Bab 2.
Ellena berjalan kembali memasuki toko bunganya, cairan merah yang mengalir dari lutut dan telapak tangannya tak lagi ia hiraukan. Matanya hanya tertuju pada benda pipih berwarna hitam yang tergeletak di atas meja.
Seluruh tubuhnya bergetar. Namun ia masih berusaha untuk tetap tenang dalam kondisinya sekarang.
“Angkatlah teleponku Aaron! Kenapa kau selalu saja memberiku masalah seperti ini.” Ellena Clark tampak bergumam saat panggilan teleponnya tak ada respon dari sang suami.
Beberapa kali ia mencoba tetap saja tak ada jawaban selain dari operator yang mengatakan jika nomor tidak dapat dihubungi.
Ellena Clark menghela nafas, tak dipungkiri bahwa sekarang ini pikirannya begitu kacau.
Ditambah sebuah notifikasi berita dengan artikel serta foto yang tampak familiar di layar ponselnya membuat Ellena gusar, di mana foto tersebut menampilkan seorang pria yang baru saja mengintimidasi dirinya.
Ellena menutup mulutnya dengan perasaan yang teramat takut, ketika ia tahu artikel yang baru saja ia baca adalah berita duka atas wafatnya putri bungsu dari seorang Jack Dixon, CEO sekaligus pria paling berpengaruh di kotanya sekarang.
“Ini tidak mungkin, kenapa kau harus terlibat dengan orang ini Aaron.” Ellena meringsuk, ia tak habis pikir dengan apa yang telah diperbuat sang suami pada salah satu anggota keluarga Dixon.
Jika memang benar seperti itu, bukankah perbuatan Aaron pantas mendapat hukuman yang setimpal atas apa yang telah diperbuatnya pada orang lain. Namun, kenapa harus dirinya yang juga ikut terseret atas kesalahan sang suami.
Ellena terus saja terhanyut dalam pikirannya sendiri hingga rasa perih menyadarkannya kembali dari lamunan.
////////
Setelah kejadian itu, Ellena Clark masih tetap berada di toko bunga miliknya, ia tak ingin membuat orang terdekatnya merasa khawatir atas apa yang sudah di alaminya, meskipun itu harus berbohong demi menutupi kejadian tak mengenakan kemarin.
Meskipun demikian, luka yang di sembunyikan di bagian telapak tangan serta lututnya masih menjadi tanda tanya besar bagi orang-orang terdekat Ellena yang tak sengaja melihatnya.
Nampak jelas bercak kemerahan meski sudah ditutup perban, sehingga Grace salah satu dari teman Ellena terus saja menghujamnya dengan berbagai pertanyaan.
“Luka di tanganmu itu apakah Aaron yang melakukannya Ell? Seharusnya kau laporkan saja dia ke pihak yang berwajib. Suami bodoh yang tak bisa menghargai istri kenapa masih kau pertahankan, sih! Aku kesal jika harus mengingat penghianatannya padamu, kau tahu rasanya ingin kuhabisi saja dia.” Grace terus saja berbicara hingga Ellena Clark tampak menghela nafas panjang.
“Sudah kukatakan luka ini aku dapatkan saat tak sengaja terjatuh di antara tumpukan vas bunga yang sudah pecah Grace, lagi pula aku tak bisa bercerai dengan Aaron karena kedua orang tua angkatku'kan. Kau tahu sendiri aku sudah banyak berhutang budi pada mereka setelah ayah dan ibuku wafat,” saut Ellena Clark menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari Grace_temannya.
Ellena terus saja tersenyum, sebisa mungkin menutupi masalahnya dan tak berniat menceritakan bagaimana luka yang didapatnya akibat seorang pria bernama Jack Dixon.
“Kau yakin…? Kau tak menyembunyikan sesuatu dariku kan, Ell? Aku takut suami tak bergunamu itu melakukan kekerasan fisik padamu.”
“Tenang saja, Aaron tak mungkin berani melakukan kekerasan pada tubuhku Grace.”
'Namun batinku' gumam Ellena pelan.
Baru saja Ellena Clark menjawab semua pertanyaan dari sang teman, tiba-tiba saja keduanya tersentak saat mendengar dentuman keras dari arah pintu masuk. Ketika menilik mata mereka terbelalak lebar saat melihat pintu masuk yang terbuat dari kaca sudah dalam keadaan rusak.
Selain pintu, vas bunga dan beberapa peralatan lainnya juga tak luput dari serangan orang tak dikenal hingga semuanya tercecer berserakan di atas lantai.
Keduanya tampak syok “Apa-apaan ini? Hentikan!!” Ellena berteriak pada beberapa orang yang terlihat memasuki toko bunganya sambil mengayunkan benda tumpul ke arah bunga-bunga miliknya.
Pemuda-pemuda itu tak mendengarkan teriakan Ellena Clark dan juga Grace Amsel yang mencoba menghalangi.
“Aku mohon hentikan,” teriak Ellena ketika melerai pemuda-pemuda tersebut sambil berderai air mata.
Wanita muda itu menangis saat toko bunga yang susah-susah ia rintis sejak dulu dengan sengaja dirusak oleh orang asing.
Tak sedikit pun dari kedua pemuda itu mau menghentikan aksinya, lalu beberapa saat kemudian seorang pria angkuh masuk ke dalam toko tersebut, pria itu tak lain adalah Jack Dixon.
Barulah kedua pemuda yang sejak tadi melayangkan tongkat baseball ke arah susunan bunga milik Ellena Clark terlihat menghentikan aksinya.
“Bagaimana? Sudah kau pikirkan tentang ucapanku kemarin? Ini sebagian kecil peringatan dariku, Nona! Aku akan terus mengganggumu sampai kau membuka mulutmu dan mengatakan di mana suamimu bersembunyi,” ucap Jack Dixon.
Benar-benar bajingan, pria itu datang lagi dan kini ia bersungguh-sungguh atas ucapannya pada Ellena tempo hari, dan bukan sekedar gertakan saja yang dilakukannya, melainkan berniat untuk menghancurkan toko bunga milik Ellena.
“Sudah aku katakan, aku tidak tahu di mana keberadaan Aaron, Tuan. Bahkan aku berani bersumpah, aku benar-benar tidak tahu Aaron bersembunyi di mana,” timpal Ellena Clark menanggapi ucapan pria tersebut.
Jack Dixon berdecih, kemudian menatap tajam ke arah Ellena dengan tatapan seperti ingin menghabisi.
“Kau pikir aku bodoh? Kau istri dari si keparat itu, tentu saja sebagai seorang istri kau pasti bersekongkol dengannya agar aku tak menemukannya, bukan?”
Pria itu mendekati Ellena Clark.
Kemudian tanpa segan-segan mencekiknya dengan satu tangan lalu menghempaskannya ke atas lantai sehingga lagi-lagi tubuh ramping milik Ellena terpental di antara pecahan vas bunga.
Ellena Clark terbatuk, nafasnya naik turun saat pasokan oksigen seakan menipis dari dalam paru-parunya.
Air mata Ellena tak membuat Jack Dixon merasa bersalah, justru terlihat puas saat istri dari pembunuh putrinya terlihat tak berdaya di depan matanya.
Ellena menatap Jack Dixon dengan tatapan kebencian, darah dari goresan luka yang baru mengenainya tak lagi dirasakan, ia hanya ingin kehidupannya kembali seperti semula tanpa gangguan dari si pria yang terus saja mengganggu kehidupannya padahal ia tak tahu apa-apa begitu sulitkah.
“Apa kesalahanku sehingga kau memperlakukanku dengan begitu buruk, sialan! Aku bahkan tidak layak kau perlakukan seperti ini, brengsek.” Habis sudah kesabaran Ellena.
“Karena kau istri dari seorang pembunuh, kau pantas mendapatkannya meski tak setimpal dengan nyawa putriku yang sudah direnggut oleh suamimu.”
Ellena mengernyitkan keningnya, matanya bergetar saat mendengar kalimat yang baru saja ia dengar, lagi-lagi pria tersebut mengatakan omong kosong padanya.
“Buktikan! Tolong buktikan jika Aaron memang terlibat atas menghilangkan nyawa putrimu Tuan Dixon! Bukankah harus ada buktinya jika seseorang melakukan hal yang buruk, apalagi tuduhanmu mengenai nyawa putrimu sendiri,” tantang Ellena Clark, sudah cukup penghinaan yang diberikan oleh Jack Dixon hingga membuat Ellena Clark muak untuk mendengarnya.
Jack Dixon tersenyum sinis, kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jasnya.
“Apakah benda ini menjawab semua pertanyaanmu, Nona! Kau tahu, tak ada kejahatan yang sempurna di dunia ini, begitu juga dengan kejahatan yang dilakukan oleh suami sialanmu itu.”
Ellena tercengang ketika melihat benda yang diperlihatkan oleh Jack Dixon, ia tahu benar bahwa benda itu memang milik Aaron, karena kalung yang dirinya lihat memiliki ornamen dan berbentuk simetris sama dengan apa yang di pegang Jack.
Bab 3.Jantung Ellena berdetak kencang, bukti di depan matanya benar-benar mengarah pada sang suami, namun Ellena tak serta merta mempercayai bukti itu dan menampik semua tuduhan tersebut.Ellena berdiri kemudian berjalan menghampiri Jack Dixon.“Ini tidak mungkin Tuan, Aaron tidak mungkin melakukan hal sekeji itu pada putrimu.” Ellena Clark memegang kerah Jack Dixon dan mengguncangnya tanpa ada rasa takut.“Menjauhlah dariku, Nona! Kau begitu menjijikkan,” ucap Jack Dixon seakan sentuhan tangan Ellena Clark begitu kotor dan hina.Rasa syok dan kenyataan yang baru saja Ellena dengar membuat wanita itu tak mampu lagi menahan tangisnya, sehingga tubuh yang tak lagi memiliki tenaga tersebut terkulai lemas dan hampir terjatuh andai tubuhnya tak segera ditopang oleh Grace _ temannya.“Ellena, kau baik-baik saja?” Grace begitu khawatir melihat kondisi Ellena Clark yang tampak memprihatinkan. Namun, Grace sendiri tak bisa berbuat apa-apa dalam situasi di mana dirinya tak tahu masalah yang se
Bab 4.Ellena berteriak, meronta-ronta berharap bisa melepaskan diri.“Diamlah, ini aku Aaron!” Suara itu membuat Ellena tersadar.“Aaron?”“Iya ini aku, jadi diamlah Ell.” Aaron Clark mencoba meyakinkan sang istri dan kemudian perlahan melepaskan cengkraman kuatnya.Akan tetapi, saat itu juga tendangan pun melayang dari arah samping menghantam tubuh Aaron Clark.Jack Dixon tampak tak menyia-nyiakan kesempatan itu dan langsung memukul Aaron Clark dengan cara membabi buta, sehingga Ellena pun berteriak histeris.Aaron Clark tersungkur, saat Jack Dixon menerjangnya tanpa ampun.“Brengsek, apa kau sudah gila, hah!” maki Aaron Clark saat tubuhnya terpelanting membentur sebuah tong sampah.“Benar, aku memang sudah gila mencari keberadaanmu, sialan! Hari ini kau akan mati di tanganku, Aaron!!” Jack Dixon menarik kerah Aaron Clark kemudian melayangkan tinjunya berulang kali tepat mengenai pipi kanan pria tersebut, hingga kucuran darah segar keluar begitu saja dari lubang hidungnya.Pukulan b
Bab 5.“Coba saja jika kau berani melakukan itu Shaun! Aku tak akan segan melubangi kepalamu dengan satu peluru ini,” saut Jack sambil menempelkan senjata api tepat di belakang kepala pria tersebut.Oh, shit. Shaun tampak terkejut, sosok Jack benar-benar seperti hantu yang menampakkan diri tanpa menimbulkan suara, padahal Shaun yakin jika sang teman baru saja pergi meninggalkan dirinya.Jack masih menatap Shaun tanpa berniat menurunkan senjata api jenis Revolver di tangannya, tampaknya ia tak sedang bermain-main dengan semua ucapannya meski itu terhadap Shaun teman sekaligus asisten pribadinya sendiri.“Oh, ayolah Jack. Aku hanya bercanda saja, mana mungkin aku berani mengkhianatimu seperti itu.” Shaun mengernyitkan keningnya, mencoba menjelaskan, namun Jack Dixon terlihat mengacuhkannya.Semakin diacuhkan keringat dingin dan rasa tak nyaman dirasakan oleh Shaun. Gusar, tentu saja ia terlihat begitu karena yang sedang dihadapinya sekarang bukan lagi manusia normal pada umumnya.Karena
Bab 6. SELEMBAR KERTAS PERJANJIAN.Jack Dixon menyilangkan tangannya di depan dada, ia tampak berpikir setelah mendengar ucapan Ellena. Hal itulah yang kemudian dimanfaatkan oleh Ellena untuk terus meyakinkannya meski ia harus berhati-hati dalam menyampaikan keinginannya.Ellena terus memperhatikan Jack Dixon, bukan untuk apa-apa, ia hanya mengamati bagaimana kepribadian Jack Dixon dengan segala gerak-geriknya ketika sedang berbicara pada seseorang.Hal itulah yang kemudian membuat Ellena yakin jika pria tersebut memiliki sifat yang selalu berpikir logis serta rasional dan juga mempunyai intelegensi tinggi yang teratur, itu artinya pria tersebut sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan.“Bagaimana Tuan Dixon? Apakah kau tertarik dengan kesepakatan yang baru saja aku katakan?”“Tak ada jaminan bagiku untuk bisa mempercayaimu, Nona! Aku tidak ingin mengambil
Bab 7. MENYETUJUI PERJANJIAN“Seharusnya kau tak boleh melakukan ini, Jack! Ya, aku tahu kau sangat terpukul oleh kematian putrimu, akupun merasakan demikian. Namun, aku merasa jika apa yang kita lakukan pada wanita ini tidak dapat dibenarkan, ingat Jack, target kita hanya Aaron Clark bukan istri si bedebah itu.” Shaun berdiri membelakangi Jack, tangannya sibuk mengangkat tubuh Ellena dan segera membaringkannya di atas kasur.Selain menjadi asisten pribadi Jack, Shaun juga seorang dokter yang sudah memiliki lisensi. Maka sudah jelas jika dia paham tentang kondisi tubuh Ellena yang begitu sangat memprihatinkan.“Kau lihat wanita ini Jack, dia hampir saja terkena malnutrisi jika tidak segera ditangani.” Lanjut Shaun memperjelas keadaan Ellena pada pria batu di belakangnya.“Apakah itu salahku? Bukankah sudah jelas dia sendiri yang menolak makanan pemberianku! Aku hanya men
Bab 8. HUNIAN BARUEllena merebahkan tubuhnya dengan posisi tidur terlentang dengan kedua tangan di sisi kanan dan kiri. Matanya mendayu seakan terhipnotis dalam suasana sepi ketika merasakan ketenangan yang beberapa hari ini tidak pernah ia dapatkan.Benar-benar sunyi hingga membuat Ellena tertidur dengan perlahan. Semua itu tidak luput dari mata seorang Jack Dixon yang akan selalu memantau aktivitas Ellena kecuali dirinya berada di dalam toilet.Waktu terus berlalu 2 jam sudah Ellena terlelap di tempat hunian baru. Hingga samar suara mendayu-dayu membuat wanita berparas cantik itu terbangun dari mimpi singkatnya.Ellena mengedarkan pandangannya, kemudian berhenti di sebuah benda bulat yang tergeletak di atas meja, ia pandangi cukup lama hingga suara ketukan kecil di luar jendela mengalihkan pandanganya.Hati kecil Ellena kian menggebu ketika keingintahuannya membimbing dirinya berjalan ke ar
Bab 9. HARAPAN UNTUK MENEMUKANNYAEllena bergeming saat Aaron Clark menerima panggilan teleponnya. Ia terperanjat dan tak tahu harus bagaimana karena orang yang selama ini di cari-cari oleh Jack Dixon tiba-tiba saja berbicara padanya.‘Tenang Ell, cobalah mengulur waktu sampai kau tahu di mana dia berada’ ucapnya dalam hati.“Aa-aaron, kaukah itu?” Ellena berusaha untuk tetap berbicara santai agar Aaron tidak merasa curiga meski ia harus sekuat tenaga menekan rasa gugupnya.(“Iya, ini aku! Kau baik-baik saja’kan?”)“Iya aku baik-baik saja, kau di mana, Aaron? Aku … aku akan menjemputmu sekarang juga,” ucap Ellena terbata-bata, dirinya mempercepat langkahnya untuk segera memesan taksi dan berharap bisa menemukan Aaron meskipun kecil kemungkinan bisa bertemu dengan sang suami.(&ld
Bab 10. KATA-KATA YANG MENYAKITI HATIEllena terdiam ia tidak tahu harus memberikan reaksi seperti apa ketika Sharon mengatakan hal demikian kepadanya. Dari cara bicaranya pun Ellena menyimpulkan jika sang ibu angkat pasti tahu di mana Aaron saat ini, tetapi mana mungkin wanita tua tersebut mau memberitahu tempat persembunyian Aaron sedangkan dia mati-matian menutupi kesalahan anaknya.“Bu, apakah Ibu tahu apa yang kualami beberapa waktu lalu? Aku di sekap, Bu! Aku hampir mati pada saat Ibu sibuk menyembunyikan, Aaron!” Keluh Ellena. Ia merasa semua ini tidaklah adil setelah penyiksaan dan rasa takut yang dialami justru itu semua tidaklah berarti di mata sang ibu angkatnya.“Itu tanggung jawabmu sebagai seorang istri, Ellena! Kau harus bisa berkorban untuk suamimu dalam kondisi apapun.”“IBU!! Ini tidak adil untukku, Bu! Aku tidak ingin melakukan apa yang Ibu katakan kar