Bab 3.
Jantung Ellena berdetak kencang, bukti di depan matanya benar-benar mengarah pada sang suami, namun Ellena tak serta merta mempercayai bukti itu dan menampik semua tuduhan tersebut.
Ellena berdiri kemudian berjalan menghampiri Jack Dixon.
“Ini tidak mungkin Tuan, Aaron tidak mungkin melakukan hal sekeji itu pada putrimu.” Ellena Clark memegang kerah Jack Dixon dan mengguncangnya tanpa ada rasa takut.
“Menjauhlah dariku, Nona! Kau begitu menjijikkan,” ucap Jack Dixon seakan sentuhan tangan Ellena Clark begitu kotor dan hina.
Rasa syok dan kenyataan yang baru saja Ellena dengar membuat wanita itu tak mampu lagi menahan tangisnya, sehingga tubuh yang tak lagi memiliki tenaga tersebut terkulai lemas dan hampir terjatuh andai tubuhnya tak segera ditopang oleh Grace _ temannya.
“Ellena, kau baik-baik saja?” Grace begitu khawatir melihat kondisi Ellena Clark yang tampak memprihatinkan. Namun, Grace sendiri tak bisa berbuat apa-apa dalam situasi di mana dirinya tak tahu masalah yang sedang dihadapi oleh Ellena.
“Ah, terima kasih Grace, aku tak apa-apa.” Ellena memaksakan senyumnya meski tahu senyuman itu hanya kamuflase untuk menutupi rasa terguncangnya.
Kini tatapan itu berpindah pada Jack Dixon, Ellena tak tahu harus berbuat apa lagi untuk meyakinkan pria tersebut bahwa kasus pembunuhan itu tak ada hubungannya dengan dirinya.
“Jika hidupmu ingin kembali normal, kau hanya harus memberitahu keberadaan Aaron! Apakah sesulit itu memberikan informasi yang kubutuhkan, hah! Kau sudah kuberi waktu sampai saat ini. Namun, kau malah memilih bungkam dan berpura-pura tak tahu apa yang dilakukan oleh suamimu! Apakah itu masuk akal, Nona?” Jack Dixon menatap Ellena sinis, tak ada sedikitpun penyesalan yang terlihat dari raut wajahnya saat melihat Ellena Clark sudah tak berdaya.
“Sudah berapa kali aku katakan, aku benar-benar tidak tahu dan tidak pula terlibat dalam kasus putrimu, Tuan! Demi Tuhan, kau harus percaya dengan semua ucapanku.” Ellena terus membantah hingga membuat Jack Dixon menghela nafas panjang soal kesabaranya sedang diuji.
Jack tak begitu saja mempercayai Ellena, karena baginya seorang istri sudah pasti tahu apa yang dilakukan oleh suaminya tanpa ada yang ditutup-tutupi.
“Tuan Dixon, apakah ini sudah cukup?” tanya seorang pemuda yang tiba-tiba saja menyela pembicaraan mereka.
Tak ada balasan atas pertanyaan tersebut. Namun, satu isyarat mampu membuat kedua pemuda itu meninggalkan toko bunga milik Ellena Clark setelah mereka semua berhasil membuat hancur usaha kecilnya.
Begitu juga dengan Jack Dixon setelah memberikan ancaman pada Ellena Clark ia pun pergi tanpa mau mendengarkan ucapan wanita tersebut.
Sejenak suasana menjadi hening, banyaknya bunga segar kini tak ubahnya seperti sampah yang tercampur dengan pecahan kaca, rusak dan patah tanpa satupun yang tersisa.
“Sebaiknya kau pulang saja Grace, aku sudah tak apa-apa, kok.” Ellena terduduk, ia berusaha terlihat tegar meski tak dipungkiri dirinya masih terguncang atas kejadian barusan.
“Bagaimana aku bisa pulang jika kondisimu seperti ini, Ell.”
“Aku mohon Grace, biarkan aku sendiri dulu, oke.”
Grace Amsel pun paham, kemudian gadis itu perlahan meninggalkan Ellena Clark meski hatinya berat untuk meninggalkan sang teman dengan keadaan yang memprihatinkan.
Di sisi lain, Jack Dixon tak benar-benar pergi, ia masih mengamati Ellena Clark dari kejauhan.
“Jack, aku rasa semua yang dikatakan wanita itu benar, kemungkinan dia memang tidak tahu keberadaan Aaron saat ini,” ucap sang asisten, sekaligus teman dari Jack Dixon
“Apakah itu masuk akal? Aku tidak akan tertipu oleh istri dari si pembunuh putriku, Shaun! Terlebih bukti yang aku pegang ini begitu jelas, jika saja polisi becus dalam melacak keberadaan Aaron, akupun tak akan sejauh ini mengancam wanita itu,” Jack seakan kecewa oleh para petugas yang menangani kasus putrinya, karena sampai detik ini laporan dari berkas yang sudah di limpahkan ke kepolisian belum juga membuahkan hasil.
Jack Dixon memijat keningnya, kemudian memejamkan matanya seakan mengenang kenangan manis bersama putrinya.
“Sudahlah, kau suruh saja anak buahmu untuk mengawasi wanita itu, aku yakin malam ini dia akan menemui Aaron Clark secara diam-diam,” titahnya pada sang teman.
“Kalian dengar'kan apa yang dikatakan oleh Tuan Jack, menyebarlah sekarang juga,” ucap Shaun pada pemuda-pemuda yang berdiri di luar mobil seakan menunggu perintah.
“Baik Tuan, kami mengerti.” Kedua pemuda dan beberapa pria lainnya pun mengikuti ucapan Shaun dan pergi sesuai perintahnya.
“Akan aku kejar meski kau bersembunyi di lubang tikus sekalipun Aaron, jika kau tak keluar dari tempat persembunyianmu, aku yang akan menemuimu dimanapun kau berada. Percayalah, istrimu akanku buat menderita dan mati perlahan-lahan, sampai kau merasakan penyesalan itu,” ucap Jack Dixon dengan penuh dendam dan juga amarah.
////—////
Sementara itu di dalam toko Ellena Clark sedang membersihkan pecahan kaca yang berserakan dalam keadaan masih terguncang.
Tak ada yang bisa menjelaskan bagaimana seorang Ellena Clark harus di perlakukan seperti itu, wanita yang selalu berpikiran positif dan selalu mengembangkan senyumnya kini tampak muram dan kecewa atas perbuatan sang suami.
“Benarkah kau yang melakukan kejahatan itu Aaron? Mengapa dan untuk apa kau lakukan itu?” gumam Ellena Clark berulang kali, ia terduduk sambil memegang liontin yang tergantung di bawah lehernya.
Ellena terus saja meracau hingga akhirnya ia pun menghela nafas panjang.
'Sadarlah Ellena, lebih baik kau pulang dan temukan Aaron, dengan begitu jawaban akan mudah kau dapatkan,' gumamnya.
Ellena mencoba untuk tetap berpikir rasional, ia tak ingin berlarut-larut tenggelam dalam pikirannya, fakta bahwa liontin itu ada pada Jack Dixon membuat Ellena bertekad untuk menemui Aaron dan bertanya langsung padanya.
Malam pun kian larut, seperti biasa Ellena Clark hanya berjalan kaki untuk bisa sampai ke lokasi apartemen kecil miliknya, karena jarak antara toko bunga dan apartemen miliknya tidak begitu jauh.
Tak seperti biasanya, suasana malam begitu sepi tak ada manusia yang terlihat berlalu lalang, bahkan paman pemilik toko roti di seberang jalan pun tak terlihat keberadaannya.
Ellena Clark mempercepat langkahnya saat itu juga, terlebih rintikan hujan mulai turun mengiringi perjalanan pulangnya.
Ellena yakin ada sesuatu yang mengikutinya dari belakang, karena perasaan takut itu terus saja ia rasakan sejak ia melewati persimpangan jalan, langkahnya pun terhenti tatkala bayangan hitam terlihat mengikutinya dari belakang.
Ellena pun menoleh ke arah belakang kemudian mengedarkan pandangan ke seluruh arah. Kosong, tak ada apapun kecuali bayangan ranting dari pepohonan yang bergerak-gerak mengikuti semilir angin.
'Ah mengagetkan saja, aku pikir hantu,' racaunya dengan perasaan lega.
Ellena pun melanjutkan langkahnya, tanpa tahu di balik dinding bangunan ternyata Jack Dixon sedang mengamati gerak-geriknya dengan perasaan geram.
Langkah demi langka Ellena lewati, sampai pada rasa takut kembali hadir ketika suara hentakan kaki semakin mendekat ke arah dirinya.
Takut, tentu saja itu yang dirasakan oleh Ellena mengingat kejadian yang akhir-akhir ini menimpa dirinya membuat Ellena merasa curiga dengan apapun. Sadar jika ada yang tak beres Ellena pun memutuskan untuk segera meminta bantuan.
Panik dan semakin takut tatkala ponsel di dalam tasnya tak kunjung didapatkan, meski begitu Ellena terus mencoba dan berusaha mencarinya sambil berjalan cepat menjauh dari suara hentakan kaki tersebut.
Akan tetapi, sebuah tangan pria menarik Ellena dan membekap mulutnya hingga terpojok ke dinding sebelum Ellena sempat meminta bantuan pada orang lain.
Bab 4.Ellena berteriak, meronta-ronta berharap bisa melepaskan diri.“Diamlah, ini aku Aaron!” Suara itu membuat Ellena tersadar.“Aaron?”“Iya ini aku, jadi diamlah Ell.” Aaron Clark mencoba meyakinkan sang istri dan kemudian perlahan melepaskan cengkraman kuatnya.Akan tetapi, saat itu juga tendangan pun melayang dari arah samping menghantam tubuh Aaron Clark.Jack Dixon tampak tak menyia-nyiakan kesempatan itu dan langsung memukul Aaron Clark dengan cara membabi buta, sehingga Ellena pun berteriak histeris.Aaron Clark tersungkur, saat Jack Dixon menerjangnya tanpa ampun.“Brengsek, apa kau sudah gila, hah!” maki Aaron Clark saat tubuhnya terpelanting membentur sebuah tong sampah.“Benar, aku memang sudah gila mencari keberadaanmu, sialan! Hari ini kau akan mati di tanganku, Aaron!!” Jack Dixon menarik kerah Aaron Clark kemudian melayangkan tinjunya berulang kali tepat mengenai pipi kanan pria tersebut, hingga kucuran darah segar keluar begitu saja dari lubang hidungnya.Pukulan b
Bab 5.“Coba saja jika kau berani melakukan itu Shaun! Aku tak akan segan melubangi kepalamu dengan satu peluru ini,” saut Jack sambil menempelkan senjata api tepat di belakang kepala pria tersebut.Oh, shit. Shaun tampak terkejut, sosok Jack benar-benar seperti hantu yang menampakkan diri tanpa menimbulkan suara, padahal Shaun yakin jika sang teman baru saja pergi meninggalkan dirinya.Jack masih menatap Shaun tanpa berniat menurunkan senjata api jenis Revolver di tangannya, tampaknya ia tak sedang bermain-main dengan semua ucapannya meski itu terhadap Shaun teman sekaligus asisten pribadinya sendiri.“Oh, ayolah Jack. Aku hanya bercanda saja, mana mungkin aku berani mengkhianatimu seperti itu.” Shaun mengernyitkan keningnya, mencoba menjelaskan, namun Jack Dixon terlihat mengacuhkannya.Semakin diacuhkan keringat dingin dan rasa tak nyaman dirasakan oleh Shaun. Gusar, tentu saja ia terlihat begitu karena yang sedang dihadapinya sekarang bukan lagi manusia normal pada umumnya.Karena
Bab 6. SELEMBAR KERTAS PERJANJIAN.Jack Dixon menyilangkan tangannya di depan dada, ia tampak berpikir setelah mendengar ucapan Ellena. Hal itulah yang kemudian dimanfaatkan oleh Ellena untuk terus meyakinkannya meski ia harus berhati-hati dalam menyampaikan keinginannya.Ellena terus memperhatikan Jack Dixon, bukan untuk apa-apa, ia hanya mengamati bagaimana kepribadian Jack Dixon dengan segala gerak-geriknya ketika sedang berbicara pada seseorang.Hal itulah yang kemudian membuat Ellena yakin jika pria tersebut memiliki sifat yang selalu berpikir logis serta rasional dan juga mempunyai intelegensi tinggi yang teratur, itu artinya pria tersebut sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan.“Bagaimana Tuan Dixon? Apakah kau tertarik dengan kesepakatan yang baru saja aku katakan?”“Tak ada jaminan bagiku untuk bisa mempercayaimu, Nona! Aku tidak ingin mengambil
Bab 7. MENYETUJUI PERJANJIAN“Seharusnya kau tak boleh melakukan ini, Jack! Ya, aku tahu kau sangat terpukul oleh kematian putrimu, akupun merasakan demikian. Namun, aku merasa jika apa yang kita lakukan pada wanita ini tidak dapat dibenarkan, ingat Jack, target kita hanya Aaron Clark bukan istri si bedebah itu.” Shaun berdiri membelakangi Jack, tangannya sibuk mengangkat tubuh Ellena dan segera membaringkannya di atas kasur.Selain menjadi asisten pribadi Jack, Shaun juga seorang dokter yang sudah memiliki lisensi. Maka sudah jelas jika dia paham tentang kondisi tubuh Ellena yang begitu sangat memprihatinkan.“Kau lihat wanita ini Jack, dia hampir saja terkena malnutrisi jika tidak segera ditangani.” Lanjut Shaun memperjelas keadaan Ellena pada pria batu di belakangnya.“Apakah itu salahku? Bukankah sudah jelas dia sendiri yang menolak makanan pemberianku! Aku hanya men
Bab 8. HUNIAN BARUEllena merebahkan tubuhnya dengan posisi tidur terlentang dengan kedua tangan di sisi kanan dan kiri. Matanya mendayu seakan terhipnotis dalam suasana sepi ketika merasakan ketenangan yang beberapa hari ini tidak pernah ia dapatkan.Benar-benar sunyi hingga membuat Ellena tertidur dengan perlahan. Semua itu tidak luput dari mata seorang Jack Dixon yang akan selalu memantau aktivitas Ellena kecuali dirinya berada di dalam toilet.Waktu terus berlalu 2 jam sudah Ellena terlelap di tempat hunian baru. Hingga samar suara mendayu-dayu membuat wanita berparas cantik itu terbangun dari mimpi singkatnya.Ellena mengedarkan pandangannya, kemudian berhenti di sebuah benda bulat yang tergeletak di atas meja, ia pandangi cukup lama hingga suara ketukan kecil di luar jendela mengalihkan pandanganya.Hati kecil Ellena kian menggebu ketika keingintahuannya membimbing dirinya berjalan ke ar
Bab 9. HARAPAN UNTUK MENEMUKANNYAEllena bergeming saat Aaron Clark menerima panggilan teleponnya. Ia terperanjat dan tak tahu harus bagaimana karena orang yang selama ini di cari-cari oleh Jack Dixon tiba-tiba saja berbicara padanya.‘Tenang Ell, cobalah mengulur waktu sampai kau tahu di mana dia berada’ ucapnya dalam hati.“Aa-aaron, kaukah itu?” Ellena berusaha untuk tetap berbicara santai agar Aaron tidak merasa curiga meski ia harus sekuat tenaga menekan rasa gugupnya.(“Iya, ini aku! Kau baik-baik saja’kan?”)“Iya aku baik-baik saja, kau di mana, Aaron? Aku … aku akan menjemputmu sekarang juga,” ucap Ellena terbata-bata, dirinya mempercepat langkahnya untuk segera memesan taksi dan berharap bisa menemukan Aaron meskipun kecil kemungkinan bisa bertemu dengan sang suami.(&ld
Bab 10. KATA-KATA YANG MENYAKITI HATIEllena terdiam ia tidak tahu harus memberikan reaksi seperti apa ketika Sharon mengatakan hal demikian kepadanya. Dari cara bicaranya pun Ellena menyimpulkan jika sang ibu angkat pasti tahu di mana Aaron saat ini, tetapi mana mungkin wanita tua tersebut mau memberitahu tempat persembunyian Aaron sedangkan dia mati-matian menutupi kesalahan anaknya.“Bu, apakah Ibu tahu apa yang kualami beberapa waktu lalu? Aku di sekap, Bu! Aku hampir mati pada saat Ibu sibuk menyembunyikan, Aaron!” Keluh Ellena. Ia merasa semua ini tidaklah adil setelah penyiksaan dan rasa takut yang dialami justru itu semua tidaklah berarti di mata sang ibu angkatnya.“Itu tanggung jawabmu sebagai seorang istri, Ellena! Kau harus bisa berkorban untuk suamimu dalam kondisi apapun.”“IBU!! Ini tidak adil untukku, Bu! Aku tidak ingin melakukan apa yang Ibu katakan kar
Bab 11. MENUJU KE KEHIDUPAN NORMALSetelah memastikan jika Sharon mengetahui keberadaan Aaron Clark, Ellena pun berusaha menuruti keinginan wanita itu. Namun, tidak benar-benar menurutinya. Ia hanya ingin terlihat baik demi mendapatkan sebuah petunjuk mengenai keberadaan sang suami.Dengan begitu rencananya untuk menemukan Aaron akan berhasil, dan dia si pria jahat itu akan berhenti untuk mengganggu hidupnya.Ellena tersenyum senang sekaligus juga merasakan keanehan ketika ponselnya tiba-tiba saja kehabisan baterai padahal ia sangat yakin jika daya pada ponselnya masih terisi penuh.Wanita muda itu menggaruk tengkuknya kemudian mengamati ponselnya sambil terheran.“Aku yang lupa atau ponsel ini yang bermasalah?!” Gumam Ellena ketika tidak mendapati keanehan sedikitpun pada gawai yang ia pegang selain batu baterai pada ponselnya yang cepat sekali berkurang.