"Kretak! Kretak! Kretak!" pasukan Kerajaan bertubuh besar itu menggerakkan semua jemarinya, membuat takut orang awam yang melihat, tetapi Arash bukan orang awam, ia bisa beladiri. Pasukan bertubuh besar itu kemudian merentangkan tangannya dan akan menepuk kepala Arash dengan kedua tangan yang memiliki otot besar itu, sudah dapat dipastikan siapapun yang terkena pukulan itu pasti akan mati, tetapi sebelum ia benar-benar bertindak. Arash sudah lebih dulu meninju ulu hatinya, membuat pria berotot itu terlempar ke belakang hingga beberapa depa. Ia bahkan membentur meja yang tadi diduduki Pratu Bandi. "Kurang ajar! Habisi dia!" perintah Pratu Bandi, ia tak pernah mengira remaja bertubuh kecil yang ada di depannya mampu menjatuhkan salah satu pasukannya yang bertubuh besar. Ada lima orang pasukan yang kini mengepung Arash dari segala sisi, mereka bahkan mengeluarkan pedang mereka tanpa ragu. Seolah berniat untuk menghabisi nyawa remaja bertopeng itu. "Haish! Main pedang rupan
Dari kejauhan, pasukan Elang Hitam milik Raja Lingga, memperhatikan Arash yang sedang memberi Pratu Bandi pelajaran. Sonic adalah Ketua dari Elang Hitam, pasukan yang dibentuk oleh Raja Lingga, bertugas mencari informasi yang diperintahkan oleh Raja Lingga, salah satunya adalah informasi soal Fatta dan anaknya Rama. Sonic mengira-ngira kalau Arash bukanlah anak Rama, dari informasi terakhir warga desa Mekarsari yang ia dapatkan, Arash memiliki rambut berwarna putih dan mata putih. Sedangkan pemuda bertopeng yang kini bersama Fatta, memiliki rambut berwarna coklat dengan mata menyala terang seperti darah. Namun Sonic akan memastikannya lagi dengan melihat langsung wajah remaja bertopeng itu. Jadi ia akan mengikuti Arash dan Fatta lebih lama dari yang ia perkirakan. (Cacao, mengapa yang ini nggak kamu buat takut?) tanya Badara yang berada tidak jauh dari Sonic. (Aku hanya penasaran, apa yang mereka lakukan? Mengapa mereka mengikuti Yang Mulia, kalau kita buat takut semua,
Siapapun yang pernah bertemu Rama maupun Melisa, sudah pasti bisa menebak kalau remaja yang kini melepas topengnya itu adalah Arash. Bahkan Pandu bisa melihat wajah Rama dan Melisa di wajah Arash, wajah yang ia rindukan. Jadi begitu ia tau kalau itu adalah Arash, ia memeluknya dan menangis haru."Arash, kamu sudah sebesar ini, maafkan paman nggak pergi mengunjungimu..." ada beberapa alasan mengapa Pandu yang selalu menerima surat Fatta, tidak mengunjungi Arash maupun Fatta saat di benua Asia. Bahkan tiap kali selesai membaca surat yang Fatta kirimkan, Pandu akan dengan cepat membakarnya. Demi keamanan Fatta dan Arash dari orang-orang yang berniat jahat menyakiti mereka. Karena setelah 7 tahun kepergian Fatta dan Arash ke benua Asia, beberapa pasukan Kerajaan mencoba mencari Fatta maupun Arash, mereka tidak mengatakan maksud kedatangan mengapa mencari Fatta maupun Arash, namun Pandu bisa menebak kalau mereka tidak berniat baik. Karena itulah Pandu selalu berusaha menutupi keberadaa
(Kkkkk.... Arash, sepertinya hari ini kamu akan kerepotan) ejek Raja Iblies. Saat ini Arash sedang menelusuri jalanan desa, sedangkan Fatta berada di rumah bersama Pandu. Mereka tengah bercakap ria, menuntaskan segala kisah yang ingin diceritakan selama tidak bertemu. "Kamu juga bisa merasakannya?"(Tentu saja, kamu pikir kenapa waktu itu aku bisa mengetahui kalau ayahmu adalah orang yang hebat, itu semua karena insting ku begitu kuat) "Insting begitu kuat, kenapa masih kalah?" ejek Arash balik.(Haish.... Itu karena aku terlalu meremehkan ayahmu saat itu) Raja Iblies terdiam, hal yang sangat ia sesali adalah meremehkan kemampuan Rama. Seandainya waktu bisa terulang, ia takkan melakukan hal bodoh seperti itu. Namun, nasi telah menjadi bubur. Kini ia terkurung di dalam tubuh Arash, di sebuah tempat yang takkan terjangkau. "Mengapa diam?"(Sssttt... Sebaiknya kamu bersiap, mereka semakin dekat Arash dan yang datang kali ini lebih kuat dari yang pertama kamu temui.) "Hahaha... Apak
"Dor! Dor! Dor!" Ternyata di tempat lain, Rana salah satu pahlawan sudah bersiap dengan snipernya. Ia adalah salah satu pahlawan yang mampu menembak dengan akurat dan cepat dari jarak yang cukup jauh. "Wush! Wush! Wush!" Beberapa peluru tidak mengenai dengan tepat Badara maupun Cacao, namun bagi Cacao yang memang lebih lambat dari Badara, peluru itu mampu menggores tangannya. Memberikan luka di bagian lengan indah Cacao. meski luka itu tak begitu berarti, karna Cacao adalah siluman yang memiliki kemampuan menyembuhkan diri. Meski terkesan lambat. Rana menyunggingkan senyumnya kala berhasil menggores lengan Cacao. Cacao jelas murka ketika mendapati lengannya terkena tembakan. Cacao kemudian melepaskan beberapa serangan jarum beracun miliknya ke arah Rana. "Slap! Slap! Slap!" beberapa tembakan jarum beracun yang Cacao lempar berhasil Rana hindari. Kali ini Rana merasa gugup, bagaimana bisa Cacao mengincarnya di saat ia tak terlihat? Melihat Rana tidak lagi mengganggunya, Caca
Namun Arash masih sempat melindungi tubuhnya dengan tameng Mana, sehingga ia tak mengalami luka yang berarti. Arash kemudian mengambil Elixir ayahnya, Elixir Healing Potion yang ia gabung dengan Elixir Magic Power dan segera menelannya. Calvin menyipitkan matanya melihat Arash yang dari kejauhan menelan sesuatu. "Apa anak itu juga memiliki beberapa ramuan penguat?" kata Calvin. "Entahlah, yang pasti jangan biarkan ia memiliki kesempatan untuk menyerang kita Calvin!" kata Wening. Wush! Dengan cepat Wening menuju Arash, satu lompatan dan kini ia sudah mengayunkan gadanya ke arah Arash. Gerakan Wening tidak cuma cepat, namun berdaya hancur yang jika terkena pukulannya sudah pasti akan remuk. "Bam!" Pukulan Wening meleset dan mengenai pohon di belakang Arash, membuat pohon itu hancur dan tumbang seketika. "Dasar manusia penghancur, kamu merusak alam!" ejek Arash, ia kemudian tidak lagi bermain-main. Kali ini Arash akan menghadapi mereka dengan serius. Srrrriiinng
Mendengar kata-kata Fatta membuat Arash menarik kembali Pedangnya yang terarah ke dada Calvin. Calvin yang sedari tadi sudah pasrah untuk menemui ajalnya kini bisa bernapas lega. Setidaknya masih ada waktu untuknya hidup. "Lalu mau kita apakan mereka?" tanya Arash, ia tidak marah melihat Fatta menahannya. Lagipula Arash tidak terlalu ambil pusing dengan manusia-manusia dari masa depan seperti Calvin. Bahkan bagi Arash, mau sebanyak apapun musuh yang akan datang, ia siap untuk menghadapi mereka semua. "Hmm... Kita tahan saja mereka di rumah, Pandu yang akan menjaga mereka, kamu bisakan Pandu?" tanya Fatta. "Tentu bisa kak Fatta, lagipula akhir-akhir ini aku menganggur dan nggak punya kerjaan, menjaga mereka bukan hal sulit buatku." sahut Pandu. Fatta kemudian meminta Arash untuk mengeluarkan Elixir AntiMagic potion yang berfungsi untuk menonaktifkan sihir yang ada pada Calvin dan teman-temannya. Serta menekan kekuatan mereka semua. "Lalu apa yang harus kita lakukan pada be
"Anak muda, kamu sungguh kejam!" kata Calvin, ia menatap Arash dengan tatapan serius, namun Arash tak menunjukkan ekspresi apapun di balik topeng. "Paman, karna aku kejam makanya cepatlah berikan aku puisi." sahut Arash acuh. "Haish!" Calvin kehabisan kata-kata melawan Arash, anak itu sungguh sulit diprovokasi. "Apa tema puisinya?" tanya Calvin kemudian. Arash terlihat bingung, melihat itu Calvin tau dari sikap yang Arash perlihatkan. Calvin bisa menduga kalau Arash tidak pernah mengikuti pelajaran satra jenis apapun. "Aku nggak tau tema seperti apa yang akan di bawakan di dalam lomba, apa kamu bisa memberiku sebuah puisi yang standar, tentang hidup mungkin." pinta Arash, kali ini ia meminta tolong dengan tulus. "Sebentar, aku sedang memikirkannya... Karena aku juga lemah dalam puisi." jelas Calvin, baru kali ini dalam hidup Calvin dimintai tolong bukan soal kekuatan. Melainkan mengolah puisi. "Baiklah, bagaimana kalau ini..." Mendengar puisi yang Calvin bacakan