoh. Jadi kami putus."

 

"Oooh begitu. Bagaimana dengan sekarang?"

 

"Maksud bapak?"

 

"Siapa pacar kamu?"

 

"Saya tidak sedang berpacaran, Pak." 

 

Adjie terkekeh senang mendengar jawaban Livia.

 

"Aku harap juga begitu. Selama kamu terikat kontrak dengan perusahaanku, kuharap kamu tida sedang memiliki hubunga dengan siapapun."

 

"Tapi saya tidak melihat ada peraturan seperti itu di surat kontrak kerja yang saya tandatangani, Pak," ujar Ana menyelidik. Dia benar-benar ingin memastikan bahwa suaminyaini sekarang telah jatuh dalam jeratannya.

 

"Itu gampang, bisa diatur. Aku akan membuatnya besok." Adjie pun lagi-lagi terkekeh. Ada binar bahagia di matanya saat meyakini bahwa Livia memang sedang sendiri. 

 

"Kita sampai," kata Adjie saat mobil berhenti di depan lobby sebuah hotel. 

 

Adjie mengajak Livia menikmati makan siang di roof top restaurant sebuah hotel ternama di kota itu. Sebuah pemborosan, pikir Ana. Hanya sekedar makan siang dengan sekretaris, suaminya itu bahkan menyewa ruangan khusus yang super mewah. Apa ini salah satu cara Adjie untuk mengesankannya? 

.

.

Satu jam kemudian di ruangan kerja staf khusus, suasana nampak tegang saat tiba-tiba seorang wanita cantik dengan sorot mata tak bersahabat masuk tanpa permisi. Semua staf berdiri dengan gugup dengan kepala menunduk.

 

"Dimana sekretaris pribadi direktur?" Suara Afika menggema ke segenap ruangan. 

 

"Sedang keluar bersama Pak adjie, Buk. Ada jadwal ketemu dengan Pak Donovan Prasetya." Tiba-tiba Linda bersuara. Dua sahabatnya yang berdiri tak jauh darinya saling lirik satu sama lain. Mereka keheranan bagaimana Linda bisa tahu jadwal direktur?

 

"Ooh, ya sudah. Silahkan lanjutkan pekerjaan kalian." Lalu wanita itu pun berlalu dengan langkah cepatnya meninggalkan ruangan.

 

"Gila kamu, Lin. Gimana bisa kamu tau kemana Livia dan Pak Adjie pergi?" tanya Sonya tak habis pikir.

 

"Tuh!" tunjuk Linda ke meja Ana. Dan terbahakkan dua sahabatnya. Ternyata ada catatan kecil Ana yang tak sengaja ditinggalkannya di atas meja tentang jadwal meeting sang direktur dengan seorang kliennya.

 

"Lagian kalau pun Livia pergi bersenang-senang dengan Pak Adjie pun aku nggak akan bocorkan sama si nenek lampir itu. Biarkan saja." Linda terkekeh riang.

 

"Dasar kamu, Lin." Sonya menoyor bahu sahabatnya.

 

"Kesel tau gak sih. Lihat aja mukanya sok berkuasa gitu. Pengen banget aku lihat dia nangis darah karena lelakinya direbut orang. Dasar nenek lampir," gerutu Linda.

 

 

Related chapters

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 8 (AUTHOR'S P.O.V)

    Afika memasuki ruang kerja Bondan dengan langkah cepat. Bahkan sekretaris lelaki itu pun dengan sangat tak enak hati harus mengejarnya sampai ke depan meja kerja atasannya.Bondan yang sedang sibuk dengan layar laptop di depannya terlihat begitu kaget melihat kedatangan Afika. Dengan refleks di tutupnya benda pipih di depannya seolah takut sesuatu akan diketahui oleh wanita cantik istri dari sahabatnya itu."Maaf, Pak Bondan. Saya sudah mencegah ibu ini masuk, tapi dia memaksa," kata sang sekretaris dengan rasa bersalahnya."It's okay. Kamu boleh kembali," ucap Bondan tenang. Andai saja dia tidak ingin membuat Afika tidak bertambah curiga dengan sikap paniknya atas kehadirannya, mungkin Bondan akan benar-benar sangat marah dengan sekretaris cantiknya itu."Silakan duduk, Afika. Ada apa? Tumben?" kata lelaki itu mempersilakan istri sahabatnya saat di

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 9 (AUTHOR'S P.O.V)

    Malam sudah kian larut saat Livia memasuki ruang apartemennya. Tubuhnya lelah, tapi ketiga teman barunya tadi lumayan menghiburnya. Mereka tidak begitu buruk, mungkin hanya sedikit kekanakan. Livia yakin diantara ketiganya belum ada yang pernah mengalami nasib tragis seperti yang dialaminya. Hidup mereka terlihat sangat baik-baik saja.Sejenak bersama ketiganya tadi, nyaris membuat Livia lupa bahwa dia memiliki tujuan berada di tempat ini. Dia tidak sedang bekerja untuk sekedar bertahan hidup atau hanya mencari pengalaman seperti apa yang dilakukan oleh teman-temannya. Bahkan hidup dan matinya sekarang dipertaruhkan di sini. Di perusahaan yang dulunya merupakan peninggalan orang tuanya untuknya, namun dengan mudahnya sekarang beralih ke tangan orang lain.Di bawah guyuran air hangat dari shower di kamar mandinya, Livia bisa sedikit rileks. Selepas mandi dia masih punya waktu beberapa jam untuk beristirahat, sebelum ke

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 10

    "Kenapa?" Mas Bondan langsung bisa membaca kebingunganku."Mas Adjie ingin aku ke sana. Katanya ada file yang harus kubawa ke kantor."Tapi aku keheranan mendengar lelaki itu justru terkekeh aneh."Kenapa tertawa, Mas?""Aku antar kamu.""Harus diantar?" tanyaku keheranan."Iya, kecuali kamu yakin tidak akan terjadi drama di rumah kamu itu.""Mas khawatir aku tidak akan kuat berada di sana?" Aku menatapnya dengan sedikit tak suka."Tentu saja. Kamu belum pernah kembali ke rumah itu lagi sejak kamu dinyatakan mati, An. Ingat?" Dia balas menatapku tajam."Jadi Mas Bondan masih meragukan kemampuanku? Aku berhasil melakukannya dengan baik di kantor kan, Mas?""Itu beda, An. Seumur hidup k

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 11

    "Mama ..."Dia menatapku sambil tersenyum dengan sangat manis. Panggilannya kali ini entah kenapa kurasakan begitu lain dari ketika kami bertemu di kantor waktu itu. Mungkin saja aku memang benar-benar tengah terbawa perasaan karena saat ini kami sedang berada di rumah.Dalam kebingunganku bagaimana menanggapi Joe, tiba-tiba anak itu menoleh ke arah Mas Adjie."Ini mama yang di kantor papa kan?" tanyanya tiba-tiba. Dan seketika berubahlah ketegangan jadi gelak tawa Mas Adjie dan Mas Bondan."Hei, Jagoan! Kamu kangen ya sama mama?" Mas Bondan meraih pundak kurus anakku lalu diangkatnya ke pangkuan. Joe mengangguk pasti lalu menundukkan kepalanya dengan sedih. Aku menatapnya dengan senyum yang coba kupaksakan. Ingin rasanya kudekap puyra semata wayangku itu dalam pelukan."Kamu bisa main sebentar sama Tante Livia, Jo

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 12

    Kepergian Afika untuk berlibur bersama teman-teman sosialitanya ke Eropa ternyata dimanfaatkan Mas Adjie dengan baik untuk mendekatiku.Entah apakah dia benar-benar sudah jatuh hati pada istri pertama yang sekarang menjadi sekretarisnya ini, atau hanya ingin bersenang-senang saja denganku , aku masih belum terlalu paham."Kamu tidak perlu pedulikan perasaan Adjie padamu. Yang jelas ini kesempatan kamu untuk membuatnya bertekuk lutut, An. Jangan sia-siakan itu!" kata Mas Bondan berapi-api."Iya, Mas." Seperti biasa aku hanya mengangguk mengiyakan yang dia perintahkan. Diam-diam kupandangi wajah lelaki yang saat ini sedang duduk di depanku itu dengan seksama. Ada sedikit perasaan aneh di dalam dadaku.Campuran antara rasa kagum dan perasaan semacam ngeri. Dulu setahuku Mas Bondan sudah seperti saudara dengan suamiku itu. Namun ternyata setelah a

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 13

    Hari ke empat kepergian Afika, seperti biasa Mas Adjie sudah memberikan sinyal padaku untuk langsung ke ruang kerjanya selepas jam kerja."Aku antar ke apartemen ya, setelah itu aku akan mengajakmu ke suatu tempat untuk makan malam," katanya saat melihatku datang."Maaf, kita mau kemana ya, Pak?" tanyaku basa-basi."Aku ingin menghabiskan malam ini sama kamu, Liv," jawabnya dengan penuh percaya diri."Apakah ibu belum pulang hari ini?" tanyaku lagi dengan lebih berani."Afika seminggu di luar negeri. Hari Senin besok dia baru pulang."Entah kenapa aku terlonjak mendengar perkataannya itu."Bolehkah kita menghabiskan waktu di rumah anda saja, Pak?" tanyaku buru-buru saat melihat Mas Adjie sudah bangkit dari kursi kerjanya, bersiap mengajakku meninggalka

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 14

    Sepulangnya Afika dari luar negeri, Mas Adjie nampak sedikit menjaga jarak denganku. Namun setiap saat aplikasi perpesananku tak pernah absen dari sapaannya. Sepertinya dia memang sudah terpikat dengan wanita bernama Livia ini.Satu hal yang menguntungkanku saat beberapa waktu yang lalu aku berhasil kembali ke rumah itu adalah akhirnya aku tahu bahwa para asisten rumah tanggaku yang dulu ternyata masih sangat setia padaku, terutama Murni. Dan diam-diam aku sudah memberitahukan padanya tentang rahasia terbesarku.Tentu saja waktu kukatakan itu dia begitu shock, karena majikan yang dia kira telah meninggal selama ini ternyata masih hidup dan sudah kembali. Dia langsung memelukku penuh haru saat akhirnya kuceritakan kejadiannya secara garis besar. Wajah bahagia terpancar jelas di wajah wanita setia itu. Dan dia pun berjanji akan membantuku membongkar kejahatan mas Adjie dan Afika...

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 15

    Pada akhirnya, mas Bondan begitu senang saat aku ternyata telah berhasil mendapatkan beberapa rekaman pembicaraan antara mas Adjie dan Afika dalam kamar mereka melalui Murni. Itu pun dia belum mendengar isi rekaman dari benda yang sebelumnya kusuruh untuk diletakkan oleh Murni di dalam kamar mereka.Wajahnya berubah jadi sangat cerah ketika kemudian dia berhasil mendengarkan semua isi benda yang sudah kuserahkan padanya itu."Perfect! Ini bukti yang bagus," katanya. Aku hanya memutar mata malas melihat reaksinya itu."Lain kali tolong jangan selalu menyalahkan semua yang kulakukan, Mas," protesku."An, aku hanya ingin kamu meminta ijin dulu padaku sebelum bertindak. Itu aja intinya. Jangan bergerak sendirian!""Aku nggak yakin kamu akan mengijinkan kalau aku ngomong dulu sama kamu, Mas."

Latest chapter

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 25

    Aku baru saja turun dari mobil yang membawaku pulang malam itu. Seperti biasa, sopir pribadiku, pak Hilman, langsung kusuruh membawa mobil itu pulang ke rumahnya."Besok jangan lupa ke sini pagi-pagi ya, Pak. Saya ada meeting lebih awal," ujarku mengingatkannya. Lelaki paruh baya itu pun mengangguk paham."Baik, Bu Ana. Siap," katanya patuh.Hari ini adalah tepat satu tahun setelah putusan hukuman 18 tahun penjara untuk mas Adjie dan Afika. Sebulan setelah sidang keputusan itu, mas Bondan pun seperti hilang ditelan bumi.Terakhir kami bertemu saat Joe berulang berulang tahun ke 7. Waktu itu dia datang dengan setelan celana abu dan kemeja linen warna putih yang membuatnya terlihat begitu gagah. Dia menghadiahi Joe sebuah jam tangan branded dengan harga fantastis.Berbulan-bulan kemudian Joe bahkan tak pernah m

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 24

    Beberapa hari setelah penangkapan mas Adjie dan Afika, mas Bondan membuktikan janjinya. Dia datang ke apartemen siang itu menemuiku dan anakku dengan membawa banyak kabar baik, tentang perusahaan dan juga tentang kabar terbaru kasus mas Adjie dan Afika."Aku sudah menunjuk pengacara untuk mengurus pemindahtanganan kekayaanmu dari suamimu, An. Juga masalah perceraian kalian.""Perceraian?" Aku mengerutkam dahi mendengar kata perceraian. Aku ingat, sebagai istri mas Adjie, statusku memang bukan janda, tapi meninggal."Iya, karena identitas kamu nantinya akan kembali ke identitasmu yang dulu. Bagaimanapun kamu tetap masih istri dari Adjie. Surat kematianmu waktu itu juga akan dihapuskan. Tapi kamu tenang saja, semua sudah ada yang mengurusnya. Aku sudah menunjuk beberapa orang untuk mengurus semuanya.""Terima kasih, Mas. Maaf aku selalu merepotkanmu."

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 23 (AUTHOR'S P.O.V)

    "Bu, Pak Adjie dan Bu Afika dibawa polisi," suara wanita di seberang sana dengan nada tergesa. Bondan yang menerima panggilan telepon itu pun menghela nafas lega."Ini aku, Bondan. Sebentar lagi aku dan Ana akan ke sana, Bi," kata lelaki itu pada wanita di seberang telepon."Oh Pak Bondan, maaf pak saya kira bu Ana, eh maksud saya bu Livia," wanita itu mendadak gugup saat menyadari salah menyebutkan nama.Bondan pun terkekeh kecil mendengarnya."It's okay. Nggak apa-apa, Bi. Ana atau Livia sama saja," kata lelaki itu, masih dengan kekehannya yang khas."Jadi pak Bondan juga sudah tau kalau bu Livia itu ..." Murni tak segera melanjutkan kalimatnya."Tentu saja aku tau. Ya sudah, tunggu ya, kami segera datang.""Baik, terima kasih, Pak." 

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 22 (AUTHOR'S P.O.V)

    "Semua bukti sudah lengkap, Pak Bondan. Para tersangka juga sudah mengakui siapa dalang dibalik semua ini. Kita akan segera limpahkan ke pengadilan setelah kita memeriksa Pak Adjie dan Istrinya."Itu kalimat terakhir yang terus terngiang di telinga Livia. Bahkan sampai dia kembali ke apartemen lagi setelah menyelesaikan semua urusannya di kantor polisi.Merebahkan tubuh lelahnya di sofa usai menyelesaikan rutinitas mandi malamnya, Livia dikejutkan dengan ketukan di pintu apartemen. Dengan gerakan refleks, wanita itu bangkit dengan kewaspadaan tinggi. Nampaknya rasa takutnya dengan peristiwa yang baru saja dialaminya bersama bondan beberapa jam yang lalu masih begitu membekas dalam dirinya.Masih dengan sikap waspada, Livia mendekat ke arah pintu, mengintip sebentar dari layar kamera, dan segera bernafas lega saat dilihatnya wajah lelaki yang sangat dikenalnya itu ternyata yang

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 21 (AUTHOR'S P.O.V)

    Entah kenapa Livia merasa dirinya sedang diawasi malam itu. Di pusat perbelanjaan dimana dia berencana membeli beberapa potong pakaian, sedari tadi gerakannya terlihat tidak tenang. Ada beberapa orang yang seperti mengikutinya terus kemana pun dia melangkah.Berhenti sejenak di salah satu stand pakaian dalam, diliriknya arloji mungil di pergelangan tangannya. Tepat jam 9 malam. Dia menarik nafas sebentar sebelum akhirnya memutuskan untuk menghubungi seseorang di ponselnya."Mas Bondan dimana?" ucapnya lirih di telepon."Ada apa?" Suara berat Bondan dari seberang nampak sedikit khawatir."Bisa jemput aku di mall nggak? Aku agak takut, kayak ada yang ngikutin aku dari tadi, Mas," ucapnya lirih sambil menutup mulutnya yang menempel di ponselnya."Oke, kalau gitu kamu tetap di dalam mall saja, An. Jangan keluar dulu, aku dat

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 20 ( AUTHOR'S P.O.V )

    Dengan bantuan salah satu orang kepercayaannya, Adjie berhasil membuat kesepakatan dengan orang bayaran yang lumayan bernama besar di kota itu."Serahkan semuanya pada kami, anda tidak perlu khawatir, Pak Adjie. Semua perkembangan akan Kami laporkan sesegera mungkin pada anda," kata lelaki tinggi besar yang baru saja menerima sejumlah uang dengan nominal tak main-main dari Adjie itu."Oke, tapi jangan terlalu sering menghubungiku jika itu bukan kabar yang terlalu penting. Kamu tahu kan maksudku?" ujar Adjie."Tentu, Pak. Anda jangan ragukan kerja kami. Semuanya akan beres tanpa jejak," ujar lelaki itu dengan sombongnya."Oke kalau begitu aku tunggu kabar baik dari kalian secepatnya."Usai berkata seperti itu, Adjie pun segera meninggalkan tempat bertemunya dia dengan orang bayarannya itu. Kini dia bisa sedikit bernafas lega te

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 19 (AUTHOR'S P.O.V)

    Mobil mewah Adjie melaju menembus jalanan malam yang sudah mulai agak lengang. Sedari sore sejak Livia pulang dari rumahnya, dia sudah menunggu Afika di rumah mereka. Namun istrinya itu tak kunjung datang. Entah dimana dia sekarang. Mungkin sedang berada di rumah salah satu teman sosialitanya atau di hotel untuk bersenang-senang dengan siapa, entahlah, Adjie sudah tak begitu peduli lagi.Adjie menghentikan mobilnya tepat di sebuah bangunan rumah yang tentu masih sangat dia ingat. Afika mengenalkan seorang lelaki bernama Dito itu padanya kira kira setahun yang lalu. Dialah yang akhirnya menghabisi nyawa istrinya, Ana, waktu itu."Apa kabar, Pak Adjie?" Dito ternyata menyambutnya dengan baik dan masih sangat mengingatnya. Mereka berdua memang sudah lost contact sejak rencanyanya menyingkirkan Ana berhasil. Keduanya tak lagi saling berhubungan setelah Adjie menyelesaikan pembayarannya untuk tugas lelaki itu. "Tumben Anda

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 18 (AUTHOR'S P.O.V)

    Livia turun dengan percaya diri dari taksi online yang membawanya menuju rumah Adjie. Kali ini tidak ada alasan dia untuk berpura-pura takut pada wanita bernama Afika itu."Eh, Bu Livia. Silakan masuk," Murni menyambutnya di teras bersama Joe yang langsung saja menggandeng tangan Livia akrab.Hari minggu ini Livia memang sengaja berkunjung ke rumah keluarga itu. Sebenarnya Adjie semalam sudah berkata akan menjemputnya, namun Livia lebih memilih untuk datang sendiri.Sampai di ruang tamu, Adjie sudah menyambutnya dengan semangat. Wajahnya nampak sumringah melihat wanita yang dinantinya datang. Sementara itu dari tangga lantai atas, Afika memperhatikan adegan dibawahnya dengan senyum kecut."Sudah datang, Sayang?" Tangan kokoh itu segera merengkuh tubuh langsing Livia, membuat wanita itu sedikit risih karena matanya segera tahu ada sosok yang me

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 17 (AUTHOR'S P.O.V)

    Pagi itu saat mobil sang majikan sudah meninggalkan halaman rumah untuk berangkat ke kantor, disusul si nyonya rumah yang terburu-buru pergi dengan sopir pribadi keluarga itu, Murni bergegas memasuki kamar utama rumah tersebut dengan membawa alat kebersihannya seperti biasa.Namun saat berada di dalam kamar, bukannya membersihkan ruangan yang dia lakukan, namun justru mengambil benda kecil yang dia letakkan hari sebelumnya di sebuah sudut yang diq yakin tak akan pernah disadari oleh pemilik kamar.Buru-buru disimpannya benda kecil yang rupanya adalah alat perekam itu ke dalam saku seragam kerjanya. Lalu dia baru mengerjakan apa yang menjadi kewajibannya untuk membersihkan kamar majikannya itu....Hari sudah menjelang siang saat Murni telah bersiap pergi dengan membawa kertas berisi daftar belanjaan yang panjang.Hari ini haru

DMCA.com Protection Status